Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistic yang menempatkan keluarga dan
komponennya sebgai focus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pengertian
lain dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan keluarga dalam proses pemberian pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
keluarga dalam lingkup praktik keperawatan (Depkes ri, 2017).

Dalam rangka mewujudkan keluarga sehat, pemerintah memilii program Indonesia


sehat dengan pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara
puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasarandan mendekatkan /meningkatkan
akses pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas
tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan didalam gedun. Melainkan juga
keluar gedung dengan mengunjungi keluarga diwilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2017).
Selain itu dibutuhkan pelayanan keperawatan keluarga. Pelayanan keluarga merupakan
salah satu area pelayanan keperawatan di masyarakat yang menempatkan keluarga dan
komponennya sebagai focus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, dengan memobilisasi sumber
pelayanan kesehatan yang tersedia dikeluarga dan sumber-sumber dari profesi lain,
termasuk pemberi pelayanan kesehatan dan sector lain di komunita (Depkes RI, 2010).

Program Indonesia sehat merupakan salah satu dari agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program
sektoral lainnya yaitu program Indonesia pintar, program Indonesia kerja, dan program
Indonesia sejahtera, program Indonesia sehat selanjutnya menjadi program utama
pembangunan kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui rencana
strategis kementrian kesehatan tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui keputusan
menteri kesehatan R.I nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 (Kemenkes RI, 2017)
Pada saat ini, penerapan teori keperawatan kedalam praktik keperawatan keluarga
belum lengkap, tapi berkembang secara mengesankan. Teori-teori keperawatan sangat
menjanjikan apabila diterapkan dalam keluarga. Teori-teori keluarga memiliki
gambaran yang jauh lebih lengkap dan memiliki kekuatan lebih dalam menjelaskan
tentang perilaku keluarga (teori ilmu sosial keluarga) dan intervensi keluarga (teori
terapi keluarga) tapiperlu dirumuskan ulang atau diadaptasi ulang sehingga teori-teori
tersebut cocok dengan perspektif keperawatan. Salah satu teori keperawatan keluarga
yang sering digunakan adalah teori Friedman. Model pengkajian keluarga Friedman
merupakan integrasi dari teori sistem, teori perkembangan keluarga, dan teori struktural
fungsional sebagai teori-teori utama yang merupakan dasar dari model dan alat
pengkajian keluarga. Teori-teori lain ikut berperan kedalam dimensi struktural dan
fungsional adalah teori komunikasi, peran dan stress keluarga (Friedman 2010)

Sasaran dari Indonesia sehat adalah meningkatnya drajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaa masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Penerapan
paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengaruh utama kesehatan dalam
pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan
masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan stategi peningkatan
akses pelayanan kesehatan, optimalitas system rujukan dan peningkatan mutu
menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan.
Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat
(benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu dirujukan kepada tercapainya
keluarga-keluarga sehat (Kemenkes RI, 2017)

Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam undang-undang
dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatan derajat kesehatan baik perorangan,
maupun kelompok atau masyarakat secara keseluruhan (Depkes RI 2009), namun
diindonesia saat ini drajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal pada
hakikatnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan
kesehatan dan genetika (Riskesdas 2011). Hal ini dibuktikan dengan pembangunan
kesehatan di Indonesia saat ini sedang mengalami double burden disease, yaitu beban
penyakit tidak menular sekaligus, penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia, hal ini ditandai dengan
bergesernya pola penyakit secara epidemiologi dari peyakit menular yang cenderung
menurun dan penyakit tidak menular yang secara gelobal meningkat. Penyakit tidak
menular (PTM) merupakan penyakit kronis tidak ditularkan dari orang ke orang,
mempunyai durasi yang panjang dan umumnyya berkembang lambat. Menurut data
PTM didapat melalui pertanyaan atau wawancara responden tentang penyakit tidak
menular yang terdiri dari : 1. Asma, 2. Asma, 3. Kanker, 4.Diabetes Militus (DM), 5.
Hipertensi, 7. Jantung Koroner, 8. Asam urat, 9. Asma, 10. Gagal ginjal kronis, 11.
Batu ginjal (Riskesdas, 2013).

Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang bersifat reversible dengan
ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-
ubah secara spontan yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada
akibat penyumbatan saluran napas (Henneberger dkk., 2011).

Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju
tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma
(GINA) pada tahun 2012 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma seluruh
dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah kematian yang terus meningkat
hingga 180.000 orang per tahun (GINA,2012).

Data WHO juga menunjukkan data yang serupa bahwa prevalensi asma terus
meningkat dalam tiga puluh tahun terakhir terutama di negara maju. Hampir separuh
dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke
bagian gawat darurat setiap tahunnya (Rengganis, 2008) Penyakit asma masuk dalam
sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematiandi Indonesia. Pada tahun 2005 Survei
Kesehatan Rumah Tangga mencatat 225.000 orang meninggal karena asma (Dinkes
Jogja, 2011). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional tahun 2007,
penyakit asma ditemukan sebesar 4% dari 222.000.000 total populasi nasional,
sedangkan di Sumatera Barat Departemen Kesehatan menyatakan bahwa pada tahun
2012 jumlah penderita asma yang ditemukan sebesar 3,58% (Zara, 2011). Jumlah
kunjungan penderita asma di seluruh rumah sakit dan puskesmas di Kota Padang
sebanyak 12.456 kali di tahun 2013 (DKK Padang, 2013)

Pada umumnya penderita asma akan mengeluhkan gejala batuk, sesak napas, rasa
tertekan di dada dan mengi. Pada beberapa keadaan batuk mungkin merupakan satu-
satunya gejala. Gejala asma sering terjadi pada malam hari dan saat udara dingin,
biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa tertekan di dada, disertai dengan
sesak napas (dyspnea) dan mengi. Batuk yang dialami pada awalnya susah, tetapi
segera menjadi kuat. Karakteristik batuk pada penderita asma adalah berupa batuk
kering, paroksismal, iritatif, dan non produktif, kemudian menghasilkan sputum yang
berbusa, jernih dan kental. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan sesak napas,
sehingga ekspirasi selalu lebih sulit dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong
pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesori pernapasan.
Penggunaan otot aksesori pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka panjang dapat
menyebabkan penderita asma kelelahan saat bernapas ketika serangan atau ketika
beraktivitas (Brunner & Suddard, 2012).

Tingkat gejala asma yang dialami oleh penderita asma telah diklasifikasikan menjadi
empat jenis yaitu: 1) intermiten merupakan jenis asma yang terjadi bulanan dengan
gejala kurang dari satu kali seminggu, tidak menimbulkan gejala di luar serangan dan
biasanya terjadi dalam waktu singkat. 2) Persisten ringan yang serangannya terjadi
mingguan dengan gejala lebih dari satu kali seminggu tetapi kurang dari satu kali
sehari, yang dapat mengganggu aktivitas dan tidur. 3) Persisten sedang dengan gejala
yang muncul setiap hari dan membutuhkan bronkodilator setiap hari. 4) Persisten berat
yang terjadi secara kontinyu, gejala terus menerus, sering kambuh dan aktivitas fisik
terbatas. Asma mempunyai dampak yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gejala asma dapat mengalami komplikasi sehingga menurunkan produktifitas kerja dan
kualitas hidup (GINA, 2012).

Pada penderita asma eksaserbasi akut dapat saja terjadi sewaktu-waktu, yang
berlangsung dalam beberapa menit hingga hitungan jam. Semakin sering serangan asma
terjadi maka akibatnya akan semakin fatal sehingga mempengaruhi aktivitas penting
seperti kehadiran di sekolah, pemilihan pekerjaan yang dapat dilakukan, aktivitas fisik
dan aspek kehidupan lain (Brunner & Suddard, 2002). Tujuan perawatan asma adalah
untuk menjaga agar asma tetap terkontrol yang ditandai dengan penurunan gejala asma
yang dirasakan atau bahkan tidak sama sekali, sehingga penderita dapat melakukan
aktivitas tanpa terganggu oleh asmanya. Pengontrolan terhadap gejala asma dapat
dilakukan dengan cara menghindari alergen pencetus asma, konsultasi asma dengan tim
medis secara teratur, hidup sehat dengan asupan nutrisi yang memadai, dan
menghindari stres. Gejala asma dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang dilakukan
secara lengkap, tidak hanya dengan pemberian terapi farmakologis tetapi juga
menggunakan terapi nonfarmakologis yaitu dengan cara mengontrol gejala yang timbul
serta mengurangi keparahan gejala asma yang dialami ketika terjadi serangan (Wong,
2010).

Terapi non farmakologis yang umumnya digunakan untuk pengelolaan asma adalah
dengan melakukan terapi pernapasan. Terapi pernapasan bertujuan untuk melatih cara
bernapas yang benar, melenturkan dan memperkuat otot pernapasan, melatih
ekspektorasi yang efektif, meningkatkan sirkulasi, mempercepat dan mempertahankan
pengontrolan asma yang ditandai dengan penurunan gejala dan meningkatkan kualitas
hidup bagi penderitanya. Pada penderita asma terapi pernapasan selain ditujukan untuk
memperbaiki fungsi alat pernapasan, juga bertujuan melatih penderita untuk dapat
mengatur pernapasan pada saat terasa akan datang serangan, ataupun sewaktu serangan
asma (Nugroho, 2016).

