Anda di halaman 1dari 72

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE NON


HEMORAGIK DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI DI RUANG HCU RS Dr. MOEWARDI

TITANIA DAMAYANTI
P 27220017040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIPLOMA III
2019
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE NON


HEMORAGIK DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI
RUANG HCU RS Dr. MOEWARDI

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan
menyelesaikan program Pendidikan Diploma III Keperawatan

TITANIA DAMAYANTI
P 27220017040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIPLOMA III
2019

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Titania Damayanti

NIM : P27220017040

Program Studi : D III Keperawatan

Institusi : Poltekkes Kemenkes Surakarta

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil

alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya

sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surakarta, Oktober 2019

Pembuat pernyataan

Titania Damayanti
NIM: P27220017 040

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non
Hemoragik Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang HCU RS Dr.
Moewardi”.

Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak

mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada yang terhormat :

1. Satino, S.KM., M.Sc., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Surakarta

yang telah memberikan fasilitas akademik selama melaksanakan

pendidikan.

2. Widodo,MN, selaku Ketua Jurusan Keperawatan telah memberikan

kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Surakarta.

3. Sunarsih Rahayu, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi D III

Keperawatan telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta.

4. Sri Lestari Dwi Astuti, SKp.,Ns.,MKesselaku pembimbing yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

studi kasus ini.

v
5. Sri Mulyanti,SKep.,Ns.,MKep , selaku penguji yang telah memberikan

masukan- masukan dan inspirasi demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta yang

telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu

yang bermanfaat.

7. Kedua Orangtua saya Bapak Supono dan Ibu Surati serta Kakak Tia Rizki

Wijayanti yang telah memberikan motivasi semangat dan dukungan yang

luar biasa agar biasa menyelesaikan pendidikan ini.

8. Sahabat terbaik Zuliya Cahya Prastika, Devi Kumala, Annisa Nabila, dan

Devi Naning yang selalu mendengarkan dan menerima keluh kesah setiap

hari dalam mengerjakan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Teman-teman 3AD3 yang telah selalu memberikan dukungan dan

semangat terutama dan semua mahasiswa Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Surakarta.

Semoga studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan, amin.

Surakarta, Oktober 2019

Titania Damayanti

vi
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................iv
DAFTAR ISI................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................ix
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..............................................................3
C. Tujuan Studi Kasus............................................................3
D. Manfaat Studi Kasus..........................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................... 6
A. Konsep Dasar Oksigenasi................................................... 6
1. Pengertian Oksigenasi.................................................... 6
2. Pemberian Oksigen Pada Pasien Stroke......................... 6
3. Kebutuhan Oksigen Otak .............................................. 8
4. Penting Oksigen pada Pasien Stroke Non Hemoragik... 8
5. Indikasi Pemberian Terapi............................................. 9
6. Metode pemberian Oksigen........................................... 10
7. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien SNH.................... 13
B. Konsep Dasar Penyakit Stroke Non Hemoragik................. 26
1. Definisi .......................................................................... 26
2. Klasifikasi ..................................................................... 27
3. Etiologi .......................................................................... 28
4. Patofisiologi .................................................................. 30
5. Manifestasi Klinis.......................................................... 31
6. Pemeriksaan Penunjang................................................. 31
7. Penatalaksanaan............................................................. 32
8. Komplikasi..................................................................... 34
9. Pathway.......................................................................... 35

vii
BAB III. METODE STUDI KASUS.............................................. 36

A. Jenis dan Rancangan Studi Kasus..................................... 36


B. Subyek Studi Kasus..........................................................36
C. Fokus Studi....................................................................... 37
D. Definisi Operasional......................................................... 37
E. Tempat Dan Waktu .......................................................... 37
F. Pengumpulan Data............................................................ 37
G. Analisa Data dan Penyajian Data......................................40
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 41

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Teori..................................................................... 35

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Format Pengkajian Keperawatan

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi seperti saat ini dimana segala macam kebutuhan

dijadikan lebih cepat, mudah, dan praktis menjadikan pola hidup

masyarakat menjadi kurang baik, mulai dari pola makan, pola istirahat

tidur, ataupun pola aktivitas. Kebiasaan makan makanan cepat saji, tidur

larut malam, kurangnya olahraga, serta kebiasaan merokok ataupun

terpapar asap rokok memicu terjadinya penyakit-penyakit tidak menular

seperti penyakit stroke, jantung, diabetes mellitus,dan hipertensi dan lain.

Salah satu penyakit tidak menular yang sering terjadi adalah stroke.

Angka kejadian stroke saat ini cukup tinggi dan mengkhawatirkan tidak

hanya di Indonesia melainkan diseluruh dunia

Menurut data WHO tahun 2017 sebanyak 17,7 juta kematian

disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, dengan jumlah estimasi

sebanyak 7,4 juta kematian disebabkan oleh penyakit jantung dan 6,7 juta

kematian disebabkan oleh penyakit stroke (WHO,2017)

Hasil dari riset kesehatan dasar (Riskedas) tahun 2018,jumlah

penderita penyakit stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar

10,9 per mil. Pada kelompok yang di diagnosis oleh nakes, gejala

meningkat seiring bertambahnya umur. Umur tertinggi yaitu pada umur

1
lebih dari 75 tahun sebesar (50,2 permil). Berdasarkan jenis kelamin laki-

lakilebih

2
2

banyak menderita stroke yaitu (11,0 permil) sedangkan perempuan

(10,9 per mil). Prevalensi lebih tinggi pada masyarakat yang tidak bekerja

yaitu (21,8 per mil). Penderita stroke tertinggi di Indonesia yaitu di

Kalimantan timur (14,7 per mil), Yogyakarta (14,6 per mil), Sulawesi

Utara (14,2 permil) dan Kepulauan Riau (12,9 per mil).

Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2016), kasus stroke di

Provinsi Jawa Tengah untuk kasus stroke hemoragik sebesar 26%,

sedangkan stroke non hemoragik sebesar 74% dari total keseluruhan kasus

stroke di Provinsi Jawa Tengah yaitu 36.933 kasus (Dinkes Provinsi Jawa

Tengah,2016).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan kota

Surakarta tahun 2016 jumlah penderita stroke di kota Surakarta sebanyak

925 dengan kasus baru 365 orang (Dinkes kota Surakarta, 2016)

Berdasarkan data yang didapat dari bagian rekam medis RS. Dr.

Moewardi jumlah kasus stroke tahun 2015 sebanyak 222 kasus, tahun

2016 sebanyak 246 kasus, sedangkan pada tahun 2017 sebanyak 729

kasus, sehingga dapat disimpulkan bahwa penyakit stroke mengalami

peningkatan setiap tahun nya. (Setyawan, Nurley & Harti, 2019)

Stroke dapat menyebabkan beberapa permasalahan, salah satunya

adalah masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi, penderita stroke yang

mengalami kekurangan oksigen akan berdampak terjadinya cerebral

hypoxia, sehingga perawat mempunyai peran melakukan tindakan untuk

mengatasi masalah oksigenasi yaitu memberikan oksigen pada pasien


melalui nasal kanul atau masker, memberikan posisi nyaman dan

mempertahankan jalan napas pasien. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan kebutuhan oksigenasi pada pasien stroke non

hemoragik dapat terpenuhi dan tidak menimbulkan komplikasi yang dapat

memperparah keadaan pasien.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membuat Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non

Hemoragikdalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di HCU RS. Dr.

