Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas PKK


Mata Kuliah : Kebutuhan Dasar Manusia
Dosen Pengampu : Dra. Megawati, S.Kep.Ns, M.Kes

Nama :Melida br Manik


NIM : P 07520219027

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

PRODI D-IV JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
Judul : Laporan Pendahuluan Tentang Askep Gangguan Pernafasan
Defenisi : Sesak nafas atau dyspnea adalah kondisi tidak nyaman yang menyulitkan bernafas
lantaran kurang nya pasokan udara yang masuk ke paru-paru. Pernafasan normal terjadi
ketika udara masuk ke paru-paru dan keluar dari paru-paru. Proses pernafasan sendiri
melibatkan bagian tubuh seperti paru-paru, diafragma, otot di dinding dada, pusat
pernafasan di otak, jaringan saraf, molekul pensinyalan impuls saraf, serta jumlah
reseptor kimia dan mekanis di otak, dan pembuluh darah. Sesak nafas terjadi ketika
bagian-bagian tubuh tersebut harus berkerja ekstra untuk bernafas lantaran kurangnya
oksigen atau udara yang masuk. Sepertinya halnya rasa sakit, sesak nafas adalah sinyal
yang memperingatkan tubuh akan kondisi medis yang terjadi. Sesak nafas atau kesulitan
bernafas bisa menjadi tanda adanya gangguan pada paru-paru atau masalah kesehatan
lainnya.
Etiologi : Seseorang mengalami sesak nafas bisa karena faktor obesitas, berolahraga terlalu
berat, berada di tempat dengan suhu ekstrem,atau berada di daerah dengan ketinggian
tertentu. Namun jika sesak nafas disebabkan oleh gangguan kesehatan, maka kondisi
yang bisa menyebabkan adalah :
 Pilek
 Alergi
 Infeksi pada saluran pernafasan dan paru-paru, misalnya TBC,pneumonia(paru-
paru basah), dan infeksi virus corona
 Asma
 Anemia
 Kehamilan
 Sinusitis
 Tekanan darah rendah
 Patah tulang rusuk
 Keracunan karbon monoksida
 Kanker paru-paru
 Penyakit paru obstruktif kronik(PPOK)
 Penyakit jantung seperti gagal jantung, serangan jantung, penyakit jantung
koroner, lemah jantung, atau aritmia jantung
 Emboli paru
Patofisiologis : 1. Kekurangan oksigen(O2)
 Gangguan konduksi maupun difusi gas ke paru-paru
 Obstruksi dari jalan nafas, misalnya pada bronchospasme adanya benda asing
 Berkurangnya alveoli ventilasi, misalnya pada edema paru,radang paru,
enfisema
 Fungsi restriksi yang berkurang, misalnya pada pneumotoraks, efusi pleura dan
barrel chest
 Penekanan pada pusat resprasi
2. Gangguan pertukaran gas dan hipoventelasi
 Gangguan neuromuscular
 Gangguan pusat respirasi, mis karena pengaruh sedatif
 Gangguan medulla spinalis mis sindrom guillain-barre
 Gangguan saraf prenikus,mis pada poliomielitis
 Gangguan diafragma, mis tetanus
 Gangguan rongga dada, mis kifiskoliosis
 Gangguan obstruksi jalan nafas: obstruksi jalan nafas atas, mis laringitis/udem
laring: obstruksi jalan nafas bawah, mis asma brochiale dalam hal ini status
asmatikus sebagai kasus energency.
 Gangguan pada parenkim paru, mis enfisema dan pneumonia
 Gangguan yang sirkulasi oksigen dalam darah, mis pada keadaan ARDS dan
keadaan kurang darah.
3. Pertukaran gas di paru-paru normal tapi kadar oksigen di dalam paru-paru
berkurang. Hal ini oleh karena 3 hal yaitu:
 Kadar HB yang berkurang
 Kadar HB yang tinggi , tapi mengikat gas yang afinitasnya lebih tinggi misalnya
CO (pada kasus keracunan ketika inhalasi gas)
 Perubahan pada inti HB, misalnya terbentuknya met-HB yang mempunyai inti
Fe3+.
4. Stagnasi dari aliran darah, dapat dibagi atas:
 Sentral, yang disebabkan oleh karena kelemahan jantung
 Gangguan aliran darah perifer yang disebabkan oleh renjatan(shock), cotoh syok
hipovelemik akibat hemototaks
 Lokal, disebabkan oleh karena terdapat vasokontriksi lokal
 Dapat pula disebabkan oleh karena jaringan tidak dapat mengikat O-2, terdapat
contohnya pada intoksikasi sianida.
5. Kelebihan carbon dioksida (CO2)
Karena terdapatnya shunting pada COPD sehingga menyebabkan terjadinya aliran dari
kanan ke kiri
6. Hiperaktivasi refleks pernafasan
Pada beberapa keadaan refleks hearing-breur dapat menjadi aktif. Hal ini disebabkan
oleh karena refleks pulmonary stretch
7. emosi
8. Asidosis
Banyak hubungannya dengan cadar CO2 dalam darah dan juga karena kompensasi
metabolik
9. Penambahan kecepatan metabolisme
Penatalaksanaan : Sebagian orang mengalami sesak napas atau kesulitan bernapas hanya dalam
waktu singkat, namun sebagian orang lagi mengalaminya dalam jangka panjang,
hingga berminggu-minggu. Jika sesak napas yang Anda alami bukan karena
kondisi darurat medis, Anda bisa mencoba beberapa langkah berikut ini sebagai
cara mengatasi sesak napas tanpa menggunakan obat-obatan.
 Pursed-lipBreathing
Ini merupakan teknik bernapas sebagai cara mengatasi sesak napas yang sederhana dan mudah
dilakukan. Teknik ini membantu memperlambat laju pernapasan Anda, yang membuat setiap
napas lebih dalam dan lebih efektif. Anda bisa melakukannya kapan saja ketika mengalami sesak
napas, terutama saat membungkuk, mengangkat benda, atau menaiki tangga. Caranya dengan
merelaksasikan otot leher dan bahu Anda. Tutup mulut Anda saat menghirup, dan ambil napas
pelan-pelan melalui hidung dalam dua hitungan, dan buang napas perlahan melalui celah bibir
atau mulut sampai hitungan keempat.
 DudukdenganPosisi keDepandanSedikitMembungkuk
Istirahat sambil duduk bisa membantu merilekskan tubuh Anda dan membuat pernapasan lebih
mudah. Duduklah di kursi dengan telapak kaki menapak lantai, condongkan dada sedikit ke
depan. Perlahan letakkan siku di lutut atau menahan dagu dengan tangan. Otot leher dan bahu
Anda harus tetap rileks. Posisi duduk ini juga bisa Anda lakukan dengan bertumpu pada meja,
istirahatkan lengan dan kepala Anda di meja, jangan lupa gunakan bantal untuk menyangga
kepala Anda agar posisi lebih nyaman.
 BerdiriMenyandarDinding
Berdiri menyandar pada tembok atau lainnya bisa turut membantu merilekskan tubuh dan
saluran pernapasan Anda. Berdiri dan bersandarlah pada dinding dengan menempelkan pinggul.