Melihat hasil uraian mengenai masalah asma yang terjadi pada warga, masih banyak
yang belum mengetahui bahwa tahu akibat dari asma maupun perawatannya mereka
masih menganggap asma adalah penyakit yang tidak membutuhkan penanganan serius,
seperti pengobatan dengan farmakologi ataupun pengobatan non farmakologi (herbal).
Dalam hal ini saya mengambil kasus dengan “ Asuhan Keperawatan Pada Tn M dengan
Asma Di Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto Jakarta Timur “.
1. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan asuhan keperawatan pada keluarga dengan Asma Di Rumah Sakit
Tk.I R. Said Sukanto Jakarta Timur “.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan pengertian dari Asma, tanda dan gejala, etiologi,
patofisiologi dan penatalaksanaannya.
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada lansia dengan Asma
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada lansia dengan Asma
d. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada lansia dengan Asma
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada lansia dengan Asma
f. Mampu melakukan evaluasi pada lansia dengan Asma

2. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Penulis dapat mengerti dan lebih menguasai teori Penyakit asma
b. Penulis dapat memperluas ilmu pengetahuan dan menambah wawasan
tentang Penyakit asma.
c. Penulis dapat mengaplikasikan teori Penyakit asma secara benar kepada
pasien dengan Penyakit Asma dalam praktek lapangan.

2. Bagi Institusi
a. Dapat menambah pustaka perpustakaan Universitas Respati Indonesia
b. Sarana belajar mahasiswa Universitas Respati Indonesia.

3. Bagi Keluarga
Bermanfaat sebagai sarana meningkatkan pengetahuan keluarga tentang
penyakit asma dan perawatan jika ada anggota keluarga ada yang menderita
penyakit asma.
2. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman belajar serta keterampilan
yang berkaitan pada klien dengan asma

2. Bagi Institusi
Sebagai sumber referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan
keluarga dan komunitas

3. Bagi Pasien
Sebagai pengetahuan bagi Tn. M tentang pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, perawatan, komplikasi, dari Asma serta cara penanganannya dan
bagaimana cara mengatasinya
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP KELUARGA


2.1.1 Definisi Keluarga
Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan
sosial masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan pengertian keluarga oleh para
ahli:
a. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain. Harmoko (2012)
b. Menurut WHO, keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
c. Menurut Bergess (2009), keluarga terdiri atas kelompok orang yang
mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil adopsi,
anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan
komunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai kebiasaan/kebudayaan yang
berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan tersendiri.
d. Menurut Helvie (2010), keluarga adalah sekelompok manuasia yang tinggal
dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang
erat.
e. Menurut Departemen kesehatan Republik Indonesia keluarga adalah unit
terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.

2.1.2 TUJUAN DASAR KELUARGA

a. Memujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi


kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran masyarakat
b. Membentuk anggota keluarga sebagai anggota masyarakat yang sehat
biopsikososial spiritual
c. Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat
d. Memperhatikan secara total segi-segi kehidupan anggotanya
e. Membentuk identitas dan konsep dari individu-individu yang menjadi anggotanya

2.1.2 Tahap Dan Perkembangan Keluarga


Harmoko (2010) mengemukakan tahap perkembangan keluarga sebagai berikut:

a. Tahap I ( keluarga pasangan baru/ beginning family) Keluarga baru di mulai pada
saat masing-masing individu, yaitu suami istri membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis
keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru.
b. Tahap II ( keluarga dengan kelahiran anak pertama/ child bearing family) Tahap II
mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan.
Transisi ke masa menjadi orangtua adlah salah satu kunci dalam siklus kehidupan
keluarga. Dengan kelahiran anak pertama, keluarga menjadi kelompok trio,
membuat sistem yang permanen pada keluarga untuk pertama kalinya (yaitu, sistem
berlangsung tanpa memerhatikan hasil akhir dari pernikahan).
c. Tahap III ( keluarga dengan anak prasekolah/ families with prescholl) Tahap III
siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 21/2 tahun dan
diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai
lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki,
dan putrisaudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan berbeda
d. Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah/ families with children) Tahap ini dimulai
pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12
tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas sekolah, masing-masing
anak memiliki aktifitas di sekolah, masing-masing akan memiliki aktifitas dan
minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan
anak.
e. Tahap V ( keluarga dengan anak remaja/ families with teenagers) Ketika anak
pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau perjalanan kehidupan keluarga
dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun
dapat lebih singkat jika anak meningglakan keluarga lebih awal atau lebih lama jika
anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak lainnya
yang tinggal di rumah biasanya anak usia sekolah. Tujuan utama keluarga pada
tahap anak remaja adalah melonggrakan kebebasan remaja yang lebih besar dalam
mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda.
f. Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center families) Tahap ini
dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lama tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan utama pada tahap ini
adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepaskan
anaknya untuk hidup sendiri.
g. Tahap VII ( keluarga usia pertengahan/ middle age families) Tahapan ini dimulai
pada saat anak yang terakhir meningglakan rumah dan berakhir saat pensiun atau
salah satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan
sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal
sebagai orang tua. Pada tahap ini semua anak meninggallkan rumah, maka pasangan
berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas.
h. Tahap VIII ( keluarga usia lanjut) Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai
dengan pensiun salah satu atau kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian
pasangan lainnya

2.1.4 Karakteristik keluarga sebagai sistem Berikut ini akan dijelaskan mengenai
karakteristik keluarga sebagai suatu sistem (Harmoko, 2012):

a. Pola komunikasi keluarga Secara umum ada dua pola komunikasi dalam keluarga
yaitu sistem terbuka dan sitem tertutup. Sistem terbuka pola komunikasi
dilakukan secara langsung, jelas, spesifik, tulus, jujur dan tanpa hambatan.
Sedangkan pola komunikasi seitem tertutup adalah tidak langsung, tidak jelas,
tidak spesifik, tidak selaras, saling menyalahkan, kacau dan membingungkan.

b. Aturan keluarga

a. Sistem terbuka: hasil musyawarah, tidak ketinggalan zaman, berubah sesuai


kebutuhan keluarga, dan bebas mengeluarkan pendapat.
b. Sitem tertutup: ditentukan tanpa musyawarah tidak sesuai perkembangan
zaman, mengikat, tidak sesuai kebutuhan dan pendapat terbatas.
c. Perilaku anggota keluarga
a) Sistem terbuka: sesuia dengan kemampuan keluarga memiliki kesiapan,
mampu berkembang sesuai kondisi. Harga diri:percaya diri, mengikat,
dan mampu mengembangkan dirinya.
b) Sistem tertutup: memiliki sikap melawan, kacau, tidak siap (selalu
bergantung), tidak berkembang, harga diri: kurang percaya diri.

2.1.5 STRUKTUR KELUARGA STRUKTUR KELUARGA

Oleh friedman dalam (harmoko, 2012) sebagai berikut :

a. Struktur komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila


dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada
hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan
pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik.
Penerima pesan mendengarkan pesn, memberikan umpan balik, dan valid.
b. Struktur peran Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang
diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/
status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/ suami.
c. Struktur kekuatan Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi,
atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate power), ditiru (referent
power), keahlian (exper power), hadiah (reward power_, paksa (coercive power),
dan effektif power.
d. Strukur nilai dan norma
a. Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat
mempersatukan annggota keluarga.
b. Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga.
c. Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan
dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
2.1.6 TIPE – TIPE KELUARGA TIPE KELUARGA
Harmoko (2010) mengemukakan tipe-tipe keluarga sebagai berikut:
a. Nuclear Family, Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal
dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di laur rumah.
b. Extended Family, Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.
c. Reconstitud Nuclear, Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya,
baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu
atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
d. Middle Age/ Aging Couple, Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-
duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meningglakan rumah karena
sekolah/perkawinan/meniti karier.
e. Dyadic Nuclear, Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak,
keduanya/slah satu bekerja di rumah.
f. Single Parent , Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g. Dual Carier, Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
h. Commuter Married, Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Single Adult, Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah..
j. Three Generation, Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institutional Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti.
l. Comunal Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage, Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam
satu kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried paret and child Ibu dan anak, dmana perkawinan tidak dikehendaki,
anakya di adopsi
o. Cohibing Cauple, Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.

2.1.7 FUNGSI KELUARGA


Friedman (2010) mengemukakan fungsi keluarga, yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi Afektif Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi
kebutuhan psikologis anggota keluarga
b. Fungsi Sosialisasi Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan
anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada
anggota keluarga
c. Fungsi reproduksi Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi ekonomi Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya
e. Fungsi perawatan kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian,
tempat tinggal, perawatan kesehatan

2.1.8 TUGAS KELUARGA

Friedman (2010) mengemukakan tugas keluarga, yaitu sebagai berikut:


1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing
4. Sosialisasi antara para anggotanya .
5. Pemeliharaan antara keterlibatan anggota keluarga.
6. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya .

2.1.9 CIRI – CIRI KELUARGA

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.


2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan garis
keturunan.
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkannya.