Moewardi ” sebagai karya tulis ilmiah.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien Stroke Non Hemoragik dalam

pemenuhan kebutuhan oksigenasi di HCU RS Dr. Moewardi ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan keperawatan pada pasien Stroke Non Hemoragik

dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pengkajian pada pasien Stroke Non Hemoragik

dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi

b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien Stroke Non

Hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi

3
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien Stroke Non

Hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi

d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien Stroke Non

Hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi

e. Mendeskripsikan evalusai tindakan pada pasien Stroke Non

Hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi

D. Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1. Bagi Penulis

Penulis dapat meningkatkan pengetahuan wawasan, keterampilan, dan

mengaplikasikan hasil riset keperawatan khususnya studi kasus tentang

asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dalam

pemenuhan kebutuhan oksigenasi Mengaplikasikan ilmu keperawatan

tentang asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dalam

pemenuhan kebutuhan oksigenasi melalui pemberian asuhan

keperawatan dengan mendokumentasikanya.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Laporan ini digunakan sebagai bahan bacaan dan referensi untuk

pembuatan materi atau bahan pembelajaran tentang asuhan

keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dalam pemenuhan

oksigenasi

4
3. Bagi Profesi

a. Laporan ini dapat digunakan intuk menambah wawasan dan

pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien stroke non

hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi

b. Laporan ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam

pengembangan pedoman asuhan keperawatan pada pasien stroke

non hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi

4. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi tentang perawatan pasien stroke non hemoragik

dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Oksigenasi pada Pasien Stroke Non Hemoragik

1. Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi merupakan suatu proses ditambahkanya O2 ke dalam

sistem (kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna

dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme

sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah CO2, energi, dan air namun

penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan

memberikan dampak yang cukup bermakna bagi aktivitas sel.

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan

hidup dan aktivitas berbagai organ sel (Mubarak, Lilis, Joko, 2015)

2. Pemberian Oksigen pada Pasien Stroke Non Hemoragik

Junaidi (2011) menjelaskan stroke merupakan kelainan fungsi

otak yang timbul mendadak disebabkan karena terjadinya gangguan

peredaran darah otak, sehingga bisa menyebabkan tekanan

intrakranial, jika hal itu terjadi, peredaran darah terganggu dan darah

tidak bisa maksimal dalam proses penyaluran oksigen ke seluruh

jaringan tubuh. Hal tersebut bisa menyebabkan cacat, penekanan

saluran napas dan kematian. Maka dari itu agar proses kebutuhan

oksigenasi pada masalah stroke bisa teratasi dilakukan tindakan

6
7

pemberian O2 melalui nasal kanul dengan memberikan kolaborasi

oksigen 4 liter permenit. Batasan oksigen yang dibutuhkan pasien

bisa dilihat dari tanda gejala seperti, saturasi oksigen.jika saturasi

oksigen di bawah normal bisa terjadi hipoksemia. Klasifikasi

hipoksemia yaitu hipoksemia ringan dinyatakan pada keadaan PaO2

60-79 mmhg dan SpO2 90-94%, hipoksemia sedang jika PaO2 40-60

mmhg dan SpO2 75%-89%, hipoksemia berat bila PaO2 kurang dari

40 mmhg dan SpO2 kurang dari 75%. Jika pasien mengalami

penurunan saturasi oksigen , maka dari itu dilakukan tindakan

kolaborasi terapi oksigen, setiap 1 liter pemberian terapi oksigen bisa

meningkatkan 4% saturasi oksigen. Dengan dosis 3 dan 4 liter per

menit kecepatan aliran 3 lpm bisa meningkatkan rata- rata 1, 77%,

dengan kecepetan aliran 4 lpm bisa meningkatkan 3,33%.

Pasien stroke non hemoragik terjadi karena disebabkan adanya

penyumbatan darah di dalam otak, hal tersebut mempengaruhi proses

aliran darah yang berada di otak, sehingga hal tersebut menyebabkan

penurunan suplai oksigen ke otak maka saturasi oksigen menurun,

GCS / kesadaran pasien menurun, serta mempengaruhi tanda-tanda

vital termasuk nilai MAP (Mean ArterialPressure).

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) tujuan terapi oksigen

adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah sianosis

asidosis respiratorik, mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja

napas dan kerja otot jantung.


8

3. Kebutuhan Oksigen Otak

Menurut Junaidi (2011) stroke non hemoragik terjadi karena

aliran darah ke otak tersumbat sehingga oksigen ke otak pun

berkurang atau tidak tergantung aliran darah ke otak yang tersumbat.

Sumbatan terjadi karena plak ateroskloerosi (penyempitan pembuluh

darah), thrombus (pembekuan pembuluh darah), dan emboli

(udara/lemak). Efek yang ditimbulkan penyumbatan pembuluh darah

bisa dilihat dari banyaknya dan lamanya gangguan aliran darah.

Kurangnya aliran darah dalam otak bisa menyebabkan gangguan

neuron sementara. Dalam hal ini, aliran darah otak normalnya adalah

60ml/100gr per menit sedangkan dalam kasus stroke non hemoragik

aliran darah ke otak menjadi 20ml/100gr per menit. Pada kasus stroke

sangat penting untuk mengetahui berapa aliran darah yang ada di otak

yaitu bisa diukur dengan MAP dengan nilai normal 60-40mmHg, jika

aliran lebih rendah atau tinggi hal tersebut menimbulkan gangguan

perfusi otak.

4. Pentingnya Oksigen pada Pasien Stroke Non Hemoragik

Jika aliran darah ke otak tersumbat maka akan terjadi iskemia dan

terjadi gangguan otak yang kemudian terjadi gangguan perfusi

serebral. Area otak disekitar yang mengalami hipoperfusi disebut

penumbra. Jika aliran darah dalam otak terganggu lebih dari 30 detik

pasien dapat menjadi tidak sadar dan dapat terjadi kerusakan jaringan

otak yang permanen jika aliran darah lebih dari 4 menit (Tarwoto,
9

2013)

Untuk melengkapi pendapat dari Tarwoto penulis mengutip

pendapat dari Sylvia (2015) bahwa stroke non hemoragik yang

disebabkan karena terhentinya aliran darah serebrum selama beberapa

detik saja akan menimbulkan gejala disfungsi serebrum. Apabila

berlanjut selama beberapa detik, defisiensi Cerebral Blood Flow/

CBF menyebabkan kehilangan kesadaran dan akhirnya iskemia

cerebrum. Kerusakan otak irreversible akan mulai timbul setelah 4

sampai 6 menit penghentian total oksigen pasokan oksigen (Sylvia,

2015)

