Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN

KEJADIAN DIARE PADA ANAK SEKOLAH DI SD NEGERI BAMBU APUS 02


PAGI JAKARTA TIMUR

Wa Tiriana

ABSTRAK

Diare pada anank adalah bertambahnnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya atau lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau, dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir
saja. Diare dapat mengakibatkan komplikasi seperti kehilangan cairan, gangguan keseimbangan asam basa,
gangguan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian
diare paada anak sekolah di SDN Bambu Apus 02 Pagi Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian deskriptif correlation dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas 5A, B dan kelas 6A, B di SDN Bambu Apus 02 Pagi Jakarta Timur yang berjumlah 128 orang.
Pengambilan sampel menggunakan tehnik random sampling dengan jumlah 101 orang. Analisis yang digunakan
adalah analisis univariat dan bivariat dengan chi square. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% ada hubungan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian diare pada anak sekolah diperoleh
nilai (p = 0,003, OR = 0,249). Berdasarkan temuan tersebut, sebaiknya pelayanan kesehatan meningkatkan
pendidikan kesehatan tentang pentingnya melakukan cuci tangan dirumah maupun disekolah, sehingga
diharapkan perilaku cuci tangan meningkat dan kasus diare pada anak menurun.
Kata kunci : cuci tangan, kejadian diare, anak sekolah.

