Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi


sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas.
Golongan penyakit ini ditandai dengan hypertensi dan kadang – kadang disertai
proteinuria, odema, convulsi coma atau gejala – gejala lainnya.
Penyakit ini cukup sering dijumpai dan masih merupakan salah satu sebab dari
kematian ibu. Di USA misalnya 1/3 dari kematian ibu disebabkan penyakit ini.
Hypertensi dalam kehamilan juga menjadi penyebab yang penting dari kelahiran mati
dan kematian neonatal. Hypertensi biasa akan berakhir dengan EKLAMPSIA.
Eklampsia merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas dan
mortalitas maternal dan perinatal. Kejadian EKLAMPSIA di Negara berkembang
berkisar 1 dari 100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre EKLAMPSIA dan
EKLAMPSIA berkisar 1,5 % sampai 25 %. Koknifikan yang mengancam jiwa ibu
akibat eklampsia adalah edema pulmonalis, gagal hati dan ginjal, DIC, sindrom
HELLP, dan perdahan otak.
EKLAMPSIA disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum.
Bergantung pada apakah kejang muncul sebelum, selama atau sesudah persalinan.
EKLAMPSIA paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin
sering menjelang aterm.
Masalah utama dalam mencegah dan mengobati EKLAMPSIA adalah penyebab
kondisi yang tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara hipertensi dan
penyakit serebral yang mengidentifikasi persamaan klinis antara EKLAMPSIA dan
ensefalopati hipertensif .
Dengan adanya uraian di atas maka penulis akan membahas masalah
EKLAMPSIA untuk mengurangi AKI dan AKB sekaligus menyelesaikan tugas
kelompok yang diberikan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Eklampsia ?
2. Bagaimana Patofisiolog dari Eklampsia ?
3. Apa saja Manifestasi Klinis Eklampsia ?
4. Bagaimana Penatalaksanaan Eklampsia?
5. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Eklampsia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Eklampsia.
2. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Eklampsia.
3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Eklampsia.
4. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Eklampsia.
5. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Eklampsia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN EKLAMPSIA
Istilah eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti “halilintar”. Kata
tersebut di pakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba.
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil
dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (obtetri patologi,r.
Sulaeman sastrowinata, 1981) eklamsia adalah suatu komplikasi kehamilan yg
ditandai dengan peningkatan td (s > 180 mmhg, d > 110
mmhg),proteinuria,oedema,kejang dan/atau penurunan kesadaran.

B. PATOFISIOLOGI EKLAMPSIA
Patofifologi kejang pada eklampsia sampai sekarang belum diketahui pasti
penyebabnya. Pada eklampsia akan terjadi kontraksi otot-otot sehingga terjadi kejang
bahkan terjadi koma. Kejang dapat disebabkan oleh hipoksia karena vasokontriksi
lokal otak, dan focus perdarahan di korteks otak. Kejang juga manifestasi tekanan
pada pusat motorik di lobus frontalis. Beberapa mekanisme yang diduga sebagai
etiologi kejang adalah sebagai berikut:

1. Edema serebral

2. Perdarahan serebral

3. Infark serebral

4. Vasospasme serebral

5. Pertukaran antara intra dan ekstra seluler

6. Koagulopati intravaskuler

7. Ensefalopati hipertensi

Sedangkan koma yang terjadi pada eklampsia dapat disebabkan oleh kerusakan
dua organ vital:

1. Kerusakan hepar yang berat: gangguan metabolisme-asidosis, tidak


mampu mendetoksikasi toksis material

3
2. Kerusakan serebral: edema serebri, perdarahan dan nekrosis disekitar
perdarahan, hernia batang otak.