Jaga agar kaki Anda terbuka selebar bahu dan tangan berada di samping kedua paha Anda.
Santailah dan condongkan badan sedikit ke depan. Anda juga bisa berdiri sambil telapak tangan
Anda bertumpu pada meja dan merilekskan otot leher dan bahu Anda.
 BerbaringSantai
Cobalah bernapas sambil berbaring miring dengan bantal di antara kedua kaki dan kepala
ditinggikan bertumpu pada bantal. Usahakan punggung tetap lurus. Atau berbaring telentang
dengan kepala ditinggikan beralaskan bantal dan lutut ditekuk dengan meletakkan bantal di
bawah lutut. Kedua posisi ini membantu tubuh dan saluran udara Anda rileks, membuat
pernapasan menjadi lebih mudah.
 PernapasanDiafragma
Pernapasan diafragma juga dapat menjadi cara mengatasi sesak napas. Caranya, Anda cukup
duduk di kursi, lalu rilekskan lutut, bahu, kepala, dan leher. Letakan satu tangan Anda di depan
perut, dan satu lagi di depan dada. Bernapaslah dengan perlahan melalui hidung, hingga tangan
Anda merasakan perut Anda bergerak saat bernapas. Saat Anda mengembuskan napas,
kencangkan otot perut. Buanglah napas perlahan melalui mulut dengan bibir mengerucut. Beri
penekanan lebih pada embusan napas dibandingkan saat menghirupnya. Jaga agar
mengembuskan napas lebih lama dari biasanya, sebelum perlahan menghirup napas lagi. Ulangi
sekitar lima menit.
 Batuk
Batuk yang terkontrol juga dapat membantu Anda bernapas lebih baik. Terlebih jika Anda
memiliki banyak lendir dalam tenggorokan atau di sekitar paru-paru Anda.
 Kipas Angin
 Beberapa studi menyebutkan bahwa udara sejuk kipas angin bisa membantu meredakan sesak
napas. Anda cukup menyalakan kipas angin dan bernapaslah seperti biasa. Tapi jangan lupa
untuk sering membersihkan kipas angin agar tidak terpapar debu.
 MinumKopi
Kafein yang terdapat pada kopi disebut dapat melemaskan otot-otot di saluran napas penderita
asma. Hal ini dapat memperbaiki fungsi paru hingga empat jam.
 PolaHidupSehat
Gaya hidup sehat dapat membantu Anda terhindar dari serangan sesak napas. Berhentilah
merokok atau menghindari asap rokok, hindari paparan polusi udara, dan turunkan berat badan
jika Anda terlalu gemuk. Jaga pola makan dengan menu yang sehat dan tidur yang cukup. Anda
perlu berkonsultasi ke dokter terkait kemungkinan masalah medis yang mendasari kondisi sesak
napas yang Anda alami.
Langkah mudah cara mengatasi sesak napas tersebut bisa Anda lakukan di rumah. Apabila sesak napas
disebabkan oleh penyakit penyerta atau gejala lebih berat dari sebelumnya maka biasanya kecil
kemungkinan sesak napas bisa ditangani tanpa pengobatan, dengan kata lain penyakit penyerta yang
mendasari munculnya gejala juga perlu diobati. Selain mencoba langkah di atas, tenangkan pikiran dan
emosi saat napas mulai terasa kurang nyaman atau sesak.  Namun, segeralah ke dokter atau unit gawat
darurat jika mengalami sesak napas yang berkepanjangan di malam hari, atau sesak napas yang disertai
demam, menggigil, batuk-batuk,  dan kaki atau pergelangan kaki membengkak dan terasa dingin.
Konsep Teori
1. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang
mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013). Pneumonia adalah keadaan akut pada
paru yang disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh
eksudat peradangan (Mutaqin, 2008). Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan
oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2015).
Pneumonia adalah peradangan pada baru yang tidak saja mengenai jaringan paru tapi dapat
juga mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai bronkioli (Nugroho, 2011).
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISNBA) dengan
gejala batuk dan disertai dengan sesak napas yang disebabkan agen infeksius seperti virus,
bakteri, mycroplasma (fungil), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang
disertai eksudasi dan konsolidasi (NANDA Nic-Noc 2015).
2. Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan anatomi dan
etiologis dan berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia :
a. Pembagian anatomis
1) Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru.
Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai pneumonial bilateral atau ganda.
2) Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat
oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsulidasi dalam lobus yang berada
didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis.
3) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar
(interstinium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
b. Pembagian etiologis
1) Bacteria: Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptokokus hemolytikus, streptococcus
aureus, Hemophilus infuinzae, Bacilus Friedlander, Mycobacterium tuberculosis.
2) Virus: Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuinza, Adenovirus.
3) Jamur: Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus Neuroformans, Blastornyces Dermatitides
4) Aspirasi: Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,benda asing
5) Pneumonia Hipostatik
6) Sindrom Loeffler
Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan :
1. Pneumonia komunitas Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal
pada lansia, Gram negative pada pasien di rumah jompo, dengan adanya PPOK, Penyakit
penyerta kardiopulmonal/jamak, atau paksa antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial Tergantung pada tiga faktor yaitu: Tingkat berat sakit, adanya resiko
untuk jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
3. Pneumonia Aspirasi Disebabkan oleh infeksi kuman, Penumonitis kimia akibat aspirasi bahan
toksik, Akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung, Edema paru, dan
obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
4.Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi dapat disebabkan oleh
kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri, Protozoa,
Parasit, Virus, Jamur, dan cacing. (NANDA Nic-Noc 2013 dan NANDA Nic-Noc 2015)