PENDAHULUAN 214/1.000 penduduk. Maka diperkirakan


1.1 Latar Belakang jumlah penderita diare yang ditangani di
Diare merupakan penyakit endemis di fasilitas kesehatan sebanyak 4.017.861 orang
indonesia dan juga merupakan penyakit atau 74,33%. Data tersebut masih dibawah
potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang target nasional yaitu sebesar 5.405.235 atau
sering disertai dengan kematian. Pada tahun 100%. (Kemenkes RI, 2016).
2015 terjadi 18 kali KLB diare dengan Menurut data World Health
jumlah penderita 1.213 orang dan kematian Organization (WHO) pada tahun 2013, diare
30 orang (2,47%). Angka kematian saat KLB merupakan penyakit kedua yang
diare diharapkan <1%. Berdasarkan menyebabkan kematian pada anak-anak
rekapitulasi KLB diare dari tahun 2008 balita (bawah lima tahun). Anak-anak yang
sampai dengan tahun 2015, bahwa tahun mengalami kekurangan gizi atau sistem imun
2008 angka kematian saat KLB masih cukup yang kurang baik seperti pada orang dengan
tinggi (>1%) yaitu 2,94%, kecuali pada HIV sangat rentan terserang penyakit diare.
tahun 2011 angka kematian saat KLB 0,40%, Diare sudah membunuh 760.000 anak setiap
sedangkan tahun 2015 angka kematian diare tahunnya. Sebagian besar orang diare yang
saat KLB bahkan meningkat menjadi 2,47%. meninggal dikarenakan terjadinya dehidrasi
Angka kesakitan nasional hasil Survei atau kehilangan cairan dalam jumlah yang
Morbiditas Diare tahun 2012 yaitu sebesar besar. Dari seluruh kematian anak akibat
diare, sebanyak 78% terjadi di kawasan memberikan edukasi baik untuk diri sendiri
Afrika dan Asia Tenggara World Health dan lingkungan sekaligus mengajarkan pola
Organization (WHO, 2014). hidup bersih dan sehat. (Depkes RI, 2011).
Penyakit diare masih menjadi salah satu Cuci tangan merupakan sebuah kunci
masalah kesehatan yang dialami di negara penting dalam pencegahan penularan
berkembang termasuk indonesia. Angka penyaki. Penyakit menular banyak terjadi
kejadian diare pada anak di dunia mencapai karena masalah perilaku hidup bersih dan
1 miliar kasus tiap tahun, dengan korban sehat yang rendah, salah satunya dalam hal
meninggal 4 juta jiwa (Depkes RI, 2013). mencuci tangan. Mencuci tangan dengan air
Berdasarkan data profil kesehatan indonesia dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan
tahun 2014, jumlah kasus diare yang kotoran dan debu secara mekanis dari
ditemukan sebanyak 8.713.537 kasus dengan permukaan kulit dan secara bermakna
jumlah penderita 8.490.976 (Depkes RI, mengurangi jumlah mikroorganisme
2014). Berdasarkan profil kesehatan DKI penyebab penyakit virus, bakteri, dan parasit
jakarta tahun 2009, jumlah kasus diare yang lainya pada kedua tangan
dilaporkan banyak 164.734 kasus dimana (Rachmayanti,2013).
kasus diare 50% terjadi pada balita. Jakarta Salah satu pencegahan terjadinya
timur merupakan wilayah terbanyak yang penyakit diare adalah dengan menjaga
menderita diare dengan kasus 28.222 (31%) personal hygiene. Personal hygiene
jakarta utara dengan kasus 21.441 (24%) merupakan suatu pengetahuan dan usaha
kemudian diikuti jakarta barat (19%). Jakarta kesehatan perseorangan dengan menjaga
selatan (14%) dan jakarta pusat 12% (profil kebersihan diri. Salah satu cara menjaga
kesehatan DKI,2009). kebersihan diri adalah dengan mencuci
Mencuci tangan dengan sabun tangan. Keberihan mencuci tangan dengan
merupakan salah satu upaya pencegahan sabun adalah bagian dari perilaku hidup
penyakit. Hal ini dikarenakan tangan sehat yang merupakan salah satu dari tiga
merupakan pembawa kuman penyebab pilar pembangunan bidang kesehatan yakni
penyakit. Resiko penularan penyakit dapat perilaku hidup sehat, penciptaan lingkungan
berkurang dengan adanya peningkatan yang sehat serta penyediaan layanan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh
seperti cuci tangan dengan sabun pada waktu semua lapisan (purwandari, dkk, 2013).
penting. Kebiasaan mencuci tangan harus Salah satu langkah dalam pencapaian
dibiasakan sejak kecil. Anak-anak target Millenium Development Goal’s
merupakan agen perubahan untuk (MDG’S) Goal ke-4 adalah menurunkan
kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun dilaksanakan di kabupaten jember pada
1990 sampai pada tahun 2015. Langkah yang sekolah dasar yang dipilih secara secara acak
dibuat pemerintah untuk mengurangi angka sejumlah 10 sekolah dari tiap sekolah
kejadian diare khususnya pada anak usia diambil secara acak 30 siswa dengan jumlah
sekolah adalah dengan mengadakan Usaha sampel 300 siswa di kabupaten jember
Kesehatan Sekolah (UKS) disetiap Sekolah didapatkan adanya hubungan antara cuci
Dasar (SD). UKS Merupakan suatu wadah tangan dengan kejadian diare. Hasil dari
yang mengurus berbagai hal terkait dengan penelitian tersebut adalah semakin baik
kesehatan sekolah yaitu siswa, guru, kepala perilaku cuci tangan, maka kejadian diare
sekolah dan semua pegawai di sekolah. UKS semakin rendah.
juga sebagai sarana yang digunakan oleh Berdasarkan penelitian yang dilakukan
program-program kesehatan untuk mencapai Rosyidah (2014) tentang hubungan perilaku
tujuan pembangunan kesehatan cuci tangan dengan kejadian diare pada siswa
(Suhartinia,2010). Salah satu program UKS di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02 metode
yang dibuat untuk meningkatkan kesehatan penelitian yang digunakan metode deskriptif
siswa adalah dengan memberikan pendidikan korelasi dengan pendekatan cross sectional
kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dengan sampel 56 siswa kelas 4 dan 5 di
Dan Sehat (PHBS). Sedangkan indikator SDN Ciputat 02 didapatkan hubungan antara
PHBS di sekolah yaitu mencuci tangan perilaku cuci tangan dengan kejadian diare.
dengan air yang mengalir dan menggunakan Hasil dari penelitian tersebut adalah semakin
sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin baik perilaku mencuci tangan maka
sekolah, menggunakan jamban yang bersih kemungkinan terkena diare kecil, sedangkan
dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, semakin kurang baik perilaku mencuci
tidak merokok di sekolah, menimbang berat tangan maka besar kemungkinan untuk
badan dan mengukur tinggi badan setiap terkena diare.
bulan, membunag sampah pada tempatnya Berdasarkan penelitian yang dilakukan
(Kemenkes RI,2011). Anik Enikmawati (2017) tentang hubungan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian
Retno Purwandari (2013) tentang hubungan diare pada anak Sekolah Dasar 02 Selokaton
antara perilaku mencuci tangan dengan metode penelitian yang digunakan metode
insiden diare pada anak usia sekolah di korelasi dengan pendekatan cross sectional,
kabupaten jember dengan metode penelitian dengan sampel 55 anak seluruh kelas 4 di
yang digunakan analisis korelasi dengan SDN 02 Selokaton didapatkan hubungan
pendekatan cross sectional, penelitian ini antara perilaku cuci tangan dengan kejadian
diare. Hasil dari penelitian tersebut adalah 1.3. Tujuan Penelitian:
semakin baik perilaku cuci tangan maka 1.3.1. Tujuan Umum
kemungkinan terkena diare kecil, sedangkan Mengetahui hubungan antara perilaku
semakin kurang baik perilaku cuci tangan cuci tangan dengan kejadian diare pada anak
maka besar kemungkinan untuk terkena sekolah di SDN Bambu Apus 02 Pagi
diare. Jakarta Timur.