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pasien

stroke non hemoragik suplai darah ke otak terhambat oleh adanya

sumbatan pada pembuluh darah di otak yang menyebabkan hipoksia

dan akhirnya akan terjadi iskemia cerebrum

5. Indikasi Pemberian Terapi

Menurut Sylvia (2015) ada beberapa terapi yang terbukti efektif

dalam memulihkan fungsi otak dan memperkecil kerusakan neuron

adalah:

a. Neuroproteksi

b. Antikoagulan

c. Trombolisis intravena

d. Trombolisis intraarteri

e. Terapi perfusi
10

f. Pengendalian edema dan terapi medis umum

g. Terapi bedah

6. Metode Pemberian Oksigen

Menurut Andarmoyo (2012), metode pemberian oksigen dapat dibagi

menjadi 2 teknik yaitu sistem aliran darah rendah dan sistem aliran

tinggi.

a. Sistem aliran rendah

Sistem aliran rendah diberikan untuk pasien yang memerlukan

oksigen, namun masih mampu bernapas dengan pola pernapasan

normal, missal pasien dengan volume tidal 500ml dengan

kecepatan pernapasan 16-20 kali permenit

Aliran rendah:

1) Nasal kanul

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan

oksigen kontinyu dengan aliran 1-6 liter permenit dengan

kosentrasi oksigen 24-44%. Keuntunganya yaitu pemberian

oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernapasan

teratur, pemasanganya mudah dibandingkan kateter nasal,

pasien bebas makan, bergerak, berbicara, dan terasa nyaman.

Sedangkan kerugianya tidak dapat memberikan konsentrasi

oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila pasien

bernapas dengan mulut, mudah lepas karena kedalaman

kanula hanya 1cm, dan dapat mengiritasi lender


11

2) Kateter nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberika

oksigen secara kontinyu dengan aliran 1-6 liter permenit

dengan konsentrasi 24-44%. Keuntunganya yaitu pemberian

oksigen stabil, pasien bebas bergerak, makan, dan berbicara,

murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter

penghisap, sedangkan kerugianya tidak dapat memberikan

konsentrasi oksigen yang lebih baik dari 45%, teknik

memasukan kateter nasal lebih sulit daripada nasal kanul,

dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput

lendeir nasofaring, nyeri sinus dan mengeringkan mukosa

hidung dapat terjadi apabila aliran lebih dari 5 liter per menit,

serta kateter mudah tersumbat.

3) Sungkup muka sederhana

Merupakan alat pemberian oksigen kontinyu atau selang

seling 5-8 liter permenit dengan konsentrasi oksigen 40-60%.

Keuntunganya yaitu oksigen yang diberikan lebih tinggi dari

kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat

ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang besar,

dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol. Kerugian

dari sungkup muka sederhana yaitu konsentrasi oksigen tidak

boleh kurang dari 40%, jika aliran rendah dapat menyebabkan

penumpukan CO2
12

4) Sungkup muka dengan kantong rebreathing

Teknik pemberian oksigen yang mempunyai konsentrasi

tinggi yaitu 60-80% dengan aliran 8-12 liter permenit.

Konsentrasi oksigen sungkup muka dengan kantong

rebreathing lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, selaput

lender tidak kering

5) Sungkup muka dengan kantong non rebearthing

Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen

mencapai 99% dengan aliran 8-12 liter permenit dimana udara

inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi.

Keuntunganya yaitu konsentrasi oksigen dapat mencapai

100%, tidak mengeringkan selaput lender, sedangkan

kerugianya kantong oksigen bisa terlipat

b. Sistem aliran tinggi

Teknik pemberian oksigen lebih tinggi, tepat dan teratur. Contoh

teknik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury.

Prinsip pemberian oksigen dengan alat ini yaitu gas dialirkan dari

tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit

untuk mengatur suplai oksigen sehingga tercipta tekanan

negative, akibatnya udara luar dapat dihisap dan aliran udara yang

dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitar 4-14

liter permenit dengan konsentrasi 30-55%. Keuntunganya yaitu

suhu dan kelembapan gas dapat dikontrol serta tidakk terjadi


13

penumpukan CO2. Kerugianya yaitu tidak dapat memberikan

oksigen konsentrasi rendah, jika aliran rendah dapat

menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa dilipat

7. Konsep asuhan keperawatan

a. Pengkajian

Junaidi (2010) menjelaskan bahwa pengkajian keperawatan

kritis pada pasien dengan gangguan neurologis dimulai dari

pertemuan perawat dengan pasien. Akan tetapi mengingat kondisi

pasien yang belum stabil, langkah awal pengkajian dan

penanganan kasus kritis difokuskan pada resusitusi umum

ABCDE yang terangkum pada pemeriksaan primer. Setelah

proses pengkajian dan penanganan primer dilakukan serta pasien

dalam keadaan stabil dapat dilanjutkan pengkajian sekunder yang

meliputi pengkajian SAMPLE

1) Primary survey

a) A (Airway)

Pada kasus stroke penggkajian airway perlu dilakukan

karena terganggunya aliran darah yang membawa O2

terganggu, mengakibatkan proses menelan pasien

terganggu sehingga bisa menyebabkan penumpukan sekret

dan terganggunya jalan nafas pasien

b) B (Breathing)

Pada pengkajian pernafasan ditemukan adanya risiko


14

tinggi terjadinya gagal nafas dengan perubahan pola nafas,

frekuensi nafas, kedalaman nafas, dan SPO2

c) C (Circulation)

Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi

terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal,

disritmia, kesadaran, kulit dan membrane mukosa pucat,

dingin, sianosis pada tahap lanjut

d) D (Disability)

Perlu dikaji adalah kemungkinan terjadinya defisit

neurologis, temuan tingkat kesadran pasien mulai

menurun dengan GCS, amati pupil dan kelemahan

anggota badam

(1) Respon membuka mata (eye)

Membuka mata spontan =4

Berespon terhadap suara =3

Berespon terhadap nyeri =2

Tidak ada respon =1

(2) Respon verbal (verbal)

Orientasi dengan baik =5

Bingung =4

Kata-kata tidak sesuai =3

Kata-kata tidak bermakna =2

Tidak ada repon =1


15

(3) Respon motorik (motor)

Mematuhi perintah =6

Melokalisir nyeri =5

Fleksi, menghindari nyeri =4

Fleski abnormal =3

Ekstensi terhadap nyeri =2

Tidak ada respon =1

e) E (Exposure)

Pemeriksaan ada atau tidaknya tanda-tanda trauma

ditubuh pasien. Selain hal diatas perlu juga untuk

mengkaji tentang persyarafan pasien dengan masalah

stroke.