C. MANIFESTASI KLINIS EKLAMPSIA


Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih Terjadi kejang-kejang atau
koma. Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:
1. Tingkat Awal (Aura) .
Keadaaan ini berlangsung kira–kira 30 detik, mata penderita terbuka tanpa
melihat, kelopak mata bergetar. Demikian pula tangannya dan kepala
berputar ke kiriataukekanan.
2. Tingkat kejang tonik.
Berlangsung 15-30 detik atau kurang dari 30 detik, dalam tingkat ini
semua otot menjadi kaku, wajahnya keliatan kaku ( distorsi ), bola mata
menonjol, tangan menggenggam, kaki membengkok ke dalam, pernapasan
berhenti,muka menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
3. Tingkat Kejang Klonik.
Berlangsung antara 1-2 menit, semua otot berkontraksi dan berulang-
ulang dalam tempo yang cepat, terbukanya rahang secara tiba-tiba dan
tertutup kembali dengan kuat disertai pula dengan terbuka dan tertutupnya
kelopak mata. Kemudian disusul dengan kontraksi intermitten pada otot-
oto muka dan otot seluruh tubuh. Begitu kuat kontraksi otot-otot tubuh ini,
sehingga seringkali penderita terlempar dari tempat tidur. Seringpula lidah
tergigit, dan mulut keluar liur yang berbusa kadan disertai bercak-bercak
darah, wajah tampak membengkak karena kongesti dan sianosis, pada
konjungtiva mata dijumpai bintik-bintik pendarahan, klien menjadi tidak
sadar.
4. Tingkat Koma.
Lama kesadaran tidak selalu sama, secar perlahan-lahan pendrita mulai
sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul
serangan baru dan berulang sehingga ia tetap dalam koma. Selama
serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu meningkat sampai
40 derajat celcius, mungkin karena gangguan serebral. Penderita
mengalami inkontinensia disertai dengan oliguria atauanuria dan kadang-

4
kadang terjadi aspirasi bahkan muntah. Penderita yang sadar kembali dari
koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit gelisah.
Tanda-tanda eklampsia antara lain:
 Tekanan darah naik dengan tajam
 urin berkurang
 Proteinuria meningkat
 Sakit kepala berat
 Mengantuk
 Konfusi mental
 Gangguan penglihatan (seperti pandangan kabur, kilatan cahaya)
 Nyeri epigastrum
 Mual
 Muntah

Komplikasi yang dapat timbul saat terjadi serangan kejang adalah:

Kompliksi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia. Berikut ini adalah beberapa
komplikasi yang ditimbulkan pada dan eklampsia:

a. Solution plasenta
Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi
pada preeklampsia.
b. Hipofibrinogemia
Kadar fibrin dalam darah yang menurun
c. Hemolysis
Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan plasma darah yang
tidak berwarna menjadi merah.
d. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita
eklampsia
e. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama seminggu.
f. Edema paru
Pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit jantung

5
g. Nekrosis hati
Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia tetapi ternyata juga ditemukan pada
penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan pada
hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.

D. PENATALAKSANAAN EKLAMPSIA
Prinsip penatalaksanaan eklampsia adalah menghindari tejadinya kejang
berulang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah
keadaan ibu mengizinkan.
Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting bagi penanganan
penderita eklampsia, sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Tujuan pertama
pengobatan eklampsia ialah menghentikan kejangan mengurangi vasospasmus,
dan meningkatkan dieresis.Dalam pada itu, pertolongan yang perlu diberikan jika
timbul kejangan ialah mempertahankan jalan pernapasan bebas, menghindarkan
tergigitnya lidah, pemberian oksigen, dan menjaga agar penderita tidak
mengalami trauma. Untuk menjaga jangan sampai terjadi kejangan lagi yang
selanjutnya mempengaruhi gejala-gejala lain, dapat diberikan beberapa obat,
misalnya:
 Sodium pentothal sangat berguna untuk menghentikan kejangan
dengan segera bila diberikan secara intravena. Akan tetapi, obat ini
mengandung bahaya yang tidak kecil. Mengingat hal ini, obat itu
hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan pengawasan yang
sempurna dan tersedianya kemungkinan untuk intubasi dan resusitasi.
Dosis inisial dapat diberikan sebanyak 0,2 – 0,3 g dan disuntikkan
perlahan-lahan.
 Sulfat magnesicus yang mengurangi kepekaan saraf pusat pada
hubungan neuromuskuler tanpa mempengaruhi bagian lain dari
susunan saraf. Obat ini menyebabkan vasodilatasi, menurunkan
tekanan darah, meningkatan diuresis, dan menambah aliran darah ke
uterus. Dosis inisial yang diberikan ialah 8 g dalam larutan 40% secara
intramuskulus; selanjutnya tiap 6 jam 4g, dengan syarat bahwa refleks
patella masih positif, pernapasan 16 atau lebih per menit, dieresis harus
secara intravena; dosis inisial yang diberikan adalah 4 g 40% Mg SO4