3. Etiologi
Menurut Nugroho.T (2011), pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti:
a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
b. Virus: virus influenza, dll
c. Micoplasma pneumonia
d. Jamur: candida albicans
e. Benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada
paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak sempurna (Ngastiyah,
2015)

4. Manifestasi Klinis
Menurut Nanda Nic-Noc (2013) dan Nanda Nic- Noc (2015) manifestasi klinis yang
muncul pada pasien dengan pneumonia adalah :
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada
usia 6 bulan- 3 bulan dengan suhu mencapai 39,0C - 40,50C bahkan dengan infeksi ringan.
Mungkin malas dan peka rangsangan atau terkadang euforia dan lebih aktif dari normal,
beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningael tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan
awitan demam yang tiba-tiba disertai dengan nyeri kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung
dan leher, adanya tanda kerning dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun,
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-kanak.
Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai pada derajat yang lebih besar
atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap
pemulihan.
4. Muntah, Anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat. Tetapi dapat menetap selama
sakit.
5. Diare, Biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai
infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dengan
nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan
mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai dengan infeksi saluran pernafasan. Mungkin encer
dan sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti
hanya fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok, auskultasi terdengar mengi,
krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih
besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per oral.
5. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat
yang mengisi elveoli dan brokiolus. Saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi
normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi nafas (Terry & Sharon, 2013). Sebagian besar
pneumoni didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit di udara.
Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel
infeksius difiltrasi dihidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia
disaluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paruparu , partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan
humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan
dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute
hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan
edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan
sel dan bakterial debris. Sisten limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura
viseral. Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan
aliran darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-left
shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi
meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia (Nugroho.T, 2011).
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mutaqin (2008), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang
dengan masalah pneumonia adalah:
a. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses.
b. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme
yang ada.
c. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
d. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaan.
e. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
f. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
g. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Oksigen 1-2L/ menit
2) IVFD (Intra venous fluid Drug) / ( pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10 % :
NaCI 0,9% = 3:1, + KCL 10 meq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat
badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap
memulai selang nasogastrik dengan feding drip.
4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transpormukossiller.
5) Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
6) Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan
7) Untuk kasus pneumonia komuniti base : Ampicilin 100 mg/ kg BB/ hari dalam 4 hari
pemberian, Kloramfenicol 75 mg /kg BB/ hari dalam 4 hari pemberian.
8) Untuk kasus pneumonia hospital base : Cefotaxim 100 mg/kg BB/ hari dalam 2 kali
pemberian, Amikasim 10-15 mg/ kg BB/ hari dalam 2 kali pemberian ( Arif mansjoer,
dkk, 2001).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Peran perawat dalam penatalaksanaan penyakit pneumonia secara primer yaitu
memberikan pendidikan kepada keluarga klien untuk meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit pneumonia dengan perlindungan kasus dilakukan melalui imunisasi, hygiene personal,
dan sanitasi lingkungan. Peran sekunder dari perawat adalah memberikan fisioterapi dada,
nebulasi, suction, dan latihan nafas dalam dan batuk efektif agar penyakit tidak kembali
kambuh.
8. Komplikasi
Menurut Mutaqin (2008), komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan pneumonia adalah:
a. Pleurisi
b. Atelektasis
c. Empiema
d. Abses paru
e. Edema pulmonary
f. Infeksi super perikarditis
g. Meningitis
h. Arthritis