2.1.10 CIRI KELUARGA INDONESIA

1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong.
2. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
3. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara
musyawarah.
4. Berbentuk monogram.
5. Bertanggung jawab.
6. Mempunyai semangat gotong royong

A. DEFINISI ASMA

Asma adalah penyakit yang dengan ciri peningkatan respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan ditandai dengan penyempitan jalan nafas yang luas
dan dapat berubah-ubah secara spontan (Arif, 2008). Asma merupakan salah satu
penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat, diderita oleh anak-anak sampai
dewasa. Asma merupakan gangguan saluran pernafasan yang sangat kompleks
(Marni, 2014). Asma merupakan penyumbatan jalan nafas yang tidak dapat pulih
karena spasme bronkus disebabkan oleh trakea dan bronki berespon secara
hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Wijaya & Putri, 2013).

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan


karena hiperventilasi terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dibedakan menjadi 2, yakni Asma
Bronkial dan Asma Kardial. Asma bronkial dapat terjadi lantaran adanya radang
yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas bagian bawah. Penyempitan ini
akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan, pembengkakan selaput lendir,
pembentukan timbunan lendir yang berlebih. Asma kardial adalah asma yang timbul
akibat adanya kelainan jantung biasanya terjadi pada malam hari yang disertai sesak
nafas yang hebat (Nurarif & Kusuma, 2013)

B. Etiologi Penyakit Asma


Penyakit asma bisa disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan

faktor ekstrinsik.

1. Faktor intrinsic
a. Infeksi : infeksi virus influenza, pneumonia, mycoplasma.
b. Fisik : cuaca dingin, perubahan suhu.
c. Iritan : kimia.
d. Polusi udara : asap rokok, parfum, karbondioksida.
e. Emosional : takut, cemas, tenang.
f. Aktivitas yang berlebih atau kelelahan.

2. Faktor ekstrinsik : reaksi antigen antibodi : inhalasi alergen (debu, serbuk, bulu
binatang). Alergi terhadap makanan beberapa jenis makanan tertentu juga bisa
menjadi faktor pencetus terjadinya serangan asma, misalnya ikan laut, kacang,
telur dan susu sapi (Marni, 2014).

C. Faktor Risiko Asma


Berdasarkan para ahli maka diketahui bahwa serangan asma, kejadian asma,
keparahan asma dan kematian karena asma dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor- faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. Faktor pejamu Faktor dari pasien meliputi jenis kelamin, ras, hiperresponsif
saluran nafas, dan status gizi.
2. Faktor lingkungan Faktor dari luar diri pasien yang meliputi: Alergen dalam
rumah : tungau debu rumah, alergen hewan piaraan, alergen kecoa, jamur.
Alergen luar : serbuk sari, jamur. Pajanan pekerjaan : pekerja pabrik, awak
angkutan. Asap rokok : perokok pasif, perokok aktif. Polusi udara : polutan luar
rumah, polutan dalam rumah, ventilasi udara. Infeksi saluran nafas : infeksi virus,
infeksi bakteri, infeksi parasit.
D. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodiy Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antobodi ini menyebabkan reaksi bila reaksi dengan antigen
spesifiknya. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronchus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan
sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat analfilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient) faktor kemotaktik eosinofilik
dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan
adema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang kental
dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma, diameter
bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi karena
peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar
bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini
menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi
sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara
ekspirasi dari perut. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest (Musliha, 2010).
E. Pathway
Faktor Pencetus
Antigen yang terikat Mengeluarkan mediator Edema mukosa, sekresi
 Allergen Permiabilitas kapiler
 IGE pada permukaan  histamine, platelet,   produktif, kontraksi otot
 Stress meningkat
sel mast atau basophil bradikinin dll polos meningkat
 Cuaca

 
Spasme otot polos sekresi Konsentrasi O2 dalam
kelenjar bronkus  darah menurun


Penyempitan / obstruksi Hiperkapnea  Gelisah  Ansietas
proksimal dari bronkus pada Hipoksemia
tahap ekspirasi dan inspirasi Suplai O2 keotak   Koma

   
 Mocus berlebih  Tekanan partial Suplai darah dan O2
 Batuk oksigen dialveoli  Ganguuan pertukaran kejantung berkurang
 Wheezing gas Asidosis metabolic
 Sesak nafas
 Suplai O2 kejaringan   Perfusi jaringan perifer
Ketidakefektifan bersihan jalan
 
Nafas
Penyempitan jalan Penurunan curah
Tekanan darah menurun
pernafasan jantung

 
Peningkatan kerja otot Kelemahan dan
Hiperventilasi  Kebutuhan O2 
pernafasan keletihan
 
Retensi  Asidosis respiratorik Intoleransi aktifitas
Nafsu makan
Ketidakseimbangan Ketidakefektifan
nutrisi kur ang dari pola nafas (Amin & Hardi, 2015)
kebutuhan tubuh
F. Manifestasi klinik
Menurut Mumpuni & Wulandari, 2013 :
a. Kesulitan bernafas atau sering terlihat terengah-engah bila melakukan aktivitas
yang sedikit berat.
b. Sering batuk (disertai dahak atau tidak).
c. Mengi atau wheezing.
d. Dada terasa sesak karena adanya penyempitan saluran nafas akibat rangsangan
tertentu.
e. Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak.

G. Penatalaksanaan
Menurut Musliha, (2010) :
1. Medis
Pengobatan dengan farmakologi (dengan obat): obat pelega seperti salbutamol,
terbutalin, fenoterol, metaproterol, formoterol dan sebagainya. Obat anti vagus
misalnya atrovent.
2. Keperawatan

Pengobatan non farmakologi dengan cara pemberian penyeluruhan kesehatan


untuk menghindari pencetus asma, fisioterapi, kalau perlu dengan pemberian
oksigen.

H. Komplikasi
Apabila penderita asma tidak segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat,
maka akan timbul komplikasi yang bisa membahayakan kondisi pasien, diantaranya
adalah terjadinya status asmatikus, gangguan asam basa, gagal nafas, bronkhiolitis,
hipoksemia, pneumonia, pneumothoraks, emphysema, chronic persistent bronkhitis,
atelektasis dan bahkan kematian (Marni, 2014).
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini menunjukan variabilitas gangguan aliran nafas akibat obstruksi,
hiperreaktivitas, dan inflamasi saluran respiratori, atau adanya atopi pada pasien:

a. Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas dan untuk
menilai variabilitas. Pada fasilitas terbatas dapat dilakukan pemeriksaan
dengan peak flow meter.
b. Uji cukit kulit (skin prick test), eosinofil total darah, pemeriksaan IgE spesifik.
c. Uji inflamasi saluran respiratori: FeNO (fractional exhaled nitric oxide),
eosinofil sputum.
Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, atau larutan salin hipertonik

J. Kriteria Diagnosis
Gejala Karakteritik Wheezing, batuk, sesak nafas, dada tertekan, produksi sputum
biasanya > 1 gejala respiratori Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring waktu Gejala
memberat pada malam hari atau dini hari Gejala timbul bila ada pencetus Konfirmasi
adanya limitasi aliran udara ekspirasi Gambaran obstruksi saluran nafas FEV1 rendah (
12% Variabilitas Perbedaan PEFR harian > 13% Uji provokasi Penurunan FEV1 >
20% atau PEFR > 15%. Klasifikasi asma Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala
klasifikasi derajat penyakit asma menurut Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA)
2015, asma dibagi menjadi 4 golongan, yaitu asma intermitten, persisten ringan,
persisten sedang dan persisten berat. Sedangkan derajat serangan dibagi menjadi 3
yaitu serangan ringan-sedang, asma serangan serangan berat dan serangan asma
dengan ancaman henti nafas. Asma berdasarkan kekerapan timbulnya gejala. Derajat
asma Uraian kekerapan gejala asma Intermitten Episode gejala asma 1x/bulan,
1x/minggu, namun tidak setiap hari Persisten berat Episode gejala asma terjadi hampir
setiap hari. Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan menggambarkan
kualitas hidup seseorang setelah, dan atau sedang mengalami suatu penyakit yang
mendapatkan suatu pengelolaan. Menurut World Health Organization (WHO) kualitas
hidup memiliki tiga dimensi yang diukur yaitu fisik, psikologis (mental) dan sosial.
Tiap-tiap dimensi tersebut dapat diukur dengan penilaian yang objektif dari status
fungsional atau status kesehatannya dan penilaian subjektif terhadap persepsi
kesehatannya. Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan menggambarkan
tingkat kesehatan seseorang yang mengalami suatu penyakit, pengelolaan sesuai
dengan pedoman penyakit tertentu, serta intervensi medis lainnya.
Kualitas hidup secara umum dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:

a. Kondisi global meliputi lingkungan makro berupa pelayanan kesehatan dan


kebijakan pemerintah dalam memberikan perlindungan anak.
b. Kondisi eksternal meliputi lingkungan tempat tinggal (musim, polusi, kepadatan
rumah, letak geografis rumah), pendidikan orang tua, dan status sosial ekonomi
keluarga.
c. Kondisi interpersonal meliputi hubungan sosial keluarga, saudara kandung, dan
hubungan dengan teman sebaya.
d. Kondisi personal meliputi dimensi fisik, mental, dan spiritual sendiri yaitu jenis
kelamin, umur, ras, status gizi, hormonal, faktor genetik dan kondisi mental
emosional.
Kualitas hidup selain dipengaruhi faktor-faktor diatas, juga dipengaruhi oleh:

1. Derajat penyakit
2. Lama penyakit
3. Penatalaksanaan
4. Penyulit penyakit yang terjadi.
Faktor-faktor yang mampu mempengaruhi kualitas hidup anak asma meliputi:

a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Kondisi fisik, emosional dan spiritual. Kondisi fisik yang mempengaruhi
antara lain nutrisi atau status gizi (Indeks Massa Tubuh).
d. Keterbatasan aktifitas fisik : olahraga, menangis, berteriak, tertawa berlebihan
e. Frekuensi serangan asma (ganguan tidur malam atau dini hari)
f. Tatalaksana asma atau kontrol penyakit
g. Penyakit kronis lain
h. Pendidikan orang tua
i. Derajat penyakit asma
j. Lama menderita asma
k. Kepadatan rumah

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN KELUARGA
I. IDENTITAS UMUM KELUARGA
a) Identitas Kepala Keluarga
1. Nama : Tn. M
2. Umur : 53 tahun
3. Agama : Islam
4. Suku : Betawi
5. Pekerjaan : Wirasusaha
6. Pendidikan : -
7. Alamat : Jl.Musholla Attaqwa Rt 008/008, kramatjati
8. No. Tlp : 082112375165

b). Komposisi Keluarga

Hub. Dgn
No Nama JK Umur Pekerjaan Pendidikan Status
KK
1 Tn. M L 53 thn Kep klg Wirausaha - Menikah
2 Ny. B Pr 56 thn Istri IRT - Menikah
Genogram
X X X
X

Keterangan :

: Laki-laki ; : Pasien

: Perempuan X : Perempuan Meninggal

X : Laki-laki meninggal : satu rumah


b) Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn. M adalah keluarga sederhana dimana saat ini dia tinggal
bersama istri, anak –anaknya sudah menikah dan tinggal terpisah

c) Suku bangsa
Tn M mengatakan berasal dari suku Betawi, bahasa sehari-hari yang digunakan
oleh keluarga Tn M yaitu Bahasa Indonesia.

d) Agama dan kepercayaan


Semua anggota keluarga Tn M beragama islam dan selalu menunaikan ibadah
sholat 5 waktu. Keluarga Tn M tidak menganut kepercayaan-kepercayaan yang
dapat mempengaruhi derajat kesehatan keluarga.

e) Status social ekonomi keluarga


Tn M mengatakan anggota keluarga yang mencari nafkah adalah Tn M dan
dibantu dengan anaknya yang sudah bekerja juga. Pendapatan yang diperoleh dari
Keluarga ± >Rp.3. 000.000.,/ bulan.
Harta benda yang dimiliki oleh Tn M adalah berupa rumah, motor, dan perabot
rumah tangga lainnya. Kebutuhan yang dikeluarkan Tn M perbulan tidak terlalu
banyak atau bermakna hanya sekedar untuk makan minum sehari-hari, bayar
listrik.

f) Aktivitas rekreasi keluarga


Keluarga Tn M melakukan rekreasi keluarga dengan menonton TV bersama istri
serta acara kumpul keluarga.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a) Tahap keluarga saat ini
Keluarga Tn M saat ini berada pada tahap keluarga dengan usia dewasa dan
sudah menikah.

b) Riwayat penyakit keturunan


Tidak memiliki keturunan penyakit.

Riwayat kesehatan masing-masing keluarga


N Umu Keadaaan Masalah Tindakan yang telah
Nama BB Imunisasi
o r kesehatan kesehatan dilakukan
1 Tn. M 53 54 Lemas, esak - Asma Kontrol di puskesmas
kec kampung makasar
2 Ny. B 56 50 Sehat - - -

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


a) Karakteristik rumah
Luas rumah yang di tempati/ditinggali Tn M 42 x 12 M2 dengan tipe rumah yaitu
permanen dari depan sampai belakang. dan Status kepemilikan rumah yang
ditempati keluarga Tn M adalah milik sendiri. Atap rumah dari bahan senk dan
genteng dan lantai rumah dari kramik. Jumlah kamar yang ada sebanyak 2 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur dan 1 kamar mandi + WC dan ada teras, dan tidak
ada halaman di belakang rumah. Ventilasi ada di setiap ruangan namun dan
dimanfaatkan dengan baik, jendela ada di ruang tamu dan kamar tidur namun
jarang dibuka sehingga sirkulasi udara tidak baik. Penerangan ruangan di siang
hari dengan cahaya matahari dan malam hari dengan menggunakan listrik.
Pemanfaatan ruangan digabung antara ruang tamu dengan ruang keluarga/ TV,
dapur dan WC. Septik tank keluarga Tn M dengan jarak septic tank dengan
sumber air minum ±10 meter sumber air minum yang digunakan adalah sumur.
Kamar mandi dan WC di keluraga Tn M digabung menjadi satu. Sistem
pembuangan sampah di keluarga Tn M adalah pembuangan sampahdibuang 2
hari sekali keadaan sekitar lingkungan rumah Ny N tampak cukup bersih, namun
jarak antara tetangga sangat rapat (dempetan). Lingkungan rumah Tn M cukup
bersih dari polusi, dan gang sempit.

b) Denah rumah
c) Karakteristik tetangga dan komunitas
Sebagian besar tetangga Tn M di daerah tersebut berasal dari suku betawi ,
beragama Islam dan bermata pencaharian wirausaha. Posisi rumah di daerah RT
008 cukup padat/berdempetan namun lingkungan tempat tinggal Tn M cukup
bersih. System pembuangan sampah dilingkungan yaitu dengan cara
dikumpulkan dengan plastik . Bila ada masalah antar warga diselesaikan dengan
musyawarah tingkat RT yang dipimpin oleh ketua RT. Sifat tenggang rasa dan
saling tolong menolong serta kekeluargaan di RT 008 sangat tinggi.

d) Mobilitas geografis keluarga


Keluarga Tn M sudah lama tinggal di daerah RT 008 sejak kecil. Sarana
transportasi yang digunakan keluarga untuk beraktivitas adalah angkutan umum,
maupun angkutan pribadi (motor).

e) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Interaksi anggota keluarga Tn M dengan masyarakat setempat terlihat dari
keikutsertaan anggota keluarga dalam acara keagamaan, sosial di daerah itu
misalnya jika ada hajatan atau kegiatan bersih-bersih atau ada tetangga yang
butuh bantuan ke sarana kesehatan maka keluarga Tn M turut berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut.

f) System pendukung keluarga


System pendukung keluarga Tn M adalah anak nya dan keluarga terdekatnya
yang tinggal bertetangga. Tn M lebih banyak untuk bergantung pada istri dan
anak dalam keadaan sehat maupun sakit dalam bentuk moril dan material.

IV. STRUKTUR KELUARGA


a) Pola komunikasi Keluarga
Sistem komunikasi yang dilakukan/tercipta dalam keluarga Tn M adalah
komunikasi terbuka dua arah, sehingga jika ada masalah yang dihadapi akan
cepat terselesaikan dengan adanya partisipan dari seluruh anggota keluarga.
Bahasa yang digunakan anggota keluarga dalam berkomunikasi adalah bahasa
Indonesia.

b) Struktur kekuatan keluarga


Dalam keluarga Tn M sama-sama saling menghargai dan mendukung. Anak,
pengambilan keputusan kembali lagi pada Tn M.

c) Struktur peran
Tn M berperan sebagai kepala rumah tangga untuk dirinya dan istrinya. Namun
demikian Tn M masih dihargai dalam keluarga untuk memberikan arahan kepada
anaknya.

d) Nilai dan norma keluarga


Keluarga Tn M cukup taat dalam menjalankan kewajiban keagamaan yaitu sholat
5 waktu dan mengikuti pengajian. Dalam keluarga saling menghargai satu sama
lainnya, khususnya yang mudah cukup menghargai yang lebih tua, meskipun
punya kesibukan dan kebiasaan tersendiri.
V. FUNGSI KELUARGA
a) Fungsi afektif
Anggota keluarga Tn M saling menyayangi, memiliki dan mendukung satu sama
lain. Persoalan dalam keluarga selalu dibicarakan bersama sehinga tidak memicu
terjadinya masalah.

b) Fungsi sosialisasi
Interaksi antar anggota keluarga Tn M tercipta baik bukan hanya antara anggota
keluarga yang terdekat tetapi dengan tetangga dan komunitas yang ada di
lingkungannya, contohnya di waktu senggang Ny B mengikuti pengajian.

c) Fungsi perawatan kesehatan


1. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Tn M mengatakan sudah mengetahui kalau ada masalah kesehatan asma pada
dirinya. Tn M mengkonsumsi obat asma , dan selalu kontrol ke puskesma
kampung makasar. Keluarga belum mengetahui apa itu Asma baik pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, walaupun sedikit tahu itupun dari pengalaman
yang selama ini dirasakan. Keluarga juga belum mengetahui bagaimana cara
perawataan dalam upaya pencegahan.
2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
kesehatan
Keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan lebih diputuskan oleh keluraga.
Keluarga mengatakan sudah memeriksakan penyakit asma yang diderta oleh
Tn M ke RS polri, namun itu sudah lama sekali. Obat untuk asma yg dipakai
saat ini Meptin 3x sehari 2 hisap.
3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga mengatakan cara merawat anggota keluarga yang menderita penyakit
asma yaitu menggunakan Meptin saat sesak.
4. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Keluarga mengatakan belum dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
menunjang kesehatan keluarga misalnya mempunyai tanaman obat tradisional
sendiri dll, dikarenakan keluarga tidak mempunyai lahan yang cukup.
5. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga Tn M tidak pernah memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
daerah tersebut untuk memeriksakan anggota keluarga bila ada yang sakit,
namun untuk control atau check-up rutin belum dilakukan.

d) Fungsi reproduksi
Tn M memiliki 5 orang anak, dan sudah menikah semua.

e) Fungsi ekonomi
Tn M saat ini tidak bekerja, dan mendapat penghasilan anak anaknya setiap
bulannya.

VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA


a. Stresor jangka pendek
Menurut Tn M tidak ada stresor jangka pendek.
b. Stresor jangka panjang
Stresor jangka panjang bagi keluarga yaitu penyakit asma yang diderita Tn M
tidak kunjung sembuh dan membutuhkan perawatan serta pengawasan dari
keluarga.
c. Strategi koping
Strategi koping Tn M dalam mengatasi stresor jangka panjang adalah berusaha
untuk berpikir positif dan menyibukan diri dengan kegiatan-kegiatan yang
positif. Selain itu juga berrmusyawarah untuk memecahkan masalah bersama-
sama dengan anggota keluarga.
d. Strategi adaptasi fungsional
Tidak ada strategi adaptasi fungsioanal yang dialami oleh keluarga Tn M

VII. KEADAAN GIZI KELUARGA


Tn M mengatakan pemenuhan gizi dalam keluarganya cukup optimal dimana sehari
anggota keluarga makan 3x sehari dengan komposisi yang seimbang yakni terdiri dri
sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


Anggota keluarga
Pemeriksaan
Tn M Ny B
TD 110/90 mmHg 100/80mmHg
N 80 x/m 70 x/m
RR 24 x/m 18 x/m
BB 54 kg 50 kg
Kepala Normochepal Normochepal
Rambut Beruban, bersih Bersih, panjang
Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis
Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik
Hidung Bersih Bersih
Telinga Bersih Bersih
Mulut Mukosa lembab Mukosa lembab
Leher Tdk ada pembesaran tiroid Tdk ada pembesaran tiroid
BN; ves +/+, reg BN; ves +/+, reg
BJ: S1 S2, reg BJ: S1 S2, reg
Dada Timpani, NTL: - Timpani, NTL: -
Varises ka/ki: (-) edema; (-), Varises ka/ki: (-) edema; (-),
Abdomen pucat (-) pucat (-)
Ektremitas CRT: < 2 dtk CRT: < 2 dtk
Kulit turgor baik turgor baik
-
- Keluhan sesak (+), pusing (-), lemas
(-), kaku persendian (-) pusing (-), lemas (+), kaku
persendian (-),

PEMERIKSAAN TAMBAHAN LAINNYA


Pemeriksaan tambahan:
Hari Jumat, 24 desember 2020 Tn M Asam urat : 4, istri Tn M 5,0 g/dl

I. HARAPAN KELUARGA
Keluarga Tn M mengatakan ingin segera sembuh, karena takut akan terkena
komplikasi lainnya.

A. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Ds: Jamur, Bakteri, Virus, Aspirasi Pola nafas tidak
- Tn M mengatakan lemas efektif pada
- Tn M mengatakan kalau Reaksi Peradangan keluarga Tn M
pada saat dingin sesak . (D.0005)
Oksigen masuk Alveoli
- Tn M mengatakan sesak
jika beraktifitas yang Leukosit mengisi alveoli,
berat-berat pembentukan fibrin
DO:
- Hasil pemeriksaan TD: Paru paru tampak kelabu
110/90 mmHg
- Nadi: 80x/m, RR : 24X/m Komplikasi Paru
- Hasil pemeriksaan Asam
Pola nafas tidak efektif
urat: 4
Data subjektif: Defisit
Kurangnya pengalaman (pendidikan Pengetahuan
- Klien mengatakan
yang kurang) pada keluarga
memakan apa saja yang Tn M (D.0111)
pengen dimakan tanpa
tahu dampak dari makanan Lingkungan yang tidak mendukung
tersebut tentang edukasi
- Klien mengatakan kurang
mengerti dengan penyakit
yang dideritanya Kurangnya terpajan informasi
kesehatan
Data objektif :
- Wajah klien tampak Kurang pengetahuan
bingung
- Klien tampak sering
bertanya penanganan soal
sakit yang di derita.
B. Skoring Masalah
1. Pola Nafas Tidak Efektif

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat Masalah Tn M saat ini menderita asma
Actual sudah 2 tahun mengalami
3/3 1 1 sesak Pemeriksaan TTV antara
lain TD: 110/90mmHg, N: 80
x/m, RR: 24 x/m, Asam urat 4
2. kemungkinan Tn M mengatakan jarang
masalah untuk mengecek kontrol ke RS
1/2 2 1
diubah Pasar Rebo
sebagian
3. potensial Tn M mengatakan
masalah untuk mengkonsumsi obat sesuai
2/3 1 2/3
dicegah resep dokter
cukup
4. penonjolan Keluarga Tn M mengatakan
Masalah
bahwa walaupun tidak terlalu
masalah berat tahu tentang penyakit asma,
harus segera
2/2 1 1 tetapi menjaga kesehatan itu
ditangani
penting dan harus segera
ditangani jika ada anggota
yang sakit
3 2/3

2.Kurang Pengetahuan

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat Masalah 3/3 1 1 Tn M saat ini menderita asma
Actual sejak 2 tahun. Kadang mengalami
sesak , cepat lelah, sering sesak
pada musin dingin/hujan, jika
beraktifitas yang berat-berat.
Pemeriksaan TTV antara lain TD:
110/90 mmHg, N: 80 x/m, RR:
24x/m, asam urat 4
2. kemungkinan Tn M mengatakan jarang kontrol
masalah untuk ke RS Pasar Rebo dan PKM
1/2 2 1
diubah terdekat.
sebagian
3. potensial Tn M mengatakan mengkonsumsi
masalah untuk obat sesak. Dan menghisap
2/3 1 2/3
dicegah inhaler
cukup
4. penonjolan Keluarga Tn M mengatakan
Masalah
bahwa walaupun tidak terlalu tahu
masalah berat tentang penyakit asma, tetapi
harus segera 2/2 1 1
menjaga kesehatan itu penting dan
ditangani
harus segera ditangani jika ada
anggota yang sakit
3 2/3

C. Diagnosa Prioritas
1. Pola Nafas Tidak Efektif pada keluarga Tn M (D.0005)
2. Defisit Pengetahuan pada keluarga Tn M (D.0111)
No Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Rencana Tindakan Ras
Kep Umum Khusus Kriter Standar
era ia
wat
an
keluarga
1. Pola Nafas Setelah 1. Setelah
Tidak kunjungan dilakukan
Efektif dan kunjungan ke
intervensi 3selama 1x45
selama 3x menit,
45 menit keluarga
keluarga mampu
mampu mengenal
merawat masalah asma
anggota dengan
keluarganya mampu : Respon Keluarga menyebutkan bahwa
 Diskusikan dengan keluarga  Mengkaji
yang 1.Menyebutkan verbal asma adalah paru paru yang
apa yang diketahui keluarga pengetahu
mengalami pengertian asma kronis dimana saluran
asma/gangg mengenai asma mengenai
pernapasan menyempit dan
uan  Berikan pujian kepada yang dide
menghalangi udara yang masuk
pertukran keluarga tentang  Reinforce
sehingga sulit untuk bernapas
gas pada Tn pemahaman keluarga yang akan mem
M menjadi benar kepercaya
efektif  Berikan informasi kepada keluarga
keluarga mengenai  Peningka
pengertian asma pengetahu
 Berikan kesempatan kepada menguba
keluarga untuk bertanya perawatan
tentang materi yang
 Feedback
disampaikan
diberikan
 Berikan penjelasan ulang
sebagai to
terhadap materi yang belum
dimengerti partisipas
 Motivasi keluarga untuk dan meng
mengulang materi yang telah mana mat
dijelaskan sudah kel
 Berikan reinforcement  Meningka
positif atas usaha keluarga pengetahu

 Meningk
percaya d
dan kepe
terhadap

 Meningk
percaya d
dan kepe
terhadap

Res  Keluarga dapat menyebutkan  Diskusikan dengan keluarga  Berdisku


2.Menyebutkan pon verbal 4 dari 6 penyebab asma, yaitu tentang penyebab timbulnya member
penyebab 1. Perubahan cuaca kesempa
hipertensi keluarga
timbulnya asma 2 .Polusi udara  Berikan pujian kepada menerim
3. Asap rokok/ merokok
keluarga tentang pemahaman yang dis
4. Debu dengan
5. Infeksi saluran pernapasan kelurga yang benar
yang dim
6. Gangguan emosi dan stress  Berikan informasi kepada  Menguk
keluarga mengenai penyebab kemamp
asma dengan menggunakan keluarga
media lembar balik menerim
 Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya  Bentuk
 Menanyakan kembali yang terhadap
sudah dijelaskan mengiku
 Motivasi keluarga untuk pemberi
mengulang materi yangtelah
 Keluarg
dijelaskan mencoco
 Berikan reinforcement penyeba
positif atas jawaban keluarga timbul d
penyeba
sudah di