6
dalam larutan 10 ml intravena secara perlahan-lahan, diikuti 8 g IM
dan selalu disediakan kalsium glukonas 1 g dalam 10 ml sebagai
antidotum.
 Lytic cocktail yang terdiri atas petidin 100 mg, klorpomazin 100 mg,
dan prometazin 50 mg dilarutkan dalam glukosa 5% 500 ml dan
diberikan secara infus intravena. Jumlah tetesan disesuaikan dengan
keadaan dan tensi penderita. Maka dari itu, tensi dan nadi diukur tiap 5
menit dalam waktu setengah jam pertama dan bila keadaan sudah
stabil, pengukuran dapat dijarangkan menurut keadaan penderita.
(Prawirohardjo, Sarwono, 1991)
Sedangkan menurut Adi (2015) penatalaksanaan eklampsia adalah:
1) Tujuan
Memerlukan tindakan yang segera dengan tujuan berikut ini:
 Ketika eklampsia masih iminem, lakukanlah tindakan untuk
mencegahnya
 Stabilisasi kondisi ibu
 Pengendalian serangan kejang
 Pengendalian hipertensi
 Melahirkan bayi
 Pencegahan serangan kejang berikutnya
2) Stabilisasi kondisi ibu:
Langkah yang harus dilakukan:
 Memastikan patensi jalan napas
 Pemasangan infuse
 Pemindahan pasien
 Pemeriksaan
3) Obat-obatan:
 Sedasi
 Monitoring MgSO4
 Obat alternative
 Obat untuk hipertensi
 Antibiotic
 Monitoring janin

7
4) Melahirkan Bayi

E. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT EKLAMPSIA


Pengkajian Primer
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
a. Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal
 Bersihkan jalan nafas
 Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
 Distress pernafasan
 Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
b. Breathing dan ventilasi
 Frekuensi nafas, usaha nafas dan pergerakan dinding dada
 Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
 Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
c. Circulation dengan kontrol perdarahan
 Denyut nadi karotis
 Tekanan darah
 Warna kulit, kelembaban kulit
 Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal

Pengkajian Sekunder
Data yang dikaji pada ibu dengan eklampsia adalah :
a. Data subyektif
 Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
 Riwayat kesehatan ibu sekarang: terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
 Riwayat kesehatan ibu sebelumnya: penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
 Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
 Pola nutrisi: jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan

8
 Psiko sosial spiritual: Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya

b. Data Obyektif
 Inspeksi: edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
 Palpasi: untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
 Auskultasi: mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
 Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika
refleks + ).

Pemeriksaan Penunjang ;

 Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan
interval 6 jam
 Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid
biasanya > 7 mg/100 ml
 Berat badan: peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
 Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
 USG ; untuk mengetahui keadaan janin
 NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan Penimbunan Cairan Pada


Paru (Oedem Paru).
2. Kelebihan Volume Cairan Berhubungan Dengan Kerusakan Fungsi
Glomeurolus Sekunder Terhadap Penurunan Cardiac Output
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
4. Nyeri Akut
5. Konstipasi

9
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Eklamsia Adalah Penyakit Akut Dengan Kejang Dan Coma Pada Wanita
Hamil Dan Dalam Nifas Dengan Hipertensi, Oedema Dan Proteinuria (Obtetri
Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981) Eklamsia Adalah Suatu Komplikasi
Kehamilan Yg Ditandai Dengan Peningkatan TD (S > 180 Mmhg, D > 110 Mmhg)
,Proteinuria,Oedema,Kejang Dan/Atau Penurunan Kesadaran.
Prinsip Penatalaksanaan Eklampsia Adalah Menghindari Tejadinya Kejang
Berulang Dan Mengakhiri Kehamilan Secepatnya Dengan Cara Yang Aman Setelah
Keadaan Ibu Mengizinkan.

B. SARAN

Demikianlah makalah yang telah kami susun mengenai Aauha Keperawatan


Eklampsi.Demi kesempurnaan makalah ini kami harapkan kritikan serta saran yang
membangun . Saran dari penulis kami harapkan agar pembaca dapat memaknai
makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua

10
DAFTAR PUSTAKA

R. Sulaeman Sastrawinata, (1981), Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung.


Astuti, Sri Lestari Dwi, Sunaryo , Tri. Haryati, Susi Dwi. 2013. Analisis Faktor Resiko Yang

Terjadinya Pre Eklampsi Berat dan eklampsia Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga.

Jurnal Nasional. Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan

Keperawatan.

Sudhaberata, K., 2001. Profil Penderita Preeklampsia-Eklampsia di RSU Tarakan Kaltim.

Safe Motherhood. 2001. Modul Eklampsia ̶ Materi Pendidikan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Hardi kusuma & amin huda, 2016, asuhan keperawatan praktis jilid 2,Jogjakarta: media
action

11

Anda mungkin juga menyukai