Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

THYPUS ABDOMINALIS

KELOMPOK 3 :
1. VERA
2. INDAH
3. PUTRI SIMBOLON
4. ELSIN
5. MARTA DAHLIA
6. CHOTIBUL
DEFINISI
 Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan
gangguan kesadaran.
 Penyakit ini lebih banyak menyerang pada
anak usia 12-13 tahun (70%-80%), pada
usia 30-40 tahun (10%-20%) dan diatas usia
40 tahun (5%-10%).
ETIOLOGI
a. Salmonella thyposa, basil gram negative
yang bergerak dengan bulu getar, tidak
berspora mempunyai sekurang-kurangnya
tiga macam antigen, yaitu :
- antigen O (somatik, terdiri dari zat
komplekkliopolisakarida)
- antigen H (flagella)
- antigen V1 dan protein membrane hialin
b. Salmonella parathypi A

c. Salmonella parathypi B
Paratyphoid B lebih sering terjadi di Eropa. Ini bisa
muncul sebagai penyakit seperti tifus, sebagai
gastroenteritis parah atau dengan ciri
keduanya. Herpes labialis, jarang pada demam tifoid
sejati, sering terlihat pada paratyphoid B. Jarang dapat
terjadi empiema subdural .  Diagnosis dengan isolasi
agen dalam darah atau tinja dan demonstrasi antibodi
antiBH dalam tes Widal. Penyakit ini merespon dengan
baik terhadap kloramfenikol atau kotrimoksazol .
 d. Salmonella parathypi C

Paratyphoid C adalah infeksi langka, umumnya terlihat


di Timur Jauh. Ini muncul
sebagai septikemia dengan abses metastasis . Kolesist
itis mungkin terjadi selama penyakit. Antibodi untuk
paratyphoid C biasanya tidak diuji dan diagnosis
dibuat dengan kultur darah. Terapi kloramfenikol
umumnya efektif.
PATOFISIOLOGI
 Penularan samonella thypi dapat ditularkan
melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu :
 Food (makanan)
 Fingers (jari tangan/kuku)
 Fomitus (muntah)
 Fly (lalat)
 Feces (tinja)
 Feses dan muntah pada penderita thpoid
dapat menularkan kuman Salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat
ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat
akan hinggap dimakanan yang akan
dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila
orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar kuman salmonella
thpyi masuk ke tubuh orang yang sehat
melalui mulut.
 Kemudian kuman masuk ke dalam lambung.
Sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limfoid.
Didalam jaringan limfoid ini kuman berkembang
biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai
sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk ke limpa,
usus halus dan kandung empedu.
 Semula disangka toksemia pada thypus
abdominalis disebabkan oleh endotoksemia.
Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental
disimpulkan bahwa endotoksemia bukan
merupakan penyebab utama demam pada
thypoid.
 Endotoksemia berperan pada patogenisis
thypoid, karena membantu proses imflamasi
lokal pada usus halus. Demam disebabkan
karena salmonella thypi dan endotoksinnya
merangaang sintesis dan pelepasan zat
pirogen oleh leukosit pada jaringan
meradang
GEJALA KLINIS
 Masa tunas 7-14 hari (rata-rata 3-30 hari), selama
inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal
tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :
- Perasaan tidak enak badan
- Lesu
- Nyeri kepala
- Pusing
- Diare
- Anoreksia
- Batuk
- Nyeri otot
Menyusul gejala klinis yang lain …
1. DEMAM
Demam berlangsung 3 minggu
 Minggu I : demam remiten, biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat
bpada sore dan malam hari
 Minggu I : demam terus
 Minggu III : demam mulai turun secara
berangsur-angsur
2. GANGGUAN PADA SALURAN PENCERNAAN
 Lidah kotor yaitu ditutpi selapaut kecoklatan

kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang


disertai tremor
 Hati dan limpa membesar yang nyeri pada

perabaan
 Tedapat konstipasi, diare
3. GANGGUAN KESADARAN
 Kesadaran yaitu apatis – somnolen
 Gejala lain ROSEOLA (bintik-bintik kemerahan

karena emboli hasil dalam kapiler kulit)


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Pemeriksaan darah tepi : ditemukan lekopenia,
limfositosis relatif, aneosinofilia,
trombositopenia, anemia
 Biakan empedu : basil salmonella thypi

ditemukan dalam darah penderita biasanya


dalam minggu pertama sakit
 Pemeriksaan WIDAL : Bila terjadi aglutinasi

1/200 ≥. Diperlukan titer antibodi terhadap


antigen yang bernilai 4 kali antara masa akut
dan konvalense mengarah atau peningkatan
kepada demam thypoid.
PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
 Tirah baring absolut selama 7 hari bebas
demam atau kurang lebih selama 14 hari
 Posisi tubuh harus diubah setiap saat, 2 jam
untuk mencegah dekubitus
 Mobilisasi sesuai kondisi
2. Diet
 Makanan diberikan secara bertahap sesuai

dengan keadaan penyakitnya (mula-mula


lunak-makanan biasa)
 Makanan mengandung cukup cairan, TKTP
 Makanan harus mengandung cukup cairan,

kalori, dan tinggi protein, tidak boleh


mengandung banyak serat, tidak merangsang
maupun menimbulkan banyak gas.
3. Obat
 Antimikroba : kloramfenikol, tiamfenikol,
cotrimoksazol
 Obat symptomatik : antipiretik-
kortikosteroid, supportif : vitamin-vitamin,
penenang : diberikan pada pasien dengan
gejala neuropsikiatri
KOMPLIKASI
 Komplikasi intestinal : perdarahan usus,
perforasi usus, ileus paralitik
 Komplikasi ekstra intestinal : darah, paru,

hepar, ginjal, tulang, neuropsikiatri


PENCEGAHAN
1. Penyediaan air minum yang memenuhi
syarat kesehatan
2. Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB)
yang hygiene
3. Pemberantasan lalat
4. Pengawasan terhadap rumah-rumah dan
penjual makanan
5. Pendidikan kesehatan pada masyarakat :
hygiene sanitasi, personal hygiene
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
infeksi salmonella thypi
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelemahan/bedrest
4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari
kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran
cairan yang berlebihan (diare/muntah)
INTERVENSI
Diagnosa 1 : Peningkatan suhu tubuh
 Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis

dan menyerap keringat


 Observasi TTV
 Memberikan kompres
Diagnosa 2 : Gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
 Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak

mengandung banyak serat, tidak merangsang


maupun menimbulkan banyak gas dan
hangat
 Beri makanan porsi kecil tapi frekuensi sering
 Kolaborasi : antasida dan nutrisi parenteral
Diagnosa 3 : Intoleransi aktifitas
 Beri motivasi pada pasien dan keluarga untuk

melakukan mobilisasi sebatas kemampuan


 Berikan latihan mobilisasi secara bertahap

sesudah demam hilang


Diagnosa 4 : Gangguan keseimbangan cairan
(kurang dari kebutuhan)
Observasi intake dan output
Anjurkan pasien untuk banyak minum
Kolaborasi : terapi cairan oral

Anda mungkin juga menyukai