 Bentuk
terhadap
mengiku
pemberi
dan men
kepercay
petugas

3.Menyebutkan Respon Keluarga dapat menyebutkan 3  Diskusikan dengan keluarga  Men


tanda dan gejala verbal dari 5 tanda dan gejala asma, apa yang diketahui keluarga tingkat pen
asma yaitu : keluarga se
mengenai tanda dan gejalan mendapatka
1. Sesak napas
asma  Ber
2. Bersin
 Berikan pujian kepada memberika
3. Batuk batuk
keluarga tentang kesempatan
4. Hidung mapet keluarga un
5. Gatal gatal pada tenggorokan pemahaman keluarga menerima m
mengenai tanda dan gejala disampaika
yang benar pemahaman
 Beri informasi kepada dimiliki
 Men
keluarga mengenai dan kemampuan
gejala asma dengan dalam men
menggunakan media lembar
balik
 Berikan kesempaan kepada  Ben
penghargaa
keluarga untuk bertanya keluarga m
tentang materi yang proses pem
disampaikan informasi
 Berikan penjelasan ulang
 Kel
terhadap materi yang belum mencocoka
dimengerti yang timbu
 Motivasi keluarga untuk penyebab y
mengulang materi yang disebutkan
telah dijelaskan
 Berikan reinforcement  Ben
positif atas jawaban yang penghargaa
benar keluarga m
proses pem
informasi d
menciptaka
kepercayaa
petugas

Respon  Tanyakan kepada keluarga, 


4.Mengidentifik afektif adakah anggota keluarga
asi anggota yang mempunyai tanda dan
keluarga yang
gejala asma
menderita asma
 Berikan reinforcement
positif atas apa yang telah
dikemukakan keluarga yang
tepat dan benar
 Pengobatan Respon  Dengan terapi pernapasan  Diskusikan dengan keluarga  Men
non verbal tentang pengobatan non tingkat pen
Letakkan kedua tangan didepan dada, keluarga se
farmakologi farmakologi pada asma
pada asma mendapatka
tarik napas perlahan dan diikuti tarikan  Beri kesempatan keluarga  Ber
kedua telapak tangan kesamping untuk bertanya memberika
 Menanyakan kembali yang kesempatan
sampai otot dada terulur ke belakang. keluarga un
sudah dijelaskan menerima m
Lakukan kembali 7 kali lagi dan
 Berikan reinforcemen positif disampaika
keluarkan napas melalui mulut seperti atas jawaban yang benar pemahaman
dimiliki
meniup lilin.  Men
kemampuan
dalam men

 Ben
penghargaa
keluarga m
proses pem
informasi

 Kel
mencocoka
yang timbu
penyebab y
disebutkan

 Ben
penghargaa
keluarga m
proses pem
informasi d
menciptaka
kepercayaa
petugas

2. Setelah
dilakukan
pertemuan
1x45 menit
keluarga
mampu
mengambil
keputusan
yang tepat
untuk
mengatasi
masalah asma
pada anggota
keluarga,
dengan
mampu :

 Menyebutkan Respon  Penyakit paru  Diskusikan dengan keluarga  member


Faktor resiko verbal  Susah tidur tentang faktor resiko asma kesempatan
asma dengan leaflet. keluarga un
 Beri kesempatan keluarga menerima m
disampaika
untuk bertanya
pemahaman
 Menanyakan kembali yang dimiliki
sudah dijelaskan  Menguk
 Berikan reinforcemen positif kemampuan
atas jawaban yang benar dalam men
 Bentuk
terhadap ke
mengikuti p
pemberian

 Keluarg
mencocoka
yang timbu
penyebab y
disebutkan

 Bentuk
terhadap ke
mengikuti p
pemberian
dan mencip
kepercayaa
petugas

 Mengambil Respon Keluarga mengetahui  Motivasi keluarga untuk  mem


keputusan afektif pentingnya untuk mengatasi merawat keluarga yang kesempatan
yang tepat asma sakit. keluarga un
untuk  Bantu keluarga mengambil menerima m
disampaika
mengatasi keputusan yang tepat untuk
pemahaman
asma mengatasi masalah gastritis dimiliki
pada anggota keluarga.  Men
 Beri reinforcement atas kemampuan
usaha keluarga dalam men

 Ben
penghargaa
keluarga m
proses pem
informasi
 Kel
mencocoka
yang timbu
penyebab y
disebutkan

 Ben
penghargaa
keluarga m
proses pem
informasi d
menciptaka
kepercayaa
petugas

3. Setelah 1x30 Respon Cara pencegahan asma :  Diskusikan dengan keluarga  mem
menit verbal  Hindari stres tentang pencegahan asma kesempatan
kunjungan  Ciptakan lingkungan yang keluarga un
dengan leaflet. menerima m
keluarga bersih dan kondusif  Beri kesempatan keluarga disampaika
mampu
untuk bertanya pemahaman
merawat
 Menanyakan kembali yang dimiliki
anggota  Men
keluarga sudah dijelaskan kemampuan
yang sakit,  Berikan reinforcemen positif dalam men
dengan atas jawaban yang benar
mampu :
 Menyebutka  Ben
n cara-cara penghargaa
pencegahan keluarga m
asma proses pem
informasi

 Kel
mencocoka
yang timbu
penyebab y
disebutkan

 Ben
penghargaa
keluarga m
proses pem
informasi d
menciptaka
kepercayaa
petugas

 Mendemostr Respon Terapi Pernapasan :  Demosrasikan cara  memberik


asikan cara Psikomotor terapi memberikan kesempatan kesempatan
terapi Letakkan kedua tangan didepan dada, pada keluarga untuk dapat keluarga unt
pernapasan menerima materi yang menerima m
tarik napas perlahan dan diikuti tarikan disampaikan dengan pemahaman disampaikan
yang dimiliki pemahaman
 Mengukur kemampuan dimiliki
kedua telapak tangan kesamping
keluarga dalam menerima materi  Menguku
kemampuan
sampai otot dada terulur ke belakang. dalam mene
 Bentuk penghargaan
Lakukan kembali 7 kali lagi dan terhadap keluarga mengikuti
proses pemberian informasi  Bentuk pe
keluarkan napas melalui mulut seperti terhadap kel
 Keluarga dapat mengikuti p
meniup lilin. mencocokan penyebab yang pemberian i
timbul dengan penyebab yang
sudah disebutkan  Keluarga
mencocokan
yang timbul
 Bentuk penghargaan penyebab ya
terhadap keluarga mengikuti disebutkan
proses pemberian informasi dan
menciptakan kepercayaan dengan
petugas  Bentuk pe
 pernapasan pada anggota terhadap kel
keluaga mengikuti p
 beri kesempatan anggota pemberian i
keluarga untuk menciptakan
mendemonstrasikan terapi kepercayaan
petugas
pernapasan
 Beri reinforcement atas
usaha keluarga
4. Setelah 1x20
kunjungan
keluarga
mampu
memodifisi
lingkungan,
dengan
mampu :

Menyebutkan Respon Hal yang dapat menyebabkan  Diskusikan dengan keluarga  membe
apa saja yang verbal asma : hal yang dapat kesempatan
bisa  Mengkonsumsi makanan yang keluarga un
menyebabkan asma dengan menerima m
menyebabkan banyak mengandung minyak leaflet. disampaika
asma  Merokok
 Beri kesempatan keluarga pemahaman
 Stress dimiliki
untuk bertanya
 Menguk
 Menanyakan kembali yang kemampuan
sudah dijelaskan dalam men
 Berikan reinforcemen positif
atas jawaban yang benar
 Bentuk
terhadap ke
mengikuti p
pemberian

 Keluarg
mencocoka
yang timbu
penyebab y
disebutkan

 Bentuk
terhadap ke
mengikuti p
pemberian
dan mencip
kepercayaa
petugas

 Menyebutka Respon Hal yang dapat membuat  Diskusikan dengan keluarga  memberik
n apa saja verbal kesembuhan asma seperti hal yang dapat kesempatan
yang bisa hindari makanan makanan yang keluarga un
menyembuhkan asma menerima m
membuat banyak mengandung minyak
dengan leaflet. disampaika
kesembuhan yang tinggi, terapi pernapasan,
 Beri kesempatan keluarga pemahaman
asma dan rutin kontrol ke fasyankes dimiliki
terdekat. untuk bertanya
 Menguku
 Menanyakan kembali yang kemampuan
sudah dijelaskan dalam men
 Berikan reinforcemen positif
atas jawaban yang benar  Bentuk pe
terhadap ke
mengikuti p
pemberian

 Keluarga
mencocoka
yang timbu
penyebab y
disebutkan

 Bentuk pe
terhadap ke
mengikuti p
pemberian
dan mencip
kepercayaa
petugas

No Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Rencana Tindakan Rasional


Kep Umum Khusus K Standar
era r
wat i
an t
keluarga e
r
i
a
2. Defisit Setelah 5. Setelah
Pengetah kunjungan dilakukan
uan dan 1x15 menit
intervensi kunjungan,
selama 2 keluarga
minggu mampu
mengenal
masalah asma
dengan
mampu :