1.2. Rumusan Masalah 1.3.2. Tujuan Khusus


Diare dapat menyebabkan dehidrasi 1. Diketahui distribusi frekuensi perilaku
berat, walaupun kondisi ini dapat diatasi cuci tangan pada anak sekolah di SDN
dengan pengobatan rehidrasi oral. Diare Bambu Apus 02 Pagi Jakarta Timur.
sering disebabkan karena penggunaan air 2. Diketahui distribusi frekuensi kejadian
yang terkontaminasi, kebiasaan tidak diare pada anak sekolah di SDN
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, Bambu Apus 02 Pagi Jakarta Timur.
sesudah BAB dan BAK, sesudah membuang 3. Diketahui hubungan antara perilaku
sampah, sesudah mengobati luka, sesudah cuci tangan dengan kejadian diare yang
menyetuh hewan peliharaan, setelah terjadi pada anak sekolah di SDN
membuang ingus, sebelum dan sesudah Bambu Apus 02 Pagi Jakarta Timur.
melakukan aktivitas jari-jari kedalam mulut,
METODOLOGI PENELITIAN
sebelum menyiapkan makanan. Diare lebih
4.1 Desain Penelitian
banyak menyerang pada anak-anak karena
Desain penelitian yang digunakan yaitu
pada pada anak usia sekolah mereka lebih
deskriptif correlation dengan pendekatan
aktif bermain tanpa memerhatikan
cross sectional. Hal ini dimaksudkan untuk
lingkungan dan kesehatan mereka.
mengetahui hubungan antara variabel bebas
Dari penjelasan tersebut banyak anak
(perilaku cuci tangan) dan variabel terikat
usia sekolah menderita diare. dengan
(kejadian diare) dengan kejadian diare pada
demikian peneliti tertarik untuk melakukan
anak sekolah di SDN Bambu Apus 02 Pagi
penelitian “Hubungan Antara Perilaku Cuci
Jakarta Timur.
Tangan Dengan Kejadian Diare Pada Anak
Usia Sekolah Di SDN Bambu Apus 02 Pagi 4.2 Lokasi Penelitian
Jakarta Timur” Penelitian ini dilakukan di SD Negeri
Bambu Apus 02 Pagi Cipayung Jakarta
Timur.
4.3 Waktu Penelitian dianalisis yaitu perilaku cuci tangan dan
Pelaksanaan penelitian ini mulai kejadian diare.
dilaksanakan pada tanggal 30 maret sampai 5.1.1 Perilaku Cuci Tangan
23 Juli 2018. Tabel 5.1.1
4.4 Populasi dan Sampel Distribusi Frekuensi Perilaku Cuci
a. Populasi Tangan Pada Anak Sekolah Di SDN
Populasi penelitian adalah keseluruhan Bambu Apus 02 Pagi Jakarta Timur
anak sekolah kelas 5 A,B sebanyak 64 Tahun 2018
dan kelas 6A,B sebanyak 64 di SDN Perilaku Cuci Frekuensi Presentase
Bambu Apus 02 Pagi Jakarta Timur. Tangan (%)
b. Sampel Baik 34 33,7
Tidak Baik 67 66,3
Sampel pada penelitian ini adalah Jumlah 101 100%
Tehnik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan random Dari hasil penelitian diatas didapatkan
sampling pada kelas 5 A 32, B 18 dan 6 sebagian besar anak sekolah mempunyai
A 32, B 19 pengambilan anggota sampel perilaku cuci tangan tidak baik sebanyak 67
pada penelitian ini dilakukan dari responden ( 66,3%), sedangkan yang
tanggal 30 maret s/d tanggal 23 juli mempunyai perilaku cuci tangan baik
2018. pengambilan sampel dalam sebanyak 34 responden (33,7%).
penelitian ini menggunakan random
sampling yaitu dari populasi yang 5.1.2 Kejadian Diare