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif (data yang
didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data objektif (data hasil pengukuran
atau observasi).
Menurut Nurarif (2015), pengkajian yang harus dilakukan adalah :
a. Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin,
b. Riwayat sakit dan kesehatan
1) Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.
2) Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan
berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan, kehijauhiajuan,
kecokelatan atau kemerahan, dan serring kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami
demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada
pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan nyeri kepala.
3) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC paru,
trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
4) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang disinyalir sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
5) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap beberapa oba, makanan, udara,
debu.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
2) Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa somnolen
3) Tanda-tand vital:
- TD: biasanya normal
- Nadi: takikardi
- RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal
- Suhu: hipertermi
4) Kepala: tidak ada kelainan
Mata: konjungtiva nisa anemis
5) Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung
Paru:
- Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada penggunaan otot bantu napas
- Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena.
- Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
- Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
6) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
7) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan masalah
pneumonia:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus berlebihan yang ditandai dengan
jumlah sputum dalam jumlah yang berlebihan, dispnea,sianosis, suara nafas tambahan (ronchi).
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan yang ditandai dengan
dispena, dispena, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kalpier yang ditandai
dengan dispnea saat istirahat, dispneu saat aktifitas ringan, sianosis.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Asupan diet kurang
yang ditandai dengan ketidakmampuan menelan makanan,membran mukosa pucat, penurunan berat
badan selama dalam perawatan.
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
yang ditadai dengan Dispnea setelah beraktifitas,keletihan, ketidaknyamanan setelah beraktifitas
f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan yang ditandai dengan
ibu/keluarga mengatakan tidak mengetahui penyakit yang diderita pasien, cara penularan, faktor resiko,
tanda dan gejala, penanganan dan cara pencegahannya
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan dimana pada tahap ini
perawat menentukan suatu rencana yang akan diberikan pada pasien sesuai dengan masalah yang
dialami pasien setelah pengkajian dan perumusan diagnosa. Menurut Moorhead (2013) dan Bulechek
(2013), intervensi keperawatan yang ditetapkan pada anak dengan kasus pneumonia adalah :

Diagnosa Keperawatan Tujuan(NOC) Intervensi (NIC)


a. Ketidakefektifan NOC: Manajemen jalan nafas
bersihan jalan Status pernafasan : Kepatenan 1. Monitor status pernafasan
nafas b.d mukus jalan nafas. dan respirasi sebagaimana
berlebihan Defenisi: saluran trakeobronkial mestinya
yang terbuka dan lancar untuk 2. Posisikan pasien semi
pertukaran udara fowler, atau posisi fowler
Setelah dilakukan tindakan 3. Observasi kecepatan,
keperawatan selama 3x24 jam irama, kedalaman, dan
pasien dapat meningkatkan kesulitan bernafas
status pernafasan yang adekuat 4. Auskultasi suara nafas
meningkat dari skala 2(cukup) 5. Lakukan fisioterapi dada
menjadi skala 4(ringan) dengan sebagaimana mestinya
kriteria hasil: 6. Kolaborasi pemberian O2
1. Frekuensi pernafasan sesuai instruksi
normal (30-50x/menit) 7. Ajarkan melakukan batuk
2. Irama pernafasan normal efektif
(teratur) 8. Ajarkan pasien penggunaan
3. Kemampuan untuk perangkat oksigen yang
mengeluarkan secret memudahkan mobilitas
(pasien dapat melakukan
batuk efektif jika
memungkinkan)
4. Tidak ada suara nafas
tambahan ( seperti;
ronchi, wezing,mengi)
5. Tidak ada penggunaan
otot bantu nafas (tidak
adanya retraksi dinding
dada)
6. Tidak ada batuk
Ket:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
b. Ketidakefektifan Status pernafasan Manajemen jalan nafas
pola nafas Defenisi: Proses keluar masuknya 1. Posisikan pasien posisi semi
berhubungan udara ke paru-paru serta fowler, atau posisi fower
dengan keletihan pertukaran karbondioksida dan Manajemen pernafasan
otot pernafasan oksigen di alveoli 2. Observasi kecepatan,
Setelah dilakukan tindakan irama, kedalaman, dan
keperawatan 3x24 jam status kesulitan bernafas
pernafasan yang adekuat 3. Observasi pergerakan dada,
meningkat dari skala 2(berat) kesimetrisan dada,
menjadi 5(ringan) dengan kriteria penggunaan otot-otot
hasil: bantu nafas, dan retraksi
1. Frekuensi pernafasan pada dinding dada
normal(30-50x/menit) 4. Auskultasi suara nafas
2. Irama pernafasan Terapi oksigen
normal(teratur) 5. Kolaborasi pemberian O2
3. Suara auskultasi nafas 6. Monitor aliran oksigen
normal(vesikuler) 7. Ajarkan pasien dan
4. Kepatenan jalan nafas keluarga mengenai
5. Tidak ada penggunaan penggunaan perangkat
otot bantu nafas (tidak oksigen yang memudahkan
ada retraksi dinding mobilitas
dada)
6. Tidak ada pernafasan
cuping hidung
Ket:
1. Deviasi berat dari kisaran
nornal
2. Devisiasi yang cukup
berat dari kisaran normal
3. Devisiasi yang sedang
dari kisaran normal
4. Tidak ada devisiasi yang
cukup berat dari kisaran
normal
c. Gangguan Status pernafasan: Pertukaran Monitor pernafasan
pertukaran gas Gas 1. Monitor kecepatan, irama,
berhubungan Defenisi: Pertukaran kedalaman, dan kesulitan
dengan perubahan karbondioksida dan oksigen di bernafas
membran alveolar- alveoli untuk mempertahankan Terapi oksigen
kapiler konsentrasi darah arteri 2. Pertahankan kepatenan
Setelah dilakukan tindakan jalan napafas
keperawatan 3x24 jam 3. Observasi adanya suara
Status pernafasan: pertukaran nafas tambahan
gas yang adekuat meningkat dari 4. Kolaborasi pemberian O2
skala 2(berat) menjadi 4(ringan) 5. Ajarkan pasien dan
Dengan kriteria hasil: keluarga mengenai
1. Tidak dispnea saat penggunaan perangkat
istirahat oksigen yang memudahkan
2. Tidak dispneu saat mobilitas
aktifitas ringan
3. Tidak sianosis yaitu kulit
tampak normal atau
tidak kebiruan
Ket:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
d. Ketidakseimbangan Status nutrisi: Asupan nutrisi Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari Defenisi: Asupan gizi untuk 1. Observasi dan catat asupan
kebutuhan tubuh memenuhi kebutuhan- pasien (cair dan padat)
berhubungan kebutuhan metabolik 2. Ciptakan lingkungan yang
dengan asupan Setelah dilakukan askep selama optimal pada saat
diet kurang 3x24 jam pasien dapat mengkonsumsi makan
meningkatkan status nutrisi yang (misalnya; bersih,santai,
adekuat dari skala 2(sedikit dan bebas dari bau yang
adekuat) menjadi skala 3 ( cukup menyengat)
adekuat) dengan kriteria hasil : 3. Monitor kalori dan asupan
1. Asupan kalori adekuat makanan
2. Asupan protein adekuat 4. Atur diet yang
3. Asupan zat besi adekuat diperlukan(menyediakan
Ket: makanan protein
1. Sangat berat tinggi,menambah atau
2. Berat mengurangi
3. Cukup kalori,vitamin,mineral, atau
4. Ringan suplemen)
5. Tidak ada 5. Kolaborasi pemberian obat-
obatan sebelum
makan(contoh obat anti
nyeri)
6. Ajarkan pasien dan
keluarga cara mengakses
program-program gizi
komunitas ( mis:
perempuan ,bayi,anak)
e. Intoleransi aktifitas Toleransi terhadap aktifitas Manajemen energy
berhubungan Defenisi: Respon fisiologis 1. Observasi sistem
dengan terhadap pergerakan yang kardiorespirasi pasien
ketidakseimbangan memerlukan energi dalam selama kegiatan ( mis;
antara suplai dan aktifitas sehari-hari takikardi, distrimia,
kebutuhan oksigen Setelah dilakukan tindakan dispnea)
keperawatan 2x24 jam pasien 2. Monitor lokasi dan sumber
dapat toleransi terhadap aktifitas ketidaknyamanan/nyeri
meningkat dari skala 2 (banyak yang dialami pasien selama
terganggu) menjadi 4 (sedikit aktifitas
ternganggu) dengan kriteria 3. Lakukan ROM aktif atau
hasil: pasif
1. Kemudahan bernafas 4. Lakukan terapi non
ketika beraktifitas farmakologis (terapi musik)
2. Warna kulit tidak pucat 5. Kolaborasi pemberian
3. Kemudahan dalam terapi farmakologis untuk
melakukan ADL mengurangi kelelahan
Ket: 6. Beri penyuluhan kepada
1. Sangat terganggu keluarga dan pasien
2. Banyak terganggu tentang nutrisi yang baik
3. Cukup terganggu dan istirahat yang adekuat
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
f. Defesiensi Pengetahuan: Manajemen Pengajaran proses penyakit
pengetahuan pneumonia 1. Kaji tingkat pengetahuan
berhubungan Defenisi: tentang proses penyakit
dengan kurang Tingkat pemahaman yang 2. Jelaskan tentang penyakit
sumber disampaikan tentang pneumonia, 3. Jelaskan tanda dan gejala
pengetahuan pengobatannya dan pencegahan 4. Jelaskan tentang penyebab
komplikasinya 5. Jelaskan tentang cara
Setelah dilakukan tindakan penularan
keperawatan selama 30-40 menit 6. Jelaskan tentang cara
pasien dan keluarga dapat pencegahan
meningkatkan pengetahuan
tentang manjemen pneumonia.
Meningkat dari skala 2
(pengetahuan terbatas) menjadi
skala 4 (pengetahuan banyak)
dengan kriteria hasil:
1. Mengetahui tentang
penyakit
2. Mengetahui faktor
penyebab (dapat
menyebutkan penyebab)
3. Mengetahui faktor resiko
kekambuhan (dapat
menyebutkan faktor
resiko)
4. Mengetahui tanda dan
gejala penyakit dan
kekambuhan penyakit
(dapat menyebutkan
tanda dan gejala)
Ket:
1. Tidak ada pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat
banyak

4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang merupakan
serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat secara langsung pada klien.
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi
keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi
keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi atau tidak
teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi.

Hasil Studi Kasus


Asuhan Keperawatan pada Tn. K dengan Pneumonia di Ruangan Melati RS Dr. PRINGADI yang
dilakukan pada tanggal 14 November 2020. Asuhan keperawatan ini dilakukan dari Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
1. Hasil
A. Identitas Pasien
Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan teknik wawancara, Observasi dan
pemeriksaan fisik pada tanggal 14 November 2020 jam 17.00 Wib dengan hasil sebagai berikut :
Identitas Pasien/Keluarga Kasus ini diambil di ruangan Melati RS Dr.PRINGADI pada tanggal 14
November 2020:
Pasien yang dirawat berinisial Tn.K Umur 60 tahun
jenis kelamin: Laki-Laki
Suku: Ende
Agama: Kristen Khatolik
Pekerjaan: Wiraswasta
Pendidikan: SMP
Alamat: Jln.Damai No.25 Kelurahan Oebobo
status perkawinan: Menikah (duda).
No MR: 105832
penanggung jawab: BPJS.
Keluhan utama: Pasien mengatakan batuk disertai sesak, demam ↑↓ dan nafsu makan
menurun.
Riwayat Keluhan Utama : Pasien mengatakan sejak 4 hari yang lalu batuk disertai sesak, demam
↑↓ dan nafsu makan menurun, lalu keluarga membawa pasien pergi berobat ke RS Dr.
PRINGADI pada tanggal 14 November 2020.
Keluhan Saat Dikaji : Pasien mengatakan batuk, demam ↑↓ dan nafsu makan menurun dan
hanya menghabiskan ¼ dari porsi makan yang diberikan.
Riwayat Keluarga : Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
seperti dirinya.
Genogram ( Tiga generasi diatas pasien) : Tn. K adalah anak ke dua dari empat bersaudara terdiri
dari dua laki-laki dan dua ` perempuan. Tn. K dan istri memiliki delapan orang anak terdiri dari
dua laki-laki dan enam perempuan. Orangtua dari Tn. K sudah meninggal.
Observasi Keadaan umum sedang, Kesadaran Composmentis,
GCS: E4V5M6,
Tekanan darah : 110/70 mmHg,
Nadi :62 x/Menit,
Suhu : 38,60C,
Respirasi rate: 24x/Menit.
TB: 165 Cm,
BB :45 Kg,
BB ideal : 54 kg,
Pasien tampak kurus, pucat, akral teraba panas, bagian ekstermitas kiri atas terpasang infus RL
20 tetes/menit. Tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak ada edema, ada nyeri tekan dibagian
dada kiri atas, terdengar suara whezing, terdapat cairan/secret.
Pola aktivitas makan dan minum sebelum sakit 4x/hari, jenis menu: Nasi, sayur, telur
dan terkadang daging. Yang disukai pasien semua jenis makanan, pantangan atau alergi tidak
ada. Saat sakit : pasien makan 3x/hari, jenis menu : Nasi, sayur dan ikan. Porsi yang di sediakan
tidak dihabiskan (hanya ¼ porsi) serta tidak ada napsu makan. Minum 1200- 1300cc/hari. Jenis
minuman air putih.
Kebersihan diri sebelum sakit mandi 3x/hari keramas 1x/minggu. Sikat gigi 2x/hari,
potong kuku 1x/minggu. Saat sakit mandi 2x/hari. Keramas tidak pernah. Sikat gigi 2x/hari.
potong kuku tidak pernah. Aktifitas sehari-hari sebelum sakit pasien seorang kepala keluarga
bekerja mencari nafkah. Sesudah sakit pasien hanya tirah baring di rumah sakit dan tidak
menjalankan perannya sebagai seorang kepala keluarga. Istirahat dan tidur sebelum sakit :
Pasien biasanya tidur malam 7 jam, tidur siang 1-2 jam. Saat ini : Pasien mengatakan pola
istirahat terganggu karena batuk dan sesak napas. Pasien hanya bisa tidur malam 3-4 jam,
sedangkan tidur siang kurang dari 1 jam.
Pola eliminasi sebelum sakit : Pasien mengatakan kebiasaan BAK tiga kali sehari dengan
produksi urinnya kurang lebih 1500 cc/jam dan BAB dua kali sehari konsistensi lembek dan
warna kuning, Sesudah sakit : kebiasaan BAK tiga kali sehari dengan produksi urinnya 1200
cc/jam. dan BAB satu sampai dua kali sehari konsistensi lembek dan warna coklat. Psikososial
hubungan sosial baik, dukungan keluarga aktif, dukungan teman serta masyarakat aktif, reaksi
saat interaksi kooperatif. Spiritual keyakinan akan penguasa kehidupan yaitu Tuhan, Sumber
kekuatan saat sakit hanya pada Tuhan. Ritual agama yang sering dilakukan yaitu ibadah.
Pemeriksaan penunjang, Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 14
November 2020 : Darah lengkap, gula darah sewaktu, ureum, creatinin, elektrolit, urine lengkap,
EKG, foto Thorax.
Terapi medik : RL 20 tpm, Aspar K 2x1 tablet, Lapibal 2x1 ampul, Azitromycin 1x500 mg,
Ambroxol 3x1 tablet.

2. Pembahasan
B. Analisa Data
NO Data-Data Problem
1. DS: Pasien mengatakan batuk disertai Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d
adanya lendir berwarna kuning yang Penumpukan Sekret
sulit untuk dikeluarkan
DS: Pasien tampak batuk disertai
dengan susah dalam mengeluarkan
sekret dan bunyi napas whezing di
daerah dada bagian kiri.Tanda vital
:TD:110/70 mmHg, N:62x/menit.
S:38,60C RR :24x/menit.
2. DS: Pasien mengatakan seluruh Hipertermi b.d Proses peradangan.
tubuhnya teraba panas.
DO: Keadaan umum lemah,
Kesadaran composmentis, TTV : TD :
110/70 mmHg, S: 38,6 0C, N :
63x/menit, akral teraba panas. Hasil
Lab : Jumlah Leukosit 20,5 10^3/µl.
Dan Neutrofil 85.8%.
3. DS: Pasien mengatakan tidak ada Resiko nutrisi Kurang dari kebutuhan
nafsu makan dengan hanya tubuh b.d Intake yang inadekuat.
menghabiskan ¼ porsi makan yang
diberikan.
DO: Nafsu makan menurun ditandai
dengan makan hanya menghabiskan
¼ porsi makan yang diberikan BB.
Sekarang 45kg. BB ideal :54 kg.
4. DS: Pasien mengatakan sulit tidur Gangguan pola tidur b.d Proses penyakit.
akibat dari batuk berlendir dan nyeri
dada.
DO: Mata pasien tampak cekung,
lemas, konjungtiva anemis.

C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil analisa data diatas, maka dirumuskan diagnosa keperawatan pada Tn,
K sebagai berikut :
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d Penumpukan sekret.
2) Hipertermi b.d Proses peradangan.
3) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang inadekuat.
4) Gangguan pola tidur b.d Proses penyakit.

D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
a. Ketidakefektifan Goal : Selama dalam masa 1) Kaji status pernapasan
bersihan jalan perawatan kebersihan jalan sekurannya setiap 4 jam atau
napas b.d napas pasien dapat kembali menurut standar yang
penumpukan efektif. ditetapkan R/ Untuk
sekret. Objektif : Selama dalam mendeteksi tanda awal bahaya.
masa perawatan 3x24 jam 2) mengajarkan pasien teknik
diharapkan kebersihan jalan batuk efektif. R/ Untuk
napas kembali efektif membantu mengeluarkan
S : Pasien dapat melakukan sekret. R/ Untuk membantu
teknik batuk efektif. mengurangi penumpukan
M : Pasien dapat melakukan sekret.
teknik batuk efektif setelah 3) Posisikan pasien semifowler
di ajarkan. dan sangga lengan pasien R/
A : Melatih pasien teknik untuk membantu pernapasan
batuk efektif. dan ekspansi dada serta
R : Pasien sudah bisa ventilasi lapangan paru basilar.
melakukan batuk tanpa di 4) Bantu pasien untuk
ajarkan. mengubah posisi dalam setiap
T : Teknik batuk efektif 2 sampai 4 jam R/ Untuk
dilakukan saat pasien ingin membantu pengeluaran sekresi
batuk dan mempertahankan potensi
Kriteria Hasil : Klien mampu jalan napas.
melakukan batuk efektif, 5) Berikan air hangat (1500-
pernapasan pasien kembali 2000cc/24 jam).
normal, pasien dapat
mengeluarkan sekret.
b. Resiko nutrisi Goal : Setelah dilakukan 1) Pantau : Presentase jumlah
kurang dari tindakan keperawatan makanan yang di komsumsi
kebutuhan nutrisi pasien dapat setiap kali makanr, Timbang BB
tubuh b.d terpenuhi. tiap hari, R/Mengidentifikasi
Intake yang Objektif : Setelah dilakukan kemajuan atau penyimpangan
inadekuat tindakan keperawatan 3x24 dari kemajuan.
jam diharapkan nutrisi 2) Memberikan makan
pasien dapat terpenuhi. kesukaan pasien. R/ untuk
S: Pasien dapat meningkatkan napsu makan.
meningkatkan napsu makan. 3) Berikan perawatan Mulut
M: Pasien dapat tiap 4 jam jika sputum berbau
menghabiskan porsi makan busuk. Pertahankan kesegaran
yang diberikan. ruangan R/ bau yang tidak
A: Menyedikan makanan menyenangkan dapat
yang di sukai pasien. mempengaruhi napsu makan.
R: Pasien sudah bisa 4) Dukungan klien untuk
menghabiskan porsi makan mengonsumsi makanan tinggi
yang diberikan. kalori dan tinggi protein.
T: Porsi makan dapat R/peningkatan suhu tubuh
dihabiskan. meningkatkan metabolisme,
intake protein, vitamin,
Kriteria Hasil : intake Mineral, dan kalori yang
makanan meningkat, Tidak adekuat penting untuk aktivitas
ada penurunan berat bad an anabolik dan sintesis antibodi
lebih lanjut, menyatakan
perasaan sejahtera.

E. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan kondisi pasien dan dilakukan
selama 3 hari yaitu dari tanggal 30 – 02 November 2020, berdasarkan rencana tindakan yang
telah dibuat untuk setiap diagnosa keperawatan.
 Diagnosa keperawatan I : ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan penumpukan sekret.
Implementasi Pada tanggal 30 November 2020 : Jam 13 :10
mengkaji frekuensi/ kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Jam 13:25: Mengajarkan pasien batuk efektif dan napas dalam
 Diagnosa Keperawatan II : Hipertemi b.d Proses peradangan, Jam 13:35.
Memberikan kompres hangat (Suhu sebelumnya : 38,90C. Suhu sesudah
kompres 36,80C), Jam 13 :50 Menganjurkan pada pasien untuk banyak minum
air putih (1500-2000cc/24 jam)
 Diagnosa Keperawatan III : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Intake yang
inadekuat. Jam 13:35 Mengkaji pola makan klien : makan 3x/hari, jenis nasi,
sayur, daging, tempe dan tahu, porsi makan yang diberikan tidak habis, hanya
mampu menghabiskan 5 sendok, Jam 13:53. Menimbang berat badan pasien
dengan hasil 47 kg.
 Diagnosa Keperawatan IV : Gangguan pola tidur b.d Proses penyakit, Jam 13:15.
Mengkaji kebiasaan tidur pasien sebelum dan sesaat sakit. Pasien mengatakan
tidur malam 7 jam dan tidur siang 1-2 jam. setelah sakit pasien hanya bisa tidur
malam 3-4 jam sedangkan siang kurang dari 1 jam, Jam 13:40 Menganjurkan
klien relaksasi pada waktu akan tidur.

F. Evaluasi Keperawatan
Terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi untuk setiap diagnosa keperawatan.
Evaluasi ini dilakukan pada tanggal 30-02 November 2020.
 Diagnosa Keperawatan I : jam 14:00
Data Subjektif : Pasien mengatakan sesak napas, batuk positif dan sudah bisa mengeluarkan
lendir.
Data Objektif : Pasien tampak sesak, retraksi dinding dada, terdengar bunyi whezing pada
paru bagian kiri.
Assesment : Masalah belum teratasi
Planning : Intervensi 1-4 di lanjutkan.
 Diagnosa keperawatan II :Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
inadekuat, Jam 14.00
Data Subjektif : Pasien mengatakan tidak menghabiskan makanannya,
Data Objektif : Pasien hanya menghabiskan 5 sendok makanan
Assesment : Masalah belum terarasi.
Planning : intervensi 1-3 di lanjutkan.
 Diagnosa Keperawatan IV : Ganggua pola tidur b.d Proses penyakit Jam 14.00
Data subjektif : Pasien mengatakan Masih belum bisa tidur.
Data Objektif : Pasien tampak lemah, mata tampak cowong , konjungtiva anemis.
Assesment : Masalah belum teratasi.
Planning: Intervensi 1-4 di lanjutkan
Catatan perkembangan hari I Tanggal 30 November 2020,
 Diagnosa Keperawatan I : Ketidakbersihan jalan nafas b.d Penumpukan sekret. Jam
14:00.
Data Subjektif : Pasien mengatakan sesak nafas, batuk positif dan mengeluarkan dahak.
Data Objektif : Pasien tampak sesak nafas, serta batuk namun tidak mengeluarkan dahak.
Assasment : Masalah belum teratasi.
Planning : Intervens 1-4 dilanjutkan.
Implementasi 09.30 melatih nafas dalam dan batuk efektif.
Jam 11.00 Mengukur tanda-tanda vital ;
Tekanan darah : 110/90 mmHg.
Suhu : 36.50C.
Respirasi : 20x/menit.
Evaluasi ; Pasien sudah bisa mengeluarkan dahak sehabis latihan batu efektif
 Diagnosa Keperawatan II : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
inadekuat. Jam 14 .00.
Data Subjektif : Pasien mengatakan porsi yang disediakan tidak di habiskan.
Data Objektif : Pasien tampak makan cuman 1-5 sendok dan tak habiskan porsinya.
Assasment : Masalah belum teratasi.
Planning : Intervensi 1-3 dilanjutkan.
Implementasi : jam 11.56 Melayani pasien makan siang dan minum obat Ranitidin IV.
Jam 12 : 20 Mengukur berat badan pasien BB :46 kg.
Jam 13 : 40 Mendorong keluarga untuk mengonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi
protein,
Evaluasi : Pasien masih tidak menghabiskan porsi makannya atau cuman menghabiskan 1-5
sendok, berat badan pasien menurun yang semula 47 kg, turun menjadi 46 kg, aman.
Evaluasi ; Pasien masih belum bisa istirahat.
Catatan perkembangan hari ke II Tanggal 1 November 2020.
 Diagnosa Keperawatan I : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Penumpukan
sekret. Jam 14.00
Data Subjektif : Pasien mengatakan tidak nafas sesak lagi, serta batuk positif dan
mengeluaran dahak.
Data Objektif : Pasien tampak tidak sesak lagi dengan RR 20x/menit. Serta batuk
mengeluarkan dahak.
Assesment : Masalah teratasi sebagaian.
Planning : Intervensi 1-4 dilanjutkan.
Implementasi : 09.30 melatih nafas dalam dan batuk efektif.
Jam 11.00 Mengukur tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80mmHg.
Suhu; 36.50C,
Respirasi :21x/menit.
Evaluasi :Pernafasan pasien sudah kembali normal, serta sudah ada pengeluaran dahak.
 Diagnosa Keperawatan II : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
inadekuat. Jam 14.00.
Data Subjektif : Porsi yang diberikan di habiskan.
Data Objektif : Pasien tampak menghabiskan makanannya.
Assesment : Masalah belum teratasi.
Planning : Intervensi 1-3 dilanjutkan.
Implementasi : Jam 12.00 Melayani pasien makan siang.
Jam 13.30 Mengukur berat badan pasien.
Jam 13.40 Evaluasi : Pasien sudah menghabiskan porsi makannya. Berat badan pasien
meningkat dari 46 kg sampai 47 kg.
Catatan perkembangan hari ke III Tanggal 02 November 2020.
 Diagnosa keperawatan I : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Penumpukan
sekret. Jam 14.00
Data Subjektif : pasien mengatakan tidak nafas sesak lagi serta batuk positif dan
mengeluarkan dahak.
Data Objektif : Pasien tampak tidak sesak lagi dengan RR 20x/menit. Serta batuk
mengeluarkan dahak.
Assesment: Masalah teratasi sebagian.
Planning : intervensi 1-4 dilanjutkan.
Implementasi : 07.45 melatih nafas dalam dan batuk efektif.
11.00 mengukur Tanda-tanda vital :
Tekanan darah: 110/80mmHg.
Suhu : 36.50C
Respirasi rate : 19x/menit
Evaluasi : Pernafasan pasien sudah kembali normal. Serta batuk sudah berkurang
 Diagnosa keperawatan II : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
inadekuat. Jam 14:00.
Data Subjektif : Porsi yang diberikan dihabiskan.
Data Objektif : Pasien tampak menghabiskan makanannya.
Assesment : Masalah belum teratasi.
Planning : intervensi1-3 dilanjutkan.
Implementasi : Jam 12 melayani pasien makan siang.
Jam 13.10 mengukur berat badan pasien.
Evaluasi : Pasien sudah menghabiskan porsinya berat badan pasien 47 kg.

Anda mungkin juga menyukai