Pengkajian (disability neurologis) fungsi saraf kranial :

(1) Saraf I (Olfaktori) : fungsi penciuman

Pemeriksaan : biasanya pada pasien stroke tidak ada

kelainan pada fungsi penciuman

(2) Saraf II (Optikus) : fungsi aktivitas visual dan lapang

pandang

Pemeriksaan : mengkaji ketajaman penglihatan

menggunakan bagan mata, mengkaji penglihatan

perifer

(3) Saraf III (Okulomotor) : reaksi pipil

Pemeriksaan : mengkaji pupil terhadap kesamaan dan


16

reaktivitas terhadap cahaya

(4) Saraf IV (Toklear) : pergerakan mata

Pemeriksaan : pasien mengikuti arah gerakan jari

tanpa menggerakan kepala

(5) Saraf V (Trigeminal) : sensasi dan pergerakan wajah

Pemeriksaan : menyentuh wajah untuk mengkaji

ketajaman dan kedangkalan sensasi

(6) Saraf VI (Abdosen) : fungsi motorik

Pemeriksaan : pasien mengikuti arah gerakan jari

tanpa menggerakan kepala

(7) Saraf VII (Fasial) : pengecapan dan pergerakan wajah

Pemeriksaan : meminta pasien tersenyum,

mengerutkan wajah, mengembungkan pipi, pasien

membedakan anatara manis dan asin

(8) Saraf VIII (Akustikus) : pendengaran dan

keseimbangan

Pemeriksaan : hentikn jari didekat pasien, minta pasien

berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, lengan

disamping, mata tertutup selama 5 deti

(9) Saraf IX (Glosofaringeal) : menelan dan bersuara

Pemeriksaan: minta pasien menelan dan mengatakan

“Ah”
17

(10) Saraf X (Vagus): reflek muntah

Pemeriksaan : gunakan penekanan lidah atau

penyikat lidah untuk menimbulkan reflek muntah

(11) Saraf XI (Asesori) : pergerakan leher

Pemeriksaan : pasien mengangkat bahu atau putar

kepala menahan tahanan

(12) Saraf XII (Hipoglosal) : pergerakan lidah

Pemeriksaan : pasien menjulurkan lidahnya dan

menggerakannya dari sisi ke sisi

2) Secondary survey

a) S (Sign and shymptomp)

Tanda dan gejala utama yang dirasakan dan di observasi

b) A (Allergy)

Menanyakan adakah alergi pada pasien baik makanan,

minuman, obat

c) M (Medicine)

Obat antihipertensi, obat DM, atau obat yang terakhir

dikonsumsi pasien

d) P (Paast illnes)

Adakah riwayat DM, Hipertensi, kelainan jantung, pernah

TIAs, policitema karena hal ini berhubungan dengan

penurunankualitas pembuluh darah otak menjadi menurun

e) L (Last Meal)
18

Pasien dikaji makanan terakhir yang dikonsumsi, makanan

yang dikonsumsi meningkatkan tensi atau tidak

f) E (Event)

Sering terjadi keluhan neurogis tiba-tiba : misalnya sakit

kepala hebat, penurunan kesadaran sampai koma

3) Keluhan utama

Biasanya pasien datang ke rumah sakit dalam kondisi

penurunan kesadaran, gangguan pernapasan disertai

kelumpuhan dan keluhan sakit kepala.

4) Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak

pada saat pasien sedang melakukan aktivitas. Biasanya yang

sering terjadi yaitu nyeri kepala, mual, muntah, dan bisa

sampai kejang hingga tidak sadar. Selain itu juga terdapat

gangguan fungsi otak yang lain atau kelumpuhan separuh

badan. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat

kesadaran disebakan perubahan didalam intracranial. Keluhan

perubahan perilaku juga umum terjadi. Seseuai perkembangan

penyakit, dapat terjadi latergi, tidak responsive, dan koma

5) Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya,

diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma

kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat


19

antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,

kegemukan., adanya riwayat merokok, dan penggunaan

alkohol. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian

dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar

untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan

selanjutnya

6) Riwayat penyakit keluarga

Biasanya keluarga mempunyai riwayat penyakit diabetes

mellitus, hipertensi atau adanya riwayat stroke dari generasi

sebelumnya

7) Pemeriksaan fisik

Menurut Muttaqin (2012) pemeriksaan fisik sebaiknya

dilakukan persistem (B1-B6) :

a) B1 (Breathing)

Inspeksi didapatkan pasien batuk. Produksi sputum yang

meningkat, penggunaan otot bantu napas, sesak napas, dan

peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas

tambahan seperti ronkhi pada pasien dengan peningkatan

sekret dan kemapuan batuk yang menurun sering

didapatkan pada pasien stroke dengan penurunan tingkat

kesadaran koma

b) B2 (Blood)

Pengkajian pada sistem kardiovaskuler daidapatkan syok


20

hipovolemik yang sering terjadi pada pasien stroke.

Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan bisa

terdapat adanya hipertensi massif tekanan darah lebih dari

200mmHg

c) B3 (Brain)

Stroke menyebabkan berbagai deficit neurologis

bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang

tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat.

d) B4 (Bladder)

Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinebsia

urine karena ketidakmampuan mengkomunikasikan

kebutuhan dan ketidakmampuan menggunakan urinal

karena kerusakan control motorik. Kadang-kadang control

spincter urinarius eksternal hilang atau berkurang

e) B5 (Bowel)

Didapat adanya kesulitan menelan, nafsu makan menurun,

mual,dan muntah pada fase akut. Mual dan muntah

dihubungkan dengan peningkatan asam lambung sehingga

menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Akibat penurunan peristaltik usus biasanya terjadi

konstipasi

f) B6 (Bone)

Stroke merupakan penyakit motor neuron dan


21

mengakibatkan kehilangan volunteer terhadap motorik.

Gangguan pada neuron motor volunteer pada salah satu

sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron

motor pada sisi yang berlawanan dari orak. Pada kulit, jika

pasien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika

kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek.

Disamping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus.

Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,

kehilangan sensorik, atau paralisis/hemiplegia, mudah

lelah menyebakan masalah pada pola aktivitas dan

istirahat

8) Pengkajian oksigenasi

Menurut hidayat dan Musrifatul (2015) pengkajian oksigenasi

sebagai berikut:

a) Riwayat keperawatan

b) Pola batuk dan produksi sputum

c) Sakit dada

d) Pengkajian fisik

(1) Inspeksi

Pengkajian untuk menilai napas spontan melalui

hidung, mulut, ada atau tidaknya sekret, perdarahan,

dan frekuensi pernafasan


22

(2) Palpasi

Pemeriksaan untuk mengetahui kelainan seperti nyeri

tekan, peradangan, pembengkakan, dan benjolan

(3) Perkusi

Pengkajian ini untuk mengetahui apakah suara perkusi

paru normal atau tidak

(4) Auskultasi

Pengkajian ini bertujuan untuk menilai suara nafas

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan menurut Standar Diagnosa Keperawatan

Indonesia (2016):

1) Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan

dengan peningkatan TIK

2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

disfungsi neuromuscular

3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan

neurologis

c. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan menurut Standar Intervensi Keperwatan

Indonesia (2018):

1) Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan

dengan peningkatan TIK

Tujuan : setelah dilakukan tindakam keperawatan selama


23

3x24 jam diharapkan masalah perfusi jaringan serebral dapat

teratasi dengan kriteria hasil :

a) Menurunya insufisiensi jantung

b) Suara pernapasan dalam keadaan normal

Intervensi:

(1) Awasi tanda vital (pengisian kapiler, warna

kulit/membrane mukosa, dasar kuku)