dilakukan secara acak sederhana pada Tabel 5.1.2


kelas 5 A 32, B 18 dan 6 A 32, B 19 di Distribusi Frekuensi Kejadian Diare Pada
SDN Bambu Apus 02 Pagi Jakarta Anak Sekolah Di SDN Bambu Apus 02
Timur pada tanggal 30 maret s/d tanggal Pagi Jakarta Timur Tahun 2018
23 juli 2018. Kejadian Diare Frekuensi Presentase
(%)
HASIL PENELITIAN
Tidak Pernah 45 44,6
Hasil Analisis Univariat Pernah 56 55,4
Setelah dilakukan penelitian, data yang Jumlah 101 100%

diperoleh dan di olah secara univariat, yaitu


disajikan dalam bentuk tabel, distribusi Dari hasil penelitian diatas didapatkan
frekuensi, presentase kategori data yang sebagian besar anak sekolah yang pernah
mengalami kejadian diare sebanyak 56
responden (55,4%). Sedangkan yang tidak Hasil penelitian yang didapat sejalan
pernah mengalami kejadian diare sebanyak dengan teori Lowrence Green dalam
45 responden (44,6%) . Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku
terbentuk karena beberapa faktor yaitu:
PEMBAHASAN
faktor predisposisi (pengetahuan, sikap,
6.1 Analisis Univariat
keyakinan, kepercayaan,) faktor pemungkin
6.1.1 Perilaku Cuci Tangan pada anak
(sarana dan prasarana atau fasilitas yang
sekolah
memadai), faktor penguat. Berdasarkan segi
Dari hasil penelitian diatas didapatkan
fasilitas, masih kurangnya fasilitas yang
sebagian besar anak sekolah mempunyai
memadai untuk siswa melakukan cuci tangan
perilaku cuci tangan tidak baik sebanyak 67
seperti: kurang mencukupinya sabun, kurang
responden ( 66,3%), sedangkan yang
adanya poster tentang pentingnya melakukan
mempunyai perilaku cuci tangan baik
cuci tangan.
sebanyak 34 responden (33,7%).
Berdasarkan hasil penelitian yang
Penelitian tersebut diperkuat oleh
didapatkan pada anak sekolah di SDN
penelitian yang dilakukan Rosyidah (2014)
Bambu Apus 02 pagi. Terlihat bahwa rata-
tentang hubungan perilaku cuci tangan
rata responden yang perilaku cuci tangan
terhadap kejadian diare pada siswa di
tidak baik 67 orang (66,3%), hal ini harus
Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02. Dimana
diperhatikan oleh anak sekolah, orang tua
hasil penelitian yaitu dari 56 responden
dan guru disekolah untuk mengantisipasi
diketahui bahwa responden yang perilaku
agar tidak terjadi komplikasi yang lain,
cuci tangan baik sebesar (44,6%) dan yang
sesuai teori dan penelitian yang sudah
memiliki perilaku kurang baik sebesar
dipaparkan diatas bahwa kejadian diare
(55,4%).
dipengaruhi oleh perilaku cuci tangan yang
Pada penelitian tersebut tidak sejalan
tidak baik dikarenakan kurangnya fasilitas
dengan hasil penelitian yang dilakukan
yang memadai untuk siswa melakukan cuci
Purwandari (2013) tentang hubungan antara
tangan seperti: kurang mencukupinya sabun,
perilaku mencuci tangan dengan insiden
kurang adanya poster tentang pentingnya
diare pada anak usia sekolah di kabupaten
melakukan cuci tangan, maka dari itu
jember. Dikarenakan hasil penelitian yaitu
sekolah harus menyediakan sabun yang
dari 300 responden diketahui bahwa
cukup dan memperbanyak poster di papan
responden yang perilaku cuci tangan baik
pengumuman yang berkaitan dengan
(53,7%) cuckup (41,7%) dan kurang baik
(4,6%).
perilaku cuci tangan pada siswanya untuk dalam Rosyidah (2014) memori jangka
pencegahan diare di sekolah. panjang anak telah berkembang dengan baik
walaupun baru sedikit. Faktor yang
6.1.2 Kejadian diare pada anak sekolah
mempengaruhi kejadian diare pada anak
Dari hasil penelitian diatas didapatkan
adalah: Sumber air, jamban, kebiasaan cuci
sebagian besar anak sekolah yang pernah
tangan (Budi, 2006) dalam Rosidah (2014).
mengalami kejadian diare sebanyak 56