 Menyebutkan Respo Asma adalah penyakit inflamasi  Diskusikan dengan keluarga  memberikan kesempata
pengertian n kronik saluran nafas yang tentang asma dengan leaflet. pada keluarga untuk da
asma verbal menyebabkan hipereaktivitas  Beri kesempatan keluarga menerima materi yang
bronkus akibat dari berbagai untuk bertanya disampaikan dengan
pemahaman yang dimil
rangsangan, yang menunjukan  Menanyakan kembali yang
 Mengukur kemampuan
gejala episodik berulang berupa sudah dijelaskan keluarga dalam menerim
mengi, sesak nafas, nafas  Berikan reinforcemen positif materi
pendek dan batuk yang berubah- atas jawaban yang benar
ubah setiap waktu dalam
kejadian, frekuensi dan  Bentuk penghargaan
intensitas. terhadap keluarga meng
proses pemberian inform

 Keluarga dapat mencoc


penyebab yang timbul
dengan penyebab yang
sudah disebutkan

 Bentuk penghargaan
terhadap keluarga meng
proses pemberian inform
dan menciptakan
kepercayaan dengan pe

Respo  Sesak napas  Diskusikan dengan keluarga  memberikan kesempatan


 Etiologi asma n tentang etiologi asma dengan keluarga untuk dapat
verbal menerima materi yang
 Batuk batuk leaflet. disampaikan dengan
 Beri kesempatan keluarga pemahaman yang dimilik
 Bersin bersin untuk bertanya  Mengukur kemampuan
 Hidung mapet  Menanyakan kembali yang keluarga dalam menerima
sudah dijelaskan materi
 Gatal gatal pada tenggorokan  Berikan reinforcemen positif
atas jawaban yang benar  Bentuk penghargaan terha
keluarga mengikuti prose
pemberian informasi

 Keluarga dapat mencocok


penyebab yang timbul de
penyebab yang sudah
disebutkan

 Bentuk penghargaan terha


keluarga mengikuti prose
pemberian informasi dan
menciptakan kepercayaan
dengan petugas

 Patofisiologi Respo Histamin, Prostaglandin,  Diskusikan dengan keluarga  memberikan kesemp


asma n tentang asma dengan leaflet. pada keluarga untuk dapat
Leukotrin IL-3,IL-4,IL-5,IL- menerima materi yang
verbal  Beri kesempatan keluarga
9,IL-13,IL-16,GMCSF Sel T disampaikan dengan pemah
untuk bertanya yang dimiliki
helper-2 (TH2) Pencetus Asma  Menanyakan kembali yang  Mengukur kemampu
sudah dijelaskan keluarga dalam menerima m
Obstruksi jalan nafas
 Berikan reinforcemen positif
Bronkospasme, edem mukosa,
atas jawaban yang benar  Bentuk penghargaan terha
sekresi mukus Hipoksia / keluarga mengikuti proses
pemberian informasi
anoksia Ventilasi tak seragam
Ventilasi dan perfusi tidak  Keluarga dapat mencoc
penyebab yang timbul denga
padupadan Atelektasis ↑PaCO2
↓PaO2 ↓pH Hipoventilasi paru penyebab yang sudah disebu
↓surfaktan Kelelahan otot
Vasokonstriksi pulmonal  Bentuk penghargaan
terhadap keluarga mengikuti
Asidosis Hipoksemia awal proses pemberian informasi
menciptakan kepercayaan de
Hipoventilasi alveolar ↑kerja petugas
nafas awal ↓PaCO2 ↑PaO2 ↑pH
Hiperventilasi paru Gangguan
compliance Hiperinflasi paru
↑kerja nafas lanjut.

 Tanda dan Respo a) Gejala secara  Diskusikan dengan keluarga


timbul  memberikan kesemp
gejala asma n tentang tanda dan gejala pada keluarga untuk dapat
episodik atau berulang, b) menerima materi yang
verbal diabetes melitus dengan
Timbul bila faktor pencetus. disampaikan dengan pemah
leaflet. yang dimiliki
asap rokok, asap bakaran  Beri kesempatan keluarga  Mengukur kemampu
untuk bertanya keluarga dalam menerima m
sampah, asap obat nyamuk,
 Menanyakan kembali yang
suhu dingin, udara kering,
sudah dijelaskan  Bentuk penghargaan terh
makanan minuman dingin,  Berikan reinforcemen positif keluarga mengikuti proses
atas jawaban yang benar pemberian informasi
penyedap rasa, pengawet
makanan. Alergen: debu,  Keluarga dapat mencoco
penyebab yang timbul denga
tungau debu rumah, rontokan penyebab yang sudah disebu
hewan. Aktivitas fisik:
berlarian, berteriak, menangis,  Bentuk penghargaan terh
keluarga mengikuti proses
atau tertawa berlebihan, c) pemberian informasi dan
Adanya riwayat alergi pada menciptakan kepercayaan de
petugas
pasien atau keluarganya, d)
Variabilitas, yaitu intensitas
gejala bervariasi dari waktu ke
waktu, bahkan dalam 24 jam.
Biasanya gejala lebih berat pada
malam hari (nokturnal), e)
Reversibilitas, yaitu gejala
dapat membaik secara spontan
atau dengan pemberian obat
pereda asma.

6. Setelah
dilakukan
pertemuan
1x15 menit
keluarga
mampu
mengambil
keputusan
yang tepat
untuk
mengatasi
masalah asma
pada anggota
keluarga,
dengan mampu
:
 Menyebutkan Respo Penyakit paru paru  Diskusikan dengan keluarga  memberikan kesempatan p
Faktor resiko n Menyebabkan kematian tentang faktor resiko asma keluarga untuk dapat menerim
asma verbal Susah tidur dengan leaflet. materi yang disampaikan den
pemahaman yang dimiliki
 Beri kesempatan keluarga
 Mengukur kemampu
untuk bertanya keluarga dalam menerima ma
 Menanyakan kembali yang
sudah dijelaskan
 Berikan reinforcemen positif  Bentuk penghargaan terh
atas jawaban yang benar keluarga mengikuti proses
pemberian informasi

 Keluarga dapat mencoc


penyebab yang timbul denga
penyebab yang sudah disebut

 Bentuk penghargaan terha


keluarga mengikuti proses
pemberian informasi dan
menciptakan kepercayaan de
petugas

 Mengambil Respo Keluarga mengetahui pentingnya  Motivasi keluarga untuk  memberikan kesemp
keputusan n untuk mengatasi asma merawat keluarga yang sakit. pada keluarga untuk dapat
yang tepat afektif  Bantu keluarga mengambil menerima materi yang
disampaikan dengan pemaha
untuk keputusan yang tepat untuk
yang dimiliki
mengatasi mengatasi masalah asma pada  Mengukur kemampu
asma anggota keluarga. keluarga dalam menerima m
 Beri reinforcement atas usaha
keluarga
 Bentuk penghargaan
terhadap keluarga mengikuti
proses pemberian informasi

 Keluarga dapat
mencocokan penyebab yang
timbul dengan penyebab yan
sudah disebutkan

 Bentuk penghargaan
terhadap keluarga mengikuti
proses pemberian informasi d
menciptakan kepercayaan de
petugas

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No Dx kep Implementasi Evaluasi TTD

1. Pola Nafas Tgl 23 desember2020 jam 10.00 S :- keluarga menjawab salam


Tidak Efektif  Mengucapkan salam
 menvalidasi keadaan - keluarga menyetujui pertemuan saat ini selama 30
keluarga menit
 mengingatkan kontrak O: - klien tampak sesak
 menjelaskan tujuan
- RR : 26 x/mnt
1. mendiskusikan bersama rasa
sesak yang di rasakan Tn. M
2. observasi TTV A: Tn. M mampu
3. melakukan penyuluhan menyebutkan yang sudah
tentang penyakit asma di ajarkan seperti
4. menanyakan kembalikan apa pengertian asma
yang sudah perawat lakukan
P: ingatkan kembali
Tn.M apa yang sudah
diajarkan tentang
penyuluhan asma

2 Defisit Tgl 23 desember 2020 jam 09.30 S : - keluarga menjawab salam


pengetahuan  mengucapkan salam
keluarga Tn.  menvalidasi keadaan - keluarga menyetujui pertemuan saat ini selama 30
M tentang keluarga menit
penyakit - Keluarga mengatakan mengerti tentang diskusi
 mengingatkan kontrak
asma yang dilakukan.
 menjelaskan tujuan
- Keluarga mengatakan pengertian Asma adalah
suatu kondisi paru paru yang kronis dimana saluran
pernapasan menyempit dan menghalangi udara
TUK 1
yang masuk sehingga sulit untuk bernapas
1.1 Mendiskusikan bersama keluarga - Sesak napas
tentang pengertian asma - Batuk batuk
- Bersin bersin
- Hidung mapet
- Gatal gatal pada tenggorokan

a) Gejala timbul secara episodik atau berulang,


1.2 Menanyakan kembali kepada
keluarga tentang pengertian b) Timbul bila faktor pencetus. asap rokok, asap bakaran
etiologi asma sampah, asap obat nyamuk, suhu dingin, udara kering,
makanan minuman dingin, penyedap rasa, pengawet
makanan. Alergen: debu, tungau debu rumah, rontokan
hewan. Aktivitas fisik: berlarian, berteriak, menangis, atau
tertawa berlebihan,
1.3 Mendiskusikan dengan keluarga
c) Adanya riwayat alergi pada pasien atau keluarganya,
patofisiologi asma
d) Variabilitas, yaitu intensitas gejala bervariasi dari waktu
1.4 Mendiskusikan dengan keluarga ke waktu, bahkan dalam 24 jam. Biasanya gejala lebih
tentang tanda dan gejala asma berat pada malam hari (nokturnal),
e) Reversibilitas, yaitu gejala dapat membaik secara
spontan atau dengan pemberian obat pereda asma.