Rasional : memberika informasi tentang derajat/

keadekuatan perfusi jaringan dan membantu

menentukan kebutuhan intervensi

(2) Kaji ekstremitas bagian perifer

Rasional : pada pasien dengan gangguan perfusi

jaringan didapatkan akral dingin

(3) Observasi CRT (Capillary Refill Time)

Rasional : CRT lebih dari 3 detik mengidentifikasikan

keparahan gangguan perfusi jaringan perifer pasien

(4) Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,

antikoagulan, dan penurun kolesterol

Rasional : mempercepat kesembuhan

2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

disfungsi neuromuscular

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam diharapkan masalah bersihan jalan nafas dapat teratasi


24

dengan kriteria hasil :

a) Saluran pernapasan pasien menjadi bersih

b) Pasien dapat mengeluarkan sekret

c) Suara napas dan keadaan kulit menjadi normal

Intervensi :

(1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

Rasional : mengetahui frekensi, irama, kedalaman dan

upaya napas

(2) Atur interval pemantauan respirasi sesuai keadaan

Rasional : mengetahui kebutuhan respirasi sesuai

keadaan

(3) Jelaskan tujuan pemantauan

Rasional : mengetahui tujuan pemantaun

3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan

neurologis

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam diharpkan masalah pola nafas tidak efektif dapat teratasi

dengan kriteria hasil :

a) Pasien dapat mendemostrasikan pola pernapasan yang

efektif

b) Data objektif menunjukan pola pernapasan yang efektif

c) Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas

Intervensi
25

(1) Monitor bunyi napas tambahan (gurgling,

mengi,wheezing, ronkhi kering)

Rasional : Ronkhi dan wheezing menyertai obstruksi

jalan napas/kegagalan napas

(2) Pertahankan kepatenan jalan napas

Rasional : mengetahui kepatenan jalan napas

(3) Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak ada

kontraindikasi

Rasional : membantu mengencerkan sekret sehingga

mudah untuk dikeluarkan

(4) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,

mukolitik jika perlu

Rasional : mempercepat kesembuhan

d. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses

keperawatan. Tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat

diaplikasikan pada pasien (Debora,2011).

e. Evaluasi keperawatan

Menurut Debora (2011) evaluasi adalah tahap kelima dari

proses keperawatan. Pada tahap ini perawat membandingkan

hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang

sudah ditetapkan serta menilai apakah masalh yang terjadi

sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum


26

teratasi semuanya

B. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak berupa

kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke

otak secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam, karena

adanya perdarahan ataupun sumbatan pada bagian otak yang dapat

menyebabkan kematian (Junaidi,2011)

Stroke Non Hemoragik adalah terhentinya sebagian atau

keseluruhan aliran darah ke otak akibat tersumbatnya pembuluh darah otak

(Wiwit, 2010). Menurut Hariyanto A dan Sulistyowati R ( 2015) stroke

non hemoragik terjadi akibat obstruksi total atau sebagian karena iskemik,

thrombosis, emboli, atau penyempitan lumen arteri. Sedangkan menurut

Joyce and Jane (2014)stroke iskemik disebabkan oleh adanya

penyumbatan akibat gumpalan aliran darah baik itu sumbatan karena

trombosis (pengumpulan darah yang menyebabkan sumbatan di pembuluh

darah) atau embolik (pecahnya gumpalan darah /benda asing yang ada

didalam pembuluh darah sehingga dapat menyumbat pembuluh darah

kedalam otak) ke bagian otak.

Berdasarkan pengertian stroke diatas dapat disimpulkan bahwa

stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang terjadi secara

mendadak, sedangkan stroke non hemoragik adalah stroke yang ditandai


27

adanya sumbatan di pembuluh darah sehingga menyebabkan aliran darah

berkurang dan tersumbat.

2. Klasifikasi

Klasifikasi stroke non hemoragik antara lain :

a. Berdasarkan perjalanan penyakit atau stadiumnya menurut

Nugroho (2016) antara lain :

1) TIA (Transient Ischemic Attack)

Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit

sampai dengan beberapa jam dan gejala yang timbul akan

hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari

24 jam

2) Stroke Involusi

Stroke yang masih terjadi terus sehingga gangguan neurologis

semakin berat dan berlangsung selama 24 jam bahkan beberapa

hari

3) Stroke Komplet

Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap, dapat

diawali oleh serangan TIA berulang

b. Berdasarkan mekanisme penyebab

1) Stroke trombotik adalah jenis stroke yang disebabkan oleh

terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan

2) Stroke embolik adalah jenis stroke yang disebakan oleh

tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah. Hipoperfusion


28

sistemik adalah jenis stroke yang disebakan oleh berkurangnya

aliran darah ke seluruh tubuh karena adanya gangguan denyut

jantung

3. Etiologi

Menurut Junaidi (2011) mengatakan bahwa stroke non hemoragik

disebabkan oleh penyumbatan darah ke otak oleh infark. Otak dapat

berfungsi dengan baik jika aliran darah yang menuju ke otak lancer

dan tidak mengalami hambatan. Namun, jika persediaan oksigen dan

nutrisi yang dibawa oleh sel-sel darah dan plasma terhalang oleh suatu

bekuan darah atau terjadi thrombosis pada dinding arteri yang

mensuplai otak maka akan terjadi stoke iskemik yang berakibat

kematian jaringan otak yang di suplai. Terhalangnya aliran darah ke

otak dapat disebabkan oleh suatu thrombosis atau emboli. Keduanya

merupakan jenis bekuan darah dan pengerasan arteri yang disebut

plakaterosklerotik melalui proses aterosklerosis yang merupakan

penumpukan dari lemak darah, kolestrol, kalsium pada dinding

pembuluh darah arteri yang disebut ateroma.

Menurut Hariyanto A dan Sulistyowati R ( 2015) etiologi dari

pasien stroke non hemoragik dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Faktor risiko gaya hidup

1) Kelebihan berat badan atau obesitas

2) Ketidakatifan fisik

3) Minuman keras
29

4) Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan

metamfetamin

b. Faktor risiko medis

1) Memiliki tekanan darah lebih tinggi dari 120/80 mmHg

2) Kolesterol tinggi

3) Merokok atau terpapar asap rokok bebas

4) Diabetes

5) Apnea tidak obstruktif

6) Penyakit kardiovaskuler, termasuk gagal jantung, cacat

jantung, infeksi jantung atau irama jantung yang tidak normal

7) Riwayat pribadi atau keluarga terkai stroke, serangan jantung,

atau serangan iskemik transien

c. Faktor-faktor lain

1) Usia. Orang yang berusia 55 tahun atau lebih memiliki risiko

stroke yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda

2) Jenis kelamin. Laki-laki memiliki risko stroke yang lebih tinggi

daripada pertempuan. Perempuan biasanya lebih tua ketika

mereka mengalami stroke

3) Hormone

4) Penggunaan pil KB atau terapi hormone yang termasuk

esterogen, serta peningkatan kadar esterogen dari kehamilan

dan persalinan
30

4. Patofisiologi

Menurut Oktavianus (2014) pada pasien stroke non hemoragik,

oklusi disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh darah

otak karena thrombus yang makin lama makin menebal, sehingga

aliran darah menjadi tidak lancer. Penurunan aliran darah ini

menyebabkan iskemia yang akan berlanjut menjadi infark. Dalam

waktu 72 jam daerah tersebut akan mengalami edema dan lama

kelamaan akan terjadi nekrosis. Lokasi yang paling sering pada stroke

non hemoragik adalah di percabangan arterikarotis besar dan

arterivertebra yang berhubungan dengan arteri basiler. Onset stroke

non hemoragik trombotik biasanya berjalan lambat.

Stroke non hemoragik terjadi karena adanya emboli yang lepas dari

tubuh lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut terjebak di

pembuluh darah otak yang lebih kecil dan biasanya pada daerah

percabangan lumen yang menyempit, yaitu arteri carotis di bagian

tengah atau Middle Carotid Artery(MCA). Denagn adanya sumbatan

oleh emboli akan menyebabkan iskemia sehingga membutuhkan

pasokan oksigen yang adekuat


31

5. Manifestasi klinis

Pada stroke non hemoragik, gejala utamanya adalah timbul deficit

neurologis secara mendadak/ sub akut, di dahului gejala pedromal,

terjadinya pada waktu istirahat atau bangun tidur pada pagi hari dan

biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar,

biasanya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun (Rendy &

Margareth,2015)

6. Pemeriksaan penunjang

Menurut Ariani (2012) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan

pada penderita stroke non hemoragik adalah sebagai berikut:

a. MRI (Magnetic Resonance Imaging) : Menunjukan daerah

yang mengalami infark dan hemoragik

b. CT Scan (Computerized Tomografi Scaning) : mengetahui area

infark, edema, dan hematoma

c. Angiografi Serebral

Membantu mengetahui secara pesifik penyebab stroke seperti

obstruksi arteri dan perdarahan

d. Fungsi Lumbal

1) Menunjukkan adanya tekanan normal

2) Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah

menunjukan adanya perdarahan

e. EEG (Electroenchepalograph)

Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik


32

f. Ultrasonografi Dopler

Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system

arterikaroti saluran darah atau muncul plak)

g. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan darah,

kentalan darah, penggumpalan darah, penggumpalan trombosit

yang abnormal, dan mekanisme pembekuan darah

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan stroke non hemoragik menurut Tarwoto (2013) :

a. Penatalaksanann umum

1) Pada fase akut

a) Terapi oksigen, pasien stroke non hemoragik mengalami

gangguan aliran darah ke otak. Sehingga kebutuhan

oksigen sangat penting untuk mengurangi hipoksia dan juga

untuk mempertahankan metabolism otak. Pertahankan jalan

napas, pemberian oksigen karena edam serebri, oleh karena

itu pengurangan edema penting dilakukan misalnya dengan

pemberian manitol, kontrol atau pengendalian tekana darah,

penggunaan ventilator merupakan tindakan yang dapat

dilakukan sesuai hasil pemeriksaan analisa gas darah atau

oksimetri
33

b) Penatalaksanaan peningkatan tekanan

Peningkatan tekanan intrakranial biasanya disebabkan

karena edema serebri, oleh karena itu pengurangan edema

penting dilakukan misalnya dengan pemberian manitol,

kontrol atau pengendalian tekanan darah

c) Monitor fungsi pernapasan : analisa gas darah

d) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG

e) Evaluasi status cairan elektrolitLakukan pemasangan NGT

untuk mengurangi kompresi lambung dan pemberian

makanan

f) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan

g) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran,

keadaan pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial

dan refleks.

b. Terapi obat-obatan

1) Diuretika : diuretika merupakan golongan obat yang berfungsi

untuk mengeluarkan cairan dari tubuh. Pada kasus stroke non

hemoragik pemberian diuretika bertujuan untuk menurunkan

edema serebral

2) Antiplatelet : Antiplatelet merupakn obat yang mencegah

pembekuan darah. Pembekuan darah dapat berupa thrombus

dan emboli. Pemberian obat antikoagulan pada kasus stroke


34

non hemoragik bertujuan untuk mencegah memberatnya

thrombosis dan embolisasi

3) Kortikosteroid : kortikosteroid merupakan obat yang berperan

dalam pencegahan proses inflamasi. Kortikosteroid bertujuan

untuk mengurangi pembengkakan dan peningkatan tekanan

dalam otak

8. Komplikasi

Menurut Padila (2012) komplikasi stroke non hemoragik yaitu :

a. Aspirasi

b. Paralitic ileus

c. Atrial fibrilasi

d. Diabetes insipidus

e. Peningkatan TIK

f. Hidrochepalus
35

9. Pathway (Padilla, 2012)

Katup jantung rusak,


Aterosklerosis,
miokard inkard fibrilasi,
hiperkoagulasi
endocarditis

Thrombosis serebral
Penyumbatan pembuluh darah
otak oleh bekuan darah, lemak,
dan udara

Oklusi pembuluh darah Emboli serebral

Iskemik jaringan otak


Edema dan kongesti Stroke Non
jaringan sekitar Hemoragik

Defisit neurologis

Infark serebral
Kehilangan kontrol
Pola nafas tidak aktif volunter

Disfungsi Nervus vagus


Perubahan perfusi dan trigeminus
jaringan serebral

Penurunan kemampuan
otot mengunyah dan
menelan

Sesak nafas
Penumpukan sekret

Bersihan jalan nafas tidak


efektif
36

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis dan Rancangan Studi Kasus

Pada karya tulis ilmiah ini menggunakan jenis deskriptif. Analisa

deskriptif merupakan prosedur pengolahan data yang mendeskripsikan

dan menggambarkan fakta-fakta mengenai asuhan keperawatan

(Nursalam, 2009).

Rancangan yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus ini

dilakukan dengan menggunakan asuhan keperawatan yang komprehensif

pada pasien dengan stroke non hemoragik yang meliputi : pengkajian,

penetapan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan, dan evaluasi keperawatan dengan wawancara, observasi,

dan pemeriksaan fisik. (Nursalam,2009)

B. Subjek Karya Tulis Ilmiah

Subjek dalam karya tulis ilmiah ini adalah dua pasien dengan

diagnosa medis Stroke Non Hemoragik dalam pemenuhan oksigenasi di

HCU RS Dr. Moewardi

Dengan kriteria inklusi:

1. Pasien bersedia menjadi subjek penelitian

2. Pasien berusia lebih dari 50 tahun

3. Serangan stroke non hemoragik yang pertama kali

36
37

4. Pasien dalam keadaan sadar

5. Tidak terdapat komplikasi

Dengan kriteria ekslusi:

1. Pasien dengan adanya komplikasi yang memerlukan pembedahan

2. Pasien yang tidak bersedia dikelola sebagai subjek penelitian

C. Fokus Studi

Fokus studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan

oksigenasi pada pasien Stroke Non Hemoragik

D. Definisi Operasional

stroke non hemoragik adalah stroke yang ditandai adanya sumbatan di

pembuluh darah sehingga menyebabkan aliran darah berkurang dan

tersumbat.

Oksigenasi adalah proses pemberian oksigen pada pasien stroke non

hemoragik dengan menggunakan nasal kanul atau masker oksigen sesuai

keadaan.

E. Tempat dan Waktu

Studi kasus ini akan dilaksanakan di ruang HCU RS Dr. Moewardi pada

bulan Januari

F. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam studi kasus ini

yaitu:
38

1. Data Primer

Data primer adalah data yang di peroleh secara langsung. Untuk

mendapat data primer tentang Stroke Non Hemoragik digunakan

teknik :

a. Wawancara

Untuk mendapatkan data secara lagsung digunakan teknik

wawancara. Pada studi kasus ini penulis melakukan wawancara

langsung dengan pasien dan keluarga guna mendapatkan data. Data

yang didapatkan melalui wawancara meliputi keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat

penyakit keluarga (Nursalam, 2016)

b. Observasi

Dalam studi kasus ini, penulis melakukan teknik observasi

dengan cara melakukan pengamatan secara langsung kepada pasien

untuk melihat keadaan umum dan perubahan-perubahan pada

pasien kemudian dirangkum dalam asuhan keperawatan. Observasi

dalam studi kasus ini ada dua yaitu tidak terstruktur (secara

spontan mengobservasi dan mencatat apa yang dilihat seperti

mengobservasi vital sign, ekspresi wajah, kecemasan, kegelisahan,

hasil laboratorium darah dan hasil pemeriksaan diagnostik).

Sedangkan terstrukur meliputi pengkajian ABCDE, pengkajian

SAMPLE, pengkajian B1-B6, pemeriksaan fisik yang meliputi

inspeksi, palpasi, perkusi, dan aukultasi (Nursalam, 2016)


39

2. Data Sekunder

a. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah bahan pustaka dan menunjang

latar belakang teoritis studi kasus. Pada kasus ini menggunakan

studi kepustakaan yang bersumber dari buku kesehatan, jurnal

laporan-laporan, hasil penelitian, dari sumber terbaru serta buku

ilmu keperawatan terbitan terbaru

b. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah semua bentuk informasi yang

berhubungan dengan dokumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data pengkajian adalah pemeriksaan penunjang

atau diagnostik dan terapi seperti data rekam medis, hasil

laboratorium

3. Pemeriksaan fisik

Menurut potter dan perry (2010), pemeriksaan fisik merupakan

peninjauan dari ujung rambut sampai kaki pada setiap sistem tubuh

untuk memperoleh data objektif tentang pasien dan memungkinkan

perawat dalam membuat penilaian klinis, membuktikan hasil

anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan

keperawatan yang tepat bagi pasien.

Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan dalam

karya tulis ini sebagai berikut:

39
40

a. Inspeksi untuk melihat keseluruhan kondisi pasien yang perlu dikaji

yaitu apakah pasien sadar atau tidak, penampilan umum pasien

(general appearance) rapi atau berantakan, apakah nafas tersenggal-

senggal, dapatkah pasien menuturkan kalimat lengkap atau hanya

beberapa kata, bagaimana warna kulit dan mukosa pasien apakah ada

memar, perdarahan, atau bengkak

b. Palpasi untuk memeriksa tekstur kulit , sensivitas, turgor, suhu tubuh,

fibrasi dada

c. Perkusi untuk memeriksa suara nafas hipersonor

d. Auskultasi untuk mengetahui suara tambahan seperti wheezing dan

ronkhi

G. Analisa Data dan Penyajian Data

Analisa data dilakukan dengan cara deskriptif. Analisa data dan

penyajian data dalam bentuk narasi yang menyajikan asuhan keperawatan

kritis dalam pemenuhan oksigenasi pada pasien dengan stroke non hemoragik

di HCU RS Dr. Moewardi meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa

keperawatan, dan tindakan keperawatan kemudian melakukan evaluasi dan

pendokumentasian tindakan

40
41

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia Oksigenasi.


Yogyakarta: Graha ilmu
Ariani, T A. (2012). Sistem Neurobehavelor. Jakarta: Salemba Medika
Debora,O. (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:
Salemba Medika
Departemen Kesehatan RI (2018), Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar,
Riskesdas Indonesia Tahun 2018, Depkes, Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2016). Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Dinas Kesehatan Kota Surakarta. (2016). Profil Kesehatan Kota Surakarta
Tahun 2016. Surakarta: Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Haryono, R.,& Utami, M. (2019). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Hidayat, A. A dan Musrifatul U. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC.
Junaidi. (2010). Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan Hipertensi. Jakarta:
PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Junaidi, I, Dorce Tandung (Ed). (2011). Stroke Waspadai Ancamanya.
Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Joyce and Jane. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Indonesia: CV Pantaseda
Media Edukasi.
Mubarak W, I., Lilis I., Joko S. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta:Salemba Medika.
Muttaqin Arif. (2012). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, T, dkk. (2016). Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nursalam. (2009). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.
Jakarta: Salemba Medika.
42

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.
Oktavianus. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Sistem Neurobehavior.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Potter dan Perry. (2010). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat
PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat
Rendy, M. C., & Margareth T.H. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setyawan.,Nurley, P.S., & Harti, A. S. (2019). Pengaruh mirror theraphy
terhadap kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke di RSUD dr.
Moewardi. Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama
Kudus. 7 (1): 49-61. https.www,google.com.search=jurnal-tentang-data-
stroke-di-rsud-moewardi&oq. Diakses 25 September 2019 jam 12.40
Sylvia Anderson, M. L. (2015). Patofisiologi Edisi 6 Vol 2 Proses-Proses
Penyakit. Jakrta: EGC.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Bandung: CV.
Alfabate
Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Agung Seto.
WHO (2017), Global Status Report on Noncomunicable Disease.
Wiwit. (2010). Stroke dan Penangananya. Yogyakarta:Katahati.
43

LAMPIRAN
44
45
46
47
48

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

(Informed Consent)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama :

Alamat :

Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta hak dan

kewajiban sebagai responden. Dengan ini menyatakan dengan sungguh-sungguh

bahwa saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang HCU RS Dr. Moewardi ”

Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan penuh kesadaran tanpa ada

paksaan pihak lain.

Surakarta, 2019

Responden

(............................................)
49

SURAT PERMOHONAN CALON RESPONDEN


Surakarta, 2019
Kepada Yth.
Pasien Stroke Non Hemoragik sebagai calon responden penelitian
Di Ruang HCU RSUD Dr. Moewardi Soerakarta
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini saya:
Nama :
NIM :
Kelas :
Institusi :
Sedang melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke
Non Hemoragik Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang HCU RS Dr.
Moewardi ”
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi
Bapak/Ibu/Saudara sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan
akan kami jaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika
Bapak/Ibu/Saudara telah menjadi responden dan hal-hal yang memungkinkan untuk
mengundurkan diri maka Bapak/Ibu/Saudara diperbolehkan untuk mengundurkan diri
untuk tidak ikut dalam penelitian. Apabila Bapak/Ibu/Saudara menyetujui maka saya
mohon kesediaannya untuk menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang telah tersedia.
Demikian, atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terimakasih.

Peneliti

Titania Damayanti
50

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

PASIEN RAWAT INAP

NO RM

……
Informasi didapat dari :

Pasien Keluarga, Hubungan Orang lain

STICKER Tanggal MRS / Jam :

Pengkajian tanggal / Jam :

Diagnosis medis :

Asal masuk : UGD URJ OK ICU

Lainnya
Suku :
Cara tiba diruangan : Jalan sendiri Kursi roda
Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Keluhan utama :

Riwayat penyakit saat ini :


51

===

Penyakit yang pernah diderita :

Riwayat pengobatan :

Waktu terakhir
Nama Obat Cara Pemberian Frekuensi
diberikan

Riwayat penyakit keluarga :

Alergi : Obat ( Jenis : )

Makanan ( Jenis : )

Debu ( Reaksi berupa : )

Tidak tahu

Lain – lain

Riwayat transfuse darah : Ya Tidak

Reaksi

Riwayat merokok : Ya Tidak

Riwayat minuman keras : Ya Tidak

Riwayat operasi : Ya, sebutkan Kapan :


52

Tidak Komplikasi:

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik Sedang Lemah

Kesadaran : Composmentis Apatis Somnolen

Sopor Koma

GCS : Eye: Verbal : Motorik : Total :

Tanda vital TD : mmHg

Nadi : x/menit, Lokasi : , Pulsasi :


0
Suhu : C

RR : x / menit

BB : kg TB: cm LLA : cm

B1 ( Breathing ) Pola napas : Irama : Terarur Tidak teratur


Pernapasan
Jenis : Dispnea Kusmaul Cheyne
stokes

Lain – lain :

Bunyi napas: Vesikuler Kanan Kiri

Wheezing Kanan Kiri

Ronchi Kanan Kiri

Melemah Kanan Kiri

Menghilang Kanan Kiri

Produk sputum : Ya Tidak


53

Sesak napas : Ya Tidak

Otot bantu napas : Ya, Jenis Tidak

Batuk : Ya Tidak

Pergerakan dada : Simetris Asimetris

Terpasang WSD : Ya Lokasi Produksi


Warna

Tidak

Alat bantu napas : Ya Jenis : flow lpm

Tidak
Lain – lain:
Irama jantung : Reguler Ireguler

S1/S2 tunggal : Ya Tidak, keterangan :

Nyeri dada : Ya Tidak

Suara jantung : Normal Galop Lain – lain


B2 (Bleeding)
Kardiovaskuler CRT : < 2 detik > 2 detik

Cyanosis : Ya Tidak

Akral : Hangat Panas kering Dingin Dingin basah

Distensi vena jugular : Ya Tidak

Lain – lain :
B3 (Brain ) Refleks fisiologis : Patela Triseps Biseps Lain – lain
Persyarafan
Refleks patologis : Babinsky Brudzinsky Kernig

Lain - lain

Keluhan pusing : Ya Tidak


54

Penglihatan ( mata)

Pupil : Isokor Anisokor Ukuran: mm

Refleks cahaya ( ka/ki) : /

Diameter ( ka/ ki ) : mm / mm

Skera / konjungtiva : Anemis Ikterus Lain – lain :

Penglihatan : Normal Kabur Kacamata Lensa kontak

Pendengaran ( telinga)

Bersih Kotor ka/ki

Gangguan pendengaran : Ya Tidak

Jelaskan : Tinitus ka / ki

Otitis media ka / ki

Penciuman ( hidung )

Tidak masalah Tersumbat Sekret Epistaksis

Bentuk : Normal Tidak Jelaskan :

Gangguan penciuman : Ya Tidak Jelaskan :

Pola tidur : Normal Sulit tidur Sering terbangun

Istirahat / tidur : Jam/ hari

Lain – lain :

Pengkajian Nyeri

Pencetus Kualitas Lokasi/ Skala Waktu Penyebab


Radiasi nyeri
( 1 -10 ) hilang/
55

berkurang

Universal Pain Tool

Nyeri memengaruhi : Dapat diabaikan Tugas Konsentrasi

Tidur Aktivitas fisik Nafsu


makan

Lain – lain :

B4 ( Bladder) Kebersihan : Bersih Kotor


Perkemihan
Urine : Jumlah : cc/hari Warna : Bau :

Kateter : Jenis: Mulai :

Kandung Kencing : Membesar : Ya Tidak

Nyeri tekan Ya
Tidak

Gangguan : Normal Anuria Oliguri Retensi


56

Nokturia Inkontinensia Hematuri Lain-lain

Intake cairan: Oral : cc/hari

Lain – lain :

B5 (Bowel) Napsu makan : Baik Menurun Frekuensi : x/hari


Pencernaan
Mual Muntah

Porsi makan : Habis Tidak, keterangan :

Diet saat ini : Makanan kesukaan :

Perubahan BB : Ya , kira – kira kg/bulan/minggu Tidak

Alat bantu makan : Tidak ada NGT, mulai :

Minum : cc/hari

Mulut dan tenggorokan

Mulut : Bersih Kotor Berbau

Mukosa : Lembab Kering Stomatitis

Tenggorokan : Nyeri telan Kesulitn menelan

Pembesaran tonsil Lain – lain :

Abdomen : Normal Tegang Kembung Asites

Nyeri tekan, lokasi :


Peristaltik : x/menit

Pembesaran hepar : Ya Tidak

Pembesaran limpa : Ya Tidak

BAB : x/ hari Teratur : Ya Tidak


57

Terakhir tanggal :

Hemoroid Melena

Konsistensi : Bau: Warna:

Lain – lain :

Kemampuan pergerakan sendi : Bebas Terbatas

Kekuatan otot :

Frkatur : Ya Tidak Lokasi:

Dekubitus : Tidak ada Ada Lokasi , derajat

Luka : Tidak Ya, Lokasi Pus : Ya Tidak

Luka bakar : Tidak Ya

Kulit : Normal Luka Memar Kering Gatal-gatal

B6 (Bone) Bersisik
Muskuloskeletal/Integume
n Warna kulit : Ikterus Sianotik Kemerahan Pucat

Hiperpigmentasi Peteki

Akral : Hangat merah Dingin Kering

Lembab/basah Pucat

Turgor : Baik Sedang Jelek

Odema : Tidak ada Ada, lokasi

Pemakaian alat bantu : Traksi Gips Lokasi:

Lain-lain:
58

Pembesaran kelenjar tiroid : Ya Tidak

Pembesaran getah bening : Ya Tidak

Endokrin

Luka gangrene : Ya, lokasi Tidak

Lain-lain :

Psiko Sosio Spiritual Persepsi pasien terhadap penyakitnya :

Cobaan Tuhan Hukuman Lainnya, sebutkan

Ekspresi pasien terhadap penyakitnya :

Rendah diri Marah/menangis Gelisah Tenang

Orang paling dekat :

Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar :

Kegiatan ibadah :

Sebelum sakit : Sering Kadang-kadang Jarang

Selama sakit : Sering Kadang-kadang Jarang


59

Foto/
Laboratorium USG Lain - lain
Radiologi

Terapi /
tindakan medis
Pemeriksaan penunjang
dan terapi

Surakarta,
Perawat
Lampiran 4

Anda mungkin juga menyukai