Berdasarkan sumber air, penggunaa air yang
responden (55,4%). Sedangkan yang tidak
tercemar dapat menyebarkan banyak
pernah mengalami kejadian diare sebanyak
penyakit. Pengalaman di beberapa negara
45 responden (44,6%) .
membuktikan bahwa upaya penggunaan
Penelitian ini sejalan dengan hasil jamban mempunyai dampak besar dalam
penelitian yang dilakukan oleh Hidayat penurunan resiko terhadap penyakit diare.
dengan judul hubungan perilaku cuci tangan
Diare adalah bertambahnnya frekuensi
pakai sabun (CTPS) di SD 005 dan SD 006
buang air besar (defekasi) lebih dari biasanya
dengan kejadian diare wilayah kerja
atau lebih dari 3 kali sehari yang disertai
puskesmas bangkinang kota. Dimana hasil
dengan perubahan konsistensi tinja cair
penelitian yaitu dari 91 responden diketahui
dengan atau tanpa darah (Kemenkes RI,
bahwa responden yang pernah mengalami
2011). Diare merupakan suatu penyakit
kejadian diare sebesar (63,3%) dan yang
dengan tanda-tanda adanya perubahan
tidak mengalami sebesar (36,7%).
bentuk dan konsistensi dari tinja, yang
Penelitian tersebut tidak sejalan dengan melembek sampai mencair dan
penelitian yang dilakukan Enikmawati bertambahnya frekuensi buang air besar
(2017) tentang hubungan antara perilaku cuci biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari
tangan dengan kejadian diare pada anak (Lestari, 2016).
Sekolah Dasar 02 Selokaton. Dimana hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang
penelitian yaitu dari 55 responden diketahui
didapatkan pada anak sekolah di SDN
bahwa responden yang pernah mengalami
Bambu Apus 02 pagi. Terdapat responden
kejadian diare sebesar (10,9%) dan yang
yang pernah mengalami kejadian diare
tidak mengalami sebesar (89,1%).
sebanyak 56 orang (55,4%), hal ini harus
Kejadian diare diambil dalam enam diperhatikan oleh anak sekolah, orang tua
bulan terakhir karena daya ingat anak-anak dan guru disekolah untuk mengantisipasi
masih cukup kuat untuk mengingat kejadian agar tidak terjadi komplikasi yang lain,
tersebut, hal ini diperkuat oleh Wong (2002) sesuai teori dan penelitian yang sudah
dipaparkan diatas bahwa perilaku cuci spearman menunjukan nilai P value 0,000
tangan yang baik mempengaruhi kejadian yang artinya P < 0,05. maka dapat
diare dikarenakan hasil penelitian didapatkan membuktikan bahwa ada hubungan yang
lebih banyak anak sekolah yang mengalami signifikan antara perilaku cuci tangan dengan
kejadian diare daripada yang tidak pernah insiden diare.
mengalami, mungkin karena kebiasaan jajan
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
sembarangan, perilaku cuci tangan yang
WHO (2009) dalam Enikmawati (2012),
tidak baik, dan lingkungan yang lembab
mencuci tangan dengan sabun telah terbukti
sehingga lebih banyak anak sekolah yang
mengurangi kejadian penyakit diare kurang
mengalami kejadian diare.
lebih 40%. Mencuci tangan disini lebih
6.1.3 Hubungan Antara Perilaku Cuci ditekankan pada saat sebelum dan sesudah
Tangan Dengan Kejadian Diare makan maupun sesudah buang air besar.
Berdasarkan hasil analisis hubungan Cuci tangan menjadi salah satu intervensi
diperoleh perilaku cuci tangan baik dengan yang paling cost effective untuk mengurangi
kejadian diare tidak pernah berjumlah 8 kejadian diare pada anak sekolah. Kebiasaan
responden (23,5%) dibandingkan dengan cuci tangan , perilaku cuci tangan yang buruk
perilaku cuci tangan tidak baik dengan berhubungan erat dengan peningkatan
kejadian diare pernah berjumlah 37 (55,2%), kejadian diare dan penyakit yang lain.
dan perilaku cuci tangan baik dengan Perilaku cuci tangan yang baik dapat
kejadian diare pernah berjumlah 26 (76,5%). menghindarkan diri dari diare.
Hasil analisis diperoleh nilai P value = 0,003
Cuci tangan dengan sabun merupakan
yang artinya P < 0,05. Hal Ini menunjukan
salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal
adanya hubungan yang bermakna antara
ini dikarenakan tangan merupakan pembawa
perilaku cuci tangan dengan kejadian diare,
kuman penyebab penyakit. Resiko penularan
dimana perilaku cuci tangan yang baik
penyakit dapat berkurang dengan adanya
kemungkinan terkena diare kecil, sedangkan
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
yang perilaku cuci tangan yang tidak baik
(PHBS), seperti cuci tangan dengan sabun
berkemungkinan besar terkena diare.
pada waktu penting. Kebiasaan mencuci
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
tangan harus dibiasakan sejak kecil. Anak-
Purwandari (2013) tentang hubungan antara
anak merupakan agen perubahan untuk
perilaku mencuci tangan dengan insiden
memberikan edukasi baik untuk diri sendiri
diare pada anak usia sekolah di kabupaten
dan lingkungan sekaligus mengajarkan pola
jember. Analisis yang digunakan uji
hidup bersih dan sehat. (Depkes RI, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian yang tangan yang baik kemungkinan kecil akan
didapatkan pada anak sekolah di SDN terkena diare, sedangkan perilaku cuci
Bambu Apus 02 pagi jakarta timur. tangan yang tidak baik memiliki peluang
Diperoleh nilai P value 0,003 yang berarti sebanyak 0,249 kali mengalami kejadian
terdapat hubungan yang bermakna antara diare.
perilaku cuci tangan dengan kejadian diare,
7.2 Saran
dengan nilai OR (Odds Ratio) = 0,249 artinya
1. Bagi penelitian selanjutnya
perilaku cuci tangan tidak baik memiliki
Diharapkan bagi penelitian
peluang sebanyak 0,249 kali mengalami
selanjutnya mampu menggambarkan
kejadian diare, dari hasil penelitian yang
keseluruhan variabel dilihat yang
didapatkan di SDN Bambu Apus 02 pagi.
dapat mempengaruhi kejadian diare
Peneliti berpendapat anak sekolah yang
pada anak sekolah dengan
perilaku cuci tangan tidak baik mudah
menggunakan metode yang berbeda.
terkena diare dikarenakan tangan pembawa
2. Bagi SDN Bambu Apus 02 Pagi
kuman penyebab penyakit. Dimana anak
Informasi yang diperoleh dapat
sekolah yang berperilaku cuci tangan baik
menjadi masukan bagi guru tentang
dapat mengurangi resiko kejadian diare.
kejadian diare pada siswa serta
KESIMPULAN DAN SARAN sebagai acuan untuk evaluasi dan
7.1 Kesimpulan perencanaan program UKS yang
Berdasarkan hasil penelitian dan berkaitan dengan perilaku cuci tangan
pembahasan yang telah dijelaskan pada Bab- pada siswanya untuk pencegahan
Bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diare di sekolah.
dapat di ambil dari penelitian ini adalah 3. Bagi Universitas Respati Indonesi
Sebagaian besar responden yang perilaku Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
cuci tangan tidak baik sebanyak ( 66,3%), Respati Indonesia dapat
sedangkan responden yang pernah menggunakan hasil dalam penelitian
mengalami kejadian diare dalam enam bulan ini untuk melakukan kegaiatan
terakhir sebanyak (55,4%). penyuluhan kesehatan dan pelatihan
Hasil uji statistik (chi square) pada tentang cuci tangan yang baik dan
penelitian ini menunjukan bahwa ada benar serta pencegahan diare pada
hubungan antara perilaku cuci tangan dengan anak sekolah.
kejadian diare dengan diperoleh nilai (P
value < 0,003). Yang artinya perilaku cuci DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2009, Profil Kesehatan Notoatmodjo S, 2010, Metodologi Penelitian
Indonesia, Jakarta: Departemen Kesehatan, jakarta: PT. Rineka
Republik Indonesia. Cipta.