 Terapi Pernapasan
O:
-Keluarga kooperatif dan aktif saat diberikan penjelasan
1.5 Pengobatan non farmakologi -Keluarga mendengarkaan penjelasan yang diberikan
asma A:
Keluarga mampu menyebutkan pengertian, penyebab,
1.6 memberikan pujian atas jawaban tanda dan gejala, dan cara pencegahan asma
yang tepat P : Ingatkan kembali keluarga untuk tetap menjaga
lingkungan yang bersih dan kondusif

TUK 2: S: - tersenyum
 Memberi penjelasan pada O: - keluarga tampak mengerti dengan penjelasan yang
keluarga Tn. M tentang sudah sudah disampaikan
mengambil keputusan tentang A: - keluarga tampak aktif mendengar penjelasan yang
penyakit yang di alami Tn. M disampaikan
P: - ingatkan keluarga untuk mengambil keputusan yang
tepat dan cepat

TUK 3: S : - tersenyum
 Memberikan penjelasan O : - keluarga mengatakan bahwa yang dilarang merokok
merawat keluarga secara dan stress
sederhana A: - Keluarga kooperatif dan aktif saat diberikan
 Menjelaskan tentang penjelasan, Keluarga mendengarkaan penjelasan yang
makanan yang di anjurkan diberikan
dan terapi tradisional P: - Ingatkan kembali keluarga untuk membuat Jus pare
5. Dianjurkan terapi pernapasan dan bengkoang
6. Beri motivasi keluarga untuk
mengulang yang sudah di
jelaskan
7. Beri reinforcement positif
pada keluarga
8. Memotivasi keluarga untuk
sering kontrol ke fasyankes/
RS terdekat
BAB IV
PEMBAHASAN

Praktik Keperawatan Keluarga merupakan bagian aplikasi dari stase keperawatan keluarga yang
dilaksanakan sejak tanggal 23 desember sampai 26 desember 2020 Di Rumah Sakit Tk.I R. Said
Sukanto Jakarta Timur. Praktik keperawatan keluarga ini merupakan bagian dari praktik
keperawatan yang memilki proses keperawatan, yaitu proses pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan. Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang hasil
implementasi yang telah dilaksanakan kepada keluarga Tn M dengan penyakit asma, serta
membahas kesenjangan yang didapat antara teori dengan keadaan di lapangan selama melakukan
implementasi.

4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan yang dialaminya (Suprajitno, 2014).
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan perawat untuk mengukur keadaan
pasien/keluarga dengan menggunakan standar norma kesehatan pribadi maupun sosial serta
integritas dan kesanggupan untuk mengatasi masalah (Ali, 2010). Pengkajian merupakan suatu
tahap awal ketika seorang perawat mengumpulkan data informasi tentang keluarga Tn M yang
akan diberikan intervensi. Proses pengkajian dilakukan selama 1 (satu) hari pada senin, 03
desember 2020 pada keluarga Tn M di RT 008 RW 008 Di Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto
Jakarta Timur

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun
potensial. Masalah keperawatan aktual adalah masalah yang diperoleh saat pengkajian,
sedangkan masalah potensial adalah masalah yang timbul kemudian. Diagnosa keperawatan
adalah suatu pernyataan yang jelas, dan pasti tentang status masalah kesehatan yang dapat diatasi
dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang
ditemukan, diagnosa keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) dan yang mungkin terjadi (potensial) (Mubarak &
Chayatin, 2010).
Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga Tn M di RT 008 RW 008 Di Rumah Sakit Tk.I R.
Said Sukanto Jakarta Timur, mahasiswa menemukan beberapa masalah keperawatan, yaitu :
1. Gangguan Pertukaran Gas
2. Defisit Pengetahuan tentang penyakit asma

4.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis yang telah ditentukan dengan
terpenuhinya kebutuhan keluarga Tn M. Jadi, perencanaan asuhan keperawatan kesehatan
masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana
keperawatan yang disusun harus mencakup rumusan tujuan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak & Chayanti, 2010).
Rencana tindakan keperawatan pada proses ini diperoleh kesepakatan dengan kelurga Tn M yang
dikelola, meliputi waktu, tempat dan penanggung jawab kegiatan yang akan dilaksanakan.
Kegiatan yang akan direncanakan untuk mengatasi masalah yang muncul, antara lain Terapi
Pernapasan.
Rencana keperawatan pada diagnosa pertama adalah :
1. Kaji Tanda-Tanda Vital
2. Ajarkan Terapi Pernapasan
3. Demonstrasi terapi pernapasan
Rencana keperawatan pada diagnose kedua adalah :
1. Kaji tingkat pengetahuan klien.
2. Bantu pasien dalam merencanakan program latihan dan istirahat yang teratur.
3. Berikan pendidikan kesehatan mengenai asma.
4. Jelaskan pada pasien tentang asal mula penyakit.
5. Ulangi informasi penyuluhan yang diberikan mengenai asma sesering mungkin
Grafik 4.1
Hasil Pengukuran Asma pada Tn M di
Di Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto Jakarta Timur

RR
27

26

25

24 RR

23

22

21

20
Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3

1.4 Implementasi Keperawatan


1.4.1 Terapi Pernapasan
Bagi penderita asma melakukan aktivitas fisik atau kegiatan yang berat dapat menjadi
pencetus terjadinya serangan.Lalu bagaimana jika penderita asma melakukan
olahraga,olahraga justru diperlukan oleh penderita asma antara lain latihan pernapasan,
bersepeda dan renang. Olahraga yang bisa dilakukan penderita asma antara lain latihan
pernapasan. Gejala asma yang paling umum dalam batuk. Batuk umumnya terjadi di
malam hari, dini hari, saat cuca dingin dan saat beraktivitas fisik. Napas yang terdengar
seperti bunyi peluit juga kesuliitan bernapas. Gejala asma akan berlanghsung selama 2-3
hari, atau bahkan lebih. Serangan asma membaik, penderita akan membutuhkan pereda
serangan 3-4 kali per hari hingga batuk dan mengi menghilang. Tetapi terapi pernapasan
bertujuan untuk melatih cara bernapas yang benar, melenturkan dan memperkuat otot
pernapasan, melatih ekspektorasi yang efektif, meningkatkan sirkulasi, mempercepat asma
yang terkontrol, mempertahankan asma yang terkontrol dan meniingkatkan kualitas hidup
bagi penderita asma ( Sigit Nugroho,2015).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga Tn M di R008/RW 008 Di Rumah Sakit Tk.I R.
Said Sukanto Jakarta Timur, mahasiswa menemukan beberapa masalah keperawatan, seperti
Gangguan Pertukaran Gas dan Defisit Pengetahuan.
Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain adalah
memberikan Terapi pernapasan. Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan mendapat dukungan
dari keluarga yang bersangkutan.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Warga Rt 008/Rw 008 kramatjati
Disarankan bagi warga R008/RW 008 Di Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto Jakarta Timur
khususnya petugas kesehatan untuk melanjutkan intervensi keperawatan pada Tn M dalam
mengurangi gangguan pola nafas tidak efektif, dan defisit pengetahuan rendah. Melakukan
kerjasama yang baik dan melibatkan Tn M pada kegiatan di panti serta memberikan
motivasi agar Tn M dapat mengetahui pentingnya Terapi Pernapasan.

5.2.2 Bagi Ilmu Keperawatan


Diharapkan dengan laporan ini dapat memberikan kesempatan kepada perawat untuk
mengembangkan ilmunya dengan cara melakukan praktik klinik keperawatan Komunitas di
R008/RW 008 Di Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto Jakarta Timur, khususnya Tn M yang
memiliki penyakit asma seperti halnya memberikan edukasi terapi pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.


Anies. (2006). Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Baequni dan Narila Mutia Nasir. (2004). Islam dan Kesehatan : Pengantar Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: UIN Jakarta Press.
Carter, MA. (2006). Patofosiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Depkes,RI.(2010).Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta: Direktorat Pengendalian penyakit
tidak menular Kemenkes RI
Friedman, M. Marliyan. (2010). Buku Ajar Keperawatan : Riset, Teori dan Praktik. Edisi ke-5. Jakarta:
EGC.
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kemenkes RI. (2017). Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. http://www.depkes.go.id/article/view/17070700004/program-
indonesia-sehat-dengan-pendekatan-keluarga.html Diakses pada tanggal 7 April 2020.
Naga, Sholeh S. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta: DIVA Press.
Nursalam. (2010). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba
Medika.
PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Diagnosa Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Intervensi Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai