PENDAHULUAN
Program Indonesia sehat merupakan salah satu dari agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program
sektoral lainnya yaitu program Indonesia pintar, program Indonesia kerja, dan program
Indonesia sejahtera, program Indonesia sehat selanjutnya menjadi program utama
pembangunan kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui rencana
strategis kementrian kesehatan tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui keputusan
menteri kesehatan R.I nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 (Kemenkes RI, 2017)
Pada saat ini, penerapan teori keperawatan kedalam praktik keperawatan keluarga
belum lengkap, tapi berkembang secara mengesankan. Teori-teori keperawatan sangat
menjanjikan apabila diterapkan dalam keluarga. Teori-teori keluarga memiliki
gambaran yang jauh lebih lengkap dan memiliki kekuatan lebih dalam menjelaskan
tentang perilaku keluarga (teori ilmu sosial keluarga) dan intervensi keluarga (teori
terapi keluarga) tapiperlu dirumuskan ulang atau diadaptasi ulang sehingga teori-teori
tersebut cocok dengan perspektif keperawatan. Salah satu teori keperawatan keluarga
yang sering digunakan adalah teori Friedman. Model pengkajian keluarga Friedman
merupakan integrasi dari teori sistem, teori perkembangan keluarga, dan teori struktural
fungsional sebagai teori-teori utama yang merupakan dasar dari model dan alat
pengkajian keluarga. Teori-teori lain ikut berperan kedalam dimensi struktural dan
fungsional adalah teori komunikasi, peran dan stress keluarga (Friedman 2010)
Sasaran dari Indonesia sehat adalah meningkatnya drajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaa masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Penerapan
paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengaruh utama kesehatan dalam
pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan
masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan stategi peningkatan
akses pelayanan kesehatan, optimalitas system rujukan dan peningkatan mutu
menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan.
Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat
(benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu dirujukan kepada tercapainya
keluarga-keluarga sehat (Kemenkes RI, 2017)
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam undang-undang
dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatan derajat kesehatan baik perorangan,
maupun kelompok atau masyarakat secara keseluruhan (Depkes RI 2009), namun
diindonesia saat ini drajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal pada
hakikatnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan
kesehatan dan genetika (Riskesdas 2011). Hal ini dibuktikan dengan pembangunan
kesehatan di Indonesia saat ini sedang mengalami double burden disease, yaitu beban
penyakit tidak menular sekaligus, penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia, hal ini ditandai dengan
bergesernya pola penyakit secara epidemiologi dari peyakit menular yang cenderung
menurun dan penyakit tidak menular yang secara gelobal meningkat. Penyakit tidak
menular (PTM) merupakan penyakit kronis tidak ditularkan dari orang ke orang,
mempunyai durasi yang panjang dan umumnyya berkembang lambat. Menurut data
PTM didapat melalui pertanyaan atau wawancara responden tentang penyakit tidak
menular yang terdiri dari : 1. Asma, 2. Asma, 3. Kanker, 4.Diabetes Militus (DM), 5.
Hipertensi, 7. Jantung Koroner, 8. Asam urat, 9. Asma, 10. Gagal ginjal kronis, 11.
Batu ginjal (Riskesdas, 2013).
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang bersifat reversible dengan
ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-
ubah secara spontan yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada
akibat penyumbatan saluran napas (Henneberger dkk., 2011).
Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju
tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma
(GINA) pada tahun 2012 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma seluruh
dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah kematian yang terus meningkat
hingga 180.000 orang per tahun (GINA,2012).
Data WHO juga menunjukkan data yang serupa bahwa prevalensi asma terus
meningkat dalam tiga puluh tahun terakhir terutama di negara maju. Hampir separuh
dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke
bagian gawat darurat setiap tahunnya (Rengganis, 2008) Penyakit asma masuk dalam
sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematiandi Indonesia. Pada tahun 2005 Survei
Kesehatan Rumah Tangga mencatat 225.000 orang meninggal karena asma (Dinkes
Jogja, 2011). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional tahun 2007,
penyakit asma ditemukan sebesar 4% dari 222.000.000 total populasi nasional,
sedangkan di Sumatera Barat Departemen Kesehatan menyatakan bahwa pada tahun
2012 jumlah penderita asma yang ditemukan sebesar 3,58% (Zara, 2011). Jumlah
kunjungan penderita asma di seluruh rumah sakit dan puskesmas di Kota Padang
sebanyak 12.456 kali di tahun 2013 (DKK Padang, 2013)
Pada umumnya penderita asma akan mengeluhkan gejala batuk, sesak napas, rasa
tertekan di dada dan mengi. Pada beberapa keadaan batuk mungkin merupakan satu-
satunya gejala. Gejala asma sering terjadi pada malam hari dan saat udara dingin,
biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa tertekan di dada, disertai dengan
sesak napas (dyspnea) dan mengi. Batuk yang dialami pada awalnya susah, tetapi
segera menjadi kuat. Karakteristik batuk pada penderita asma adalah berupa batuk
kering, paroksismal, iritatif, dan non produktif, kemudian menghasilkan sputum yang
berbusa, jernih dan kental. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan sesak napas,
sehingga ekspirasi selalu lebih sulit dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong
pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesori pernapasan.
Penggunaan otot aksesori pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka panjang dapat
menyebabkan penderita asma kelelahan saat bernapas ketika serangan atau ketika
beraktivitas (Brunner & Suddard, 2012).
Tingkat gejala asma yang dialami oleh penderita asma telah diklasifikasikan menjadi
empat jenis yaitu: 1) intermiten merupakan jenis asma yang terjadi bulanan dengan
gejala kurang dari satu kali seminggu, tidak menimbulkan gejala di luar serangan dan
biasanya terjadi dalam waktu singkat. 2) Persisten ringan yang serangannya terjadi
mingguan dengan gejala lebih dari satu kali seminggu tetapi kurang dari satu kali
sehari, yang dapat mengganggu aktivitas dan tidur. 3) Persisten sedang dengan gejala
yang muncul setiap hari dan membutuhkan bronkodilator setiap hari. 4) Persisten berat
yang terjadi secara kontinyu, gejala terus menerus, sering kambuh dan aktivitas fisik
terbatas. Asma mempunyai dampak yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gejala asma dapat mengalami komplikasi sehingga menurunkan produktifitas kerja dan
kualitas hidup (GINA, 2012).
Pada penderita asma eksaserbasi akut dapat saja terjadi sewaktu-waktu, yang
berlangsung dalam beberapa menit hingga hitungan jam. Semakin sering serangan asma
terjadi maka akibatnya akan semakin fatal sehingga mempengaruhi aktivitas penting
seperti kehadiran di sekolah, pemilihan pekerjaan yang dapat dilakukan, aktivitas fisik
dan aspek kehidupan lain (Brunner & Suddard, 2002). Tujuan perawatan asma adalah
untuk menjaga agar asma tetap terkontrol yang ditandai dengan penurunan gejala asma
yang dirasakan atau bahkan tidak sama sekali, sehingga penderita dapat melakukan
aktivitas tanpa terganggu oleh asmanya. Pengontrolan terhadap gejala asma dapat
dilakukan dengan cara menghindari alergen pencetus asma, konsultasi asma dengan tim
medis secara teratur, hidup sehat dengan asupan nutrisi yang memadai, dan
menghindari stres. Gejala asma dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang dilakukan
secara lengkap, tidak hanya dengan pemberian terapi farmakologis tetapi juga
menggunakan terapi nonfarmakologis yaitu dengan cara mengontrol gejala yang timbul
serta mengurangi keparahan gejala asma yang dialami ketika terjadi serangan (Wong,
2010).
Terapi non farmakologis yang umumnya digunakan untuk pengelolaan asma adalah
dengan melakukan terapi pernapasan. Terapi pernapasan bertujuan untuk melatih cara
bernapas yang benar, melenturkan dan memperkuat otot pernapasan, melatih
ekspektorasi yang efektif, meningkatkan sirkulasi, mempercepat dan mempertahankan
pengontrolan asma yang ditandai dengan penurunan gejala dan meningkatkan kualitas
hidup bagi penderitanya. Pada penderita asma terapi pernapasan selain ditujukan untuk
memperbaiki fungsi alat pernapasan, juga bertujuan melatih penderita untuk dapat
mengatur pernapasan pada saat terasa akan datang serangan, ataupun sewaktu serangan
asma (Nugroho, 2016).
Melihat hasil uraian mengenai masalah asma yang terjadi pada warga, masih banyak
yang belum mengetahui bahwa tahu akibat dari asma maupun perawatannya mereka
masih menganggap asma adalah penyakit yang tidak membutuhkan penanganan serius,
seperti pengobatan dengan farmakologi ataupun pengobatan non farmakologi (herbal).
Dalam hal ini saya mengambil kasus dengan “ Asuhan Keperawatan Pada Tn M dengan
Asma Di Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto Jakarta Timur “.
1. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan asuhan keperawatan pada keluarga dengan Asma Di Rumah Sakit
Tk.I R. Said Sukanto Jakarta Timur “.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan pengertian dari Asma, tanda dan gejala, etiologi,
patofisiologi dan penatalaksanaannya.
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada lansia dengan Asma
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada lansia dengan Asma
d. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada lansia dengan Asma
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada lansia dengan Asma
f. Mampu melakukan evaluasi pada lansia dengan Asma
2. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Penulis dapat mengerti dan lebih menguasai teori Penyakit asma
b. Penulis dapat memperluas ilmu pengetahuan dan menambah wawasan
tentang Penyakit asma.
c. Penulis dapat mengaplikasikan teori Penyakit asma secara benar kepada
pasien dengan Penyakit Asma dalam praktek lapangan.
2. Bagi Institusi
a. Dapat menambah pustaka perpustakaan Universitas Respati Indonesia
b. Sarana belajar mahasiswa Universitas Respati Indonesia.
3. Bagi Keluarga
Bermanfaat sebagai sarana meningkatkan pengetahuan keluarga tentang
penyakit asma dan perawatan jika ada anggota keluarga ada yang menderita
penyakit asma.
2. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman belajar serta keterampilan
yang berkaitan pada klien dengan asma
2. Bagi Institusi
Sebagai sumber referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan
keluarga dan komunitas
3. Bagi Pasien
Sebagai pengetahuan bagi Tn. M tentang pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, perawatan, komplikasi, dari Asma serta cara penanganannya dan
bagaimana cara mengatasinya
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Tahap I ( keluarga pasangan baru/ beginning family) Keluarga baru di mulai pada
saat masing-masing individu, yaitu suami istri membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis
keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru.
b. Tahap II ( keluarga dengan kelahiran anak pertama/ child bearing family) Tahap II
mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan.
Transisi ke masa menjadi orangtua adlah salah satu kunci dalam siklus kehidupan
keluarga. Dengan kelahiran anak pertama, keluarga menjadi kelompok trio,
membuat sistem yang permanen pada keluarga untuk pertama kalinya (yaitu, sistem
berlangsung tanpa memerhatikan hasil akhir dari pernikahan).
c. Tahap III ( keluarga dengan anak prasekolah/ families with prescholl) Tahap III
siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 21/2 tahun dan
diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai
lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki,
dan putrisaudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan berbeda
d. Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah/ families with children) Tahap ini dimulai
pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12
tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas sekolah, masing-masing
anak memiliki aktifitas di sekolah, masing-masing akan memiliki aktifitas dan
minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan
anak.
e. Tahap V ( keluarga dengan anak remaja/ families with teenagers) Ketika anak
pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau perjalanan kehidupan keluarga
dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun
dapat lebih singkat jika anak meningglakan keluarga lebih awal atau lebih lama jika
anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak lainnya
yang tinggal di rumah biasanya anak usia sekolah. Tujuan utama keluarga pada
tahap anak remaja adalah melonggrakan kebebasan remaja yang lebih besar dalam
mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda.
f. Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center families) Tahap ini
dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lama tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan utama pada tahap ini
adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepaskan
anaknya untuk hidup sendiri.
g. Tahap VII ( keluarga usia pertengahan/ middle age families) Tahapan ini dimulai
pada saat anak yang terakhir meningglakan rumah dan berakhir saat pensiun atau
salah satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan
sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal
sebagai orang tua. Pada tahap ini semua anak meninggallkan rumah, maka pasangan
berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas.
h. Tahap VIII ( keluarga usia lanjut) Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai
dengan pensiun salah satu atau kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian
pasangan lainnya
2.1.4 Karakteristik keluarga sebagai sistem Berikut ini akan dijelaskan mengenai
karakteristik keluarga sebagai suatu sistem (Harmoko, 2012):
a. Pola komunikasi keluarga Secara umum ada dua pola komunikasi dalam keluarga
yaitu sistem terbuka dan sitem tertutup. Sistem terbuka pola komunikasi
dilakukan secara langsung, jelas, spesifik, tulus, jujur dan tanpa hambatan.
Sedangkan pola komunikasi seitem tertutup adalah tidak langsung, tidak jelas,
tidak spesifik, tidak selaras, saling menyalahkan, kacau dan membingungkan.
b. Aturan keluarga
1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong.
2. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
3. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara
musyawarah.
4. Berbentuk monogram.
5. Bertanggung jawab.
6. Mempunyai semangat gotong royong
A. DEFINISI ASMA
Asma adalah penyakit yang dengan ciri peningkatan respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan ditandai dengan penyempitan jalan nafas yang luas
dan dapat berubah-ubah secara spontan (Arif, 2008). Asma merupakan salah satu
penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat, diderita oleh anak-anak sampai
dewasa. Asma merupakan gangguan saluran pernafasan yang sangat kompleks
(Marni, 2014). Asma merupakan penyumbatan jalan nafas yang tidak dapat pulih
karena spasme bronkus disebabkan oleh trakea dan bronki berespon secara
hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Wijaya & Putri, 2013).
faktor ekstrinsik.
1. Faktor intrinsic
a. Infeksi : infeksi virus influenza, pneumonia, mycoplasma.
b. Fisik : cuaca dingin, perubahan suhu.
c. Iritan : kimia.
d. Polusi udara : asap rokok, parfum, karbondioksida.
e. Emosional : takut, cemas, tenang.
f. Aktivitas yang berlebih atau kelelahan.
2. Faktor ekstrinsik : reaksi antigen antibodi : inhalasi alergen (debu, serbuk, bulu
binatang). Alergi terhadap makanan beberapa jenis makanan tertentu juga bisa
menjadi faktor pencetus terjadinya serangan asma, misalnya ikan laut, kacang,
telur dan susu sapi (Marni, 2014).
1. Faktor pejamu Faktor dari pasien meliputi jenis kelamin, ras, hiperresponsif
saluran nafas, dan status gizi.
2. Faktor lingkungan Faktor dari luar diri pasien yang meliputi: Alergen dalam
rumah : tungau debu rumah, alergen hewan piaraan, alergen kecoa, jamur.
Alergen luar : serbuk sari, jamur. Pajanan pekerjaan : pekerja pabrik, awak
angkutan. Asap rokok : perokok pasif, perokok aktif. Polusi udara : polutan luar
rumah, polutan dalam rumah, ventilasi udara. Infeksi saluran nafas : infeksi virus,
infeksi bakteri, infeksi parasit.
D. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodiy Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antobodi ini menyebabkan reaksi bila reaksi dengan antigen
spesifiknya. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronchus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan
sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat analfilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient) faktor kemotaktik eosinofilik
dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan
adema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang kental
dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma, diameter
bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi karena
peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar
bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini
menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi
sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara
ekspirasi dari perut. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest (Musliha, 2010).
E. Pathway
Faktor Pencetus
Antigen yang terikat Mengeluarkan mediator Edema mukosa, sekresi
Allergen Permiabilitas kapiler
IGE pada permukaan histamine, platelet, produktif, kontraksi otot
Stress meningkat
sel mast atau basophil bradikinin dll polos meningkat
Cuaca
Spasme otot polos sekresi Konsentrasi O2 dalam
kelenjar bronkus darah menurun
Penyempitan / obstruksi Hiperkapnea Gelisah Ansietas
proksimal dari bronkus pada Hipoksemia
tahap ekspirasi dan inspirasi Suplai O2 keotak Koma
Mocus berlebih Tekanan partial Suplai darah dan O2
Batuk oksigen dialveoli Ganguuan pertukaran kejantung berkurang
Wheezing gas Asidosis metabolic
Sesak nafas
Suplai O2 kejaringan Perfusi jaringan perifer
Ketidakefektifan bersihan jalan
Nafas
Penyempitan jalan Penurunan curah
Tekanan darah menurun
pernafasan jantung
Peningkatan kerja otot Kelemahan dan
Hiperventilasi Kebutuhan O2
pernafasan keletihan
Retensi Asidosis respiratorik Intoleransi aktifitas
Nafsu makan
Ketidakseimbangan Ketidakefektifan
nutrisi kur ang dari pola nafas (Amin & Hardi, 2015)
kebutuhan tubuh
F. Manifestasi klinik
Menurut Mumpuni & Wulandari, 2013 :
a. Kesulitan bernafas atau sering terlihat terengah-engah bila melakukan aktivitas
yang sedikit berat.
b. Sering batuk (disertai dahak atau tidak).
c. Mengi atau wheezing.
d. Dada terasa sesak karena adanya penyempitan saluran nafas akibat rangsangan
tertentu.
e. Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak.
G. Penatalaksanaan
Menurut Musliha, (2010) :
1. Medis
Pengobatan dengan farmakologi (dengan obat): obat pelega seperti salbutamol,
terbutalin, fenoterol, metaproterol, formoterol dan sebagainya. Obat anti vagus
misalnya atrovent.
2. Keperawatan
H. Komplikasi
Apabila penderita asma tidak segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat,
maka akan timbul komplikasi yang bisa membahayakan kondisi pasien, diantaranya
adalah terjadinya status asmatikus, gangguan asam basa, gagal nafas, bronkhiolitis,
hipoksemia, pneumonia, pneumothoraks, emphysema, chronic persistent bronkhitis,
atelektasis dan bahkan kematian (Marni, 2014).
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini menunjukan variabilitas gangguan aliran nafas akibat obstruksi,
hiperreaktivitas, dan inflamasi saluran respiratori, atau adanya atopi pada pasien:
a. Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas dan untuk
menilai variabilitas. Pada fasilitas terbatas dapat dilakukan pemeriksaan
dengan peak flow meter.
b. Uji cukit kulit (skin prick test), eosinofil total darah, pemeriksaan IgE spesifik.
c. Uji inflamasi saluran respiratori: FeNO (fractional exhaled nitric oxide),
eosinofil sputum.
Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, atau larutan salin hipertonik
J. Kriteria Diagnosis
Gejala Karakteritik Wheezing, batuk, sesak nafas, dada tertekan, produksi sputum
biasanya > 1 gejala respiratori Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring waktu Gejala
memberat pada malam hari atau dini hari Gejala timbul bila ada pencetus Konfirmasi
adanya limitasi aliran udara ekspirasi Gambaran obstruksi saluran nafas FEV1 rendah (
12% Variabilitas Perbedaan PEFR harian > 13% Uji provokasi Penurunan FEV1 >
20% atau PEFR > 15%. Klasifikasi asma Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala
klasifikasi derajat penyakit asma menurut Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA)
2015, asma dibagi menjadi 4 golongan, yaitu asma intermitten, persisten ringan,
persisten sedang dan persisten berat. Sedangkan derajat serangan dibagi menjadi 3
yaitu serangan ringan-sedang, asma serangan serangan berat dan serangan asma
dengan ancaman henti nafas. Asma berdasarkan kekerapan timbulnya gejala. Derajat
asma Uraian kekerapan gejala asma Intermitten Episode gejala asma 1x/bulan,
1x/minggu, namun tidak setiap hari Persisten berat Episode gejala asma terjadi hampir
setiap hari. Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan menggambarkan
kualitas hidup seseorang setelah, dan atau sedang mengalami suatu penyakit yang
mendapatkan suatu pengelolaan. Menurut World Health Organization (WHO) kualitas
hidup memiliki tiga dimensi yang diukur yaitu fisik, psikologis (mental) dan sosial.
Tiap-tiap dimensi tersebut dapat diukur dengan penilaian yang objektif dari status
fungsional atau status kesehatannya dan penilaian subjektif terhadap persepsi
kesehatannya. Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan menggambarkan
tingkat kesehatan seseorang yang mengalami suatu penyakit, pengelolaan sesuai
dengan pedoman penyakit tertentu, serta intervensi medis lainnya.
Kualitas hidup secara umum dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
1. Derajat penyakit
2. Lama penyakit
3. Penatalaksanaan
4. Penyulit penyakit yang terjadi.
Faktor-faktor yang mampu mempengaruhi kualitas hidup anak asma meliputi:
a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Kondisi fisik, emosional dan spiritual. Kondisi fisik yang mempengaruhi
antara lain nutrisi atau status gizi (Indeks Massa Tubuh).
d. Keterbatasan aktifitas fisik : olahraga, menangis, berteriak, tertawa berlebihan
e. Frekuensi serangan asma (ganguan tidur malam atau dini hari)
f. Tatalaksana asma atau kontrol penyakit
g. Penyakit kronis lain
h. Pendidikan orang tua
i. Derajat penyakit asma
j. Lama menderita asma
k. Kepadatan rumah
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN KELUARGA
I. IDENTITAS UMUM KELUARGA
a) Identitas Kepala Keluarga
1. Nama : Tn. M
2. Umur : 53 tahun
3. Agama : Islam
4. Suku : Betawi
5. Pekerjaan : Wirasusaha
6. Pendidikan : -
7. Alamat : Jl.Musholla Attaqwa Rt 008/008, kramatjati
8. No. Tlp : 082112375165
Hub. Dgn
No Nama JK Umur Pekerjaan Pendidikan Status
KK
1 Tn. M L 53 thn Kep klg Wirausaha - Menikah
2 Ny. B Pr 56 thn Istri IRT - Menikah
Genogram
X X X
X
Keterangan :
: Laki-laki ; : Pasien
c) Suku bangsa
Tn M mengatakan berasal dari suku Betawi, bahasa sehari-hari yang digunakan
oleh keluarga Tn M yaitu Bahasa Indonesia.
b) Denah rumah
c) Karakteristik tetangga dan komunitas
Sebagian besar tetangga Tn M di daerah tersebut berasal dari suku betawi ,
beragama Islam dan bermata pencaharian wirausaha. Posisi rumah di daerah RT
008 cukup padat/berdempetan namun lingkungan tempat tinggal Tn M cukup
bersih. System pembuangan sampah dilingkungan yaitu dengan cara
dikumpulkan dengan plastik . Bila ada masalah antar warga diselesaikan dengan
musyawarah tingkat RT yang dipimpin oleh ketua RT. Sifat tenggang rasa dan
saling tolong menolong serta kekeluargaan di RT 008 sangat tinggi.
c) Struktur peran
Tn M berperan sebagai kepala rumah tangga untuk dirinya dan istrinya. Namun
demikian Tn M masih dihargai dalam keluarga untuk memberikan arahan kepada
anaknya.
b) Fungsi sosialisasi
Interaksi antar anggota keluarga Tn M tercipta baik bukan hanya antara anggota
keluarga yang terdekat tetapi dengan tetangga dan komunitas yang ada di
lingkungannya, contohnya di waktu senggang Ny B mengikuti pengajian.
d) Fungsi reproduksi
Tn M memiliki 5 orang anak, dan sudah menikah semua.
e) Fungsi ekonomi
Tn M saat ini tidak bekerja, dan mendapat penghasilan anak anaknya setiap
bulannya.
I. HARAPAN KELUARGA
Keluarga Tn M mengatakan ingin segera sembuh, karena takut akan terkena
komplikasi lainnya.
A. Analisa Data
2.Kurang Pengetahuan
C. Diagnosa Prioritas
1. Pola Nafas Tidak Efektif pada keluarga Tn M (D.0005)
2. Defisit Pengetahuan pada keluarga Tn M (D.0111)
No Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Rencana Tindakan Ras
Kep Umum Khusus Kriter Standar
era ia
wat
an
keluarga
1. Pola Nafas Setelah 1. Setelah
Tidak kunjungan dilakukan
Efektif dan kunjungan ke
intervensi 3selama 1x45
selama 3x menit,
45 menit keluarga
keluarga mampu
mampu mengenal
merawat masalah asma
anggota dengan
keluarganya mampu : Respon Keluarga menyebutkan bahwa
Diskusikan dengan keluarga Mengkaji
yang 1.Menyebutkan verbal asma adalah paru paru yang
apa yang diketahui keluarga pengetahu
mengalami pengertian asma kronis dimana saluran
asma/gangg mengenai asma mengenai
pernapasan menyempit dan
uan Berikan pujian kepada yang dide
menghalangi udara yang masuk
pertukran keluarga tentang Reinforce
sehingga sulit untuk bernapas
gas pada Tn pemahaman keluarga yang akan mem
M menjadi benar kepercaya
efektif Berikan informasi kepada keluarga
keluarga mengenai Peningka
pengertian asma pengetahu
Berikan kesempatan kepada menguba
keluarga untuk bertanya perawatan
tentang materi yang
Feedback
disampaikan
diberikan
Berikan penjelasan ulang
sebagai to
terhadap materi yang belum
dimengerti partisipas
Motivasi keluarga untuk dan meng
mengulang materi yang telah mana mat
dijelaskan sudah kel
Berikan reinforcement Meningka
positif atas usaha keluarga pengetahu
Meningk
percaya d
dan kepe
terhadap
Meningk
percaya d
dan kepe
terhadap
Bentuk
terhadap
mengiku
pemberi
dan men
kepercay
petugas
Ben
penghargaa
keluarga m
proses pem
informasi
Kel
mencocoka
yang timbu
penyebab y
disebutkan
Ben
penghargaa
keluarga m
proses pem
informasi d
menciptaka
kepercayaa
petugas
2. Setelah
dilakukan
pertemuan
1x45 menit
keluarga
mampu
mengambil
keputusan
yang tepat
untuk
mengatasi
masalah asma
pada anggota
keluarga,
dengan
mampu :
Keluarg
mencocoka
yang timbu
penyebab y
disebutkan
Bentuk
terhadap ke
mengikuti p
pemberian
dan mencip
kepercayaa
petugas
Ben
penghargaa
keluarga m
proses pem
informasi
Kel
mencocoka
yang timbu
penyebab y
disebutkan
Ben
penghargaa
keluarga m
proses pem
informasi d
menciptaka
kepercayaa
petugas
3. Setelah 1x30 Respon Cara pencegahan asma : Diskusikan dengan keluarga mem
menit verbal Hindari stres tentang pencegahan asma kesempatan
kunjungan Ciptakan lingkungan yang keluarga un
dengan leaflet. menerima m
keluarga bersih dan kondusif Beri kesempatan keluarga disampaika
mampu
untuk bertanya pemahaman
merawat
Menanyakan kembali yang dimiliki
anggota Men
keluarga sudah dijelaskan kemampuan
yang sakit, Berikan reinforcemen positif dalam men
dengan atas jawaban yang benar
mampu :
Menyebutka Ben
n cara-cara penghargaa
pencegahan keluarga m
asma proses pem
informasi
Kel
mencocoka
yang timbu
penyebab y
disebutkan
Ben
penghargaa
keluarga m
proses pem
informasi d
menciptaka
kepercayaa
petugas
Menyebutkan Respon Hal yang dapat menyebabkan Diskusikan dengan keluarga membe
apa saja yang verbal asma : hal yang dapat kesempatan
bisa Mengkonsumsi makanan yang keluarga un
menyebabkan asma dengan menerima m
menyebabkan banyak mengandung minyak leaflet. disampaika
asma Merokok
Beri kesempatan keluarga pemahaman
Stress dimiliki
untuk bertanya
Menguk
Menanyakan kembali yang kemampuan
sudah dijelaskan dalam men
Berikan reinforcemen positif
atas jawaban yang benar
Bentuk
terhadap ke
mengikuti p
pemberian
Keluarg
mencocoka
yang timbu
penyebab y
disebutkan
Bentuk
terhadap ke
mengikuti p
pemberian
dan mencip
kepercayaa
petugas
Menyebutka Respon Hal yang dapat membuat Diskusikan dengan keluarga memberik
n apa saja verbal kesembuhan asma seperti hal yang dapat kesempatan
yang bisa hindari makanan makanan yang keluarga un
menyembuhkan asma menerima m
membuat banyak mengandung minyak
dengan leaflet. disampaika
kesembuhan yang tinggi, terapi pernapasan,
Beri kesempatan keluarga pemahaman
asma dan rutin kontrol ke fasyankes dimiliki
terdekat. untuk bertanya
Menguku
Menanyakan kembali yang kemampuan
sudah dijelaskan dalam men
Berikan reinforcemen positif
atas jawaban yang benar Bentuk pe
terhadap ke
mengikuti p
pemberian
Keluarga
mencocoka
yang timbu
penyebab y
disebutkan
Bentuk pe
terhadap ke
mengikuti p
pemberian
dan mencip
kepercayaa
petugas
Menyebutkan Respo Asma adalah penyakit inflamasi Diskusikan dengan keluarga memberikan kesempata
pengertian n kronik saluran nafas yang tentang asma dengan leaflet. pada keluarga untuk da
asma verbal menyebabkan hipereaktivitas Beri kesempatan keluarga menerima materi yang
bronkus akibat dari berbagai untuk bertanya disampaikan dengan
pemahaman yang dimil
rangsangan, yang menunjukan Menanyakan kembali yang
Mengukur kemampuan
gejala episodik berulang berupa sudah dijelaskan keluarga dalam menerim
mengi, sesak nafas, nafas Berikan reinforcemen positif materi
pendek dan batuk yang berubah- atas jawaban yang benar
ubah setiap waktu dalam
kejadian, frekuensi dan Bentuk penghargaan
intensitas. terhadap keluarga meng
proses pemberian inform
Bentuk penghargaan
terhadap keluarga meng
proses pemberian inform
dan menciptakan
kepercayaan dengan pe
6. Setelah
dilakukan
pertemuan
1x15 menit
keluarga
mampu
mengambil
keputusan
yang tepat
untuk
mengatasi
masalah asma
pada anggota
keluarga,
dengan mampu
:
Menyebutkan Respo Penyakit paru paru Diskusikan dengan keluarga memberikan kesempatan p
Faktor resiko n Menyebabkan kematian tentang faktor resiko asma keluarga untuk dapat menerim
asma verbal Susah tidur dengan leaflet. materi yang disampaikan den
pemahaman yang dimiliki
Beri kesempatan keluarga
Mengukur kemampu
untuk bertanya keluarga dalam menerima ma
Menanyakan kembali yang
sudah dijelaskan
Berikan reinforcemen positif Bentuk penghargaan terh
atas jawaban yang benar keluarga mengikuti proses
pemberian informasi
Mengambil Respo Keluarga mengetahui pentingnya Motivasi keluarga untuk memberikan kesemp
keputusan n untuk mengatasi asma merawat keluarga yang sakit. pada keluarga untuk dapat
yang tepat afektif Bantu keluarga mengambil menerima materi yang
disampaikan dengan pemaha
untuk keputusan yang tepat untuk
yang dimiliki
mengatasi mengatasi masalah asma pada Mengukur kemampu
asma anggota keluarga. keluarga dalam menerima m
Beri reinforcement atas usaha
keluarga
Bentuk penghargaan
terhadap keluarga mengikuti
proses pemberian informasi
Keluarga dapat
mencocokan penyebab yang
timbul dengan penyebab yan
sudah disebutkan
Bentuk penghargaan
terhadap keluarga mengikuti
proses pemberian informasi d
menciptakan kepercayaan de
petugas
Terapi Pernapasan
O:
-Keluarga kooperatif dan aktif saat diberikan penjelasan
1.5 Pengobatan non farmakologi -Keluarga mendengarkaan penjelasan yang diberikan
asma A:
Keluarga mampu menyebutkan pengertian, penyebab,
1.6 memberikan pujian atas jawaban tanda dan gejala, dan cara pencegahan asma
yang tepat P : Ingatkan kembali keluarga untuk tetap menjaga
lingkungan yang bersih dan kondusif
TUK 2: S: - tersenyum
Memberi penjelasan pada O: - keluarga tampak mengerti dengan penjelasan yang
keluarga Tn. M tentang sudah sudah disampaikan
mengambil keputusan tentang A: - keluarga tampak aktif mendengar penjelasan yang
penyakit yang di alami Tn. M disampaikan
P: - ingatkan keluarga untuk mengambil keputusan yang
tepat dan cepat
TUK 3: S : - tersenyum
Memberikan penjelasan O : - keluarga mengatakan bahwa yang dilarang merokok
merawat keluarga secara dan stress
sederhana A: - Keluarga kooperatif dan aktif saat diberikan
Menjelaskan tentang penjelasan, Keluarga mendengarkaan penjelasan yang
makanan yang di anjurkan diberikan
dan terapi tradisional P: - Ingatkan kembali keluarga untuk membuat Jus pare
5. Dianjurkan terapi pernapasan dan bengkoang
6. Beri motivasi keluarga untuk
mengulang yang sudah di
jelaskan
7. Beri reinforcement positif
pada keluarga
8. Memotivasi keluarga untuk
sering kontrol ke fasyankes/
RS terdekat
BAB IV
PEMBAHASAN
Praktik Keperawatan Keluarga merupakan bagian aplikasi dari stase keperawatan keluarga yang
dilaksanakan sejak tanggal 23 desember sampai 26 desember 2020 Di Rumah Sakit Tk.I R. Said
Sukanto Jakarta Timur. Praktik keperawatan keluarga ini merupakan bagian dari praktik
keperawatan yang memilki proses keperawatan, yaitu proses pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan. Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang hasil
implementasi yang telah dilaksanakan kepada keluarga Tn M dengan penyakit asma, serta
membahas kesenjangan yang didapat antara teori dengan keadaan di lapangan selama melakukan
implementasi.
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan yang dialaminya (Suprajitno, 2014).
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan perawat untuk mengukur keadaan
pasien/keluarga dengan menggunakan standar norma kesehatan pribadi maupun sosial serta
integritas dan kesanggupan untuk mengatasi masalah (Ali, 2010). Pengkajian merupakan suatu
tahap awal ketika seorang perawat mengumpulkan data informasi tentang keluarga Tn M yang
akan diberikan intervensi. Proses pengkajian dilakukan selama 1 (satu) hari pada senin, 03
desember 2020 pada keluarga Tn M di RT 008 RW 008 Di Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto
Jakarta Timur
RR
27
26
25
24 RR
23
22
21
20
Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga Tn M di R008/RW 008 Di Rumah Sakit Tk.I R.
Said Sukanto Jakarta Timur, mahasiswa menemukan beberapa masalah keperawatan, seperti
Gangguan Pertukaran Gas dan Defisit Pengetahuan.
Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain adalah
memberikan Terapi pernapasan. Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan mendapat dukungan
dari keluarga yang bersangkutan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Warga Rt 008/Rw 008 kramatjati
Disarankan bagi warga R008/RW 008 Di Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto Jakarta Timur
khususnya petugas kesehatan untuk melanjutkan intervensi keperawatan pada Tn M dalam
mengurangi gangguan pola nafas tidak efektif, dan defisit pengetahuan rendah. Melakukan
kerjasama yang baik dan melibatkan Tn M pada kegiatan di panti serta memberikan
motivasi agar Tn M dapat mengetahui pentingnya Terapi Pernapasan.