Anda di halaman 1dari 57

1

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKPER RSPAD GATOT SOEBROTO

PEDOMAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH


AKPER RSPAD GATOT SOEBROTO
TAHUN 2019

JAKARTA , MARET 2019


2

BAB I
PENDAHULUAN

A.Dasar
Penyusunan makalah ilniah adalah kegiatan belajar mengajar yang memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengungkapkan penalaran secara komprehensif melalui tulisan sesuai dengan
ruang lingkup dan tanggung jawab profesinya. Melalui penulisan makalah ilmiah ini pula dapat
dimiliki kemampuan daya analosos dan sintesispeserta didik dalam menghadapi situasi nyata serta
kemampuan dalam menerapkan teori – teori yang diperolehnya di kelas dalam menghadapi suatu
masalah dan pemecahannya.

Sesuai pedoman penyelenggaraan ujian akhir program pendidikan D III Keperawatan,makalah


ilmiah ini merupakan salah satu bahan yang akan diujikan pada ujian akhir program yang
dilaksanakan setelah peserta didik memberikan asuhan keperawatan pada klien secara komprehensif
sesuai bidang keperawatan ,selama 3 hari perawatan.

Bentuk makalah ilmiah ini adalah suatu laporan studi kasus,yaitu laporan pengalaman secara nyata
dilapangan bagi mahasiswadalam menerapkan ilmu atau teori teori yang diperoleh dikelas selama
pendidikan .Penekanan utama pengambilan judul makalah ,diarahkan kepada asuhan keperawatan
klinik dan keluarga baik di Rumah Sakit maupun di masyarakat.Isi makalah terdiri dari 5 Bab yang
meliputi bab pendahuluan,ban tinjauan teori,bab tintauan kasus,bab pembahasan,bab kesimpulan
dan saran.

Pada akhirnya makalah ilmiah ini disajikan dan dipertanggungjawabkan di depan penguji,pada
waktu yang telah ditetapkan sesuai jadwal kegiatan pendidikan.

B.Tujuan

Umum :
Mahasiswa dapat mengungkapkan pola pikir ilmiah dalam menyelesaikan masalah kesehatan klien
yang dihadapi secara komprehensif.
3

Khusus :
Mahasiswa mampu :
1.Menerapkan teori dan pengetahuan secara komprehensif
2.Mengidentifikasi masalah aktual dalam bidang keperawatan
3.Menggunakan metodologi pemecahan masalah secara ilmiah
4

BAB II

SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH ILMIAH

Pada Bab ini akan diuraikan tentang sistematika penulisan makalah sebagai berikut

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini disusun untuk memberi gambaran tentang isi makalah secara keseluruhan. Bab
pendahuluan dibagi menjadi sub-sub bab yaitu latar belakang, tujuan penulisan, metode dan
sistematika penulisan.

A. Latar belakang

Pada latar belakang ini mengemukaan semua permasalahan – permasalahan yang melatar
belakangi pengambilan kasus, isi latar belakang meliputi fakta-fakta maupun data, yang
disajikan dari yang sifatnya umum (luas),semakin lama semakin spesifik mengkait pada kasus
yang dirawat dan diakhiri dengan perumusan masalah.

Judul : Asuhan Keperawatan pada TN X dengan hepatitis di Ruang Paviliun Darmawan

Lantai VI RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.

Latar belakang menguraikan tentang :

1. Insiden penyakit hepatitis secara umum (teori dan dirumah sakit ) .Prosentasi kasus
hepatitis yang dirawat dibandingkan dengan kasus pencernaan lainnya.

2. Masalah-masalah yang dapat terjadi pada klien dengan hepatitisdan keterkaitan perawat
dalam penanggulangan masalah yang terjadi pada klien dengan hepatitis,baik yang dilihat
dari aspek promotif ,preventif ,kuratif,dan rehabilitatif .

3. Berdasarkan uraian diatas ,maka penulis ingin mengetahui bagaimana asuhan keperawatan
pada klien hepatitis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
5

B. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan pada dasarnya adalah harapan yang ingin dicapai atau diketahui oleh
penulis ..Tujuan yang dimaksud harus sesuai dengan judul dan permasalahan.

Contoh :

Rumusan masalah: bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan? maka tujuan utama penulisan makalah ilmiah
ini adalah untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien hepatitis dengan menggunakan proses keperawatan.

Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam:

1. Melakukan pengkajian pada klien hepatitis

2. Menganalisa data yang ditemukan pada klien hepatitis untuk merumuskan diagnosa
keperawatan.

3. Membuat rencana keperawatan pada klien hepatitis

4. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun pada klien hepatitis

5. mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien hepatitis

6. Membuat pendokumentasian pada klien hepatitis

7. Mengidentifikasi adanya kesenjangan asuhan keperawatan antara teori dan kasus serta
justifikasinya.

8. Mengidentifikasi factor penunjang dan penghambat serta alternative penyelesainnya dalam


memberikan asuhan keperawatan pada setiap langkah proses perawatan (tujuan penulisan
ini, jawabannya terletak pada kesimpulan pada karya tulis ilmiah ).

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup menerangkan batasan penulisan makalah ilmiah sesuai dengan asuhan
keperawatan yang diberikan pada klien yang dilakukan selama 3 hari dengan mencantumkan
waktu pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan tersebut .

Contoh: penulisan makalah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan keperawatan pada
klien Tn X dengan hepatitis di ruang perwtn paviliun Darmawan Lantai VI RSPAD Gatot
6

Soebroto Jakarta yang dilaksanakan selama 3 hari dari tanggal 1 sampai dengan 3 April 2019.

D. Metode

Yang dimaksud dengan metode penulisan karya tulis ilmiah ini adalah pendekatan yang
digunakn dalam menghimpun data atau informasi. Karya tulis ilmiah ini merupakan laporan
pengalaman mahasiswa dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus yang dirawat
selama tiga hari.Dalam metode ini disebutkan juga bagaimana penulis memperoleh data atau
informasi ( misalnya wawancara,,observasi,pengukuran,angket,dll) dan tujuan serta sumber
data.

Contoh:

1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Tehnik yang
digunakan dalam pengumpulan data dengan cara wawancara, angket, observasi dan
pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah data primer diperoleh langsung
dari klien sedangkan data sekunder diperoleh dari keluarga, tenaga kesehatan, dokumen
hasil pemeriksaan penunjang lainya (pilih yang digunakan).

2. Studi Kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan yang diberikan pada klien.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan garis-garis besar isi karya tulis dimulai dari Bab satu sampai
dengan bab lima.Jelaskan isi masing-masing Bab atau atau sub bab dengan cara naratif.

Contoh :

Bab satu : Pendahuluan terdiri dari latar belakang,tujuan penulisan,ruang lingkup,metode


penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua : Tinjauan teori yang terdiri dari pengertian,
patofisiologi, penatalaksanan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi.

Bab tiga : Tinjauan Kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
Implementasi dan evaluasi.

Bab empat : Pembahasan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
7

Bab lima : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II ; TINJAUAN TEORI

Bab inin berisikan teori teori yang relevan dengan kasus yang dirawat .Teori – teori ini ditulis
dan disusun secara singkat dan jelas,terkait dengan judul dan akan digunakan sebagai rujukan
atau acuan pada waktu pembahasan .Apabila kasus yang dipilih menyangkut asuhan
keperawatan klien dirumah sakit ,maka bab ini berisikan :

A. Pengertian

Pada sub bab ini dituliskan pengertian penyakit berdasarkan literature,apabila pengertian ini
diambil dari beberapa literature harus ada suati kesimpulan dari penyakit tersebut .

B. Patofisiologi

Penulisan patofisiologi ini dituliskan dari etiologi,proses terjadinya penyakit sampai timbulnya
gejala dan komplikasi.Dalam penulisan patofisiologi ini harus berdasarkan literature (tidak
memindahkan literature,menggunakan beberapa refrensi dan menggunakan bahasa sendiri ).

C. Penatalaksanaan ( Medis,Keperawtan,Diet )

D. Pengkajian

Meliputi factor predisposisi dan factor presipitasi berdasarkan kasus dan manifestasi klinis
serta pemeriksaan diagnostic yang menunjang ( pada penulisan pemeriksaan diagnostik bukan
hanya jenis pemeriksaanya,tetapi hasil dari pemeriksaan secara teori.).Dalam penulisan
pengkajian ini juga harus berdasarkan literature.

Contoh :

Pengkajian pada klien dengan hepatitis menurut Doengoes (2000) & Barbara,(2001 )
diperoleh data sebagai berikut :

1. Sistem Penglihatan

2. Sistem Pencernaan
8

3. Sistem ………… dst.

E. Diagnosa Keperawatan

Sesuai dengan data yang ada pada pengkajian teori dan diambil dari inti beberapa buku
referensi ( diagnosa keperawatan ini menurut siapa)

Contoh ;

Diagnosa Keperawatan berdasarkan analisa data menurut Nanda (2018) ditemukan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :

1. Risiko intoleransi aktivitas

2. Penurunan curah jantung

3. Risiko ketidakstabilan tekanan darah………………………………dst.

F. Perencanaan

Perencanaan ditulis sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ada pada teori mencakup
tujuan, criteria evaluasi dan rencana tindakan untuk setiap diagnosa keperawatan (evaluasi
sudah tercakup dalam criteria evaluasi)

Contoh :

Setelah diagnosa keperawatan ditemukan,dilanjutkan dengan perencanaan keperawatan untuk


setiap diagnosa keperawatan (sesuai teori ).

1. Risiko intoleransi aktivitas

Tujuan :………………..

Krteria Evaluasi :1

Intervensi:

Sesiuaikan dengan di buku Nanda ,NIC,NOC

BAB. III: TINJAUAN KASUS

Bab ini menuliskan pengalaman nyata yang dilakukan mahasiswa, selama 3 hari merawat
klien mulai dari kegiatan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
9

evaluasi (menggambarkan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, dan hari ke-4 dilakukan
evaluasi). penulisanya secara sistematis dan jelas meliputi :

A. Pengkajian

1. Identitas klien

2. Riwayat keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

b. Riwayat kesehatan masa lalu

c. Riwayat kesehatan keluarga (genogram,3 generasi dari klien dan diberikan


keterangan penyakit-penyakit yang diderita oleh keluarga yang menjadi factor
resiko ).

d. Riwayat psikososial dan spiritual

e. Kondisi lingkungan rumah

f. Pola kebiasaan sehari hari sebelum dan sesudah sakit

1) Pola nutrisi

2) Pola eliminasi

3) dst

3. Pengkajian Fisik

a. Sistem penglihatan

b. Sistem pendengaran

c. Dst

4. pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan penunjang ini dituliskan tanggal pemeriksaan,jenis pemeriksaan,hasil


pemeriksaan,satuanya dan nilai normal.

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan (termasuk program pengobatan harus ditulis dosis,frekuensi pemberian dan


cara pemberian program diit dan program rehabilitasi).
10

6. Resume

Isi resume terdiri dari :

- Data focus pertama kali klien masuk rumah sakit ,sampai sebelum penulis melakukan
pengkajian.

- Masalah keperawatan yang ditemukan berdasarkan data tersebut

- Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalahkeperawatan yang ditemukan secara


garis besarselama dirawat ,baik tindakan mandiri maupun tindakan kolaborasi.( Data ini
diperoleh dari dokumen yang ada di ruangan ).

- Evaluasi secara umum terhadap masalah keperawatan yang ditemukan.Bila masalah


tersebut belum teratasi ,maka data yang menunjang untuk masalah tersebut ditulis pada
data focus saat ini yang terdiri dari data subyektif dan obyektif.

7. Data Fokus

Data- data yang menunjang untuk dilakukan analisa,termasuk data- data yang menentukan
diagnosa keperawatan meliputi data-data abnormal dan normal untuk menunjang masalah
resiko dan potensial diambil dari kesimpulan data dasar terdiri dari data subyektif dan obyektif
( data yang ditulis dalam data focus harus ada didalam pengkajian data dasar )

8. Analisa data

Analisa data dibuat dalam bentuk kolom.Data yang dianalisa adalah data yang berdasarkan
data focus dan dikelompokan sesuai dengan data penunjangnya terdiri dari data subyektif dan
data obyektif.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ditulis berdasarkan hasil analisa data dan disusun menurut prioritas
masalah/diagnosa keperawatan dan dituliskan tanggal ditemukan ( tidak perlu dituliskan data
subyektif dan data obyektif ).

C. Perencanaan
11

Perencanaan tindakan dibuat sesuai dengan diagnosa keperawatan dan disusun untuk setiap
diagnosa keperawatan yang meliputi tujuan dan criteria ( SMART ), serta intervensi.Rencana
tindakan keperawatan baik tindakan independent dan kolaborasi disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan.Dalam menyusun rencana tindakan harus sistematis ( dari tindakan mandiri
kemudian tindakan kolaborasi ),operasional ( bisa dilakukan semua perawata ),menggunakan
kalimat perintah,dan ditulis nomor urut intervensi.

D. Pelaksanaan

Mendokumentasikan tindakan yang dilakukan selama 3 X 24 jam ,sesuai dengan


perencanaan.Pendokumentasin dilengkapi dengan tanggal ,pukul,tindakan yang dilakukan dan
respon klien setiap kali dilakukan tindakan keperawatan (evaluasi proses).

E. Evaluasi

Evaluasi dilakukan mengacu pada waktu yang ditetapkan dalam tujuan.Evaluasi menggunakan
SOAP dan dilakukan pada setiap diagnosa yang ditemukan sesuai kasus.Dalam
pendokumentasian evaluasi dituluskan no diagnosa keperawatan, tanggal, pukul, evaluasi klien
terdiri dari S: Subyektif dan O : Obyektif yang mengacu pada criteria hasil, sedangkan A :
(Assesment/analisa ) adalah kesimpulan terhadap hasil analisa dengan membandingkan hasil
yang diperoleh dengan criteria hasil untuk menilai sejauh mana pencapaian tujuan.( Tujuan
tercapai, masalah teratasi; tujuan belum tercapai masalah belum teratasi, tujuan tercapai
sebagian,masalah belum teratasi ). P adalah perencanaan, ditulis rencana dihentikan bila tujuan
tercapai, bila tujuan tercapai sebagian dan rencana tindakan tidak seluruhnya dilaksanakan
maka dituliskan nomor intervensi yang dilakukan dan bila dimodifikasi apa modifikasinya
langsung ditulis.

Contoh :

Untuk poin C,D,E bila ditulis narasi digabungkan dan diberikan pengantar pada sub bab, bab
ini akan diuraikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi untuk setiap diagnosa keperawatan
secara tuntas.
12

BAB IV: PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Membahas ketidaksesuaian hasil pengkajian secara teori dan kasus mencakup etiologi,factor
predisposisi dan presipitasi,manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan
medis. Yang dibahas adalah perbedaan antara teori dan kasus dan kemukakan alasan secara
rasional dan identifikasi factor penunjang dan penghambat pada pengkajian, bila menemukan
hambatan dalam pengkajian apa alternative penyelesaian hambatan tersebut.

B. Diagnosa Keperawatan

Membahas kesenjangan antara teori dan kasus,yang dibahas adalah perbedaan diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada kasus dan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada
teori ,kemukakan alasannya secara rasional sesuai patofisiologi.Identifikasi factor penunjang
dan penghambat bila menemukan hambatan apa alternative penyelesaiannya.

C. Perencanaan

Membahas prioritas masalah sesuai dengan teori atau tidak,bila tidak kemukakan rasionalnya,
kesenjangan tujuan dan criteria antara teori dan kasus, perbedaan rencana tindakan pada teori
dan kasus,juga membahas factor penunjang dan penghambat didalam perencanaan serta
penyelesaiannya.

D. Pelaksanaan

Membahas pelaksanaan rencana tindakan keperawatan apakah semua rencana tindakan


keperawatan dapat dilaksanakan untuk setiap diagnosa keperawatan, bila tidak kemukakan
alasanya. Dalam pelaksanaan apakah ada hambatan dalam penyedian alat-alat dan dokumentasi
tindakan keperawatan dan kemukakan penyelesaianya untuk mengatasi hambatan tersebut.

E. Evaluasi
13

Membahas tentang evaluasi yang dilakukan pada setiap diagnosa keperawatan. Bila diagnosa
keperawatan tidak teratasi sesuai dengan rencana kemukakan alasanya. Identifikasi factor
penunjang dan penghambat (pendokumentasian hasil tindakan untuk setiap diagnosa
keperawatan. Apabila ada hambatan apa jalan keluarnya.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dibuat berdasarkan pembahasan di bab IV dan menjawab tujuan penulisan.

1. Pengkajian,inti dari aspek – aspek yang menonjol pada pembahasan pengkajian.

2. Diadnosa keperawatan,inti dari aspek-aspek yang menonjol pada pembahasan diagnosa


keperawatan.

3. Perencanaan ,inti dari aspek-aspek yang menonjol pada pembahasan rencana tindakan.

4. Pelaksanaan, inti dari aspek-aspek yang menonjol pada pembahasan implementasi.

5. Evaluasi, inti dari aspek aspek yang menonjol pada pembahasan evaluasi .

B. SARAN

1. Menjawab kesenjangan /mengatasi kesenjangan atau factor-faktor yang mendukung pada


kesimpulan.

2. Saran dapat berupa perbaikan atau mempertahankan apa yang sudah baik

Ditujukan pada klien, Rumah Sakit,teman sejawat berdasarkan hal-hal yang telah dimuat dan
bersifat operasional ( dapat diaplikasikan ).
14

BAB III

FORMAT PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

Skripsi, paper/makalah, laporan penelitian, dan lain sebagainya, memiliki format penulisan tertentu
untuk bisa disebut sebagai sebuah karya ilmiah. Uraian di bawah ini membahas format
penulisan karya tulis ilmiah berupa penulisan makalah ilmiah. Namun beberapa poin penting dalam
format penulisan dimaksud bisa dipakai sebagai acuan dalam paper/makalah, artikel dalam jurnal
ilmiah, dan lain sebagainya.

A. Bahan dan Ukuran Kertas


Bahan dan ukuran kertas yang dipakai dalam sebuah karya ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Ukuran kertas: A4 (21 x 29,7 cm).
2. Jenis kertas: HVS 80 gram.
3. Kertas doorslag berwarna (sesuai dengan warna yang telah ditentukan) dengan lambang Akper
RSPAD Gatot Soebroto sebagai pembatas.

B. Pengetikan
Ketentuan-ketentuan dalam pengetikan sebuah karya ilmiah dirinci sebagai berikut:
1. Menggunakan software pengolah kata dengan flatform Windows, seperti MS Word, Excel,
dan lain-lain.
2. Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman denganUkuran 12 kecuali
untuk:
a. Halaman judul sampul/luar (hard cover) dan halaman judul dalam (soft cover), yang
menggunakan huruf tegak (kecuali istilah asing) dan dicetak tebal (bold) dengan ukuran
font mulai 12 sampai 16 .
b. Catatan kaki (footnotes), yang menggunakan font ukuran 10.
3. Huruf tebal (bold) digunakan untuk judul dan sub-judul (sub-bab, sub sub- bab), memberi
penekanan, pembedaan, dan sejenisnya.
4. Huruf miring (italic) digunakan untuk istilah dalam bahasa asing atau bahasa daerah,
memberi penekanan, pembedaan (termasuk pembedaan sub-judul yang hirarkhinya tidak
setingkat), dan sejenisnya. Judul subsub-sub-bab dibuat dengan mengkombinasikan huruf
miring dan huruf tebal (italic-bold atau bold-italic). Judul sub sub-sub-sub-bab dan
15

seterusnya dibuat dengan huruf miring biasa (italic).

5. Batas tepi (margin):


a. Tepi atas : 2.5 cm
b. Tepi bawah : 2.5 cm
c. Tepi kiri : 4 cm
d. d.Tepi kanan : 2.5cm
.
6. Spasi bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir:
a. Bagian awal dari karya tulis ilmiah termasuk di dalamnya adalah halaman judul,
halaman pengesahan, halaman pernyataan, abstrak, riwayat hidup, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. Spasi yang digunakan adalah:
1) Pernyataan ditulis dengan spasi tunggal
2) Riwayat Hidup dan Kata Pengantar ditulis dengan spasi ganda.
3) Abstrak, antara 150-250 kata (dalam satu halaman) ditulis dengan menggunakan
spasi tunggal
4) Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran disusun dengan
menggunakan spasi tunggal
b. Bagian isi karya ilmiah meliputi Bab I sampai BAB V, disusun dengan menggunakan
spasi ganda.
c. Bagian akhir karya ilmiah terdiri dari Daftar Pustaka, yang daftar referensinya
memakai spasi tunggal dan indensi gantung (jarak antar referensi dengan spasi ganda), dan
Lampiran yang ditulis dengan spasi tunggal atau disesuaikan dengan bentuk/jenis
lampiran.

7. Judul karya ilmiah, bab, sub bab, dan lain sebagainya:


a. Judul karya ilmiah dan bab, diketik dengan huruf besar/kapital, dicetak tebal, tanpa
singkatan (kecuali yang berlaku umum seperti PT., CV.), posisinya di tengah halaman,
dan tanpa diakhiri tanda titik. Perkecualiannya adalah judul pada halaman Persetujuan
Seminar dan Pengesahan Skripsi (dengan huruf biasa, dicetak tebal).
b. Judul sub-bab diketik sejajar dengan batas tepi (margin) sebelah kiri dengan
menggunakan huruf A, B, C, dan seterusnya. Huruf pertama setiap kata dimulai
dengan huruf besar (Title Case) kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa diakhiri
16

titik. Judul sub-bab dicetak dengan huruf tebal (bold).


c. Judul sub sub-bab dimulai dengan angka 1, 2, 3 dan seterusnya. Huruf pertama setiap
kata dimulai dengan huruf besar (Title Case) kecuali kata penghubung dan kata depan,
tanpa diakhiri titik.Judul sub sub-bab dicetak dengan huruf tebal .
d. Judul sub sub-sub-bab dimulai dengan huruf a, b, c dan seterusnya. huruf
pertama setiap kata dimulai dengan huruf besar (Title Case) kecuali kata penghubung
dan kata depan, tanpa diakhiri titik. Judul sub sub-sub-bab dicetak dengan huruf tebal-
miring (bold-italic).
e. Judul sub sub-sub-sub bab dimulai dengan angka 1), 2), 3) dst. (tanpa titik), dan judul
sub sub-sub-sub-sub bab dimulai dengan huruf a), b), c) dst. (tanpa titik). Huruf pertama
setiap kata dimulai dengan huruf besar (Title Case) kecuali kata penghubung dan kata
depan, tanpa diakhiri titik. Judul sub sub-sub-sub-bab dan sub subsub-sub-sub-bab dicetak
dengan huruf miring (italic).
f. Judul sub-bab, sub sub-bab, dan sub sub-sub-bab, dan seterusnya (headings
hierarchy) perlu dibedakan dengan rincian poin-poin atau item-item (points/items hierarchy).
Penulisan headings hierarchy dimulai dari A, B, C, lalu 1, 2, 3, kemudian a, b, c, dan
seterusnya (lihat Box) dibuat sejajar dengan batas tepi kiri pengetikan (batas margin kiri).
Isi atau teksnya (alinea, kalimat) juga dibuat sejajar dengan batas tepi kiri pengetikan dan
awal kalimat dalam alinea baru dibuat dengan indensi 1 cm). Sementara penulisan
points/items hierarchy tidak sejajar dengan batas tepi kiri pengetikan (batas margin
kiri), melainkan mengikuti poin-poin/item-item dimaksud atau posisinya disesuaikan
dengan memperhatikan estetika. Penggunaan angka atau huruf awal untuk poin-poin atau
item-item juga disesuaikan (bisa dimulai dari 1,2,3 atau a, b, c).
17

Penulisan headings hierarchy (sub-judul) - sejajar batas tepi kiri:

Penulisan points/items hierarchy (rincian poin-poin/item-item) - tidak sejajar dengan


batas tepi kiri (masuk ke dalam, disesuaikan):
18

g. Sepanjang memungkinkan, hindari penggunaan hirarkhi sub-judul (headings hierarchy)


yang terlalu banyak tingkatannya (sub sub-subsub-bab dan seterusnya). Hal ini bisa
dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan rincian poin-poin atau item-item
(points/items hierarchy).

8. Bilangan dan satuan:


a. Bilangan diketik dengan angka kecuali bilangan yang terletak pada awal kalimat yang
harus dieja. Contoh:
Umur mesin 10 tahun.
Sepuluh perusahaan besar... dan seterusnya.
b. Bilangan desimal ditandai dengan koma (contoh: Rp1.150,25)
c. Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi tanpa tanda titik (kg, cm, dan lain- lain)
d. Pecahan yang berdiri sendiri ditulis dengan angka, sedangkan pecahan yang bergabung
dengan bilangan bulat harus ditulis dengan huruf/dieja. Contoh: tiga dua pertiga.

C. Penomoran Halaman
Ketentuan-ketentuan dalam penomoran halaman, seperti halaman awal, halaman judul bab,
halaman teks utama, dan lain sebagainya, adalah sebagai berikut:
1. Bagian awal karya ilmiah (halaman judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan,
abstrak, riwayat hidup, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar
lampiran) diberi nomor halaman dengan angka romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya) dan
ditempatkan di tengah bagian bawah. Halaman judul tidak diberi nomor, tetapi tetap
dihitung.
2. Mulai dari BAB I sampai dengan halaman terakhir pada Daftar Pustaka diberi nomor
halaman dengan angka latin (1, 2, 3, dan seterusnya). Nomor halaman ditempatkan di
sebelah kanan atas, kecuali bab baru yang tidak diisi nomor halaman.
3. Data yang mendukung penelitian disajikan dalam lampiran yang disajikan menurut
kelompoknya tanpa diberi nomor halaman. Contoh: Lampiran 1. Pedoman Wawancara
Lampiran 2. Peta Desa Harapan Baru
19

D. Tabel dan Gambar


Pembuatan dan penomoran Tabel dan Gambar mengikuti ketentuanketentuan sebagai berikut:
1. Tabel
a. Tabel dalam bagian isi karya ilmiah berisi ringkasan data-data penelitian yang
penting. Data lengkapnya dapat disajikan pada Lampiran.
b. Tabel disajikan di tengah, simetris/sejajar dengan batas tepi kiri dan kanan pengetikan.
c. Kolom-kolom disusun dengan rapi sehingga mudah dibaca.
d. Jarak antara baris dalam tabel adalah satu spasi.
e. Garis batas tabel tidak melampaui batas tepi kertas.
f. Kolom tabel diletakkan sejajar dengan panjang kertas.
g. Tabel boleh diletakkan di tengah halaman di antara baris-baris teks. Dalam hal ini
jarak tabel dan kalimat di bawahnya adalah dua spasi.
h. Di atas garis batas tabel dituliskan nomor dan judul tabel, dengan ketentuan:

1) Jika judul tabel terdiri dari dua baris atau lebih, maka spasi yang digunakan
adalah satu spasi. Baris terakhir judul terletak dua spasi di atas garis batas atas tabel.

2) Nomor tabel terletak dua spasi di bawah baris terakhir teks. Nomor tabel terdiri
dari dua bagian, bagian pertama menunjukkan nomor bab tempat tabel itu
dimuat, dan bagian kedua menunjukkan nomor urut tabel pada bab itu. Contoh:
Tabel 2.5 menunjukkan bahwa tabel itu ada di BAB II dan tabel urutan
kelima pada bab itu.
i. Tabel yang memerlukan kertas yang lebih besar dari halaman naskah dapat
diizinkan, tetapi sebaiknya hanya tabel yang jika dilipat satu kali sudah mencapai
ukuran halaman naskah yang dimasukkan dalam teks.
j. Dalam setiap tabel tentang data, di bawah tabel tersebut harus dicantumkan
sumbernya dengan ukuran huruf (font) 10 dengan spasi tunggal (lihat Lampiran).
20

2. Gambar
a. Yang dimaksud dengan gambar adalah bagan, grafik, peta, diagram, atau foto.
b. Garis batas gambar diletakkan sedemikian rupa sehingga garis batas tersebut tidak
melampaui batas tepi kertas.
c. Untuk gambar besar, ukurannya diatur agar sejajar dengan batas tepi kiri dan kanan
pengetikan; sedangkan untuk gambar kecil yang tampilannya menjadi kurang bagus
kalau diperbesar, atur ukuran dan posisinya agar simetris dengan batas tepi halaman (tidak
sejajar, tapi jarak ke tepi kiri dan kanan sama).
d. Di atas gambar disajikan nomor dan judul gambar, dengan ketentuan:
1) Jika judul gambar terdiri dari dua baris atau lebih, spasi yang digunakan
adalah spasi tunggal. Baris terakhir judul terletak dua spasi di atas gambar.
2) Nomor gambar terletak dua spasi di bawah baris terakhir teks. Nomor gambar
terdiri dari dua bagian. Bagian pertama menunjukkan nomor bab tempat
gambar itu dimuat, sedangkan bagian kedua menunjukkan nomor urut tabel pada bab itu.
Contoh: Gambar 2.1 menunjukkan bahwa gambar tersebut adalah gambar urutan
pertama pada Bab II.
e. Gambar yang memerlukan halaman yang lebih besar dari halaman naskah disajikan
sebagai lampiran.
f. Jika ada keterangan gambar, keterangan tersebut ditulis pada tempat kosong di bawah
gambar (tidak diletakkan di halaman lain).
21

BAB IV

PENGGUNAAN BAHASA

Pemilihan atau penggunaan bahasa merupakan hal yang sangat krusial dalam penulisan karya
ilmiah. Hal ini bertujuan agar apa yang disampaikan oleh penulis skripsi bisa dipahami oleh
pembaca. Oleh karenanya, gunakan bahasa yang baik dan benar.Ketentuan penggunaan
bahasa dalam penyusunan karya ilmiah adalah sebagai berikut:
2. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia baku sebagaimana termuat dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)
3. Kalimat yang dibuat mesti lengkap, dalam arti ada subyek, predikat, obyek dan/atau
keterangan.
4. Satu paragraf terdiri dari minimal dua kalimat, yakni kalimat inti dan kalimatpenjelas.
5. Istilah yang digunakan adalah istilah Indonesia atau yang sudah diIndonesia-kan.
6. Istilah (terminologi) asing boleh digunakan jika memang belum ada padanannya dalam
bahasa Indonesia atau bila dirasa perlu sekali (sebagai penjelas/konfirmasi istilah, diletakkan
dalam kurung), dan diketik dengan menggunakan huruf miring.
7. Kutipan dalam bahasa asing diperkenankan namun harus diterjemahkan atau dijelaskan
maksudnya, dan ditulis dengan huruf miring (italic).
8. Hal-hal yang harus dihindari:
a. Penggunaan kata ganti orang pertama atau orang kedua (saya, aku, kami, kita, kamu).
Pada penyajian ucapan terima kasih di bagian Kata Pengantar, istilah “saya” diganti
dengan “penulis”.
b. Menonjolkan penulis dalam menguraikan penelitian.
c. Pemakaian tanda baca yang tidak tepat.
d. Penggunaan awalan di dan ke yang tidak tepat (harus dibedakan dengan fungsi di dan
ke sebagai kata depan).
e. Memberikan spasi antara tanda hubung atau sebelum koma, titik, titik koma, titik
dua, tanda tanya, tanda kurung, dan sejenisnya.
f. Penggunaan kata yang kurang tepat pemakaiannya dalam penulisan karya ilmiah.
22

Beberapa contoh kesalahan yang sering di jumpai dalam penyusunan karya ilmiah beserta
koreksinya sebagai berikut :

Contoh 1: Hubungan Subyek dan Predikat Salah:


Menurut Ichlasul Amal (1994) mengatakan bahwa pemerintah Indonesia
menghadapi dilema dalam melakukan desentralisasi dan demokratisasi.

Benar:
Menurut Ichlasul Amal (1994), pemerintah Indonesia menghadapi dilema dalam
melakukan desentralisasi dan demokratisasi.

Benar:
Ichlasul Amal (1994) mengatakan bahwa pemerintah Indonesia menghadapi
dilema dalam melakukan des entralis as i dan demokratisasi.

Contoh 2: di dan ke sebagai kata depan dan awalan Salah:


Sistem pemerintahan ditingkat desa telah di sempurnakan. Di lihat dari
perspektif politik, Kepala Desa yang di pilih langsung memiliki posisi tawar yang
lebih di banding Kepala Desa yang di tunjuk. Karenanya, arus aspirasi otonom
dari bawah keatas mengalir deras.

Benar:
Sistem pemerintahan di tingkat desa telah disempurnakan. Dilihat dari perspektif
politik, Kepala Desa yang dipilih langsung memiliki posisi tawar yang lebih besar
dibanding Kepala Desa yang ditunjuk. Karenanya, arus aspirasi otonom dari bawah
ke atas mengalir deras.
23

Contoh 3: Penggunaan tanda kurung Salah:


Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ( ABRI ) telah direorganisasi
menjadi Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) dan Kepolisian Republik Indonesia
( Polri ).

Benar: (kata di dalam kurung tanpa spasi)

Angkatan Bersenjata Republik Indones (ABRI) telah direorganisasi menjadi


Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

Contoh 4: Penggunaan huruf besar dan kecil Salah:


Kecamatan long iram terdiri dari beberapa Desa, yang sebagian di antaranya tidak
bisa dijangkau dengan transportasi darat.

Benar:
Kecamatan Long Iram terdiri dari beberapa desa, yang sebagian di antaranya
tidak bisa dijangkau dengan transportasi darat.

Contoh 5: Penggunaan tanda baca Salah:


Bagaimanakah hubungan antara identifikasi partai dengan voting behaviour
dalam pemilihan umum ?

Salah:
Bagaimanakan hubungan antara identifikasi partai dengan voting behaviour dalam
pemilihan umum?.

Benar: (tanpa spasi sebelum tanda tanya, tanpa titik setelah tanda tanya)
Bagaimanakan hubungan antara identifikasi partai dengan voting behaviour
dalam pemilihan umum?
24

Contoh 7: Jika-maka
Salah:
Jika pemerintah pusat tidak hanya memberi otonomi administrasi tapi juga
otonomi polittik. Maka daerah otonom akan lebih leluasa dalam menyelesaikan
persolan-persoalan di daerahnya.

Benar:

Jika pemerintah tidak hanya memberi otonomi administrasi tapi juga otonomi
politik, maka daerah otonom akan lebih leluasa dalam penyelesaikan persoalan-
persoalan di daerahnya.
16

BAB V

PENULISAN KUTIPAN DAN REFERENSI


PADA TEKS UTAMA

Mentaati etika ilmiah dalam pengutipan dengan menyebutkan sumber kutipan akan
menghindarkan diri dari perbuatan melakukan plagiasi atau plagiarisme. Bab ini
membahas jenis-jenis kutipan dan ketentuan penyebutan sumber rujukan, yang di dalamnya
meliputi pembahasan cara-cara pengutipan.

A. Jenis-Jenis Kutipan
1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung (direct quotation) adalah kutipan hasil penelitian, hasil karya, atau
pendapat orang lain yang penyajiannya sama persis dengan teks aslinya (yang dikutip).
Dalam merujuk sumber kutipan di teks utama, sebutkan referensinya dengan menulis nama
pengarang, tahun penerbitan, dan nomor halamannya.

a. Jika jumlah kata kutipan tidak lebih dari tiga baris, kutipan tersebut diketik dengan
jarak dua spasi dan diberi tanda petik. Contoh:

Ratnawati (2006:148) menegaskan bahwa “Hasil pemilu 1999 dan pemilu 2004
secara gamblang menunjukkan bahwa PDI-P leading di Kabupaten Bantul.”

b. Jika jumlah kata kutipan lebih dari tiga baris, kutipan diketik pada garis baru,
sejajar dengan awal alinea baru, berjarak satu spasi, dan tanpa tanda petik:

Menurut Miriam Budiardjo (1992:4-5), dalam pemilu yang menggunakan


sistem distrik:

negara dibagi dalam sejumlah besar distrik pemilihan (kecil) yang kira-
kira sama jumlah penduduknya. Jumlah penduduk distrik berbeda dari
satu negara ke negara lain, misalnya di Inggris jumlah penduduknya
kira-kira 500.000 orang dan India lebih dari 1 juta orang. Karena satu
distrik hanya berhak atas satu wakil, maka calon yang memperoleh suara
pluralitas (suara terbanyak) dalam distriknya menang.
17

Atau (jika huruf “n” kecil dalam kata “negara” diganti dengan huruf “N” besar dalam kata
“Negara”):

Menurut Miriam Budiardjo (1992:4-5), dalam pemilu yang menggunakan


sistem distrik:
[N]egara dibagi dalam sejumlah besar distrik pemilihan (kecil) yang
kira-kira sama jumlah penduduknya. Jumlah penduduk distrik berbeda
dari satu negara ke negara lain, misalnya di Inggris jumlah
penduduknya kira-kira 500.000 orang dan India lebih dari 1 juta orang.
Karena satu distrik hanya berhak atas satu wakil, maka calon yang
memperoleh suara pluralitas (suara terbanyak) dalam distriknya menang.

c. Jika kutipan memakai bahasa asing, kutipannya ditulis dalam huruf miring. Contoh:

Berkenaan dengan peradaban, Huntington (1996:303) mengatakan sebagai


berikut:

The overriding lesson of the history of civilization, however, is that


many things are probable but nothing is inevitable. Civilizations can and
have reformed and renewed themselves. The central issue for the West is
whether, quite apart from any external challenges, it is capable of
stoping and reversing the internal processes of decay.

d. Jika mengutip bukan dari buku/sumber aslinya, melainkan dari pengarang lain
(mengutip sebuah kutipan), maka tambahkan kata “dalam” ketika menyebut
referensinya. Contoh: Afan Gaffar menulis sebuah buku dan di dalam bukunya ia
mengutip pendapat Giovanni Sartori; penulis skripsi kemudian mengutip pendapat
Sartori yang terdapat dalam buku Gaffar tersebut; maka penulisan referensinya
adalah sebagai berikut:

Menurut Sartori (dalam Gaffar 1992:37), “[t]he hegemonic party system


neither allows for a formal nor a defacto competition for power. Other
parties are permitted to exist, but as second class, licensed parties.”

17
18

Atau:
Seorang pakar ilmu politik, yang banyak mengamati perilaku partai politik,
mengatakan bahwa “[t]he hegemonic party system neither allows for a formal
nor a defacto competition for power. Other parties are permitted to exist, but
as second class, licensed parties” (Sartori, dalam Gaffar 1992:37).

2. Kutipan Tidak Langsung


Kutipan tidak langsung (indirect quotation) merupakan kutipan hasil penelitian, hasil
karya, atau pendapat orang lain yang penyajiannya tidak sama dengan teks aslinya,
melainkan menggunakan bahasa atau kalimat penulis/peneliti sendiri. Dalam
pengutipan ini, sumber rujukan harus disebutkan, baik dengan nomor halaman atau
tanpa nomor halaman.

Paling sedikit ada dua jenis kutipan tidak langsung atau ada dua cara dalam mengutip
secara tidak langsung. Pertama, dengan meringkas, menyimpulkan, atau merujuk
pokok-pokok pikiran orang lain. Contoh: Penyusun skripsi yang meringkas atau merujuk
pokok-pokok pikiran (pendapat) Huntington tentang gelombang demokratisasi di dunia ini
dalam bukunya The Third Wave of Democratization:

Gelombang demokratisasi yang ada di dunia ini bisa dibagi menjadi tiga
periode, yakni demokratisasi gelombang pertama yang berlangsung
antara 1828-1926, demokratisasi gelombang kedua yang terjadi antara 1943-1962,
dan demokratisasi gelombang ketiga yang dimulai dari tahun 1974 sampai
tahun1990-an (Huntington 1991). Mengingat sekarang masih banyak rejim-rejim
otoriter, apakah akan ada gelombang demokratisasi keempat?

Kedua, dengan melakukan paraphrase, yakni pengubahan struktur/susunan kalimat


aslinya menjadi kalimat lain tanpa mengubah isi atau subtansi kalimat/alinea.
Contoh:
19
Kalimat asli yang dibuat oleh Miriam Budiardjo:

Berkenan dengan sistem pemilu, Miriam Budiardjo mengatakan:

Pada umumnya kita kenal dua sistem pemilu, masing-masing dengan


beberapa variasinya. Dalam sistem distrik, satu wilayah (yaitu
distrik pemilihan) memilih satu wakil tunggal (single-member
constituency) atas dasar pluralitas (suara terbanyak). Dalam system
proporsional, satu wilayah (yaitu daerah pemilihan) memilih beberapa
wakil (multi-member contituency), yang jumlahnya ditentukan atas
dasar rasio, misalnya 400.000 penduduk (Budiardjo 1982:4)

Kalimat paraphrasenya:

Sistem distrik dan sistem proporsional adalah dua jenis sistem pemilihan
umum yang paling populer, yang masing-masing sistem ini memiliki variannya
sendiri-sendiri. Dalam sistem distrik, jumlah pemenangnya—yang akan menjadi
wakil di parlemen—adalah satu orang, sedangkan dalam sistem proporsional
jumlah wakil yang akan mewakili suatu daerah pemilihan adalah beberapa
orang sesuai dengan proporsi perolehan suaranya (Budiardjo 1982:4).

B. Pencantuman Referensi Kutipan atau Sumber Rujukan


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencantumkan referensi atau sumber rujukan
sebuah kutipan beserta contoh-contohnya adalah sebagai berikut:
1. Ketentuan-ketentuan umum dalam pengutipan sebuah teks:
a. Cantumkan nama pengarang dan tahun terbit dengan format sebagaimana
yang telah disebutkan, yakni “(Nama keluarga/belakang Tahun)” atau ”Nama
lengkap atau keluarga/belakang (Tahun)”. Gelar pengarang tidak disebutkan;
Tahun ditulis dengan angka empat digit.
b. Untuk kutipan langsung, nomor halaman harus disebutkan.
c. Untuk kutipan tidak langsung, nomor halamannya bisa disebutkan atau bisa
juga tidak disebutkan (disesuaikan, bila dirasa perlu, dsb).
d. Gunakan tanda baca “:“ (titik dua) di antara tahun dan nomor halaman,
diketik tanpa spasi.
20
2. Referensi kutipan bisa diletakkan di awal kalimat, di tengah kalimat, dan di akhir
kalimat/kutipan. Contoh dari masing-masing referensi kutipan ini adalah sebagai
berikut:

Contoh 1 (referensi di awal kalimat):

Rozi et al. (2006:5) mengamati bahwa meluasnya pertikaian antar masyarakat


beberapa saat setelah Orde Baru tumbang dikarenakan “gagalnya upaya-upaya
penghentian kekerasan atau dalam beberapa kasus tampak adanya indikasi
‘pembiaran’ oleh aktor-aktor Negara.”