Enikmawati, A, 2017, Hubungan Antara Notoatmodjo S, 2012, Metodologi Penelitian


Perilaku Cuci Tangan Dengan Kesehatan, jakarta: Rineka Cipta.
Kejadian Diare Pada Anak SD.
Purnomo A R, 2016, Perilaku Mencuci
http://ejournal.stikesmukla.ac.id/ind Tangan Dan Kejadian Diare Pada
ex.php/motor/article/download/312/ Anak Usia Pra Sekolah Di Paud
300 Diunduh 30 maret 2018. Desa Kalikotes Klaten.
eprints.ums.ac.id/46279/19/NASKA
Hidayat A, 2008, Metode Penelitian H%20PUBLIKASI.pdf Diunduh 1
Keperawatan dan Tekhnik Anakisis April 2018.
Data, Surabaya: Salemba Medika.
Purwandari R. Ardiana A. Wantiyah, 2013.
Kementrian Kesehatan RI, 2010, Situasi Hubungan Antara Perilaku Cuci
Diare di Indonesia. Tangan Dengan Insiden Diare
http;//www.depkes.go.id/pdf.php? Pada Anak Usia Sekolah Di
id=1694 Diunduh 27 maret 2018. Kabupaten Jember.

Kementrian Kesehatan, 2011, Buku http://download.portalgaruda.org/art


Pedoman Pengendalian Penyakit icle.php?
Diare. jakarta: kementrian article=362272&val=278&title=Hu
kesehatan RI. bungan%20Antara%20Perilaku
%20Mencuci%20Tangan
Kementrian Kesehatan RI, 2009, Kejadian %20Dengan%20Insiden%20Diare
Luar Biasa, %20Pada%20Anak%20Usia
%20Sekolah%20Di%20Kabupaten
http://www.depkes.go.id/resources/ %20Jember. Diunduh, 30 maret
download/pusdatin/profil- 2018.
kesehatan-indonesia/profil-
kesehatan-indonesia-2009.pdf. Rachmayanti S, D. 2013. Penggunaan media
Diunduh pada, 12 maret 2018. panggung boneka dalam
pendidikan personal hygiene cuci
Maryunani A, 2013, Perilaku Hidup Bersih tangan menggunakan sabun di air
dan Sehat (PHBS). Jakarta: Trans mengalir. Departemen Promosi
Info Media. Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Notoatmodjo S, 2007, Promosi Kesehatan
Universitas Airlangga Surabaya.
dan Ilmu Perilaku, jakarta: PT.
Rineka Cipta. Rosyidah A N, 2014, Hubungan Perilaku
Cuci Tangan Terhadap Kejadian
Notoatmodjo S, 2012, Promosi Kesehatan
Diare Pada Siswa Di Sekolah
dan Ilmu Perilaku, jakarta: PT.
Dasar Negeri Ciputat 02.
Rineka Cipta.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/
Nursalam, 2008, Metodologi Penelitian Ilmu
bitstream/123456789/25489/2/Alif
Keperawatan; Pendekatan Praktis,
%20Nurul%20Rosyid h%20-
Jakarta: Salenba Medika, Edisi 2.
%20fkik%20.pdf. Diunduh, 30
maret 2018.
Sugiyono, 2010, Statistika untuk penelitian.
Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian


Kuantitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.

Susilaningrum, Rekawati, dkk. 2013. Asuhan


Keperawatan Bayi Dan Anak.
Jakarta: Salemba Medika.

Wolr Health Organization, 2013, Diarrhoel


Disease.
http;//www.Who.int/mediacentre/fa
ctsheets/fs330/en/ Diunduh 27
maret 2018.

Anda mungkin juga menyukai