Contoh 2 (referensi di tengah kalimat):

Berkenaan dengan meluasnya pertikaian antar masyarakat beberapa saat setelah


Orde Baru tumbang, Rozi et al. (2006:5) mengamati bahwa “gagalnya upaya-
upaya penghentian kekerasan atau dalam beberapa kasus tampak adanya indikasi
‘pembiaran’ oleh aktor-aktor Negara.”

Contoh 3 (referensi di akhir kalimat/kutipan):

Rozi dan beberapa ahli mengamati bahwa meluasnya pertikaian antar masyarakat
beberapa saat setelah Orde Baru tumbang dikarenakan “gagalnya upaya-upaya
penghentian kekerasan atau dalam beberapa kasus tampak adanya indikasi
‘pembiaran’ oleh aktor-aktor Negara” (Rozi et al. 2006:5).

Penyebutan referensi di akhir kalimat/kutipan seperti tersebut di atas sering sangat


diperlukan dalam kutipan tak langsung (mis. paraphrase) untuk menunjukkan kepada
pembaca tentang bagian mana yang merupakan pendapat pengarang A, pengarang B,
penulis/peneliti, dan lain sebagainya. Contoh:

Sistem distrik dan sistem proporsional adalah dua jenis sistem pemilihan
umum yang paling populer, yang masing-masing sistem ini memiliki variannya
sendiri-sendiri. Dalam sistem distrik, jumlah pemenangnya—yang akan
21
menjadi wakil di Dewan Perwakilan Rakyat—adalah satu orang, sedangkan
dalam sistem proporsional jumlah wakil yang akan mewakili suatu daerah
pemilihan adalah beberapa orang sesuai dengan proporsi perolehan
suaranya (Budiardjo 1982). Mengenai sistem mana yang lebih cocok untuk
diterapkan di suatu negara, hal ini tergantung dari sejarah negara yang bersangkutan,
kesiapan penduduk, geografi wilayah, dan lain sebagainya (Gaffar 1999).

3. Jika suatu tulisan mempunyai dua atau tiga penulis, gunakan kata “dan “ dalam teks
tetapi gunakan simbol “&“ dalam rujukan referensi langsung (running notes).

Contoh 1:

Max Weber telah meletakkan prinsip-prinsip dasar birokrasi yang rasional agar
bisa melayani masyarakat dengan baik. Namun birokrasi yang gemuk dan
kompleks, bisa menimbulkan masalah. Dalam pandangan Osborne dan Plastrik
(2001), birokrasi yang gemuk dan lamban perlu dipangkas agar lebih efisien dan
lincah dalam merespon permintaan layanan dari masyarakat.

Contoh 2

Dalam pandangan Osborne dan Plastrik, birokrasi yang gemuk dan lamban perlu
dipangkas agar lebih efisien dan lincah (Osborne & Plastrik 2001). Upaya-upaya
seperti ini bisa mendorong penciptaan akuntabilitas dan responsibilitas birokrasi
(Thoha 2006).

Contoh 3:

Kata “strategi” dulunya dipakai di kalangan militer atau dalam peperangan.


Kata ini berasal dari ”kata strategos dari Yunani yang berarti ’jenderal.’ Jenderal
yang baik memulai dengan menyusun strategi: bukan rencana operasional, tetapi
pendekatan yang mampu mengubah keseimbangan kekuatan di lapangan” (Osborne
& Plastrik 2001:31).
22

4. Untuk dua sampai tiga pengarang, sebutkan nama mereka semuanya (misalnya:
Torgerson, Andrew & Smith 2001), sedangkan untuk empat atau lebih penulis,
gunakan ”et al.” (misalnya: Rozi et al. 2001).

5. Untuk mengutip lebih dari satu tulisan yang ditulis oleh seorang penulis,
gunakan huruf kecil “a, b, c” untuk mengidentifikasi tulisan yang dipublikasikan
pada tahun yang sama oleh penulis yang sama. Contoh: ”(Thompson 2000a)” dan
”(Thompson 2000b)”. Kemudian gunakan ”2000a” dan ”2000b” untuk tahun
terbitnya dalam Daftar Pustaka.

6. Jika penulisnya adalah korporat, lembaga, atau organisasi yang namanya cukup panjang,
nama lengkap dari korporat, lembaga, atau organisasi ini ditulis ketika pertama kali
disebut dan singkatannya diletakkan dalam tanda kurung. Untuk selanjutnya,
penyebutannya cukup singkatannyasaja. Penulisan referensi dalam running notes
adalah singkatannya. Contoh:

United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific
(UNESCAP) memakai terminologi “governance” dalam beberapa konteks,
seperti corporate governance, national governance, dan local governance
(UNESCAP 2005). Pemakaian istilah “governance“ dalam beberapa konteks
oleh UNESCAP ini kemudian dirujuk oleh banyak ahli (lihat Holtz 2002, Conyon
2008, Lee & Yoo 2008, Bauwhede & Willekens 2008).

7. Sumber dari Majalah/Koran

a. Majalah:

Peringkat universitas-universitas yang ada di Indonesia berada jauh di bawah


dibandingkan dengan beberapa universitas lain di Asia. UI, misalnya, masuk
dalam peringkat 395, sementara ITB dan Universitas Gajah Mada masing-
masing masuk peringkat 369 dan 60 (Tempo, 17 Februari 2008).
23

b. Koran:

Sebagaimana terjadi di beberapa negara sedang berkembang, di Indonesia


juga ditemukan bahwa bahwa banyak kasus korupsi yang terjadi atas nama
pemberantasan korupsi (Kompas, 11 Maret 2008).

8. Sumber Online
a. Sebuah sumber online dikutip dengan cara yang sama seperti sumber
yang dicetak, yakni dengan mencantumkan nama penulis/organisasi,
nama website, atau pemilik website diikuti oleh tahun publikasi dan tanggal
akses (URL-nya dicantumkan di Daftar Pustaka).

(Schino 2001, diakses 12 Juni 2007)


(UNESCO 2006, diakses 17 Mei 2007)
(ICG 2008, diakses 12 Maret 2008)
(Amnesty International 2007, diakses 27 Mei 2008)

b. Jika hanya ada nama penulis/organisasi tanpa tahun terbit, cantumkan tahun terbit
dengan n.d. (no data) dan tanggal akses (URL-nya dicantumkan di Daftar
Pustaka). Contoh:

(Anderson n.d., diakses 8 Maret 2007)


(FAO n.d., diakses 27 Oktober 2006)
(FreedomHouse n.d., diakses 12 Juli 2007)

c. Jika tidak ada nama penulis/organisasi/pemilik website/nama website dan tahun


penerbitan atau keduanya tidak jelas:

1) Bila URLnya relatif pendek, cantumkan URL-nya dan tanggal akses.


24

(www.freethinking.com, diakses 8 Juli 2007)


(www.pol4u.com, diakses 27 Maret 2006)

2) Bila URL-nya relatif panjang, cantumkan URL dan tanggal akses pada catatan
kaki (footnote) dengan ukuran huruf 10. Contoh penulisan: lihat Bab III
huruf B nomor 3 pada Bagian Pertama buku ini.

9. Penulisan Hasil Wawancara

a. Mengutip beberapa kata penting dari ucapan narasumber:


Dalam mengutip hasil wawancara, penulis bisa mengutip beberapa kata
kunci/penting yang pendek yang disampaikan oleh narasumber atau responden
guna memberi tekanan atau untuk menunjukkan ”bukti verbal” kepada
pembaca. Contoh:

Desa ini merupakan basis dari Partai X sehingga tidak mengherankan


bila Partai X selalu menang dalam beberapa kali Pemilu. Namun dalam
Pemilu yang baru saja usai Partai X dikalahkan secara telak oleh Partai Y.
Menurut seorang tokoh masyarakat, partai ini bisa menang telak karena partai Y
melakukan “serangan fajar“ dengan cara “membagi-bagikan uang“ dalam
jumlah “yang tidak sedikit“ (Anonim, wawancara, 28 Februari 2008).

b. Mengutip kalimat yang diucapkan oleh narasumber apa adanya: Pengutipan


kalimat narasumber apa adanya (persis seperti yang disampaikan oleh
narasumber) yang jumlah katanya tidak lebih dari tiga baris atau lebih dari tiga
baris mengikuti aturan penulisan Kutipan Langsung sebagaimana dijelaskan di
depan.

Contoh kutipan wawancara yang tidak lebih dari tiga baris:

Berkenaan dengan kegiatan pembalakan liar (illegal logging), seorang tokoh


masyarakat mengatakan bahwa ”kegiatan illegal logging di wilayah ini sudah
sangat parah, dan upaya untuk membasminya seperti menegakkan benang
basah” (Suparlan, wawancara, 21 Juli 2007).
25
Contoh kutipan wawancara yang lebih dari tiga baris:

Berkenaan dengan kegiatan pembalakan liar (illegal logging), seorang tokoh


masyarakat mengatakan sebagai berikut:

Kegiatan illegal logging di wilayah ini sudah sangat parah, dan upaya
untuk membasminya seperti menegakkan benang basah. Banyak pihak
yang terlibat, mulai dari oknum-oknum aparat sampai masyarakat sendiri.
Semuanya punya alasan atau logikanya sendiri-sendiri mengapa
mereka tetap melakukan, mendukung, atau menutup mata atas
kegiatan tersebut. Jika hutan itu nanti tandus, apa yang masih bisa kita
wariskan kepada anak cucu kita? (Suparlan, wawancara, 21 Juli 2007).

c. Merujuk, meringkas, atau menyimpulkan ucapan narasumber:

Ada perbedaan pendapat tentang hal ini. Sekretaris Desa, Budi Rahman,
mengatakan bahwa semua prosedur sudah dilakukan (wawancara, 12 Mei
2007), sementara seorang tokoh masyarakat, Fadjar Susanto, mengatakan bahwa
masih ada prosedur yang belum dilakukan (wawancara, 24 Juni 2007).

d. Kutipan wawancara untuk menghindari pengulangan-pengulangan:

Sekretaris Desa, Budi Rahman, mengatakan bahwa semua prosedur sudah


dilakukan (wawancara, 12 Mei 2007). Hal senada juga disampaikan oleh
Ketua LPM (wawancara, 15 Mei 2007), Ketua Kadarkum (wawancara, 24 Juni
2007), dan Ketua PKK (wawancara, 5 Juli 2007).

10. Referensi Komunikasi Personal


Komunikasi personal adalah komunikasi yang dilakukan secara pribadi/personal
dengan narasumber dan bukan berbentuk wawancara terstruktur atau semi-
terstruktur. Komunikasi personal termasuk hasil percakapan, surat-menyurat,
komunikasi melalui email, telepon, dan lain sebagainya. Sumber rujukan
narasumber hanya dicantumkan di teks utama (tidak dicantumkan di Daftar
Pustaka). Contoh:
26

Di desa yang kelihatannya damai, tentram, dan sejuk ini, situasinya sebenarnya
seperti bara dalam sekam dan berpotensi terjadinya konflik frontal. Menurut
seorang tokoh masyarakat, Budiarso, konflik yang terpendam ini sudah terjadi
sejak lama (komunikasi personal, 12 Maret 2008). Narasumber lain menjelaskan,
pemicu ketegangan tersebut adalah persaingan pribadi antara dua mantan calon
Kepala Desa, yang memakai isu etnis dalam memobilisasi massanya (Anonim,
komunikasi personal, 27 Mei 2008). Hal ini dikonfirmasi oleh seorang peneliti
dari Italia yang sudah lama tinggal di desa itu (Jenny Eghenter, komunikasi
personal, 3 Juni 2008).
27
BAB VI

PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

A. Ketentuan Umum
Ketentuan-ketentuan umum penulisan Daftar Pustaka dalam sebuah karya ilmiah adalah
berikut:

1. Hanya referensi-referensi yang disebut dalam teks utama yang dimasukkan


dalam daftar referensi. Gunakan judul Daftar Pustaka pada halaman yang memuat
daftar referensi.

2. Referensi-referensi berupa hasil komunikasi personal, wawancara, dan sejenisnya,


tidak dimasukkan dalam Daftar Pustaka (kecuali hasil wawancara yang dimuat
dalam suatu penerbitan).

3. Gelar pengarang tidak dicantumkan.

4. Daftar referensi disusun menurut abjad

5. Ketik baris pertama dari setiap referensi rata kiri, dan baris selanjutnya masuk ke
dalam (hanging) satu sentimeter atau lima spasi.

6. Dari satu referensi ke referensi lainnya diberi jarak dua spasi.

7. Jika referensi dalam Daftar Pustaka terdiri dari berbagai kategori (buku, dokumen-
dokumen, koran/majalah, sumber internet, dsb), kelompokkan referensinya sebagai
berikut:
a. Untuk buku-buku, jurnal, proceedings, laporan penelitian, diktat, dan sejenisnya,
tidak perlu diisi nama kategori (referensi utama)
b. Masukkan referensi berupa Undang-Undang, Peraturan, SK, dokumen-
dokumen, Berita Acara, dan sejenisnya dalam kategori: Dokumen-Dokumen.
c. Masukkan referensi yang berasal dari majalah, koran ke dalam kategori:
Majalah [jika hanya berisi sumber dari majalah], Koran [jika hanya berisi
sumber dari], atau Majalah/Koran [jika berisi sumber dari majalah dan koran].
d. Masukkan referensi yang berasal dari internet dalam kategori: Sumber
Internet.
e. Dan kategori lainnya (bila dianggap perlu)
28

B. Ketentuan Khusus:
Ketentuan-ketentuan khusus dalam penulisan Daftar Pustaka dijelaskan dalam uraian berikut:

1. Referensi dari Buku:


a. Daftar Pustaka disusun menurut urutan abjad.
b. Penyebutan referensi dalam Daftar Pustaka dimulai dengan nama penulis
(nama keluarga/belakang, nama depan) [titik], tahun publikasi [titik], judul
buku dicetak miring [titik], tempat publikasi [titik dua], penerbit [titik]. Contoh:

Ratnawati, Tri. (2006). Potret Pemerintahan Lokal di Indonesia di


MasaPerubahan: Otonomi Daerah Tahun 2000- 2005. Jakarta:
Pustaka Pelajar.

c. Buku yang dikarang oleh dua atau tiga pengarang, penulisannya sebagai berikut
berikut:

Osborne, David, dan Plastrik, Peter. (2004). Memangkas


Birokrasi: Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha.
Jakarta: Penerbit PPM.

d. Jika sebuah buku mempunyai empat atau lebih penulis, cantumkan penulis
pertama, diikuti dengan et al. untuk mengindikasikan penulis lainnya:

Rozi,Syafuan et al.(2006). Kekerasan Komunal: Anatomi dan Resolusi


Konflik di Indonesia. Yakarta: Pustaka Pelajar.

e. Jika sebuah buku terdiri tiga pengarang atau lebih dan ada pengarang yang namanya
terdiri dari satu kata (tanpa nama keluarga/belakang), maka penulisannya memakai
tanda titik koma (;) untuk membedakan pengarang satu dengan lainnya. Contoh:

Sulistiyo, Herman; Sulaiman; dan Sulastri, Sri. (2007). Otonomi


Desa di Era Otonomi Daerah. Semarang: Pena Mas.

Atau:

Setiawan, Hawe; Suranto, Hanif; dan Istianto. (1999). Negeri Dalam


Kobaran Api: Sebuah Dokumentasi Tentang Tragedi Mei 1998.
Jakarta: Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP).
f. jika referensinya adalah seorang pengarang dengan dua karya ilmiah maka
29
nama pengarang tersebut di urutan kedua ditulis dengan “_____.” (garis
bawah panjang [titik], yang artinya sama atau idem) dan referensinya diurut
secara kronologis (tahun terbit tulisan/buku), bukan secara alfabetis. Contoh:

Sihbudi, M. Riza.( 1992). “Politik, Parlemem, dan Oposisi di Ian Pasca-


Revolusi.” Jurnal Ilmu Politik, No. 11, 31-44.

_____. 1998. “Konflik Lebanon: Pertalian Antara Berbagai


Kepentingan.” Jurnal Ilmu Politik, No. 3, 68-81.

g. Jika referensi pertama adalah seorang pengarang dengan karya ilmiah yang dibuat
sendiri, dan dalam referensi kedua pengarang ini membuat karya ilmiah dengan
orang lain, maka referensi kedua ditulis dengan “_____, dan pengarang lain”
(garis bawah panjang [koma] dan pengarang lain). Contoh:

Collier, Paul. 1998. “On the Economic Consequences of Civil War.” Dalam
Oxford Economic Papers 51 (1999, 168- 83). Washington DC: The
World Bank.

_____, dan Hoeffler, Anke. 1999. Justice-Seeking and Loot-Seeking in


Civil War. Washington DC: The World Bank, February 17th, 1999.

Dengan pola penulisan yang sama, referensi di Daftar Pustaka bisa seperti di bawah
ini:

Collier, Paul. (1998). “On the Economic Consequences of Civil War.” Dalam
Oxford Economic Papers 51 (1999, 168- 83). Washington DC: The
World Bank.

_____. (2000) “Doing Well Out of War: An Economic Perspective.”


Dalam Berdal, Mats, dan Malone, David. M (eds). Greed and
Grievance; Economic Agenda in Civil Wars. Ottawa: Lynne Rienner
Publisher.

_____, dan Hoeffler, Anke.(1999) Justice-Seeking and Loot-Seeking in Civil


War. Washington DC: The World Bank, February 17th.

h. Referensi dengan pengarang yang sama dan tahun terbit yang sama disusun
30

secara alfabetis dan ditandai dengan huruf kecil (a, b, c) tepat setelah tahun.

BPS Kutai. (2000)a. Kecamatan Long Bagun Dalam Angka 2000 (Long Hubung
Sub District in Figure 2000). Tenggarong: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Kutai.

_____. (2000)b. Kecamatan Long Hubung Dalam Angka 2000 (Long Bagun Sub
District in Figure 2000). Tenggarong: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Kutai.

i. Sebuah buku yang ditulis oleh korporat, lembaga atau organisasi disusun
seperti berikut :
The World Bank. (2007). Minding the Gaps: Integrating Poverty Reduction
Strategies and Budgets for Domestic Accountability. Washington:
The World Bank.

United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific
(UNESCAP). 2008. Economic and Social Survey of Asia and the
Pacific 2008. Bangkok: UNESCAP

j. Untuk buku yang diedit, di dalam Daftar Pustaka referensinya disusun seperti
berikut:

1) Satu orang editor:

Mar’iyah, Chusnul (ed).( 2005). Indonesia-Australia: Tantangan dan


Desempatan dalam Hubungan Politik Bilateral. Jakarta: Granit.

2) Lebih dari satu orang editor:

Dwipayana, AAGN Ary, dan Eko, Sutoro (eds). Membangun


Good Governance di Desa. Yogyakarta: IRE Press.

k. Artikel dalam buku:

Tahun terbit referensi untuk artikel dalam buku hanya ditulis satu kali (karena
umumnya sama), kecuali disebutkan bahwa tahun terbit artikel untuk pertama
31
kalinya (atau copyrightnya) berbeda dengan tahun terbit buku.

Linz, Juan, dan Stephan, Alfred. (2001). ”Some Thought on


Decentralization, Devolution, and the Many Varieties of Federal
Arrangements.” Dalam Liddle, R. William (ed). Crafting Indonesian
Democracy. Bandung: Penerbit Mizan.

2. Referensi dari Diktat/Bahan Ajar:

Abdullah. (2001). Sistem Kepartaian. Bahan Ajar. Samarinda: Program S1


Pemerintahan Integratif.

3. Referensi dari Terbitan Berkala Ilmiah (Jurnal Ilmiah, dsb)

a. Jika Volume dan Nomor terbitannya lengkap, penyebutannya: nama jurnal,


volume, nomor (dalam kurung), halaman.

Blanton, Shannon Lindsey. (1999). “Instruments of Security or Tools of


Repession? Arms Imports and Human Rights Conditions in Developing
Countries.” Journal of Peace Research 36(2):233-244.

b. Jika tidak ada Volume-nya:

Budiardjo, Miriam. (1992). “Sistem Pemilu dan Pembangunan Politik.”


Jurnal Ilmu Politik, No. 11, 3-27.

4. Referensi dari Majalah


Penulisan referensi yang bersumber dari majalah adalah sebagai berikut :

a. Jika ada nama pengarangnya:

Basri, Muhammad Chatib. (2008). “Mosaik Modal, 10 Tahun Setelah


Krisis.” Tempo, 18 Mei, 100-101.

b. Jika tidak ada nama pengarangnya:


32

Tempo, 18 Mei 2008.

5. Referensi dari Surat Kabar/Koran


a. Jika ada nama pengarangnya:

Syamsuddin, Amir. (2008) “Penemuan Hukum ataukah Perilaku ’Chaos’?”


Kompas, 4 Januari.

b. Jika tidak ada nama pengarangnya :

Kaltim Post, 7 Maret 2008.

6. Referensi dari Abstrak


Jika mengutip dari abstrak, penulisannya sama halnya dengan mengutip dari
majalah atau jurnal, tetapi dengan mencantumkan kata “Abstrak” dalam tanda
kurung “[ ]”.

Rosen, G. (2000). “Public School Alternatives: The Voucher Controversy”


[Abstract]. Current, 423, 3-8.

7. Referensi dari Review Buku


Contoh berikut merupakan cara menulis referensi yang berasal dari review sebuah
buku.
Darmadi, Yusril.( 2000.) “Menjelajah Tafsir Sejarah” [Review buku:
Penjelasan Sejarah]. Tempo, 30 Maret.

8. Hasil Wawancara Tertulis dalam Sebuah Penerbitan


Referensi hasil wawancara yang dimuat dalam sebuah tulisan, penulisan referensinya
adalah sebagai berikut:

Indrawati, Sri Mulyani. (2008). “Kelompok Menengah-Bawah Akan Badly


33

Hurt” [Wawancara]. Tempo, 25 Mei, 243-244

9. Sumber dari Internet


a. Artikel online yang referensinya lengkap

Collier, Paul, dan Hoeffler, Anke. (1999). Justice-Seeking and Loot-Seeking


in Civil War. Washington DC: The World Bank.
http://www.worldbank.org/research/collier.pdf (diakses 23 Agustus 2003).

b. Artikel Jurnal yang online

Ernada, Sus Eko. (2005). “Challenges to the Modern Concept of Human


Rights.” Jurnal Sosial-Politika 6(11):1-12.
http://www.jsp.or.id/jsp_articles/jsp_vol6_no11_1jul05_ 1eko.pdf (diakses 4
Maret 2007).

c. Artikel online yang referensinya tidak lengkap

2) Tanpa tempat terbit dan penerbit:

Levy, Marc. (2000.) Environemental Scarcity and Violent Conflict: A Debate.


http://wwics.si.edu/organiza/affil/WWICS/
PROGRAMS/DIS/ECS/report2/ debate.htm (diakses 4 Juli 2002).

3) Tanpa tahun terbit, tempat terbit, dan atau penerbit:

Aditjondro, George. n.d. The Political Economy of Violence in


Maluku,Indonesia. http://www.munindo.brd.de (diakses 21 September
2001).

10. Online Massages


Teks-teks atau pesan-pesan online yang dapat diakses oleh pembaca —seperti
34

pesan-pesan yang dikirimkan pada sebuah newsgroup, discussion/mailing list


(mail forum), signboard atau forum online (web forum), dan lain sebagainya—
daftar referensi di dalam Daftar Pustaka dibuat sebagai berikut:

Sius, Nugra. (2007). Melihat Wajah Kaltim Hari Ini. http://group.


yahoo.com/group/unmulnet/message/5805, 6 Agustus (diakses 6
Januari 2008).

11. Cakram Digital (CD, VCD, DVD, dsb)

Care International. (2001). Forest Resource Management for Carbon


Suguestration [VCD]. Samarinda, Jakarta: Care International.

Walhi. n.d. Hari Esok Yang Menghilang [DVD]. Jakarta: Wahana


Lingkungan Hidup (Walhi).

12. Pita Kaset Video (Videotape)

Braakman, Lydia, dan Edwards, Karen. n.d. The Art of Building Facilitation
Capacities [Videotape]. Bangkok, Thailand: RECOFTC

BAB VII

KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PENULISAN MAKAKAH ILMIAH

A. BAGIAN – BAGIAN DAN PENGATURAN MAKALAH ILMIAH

Makalah ilmiah ini terdiri dari tiga bagian :

1. Bagian permulaan yang terdiri dari :

a. Sampul

Diwajibkan sama untuk setiap angkatan.Pada sampul dicetak judul makalah ilmiah
(paling atas), lalu berturut – turut kebawah logo akademi keperawatan, nama
mahasiswa lengkap dengan nomor induknya dan paling bawah adalah tempat
(misalnya: Akademi Keperawatan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto,
35
Jakarta 2011.

Contoh : lampiran 1

b. Halaman judul

Sama dengan sampul,namun warna dasar putih tulisan hitam.

Halaman judul merupakan halaman pertama makalah ilmiah,namun halaman “ i “


tidak dicantumkan.

c. Halaman persetujuan

Yaitu lembar yang berisi persetujuan dari Direktur dan pembimbing bahwa makalah
ilmiah diajukan untuk diujikan. Paling atas ditulis:

Makalah ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada ……………..” ini telah
disetujui untuk diujikan pda ujian sidang dihadapan tim penguji.

Empat spasi ditulis ‘ Pembimbing “ ,lalu enam spasi kebawah lagi nama
pembimbing.Delapan spasi dibawah nama pembimbing ditulis mengetahui Direktur
Akademi Keperawatan RSPAD Gatot Soebroto dan enam spasi kebawah berikutnya
nama direktur .

Contoh :Lampiran 2

d. Halaman pengesahan

Yaitu: lembar pengesahan dari penguji.halaman ini disediakan dan diisi setelah
pelaksanaan ujian dari makalah ilmiah telah diperbaiki (bila diperlukan /bila ada
perbaikan)

Contoh : Lampiran 3

e. Halaman Riwayat Hidup

Dapat diletakan sesudah halaman motto


36

f. Halaman Motto

Bila ada, diletakan sebalum kata pengantar

g. Abstrak

Merupakan ulasan singkat dari masalah yang dibahas ,alasan dan tujuan, metode yang
digunakan, dan implementasi dari hasil tersebut.Jumlah kata yang digunakan dalam
abstrak sebanyak 600 kata atau 2/3 halaman diketik Satu spasi diletakan sebelum kata
pengantar. Abstrak tidak perlu diberi indeks berarti tidak dicantumkan didaftar isi.

h. Kata Pengantar

Isinya menyampaikan maksud dan tujuan penyusunan makalah ilmiah, ucapan terima
kasih dan harapan-harapan manfaat makalah ilmiah bahkan permohonan kritik-kritik
yang membangun dari pembaca.Dengan adanya “kata pengantar” ini ,maka harus
diikuti pencantuman penulis dipojok bawah sebelah kanan sejauh empat spasi dari
baris terakhir.

i. Daftar Isi

Menggambarkan sistematika atau garis besar isi makalah ilmiah.Daftar isi ini gunanya
untuk memudahkan pembaca memperoleh bagian yang dikehendaki tanpa membuka
halaman perhalaman.daftar isi disusun teratur berurutan nomor halaman,dan memuat :

- daftar table

- Daftar gambar/ilustrasi

- Judul bab dan sub bab

- Daftar Kepustakaan

- Daftar singkatan dan simbul ( bila ada )

- Lampiran

j. Daftar Tabel
37
Menggambarkan sistematika table yang ada. Daftar table diketik seperti daftar
isi,nomor table menggunakan huruf arab. Penomoran tabel sesuai dengan nomor bab.
Contoh : Tabel 2-1 artinya table yang kesatu yang terdapat di bab dua. Judul table
dalam daftar darus sama dengan judul pada tulisan, judul yang panjang sehingga
memerlukan baris di bawahnya diberi antara satu spasi dan masuk kedalam dimulai
pada ketuk kelima, antara judul table dengan judul table berikutnya diberi jarak dua
spasi.

k. Daftar Lampiran

Menggambarkan sistematika lampiran yang ada ,cara penulisannya sama dengan daftar
tabel .

l. Daftar Gambar /ilustrasi :Bila ada

Cara penulisanya sama dengan daftar tabel.

m.Daftar Singkat/simbul ; Bila diperlukan

Daftar ini dibuat dalam tulisan banyak singkatan atau simbul-simbul,tetapi bila hanya
beberapa saja maka arti kata – kata tersebut dapat langsung diterangkan pada catatan
kaki saja atau dengan mencantumkan tulisan lengkap terlebih dahulu lalu menuliskan
singkatannya didalam dua tanda kurung .

2. Bagian isi

Yang terdiri dari Bab I sampai dengan Bab V ,sebagaimana telah ditrangkan pada
bagian dua buku ini.

3. Bagian Penutup

Yang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran – lampiran :


38

a. Daftar Pustaka

Daftar pustaka yang digunakan meliputi 5 buah buku keperawatan dan 5 buah buku
penunjang dengan ketentuan terbit 10 tahun terakhir. Daftar ini memuat suatu daftar
yang yang lengkap tentang informasi /rujukan yang telah digunakan dalam
penyusunan makalah ini, meliputi semua bahan yang telah dikutip penulis, kecuali
bahan – bahan yang tidak diterbitkan dan tidak dapat diperoleh diperpustakaan,
sehingga pembaca tidak dapat menelusuri kembali.

Bahan seperti keterangan pribadi ,hasil diskusi dengan pembimbing, hand out, catatan
kuliah dan semua tulisan-tulisan yang tidak diterbitkan tidak dimasukan dalam daftar
pustaka. Namun bila ini dianggap penting sebagai

sumber dapat ditulis sebagai catatan kaki.

Contoh yang dapat dimasukan daftar pustaka :

Semua buku dapat diterbitkan, majalah, bulletin, Koran dan sebagai pengecualian
skripsi, tesis dan hasil /laporan penelitian dapat damasukan disini, karena skripsi, tesis
ada diperpustakaan dan hasil penelitian juga disebarluaskan bahkan juga di
perpustakaan-perpustakaan.

b. Lampiran

Yang dimaksud lampiran adalah semua karangan.daftar grafik/gambar tambahan yang


dianggap mengambil tempat terlalu banyak sehingga akan mengganggu bila
ditempatkan dibagian tulisan utama.sebagai contoh; Peta,rumus-rumus,formulir
ataupun kuisioner.

Lampiran harus diberi nama dan nomor disudut kanan atas, dan didahului oleh suatu
halaman yang hanya perkataan yang memuat “lampiran” dan ditempatkan ditengah –
tengah halaman. Lampiran sebagaimana gambar dan tabel, dapat diindeks untuk
lampiran harus sama dengan kertas pada halaman lainnya, Bila lampiran berasal dari
guntingan kertas atau Koran dapat digunakan fotocopynya.

B. KERTAS UKURAN DAN JUMLAH HALAMAN


39
1. Untuk diajukan sebagai bahan ujian cukup diketik pada kertas HVS 60 Mg ukuran
kwarto dan untuk diserahkan sebagai bahan pustaka,yaitu yang diserahkan setelah
diujikan nanti dan setelah diperbaiki ( bila ada perbaikan ) naskah ditulis pada kertas
HVS 80 Gram ukuran Kwarto.

2. Jumlah halaman makalah ilmiah berkisar antara 50 sampai 60 halaman.

C. TEKNIK PENGETIKAN

1. Tehnik Pengetikan

a. Makalah diketik dengan jarak dua spasi

b. Huruf yang digunakan adalah Times New Roman dengan font 12.

c. Untuk seluruh naskah dipergunakan tipe huruf yang sama

d. Lambang, huruf atau tanda yang tdk terdapat pada mesin tulis /computer ditulis
dengan rapi menggunakan tinta hitam.

e. Jika alat ketik /computer tidak menyediakan huruf kursif,huruf itu dapat diganti
dengan huruf biasa dengan diberi garis bawahnya.

f. Alenia baru tidak diberi indensi, tetapi jarak antar paragraph sebesar 2 kali jarak
antar garis /kalimat.

2. Jarak Tepi:

Ketikan terletik :

a. dari tepi atas :2,5 cm

b. dari tepi bawah : 2,5 cm

c. dari tepi kiri : 4 cm

d. dari tepi kanan : 2,5 cm

3. Nomor Halaman :

Halaman makalah rujukan diberi nomor urut dengan angka arab,dimulai dengan angka 1
dan seterusnya ( termasuk halaman rujukan dan lampiran ).Semua nomor halaman diketik
pada setiap halaman (kanan atas ).Sedangkan untuk bab baru nomor halaman ditulis
40

dibawah tengah.

4. Tabel dan gambar

a. Tabel harus diketik dengan menggunakan tipe huruf yang sama dengan yang
digunakan untuk mengetik keseluruhan naskah. Bila pengetikan tidak mungkin,
misalnya seperti lambing, huruf yunani,penulisan dilakukan dengan menggunakan
tinta hitam.

b. Tabel dan gambar diberi nomor urut.

5. Berbagai Tingkatan judul

Berbagai tingkatan jidul makalah dengan cara sebagai berikut :

a. Judul diketikdengan huruf capital pada halaman baru, dengan jarak 5 cm dari tepi
atas,dan dengan jarak seimbang dari tepi kiri dan kanan ( ditengah ). Judul dicetak
tebal.

b. Sub judul : Huruf pertama ditulis dengan huruf capital, diawal dari tepi kiri,dan
dicetak tebal.

c. Anak sub-judul ditulis dari tepi sebelah kiri,setelah diindensi huruf pertamanya
diketik dengan huruf capital, dan dicetak tebal.Kalimat pertamanya merupakan
alinea baru.

6. Judul dalam tindakan yang lebih rendah, ditulis seperti pada c, diikuti langsung oleh
kalimat pertama.

7. Rujukan dan kutipan:

Semua sumber pustaka yang dikutip (secar langsung atau tidak) dan dijadikan
rujukan harus disebutkan. Cara menyebutkan sumber itu antara lain dengan
menuliskan didalam kurung: nama pengarang, tahun publikasi dan (bila perlu )
halaman yang dikutip atau yang dijadikan rujukan, kecuali bila ada ketentuanlain
41
menurut kebiasaandalam suatu bidang ilmu tertentu

8. Makalah ilmiah

Makalah ilmiah yang diserahkan kepada pendidikan sebanyak satu buah,sesudah


dijilid permanent ,makalah ini diperuntukan untuk perpustakaan Akper RSPAD Gatot
Soebroto.

D. PEMBERIAN NOMOR HALAMAN

1. Untuk Bagian permulaan atau disebut juga bagian termalitas digunakan angka
romawi kecil.Halaman judul seharusnya bernomor “i” tetapi nomor ini tidak
dicantumkan,selanjutnya ii, iii,iv dan seterusnya diketik ditengah tengah bagian
bawah.

2. Nomor nomor halaman pada bagian isi :

a. Setiap halaman harus diberi halaman tersendiri dalam angka arab,misalnya : 1, 2,


3, 4

b. Semua nomor halaman menggunakan angka arab diketik pada tepi kanan 2,5 cm
dari tepi kertas dan 3 cm dari tepi kerta ssebelah kanan.

Didepan dan dibelakang nomor tidak diberi variasi.

c. Nomor halaman ( angka arab ) pada permulaan bab tidak ditulis.

d. Tulisa “ BAB “ ditulis ditengah-tengah dengan jarak 2,5 cm ditambah 2 spasi dari
tepi atas dan judul bab diketik dua spasi dari tulisan “BAB” sedangkan isi dari
bab dimulai 4 spasi setelah judul.

e. daftar isi,daftar tabel,daftar gambar,dan daftar lampiran,diberi nomor urut halaman


dengan angka romawi kecil (termasuk halaman permulaan ).

f. Halaman pada lampiran diberi nomor urut tersendiri.

g. Nomor halaman pada daftar kepustakaan merupakan nomor lanjutan dari isi
makalah ilmiah,dan tidak merupakan bab baru,
42

E. BAHASA

Dalam penulisan makalah ilmiah hendaknya digunakan bahasa Indonesia yang baku dan
ejaan yang telah disempurnakan.

Apabila terpaksa harus menggunakan kata asing atau istilah yang tidak lazim digunakan
dalam bahasa Indonesia,kata tersebut agar diketik dengan huruf ITALIK,yaitu huruf yang
dicetak miring.Bila tidak ada mesin ketik seperti itu dapat dicetak biasa dan diberi garis
bawah.

F. SISTIMATIKA

Dalam menuangkan isi makalah agar diperhatikan:

1. Alur atau sistematika berfikir dan penuanganya dalam bentuk tulisan, antara lain:
keterkaitan antar bab dengan bab lainnya, keterkaitan antara alenia dengan alenia
berikutnya dalam satu bab atau antara satu paragraph dengan paragraph berikutnya.

2. Konsistensi isi atau materi tulisan yang sedang dibuat, mulai dari judulnya,
permasalahannya, tujuan penulisan, analiasa atu pembahasannya sampai dengan
kesimpulan dan saran harus terkait dan berkesinambungan..

3. Susunan kata dalam kaliamat, kalimat dakam alenia, harus mengikuti kaidah bahasa
Indonesia yang baku.Suatu kalimat dari suatu paragrap baru tidak boleh diketik pada
halaman terpisah, kecuali bila cukup sedikitnya untuk 2 baris.

G. PEMISAHAN KATA

Pemotongan kata kadang kadang diperlukan karena memang tidak dapat dihindarkan,
misalnya untuk membuat tepi kanan menjadi rapih. Hal ini diperbolehkan asal
menggunakan kaidah yang berlaku (Indonesia maupun asing). Suatu kata pada baris
terakhir pada halaman tidak boleh dipotong.
43
H. ANGKA DAN SATUAN

Angka ataupun satuan agar tidak dituliskan pada permulaan kalimat. Apabila diperlukan,
maka tulislah huruf (tiga sentimeter, dst). Bila angka terlalu besar, misalnya : 10.000.000
tulislah menjadi 10 juta dan seterusnya.

I. PENULISAN RUJUKAN (DAFTAR KEPUSTAKAAN)

Rujukan kepustakaan merupakan bagian dari artikel ilmiah. Penulisan rujukan bertujuan
membawa pembaca mengetahui sumber informasi penulis, menunjukan bahwa penulis
mengikuti perkembangan bidang yang ditekuninya, dan menunjukan rasa
hormat/terimakasih pada penulis yang pendapatnya dikutip.

Semua sumber rujukan,baik dalam teks (kutipan )maupun diluar teks, harus penulis
cantumkan dengan mengikuti kaidah berikut; Tidak mengadakan perubahan
(memperbaiki) teks yang dirujuk tanpa keterangan bahwa teks tersebut telah diubah
(gunakan kata (sic!) )segera setelah menulis kutipan yang tidak sesuai ), penghilangan
bagian yang dikutip dapat dilakukan dengan menggunakan tiga titik (…) asal tidak
mengakibatkan perubahan makna asli keseluruhan dan mempertahankan koherensi
paragraph antara kutipan dan pembahasan dalam paragraph tersebut.

J. KETENTUAN UMUM PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

1. Gunakan spasi ganda dalam kepustakaan

2. Kutipan langsung yang singkat (kurang dari 40 kata ) berada dalam teks dan
diikuti oleh tanda kutip ganda.Kutipan yang terdiri 40 kata atau lebih tidak perlu
menggunakan tanda kutipan ganda namun kutipan ditulis pada baris baru dan masuk
lima spasi dari margin kiri.

3. Ketika mengutip selalu sertakan nama belakang pengarang,tahun,dan bila ingin


menunjukan tempat secara spesifik sertakan halaman.Tulis kepustakaan secara
lengkap dan benar pada daftar kepustakaaan.Penulis harus memastikan setiap
kutipan, dikutipan teks dan kepustakaan sama.
44

4. Kepustakaan diurut berdasarkan alfabet nama belakang pengarang, tidak diberi


nomor, tidak diberi indensi pada awal kepustakaan kecuali baris kedua diketik satu
spasi dan diberi indensi sebanyak 4 kali pukulan tik kedalam, dan ditulis pada akhir
karangan atau tulisan.

5. Catatan kaki tidak digunakan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Fakultas Ilmu Keperawatan.(2002). Penulisan Rujukan Dalam Penulisan Ilmiah


Keperawatan, Jakarta:Universitas Indonesia
45
Nasution,S dan Thomas,M.(2000).Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi,
Makalah. Jakarta :EGC

Fakultas Ilmu social dan ilmu polotik (2008) Penulisan_karya_ilmiah, Universitas


Mulawarman http://www.pin.or.id/dat/doc/02_bag1_penulisan_karya_ilmiah.pdf
(diakses tgl 23 oktober 2011)
46

Lampiran 1

Cover Makalah Ilmiah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. ( INISIAL) DENGAN


HEPATITIS DI LANTAI VI PERAWATAN UMUM
RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD
JAKARTA

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa

NIM

AKADEMI KEPERAWATAN RSPAD GATOT SOEBROTO


JAKARTA
2011
47

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Tn.


(Inisial ) Diruang ………………RS …….. Jakarta “ini telah
disetujui untuk diujikan pada Ujian Sidang dihadapan Tim penguji .

Jakarta,……………2014

Pembimbing makalah

………………………

Mengetahuai
Direktur Akademi Keperawatan
RSPAD Gatot Soebroto

……………………
48

Lampiran 3

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Tn


(Inisial ) Diruang ………………RS ……..Jakarta “ ini telah
diujikan dan dinyatakan” lulus “ dalam Ujian Sidang dihadapan
Tim Penguji pada tanggal …………..2014

Penguji I

Nama penguji

( lengkap dengan gelar )

Penguji II

Nama Penguji

( lengkap dengan gelar )

Anda mungkin juga menyukai