Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

TUBERCULOSIS (TBC)

DOSEN:Ns.HJ.Zainar Kasim S.kep,M.kes

MK:Keperawatan Medikal Bedah I

DI SUSUN

OLEH:

KELOMPOK 2

1.Apriyani Nahrawi

2.Fiska Maida

3.Janet Ifana

4.Adistiy Mahrani Posuma

5.Aprilia Latif

PROGRAM STUDI:ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES)MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2019/2020
DAFTAR ISI

Halaman
judul........................................................................................................
Kata
pengantar.....................................................................................................
..

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang...............................................................................................
B. Rumusan
masalah..........................................................................................
C. Maksud dan
tujuan........................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI


1.1 Definisi penyakit
tuberculosis(TBC)...........................................................................
1.2 Etiologi penyakit
tuberculosis(TBC)...........................................................................
1.3 Patofis penyakit tuberculosis
(TBC).............................................................................
1.4 Manifestasi penyakit tuberculosis
(TBC)......................................................................
1.5 Pemeriksaan diagnostik penyakit tuberculosis
(TBC)....................................................
1.6 Komplikasi penyakit tuberculosis
(TBC)........................................................................
1.7 Klasifikasi penyakit. Tuberculosis
(TBC).......................................................................
1.8 Penatalaksanaan penyakit tuberculosis
(TBC)................................................................
1.9 Pathwey Penyakit tuberculosis
(TBC)............................................................................

BAB III Asuhan keperawatn(askep)TEORITAS

Asuhan keperawatan (askep) congestive heart failure (CHF)


A.Pengkajian.................................................................................................
................

B.Diagnosa....................................................................................................
................

C.Intervensi...................................................................................................
................

BAB IV PENUTUP
A. Kesempulan.......................................................................................
....
B. Saran.................................................................................................
.....
C. Daftar
pustaka........................................................................................

KATA PENGANTAR

Assalamu,alaikum warahmatullahai wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.tanpa pertolongn-nya tentunnya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi
muhammad SAW yang kita natikan syafa,atnya di akhirat nanti

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan


nikmat sehat-nya,baik itu berupa sehat fisik maupun akal
pikiran,sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah penyakit Congestive heart failure (CHF)

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua


pihak,demikian,Dosen yang memberi tugas ini IBU Ns.HJ.Zainar
kasim.S.kep,M.kes semoga makalah ini dapat bermanfaat
terimakasih.

Manado,15, 11 ,2019

BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Angka
kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Hal ini
dikarenakan ketika penderita TB paru batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka
memercikkan kuman TB paru atau bacilli ke udara. Seseorang dapat terpapar dengan TB paru
hanya dengan menghirup sejumlah kecil kuman TB. Kemudian data dari Depkes
menunjukkan pada tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000 diantaranya
perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan).

Menurut World Health Organization (WHO) menjabarkan pada tahun 2015 beban penyakit
tuberculosis di seluruh dunia mencapai sekitar 10,4 juta jiwa, Indonesia menjadi negara
dengan insiden TB tertinggi ke dua pada tahun 2015 sekitar 1 juta jiwa (Anthony, 2018, p.
57). Pada tahun 2014 di Provinsi Jawa Timur tedapat 22.244 jiwa yang mengalami penyakit
tuberculosis paru (Agustina, 2017, p. 87). Angka persebaran Tuberculosis di Kabupaten
Jember pada tahun 2015 BTA (+) sebanyak 527 jiwa (Hikma, 2016, p. 13).

B.RUMUSAN MASLAH

1.mengetahui apa itu penyakit TBC ?

2.mengetahui penyebab dari penyakit TBC ?

3.mengetahui tanda dan gejalah penyakit TBC ?

4.mengetahiu pencegahan dan pengobatan penyakit TBC ?

5.mengetahui perjalanan penyakit TBC ?

C.MAKSUD DAN TUJUAN

Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan dengan TB Paru dan mampu


mengaplikasikannya pada penderita TB Paru meliputi pengkajian, intervensi, implementasi
dan evaluasi keperawatan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

1.1defenisi penyakit TBC


Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi pada paru-paru dan kadang pada struktur-struktur
disekitarnya, yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis (Saputra, 2010).
Sedangkan menurut Rubenstein, dkk (2007), Tuberkulosis (TB) adalah infeksi batang
tahan asam-alkohol (acid-alcoholfast bacillus/AAFB) Mycrobacterium tuberkulosis
terutama mengenai paru, kelenjar getah bening, dan usus.
1.2 etiologi penyakit TBC
Penyebab tuberkulosis adalah mycrobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um (Amin dan Asril, 2007).

Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan
lebih tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang
menyukai daerah yang banyak oksigien, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi
kandungan oksigennya yaitu. daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada
penyakit Tuberkulosis.
1.3 patofisiologi penyakit TBC
Virus masuk melalui saluran pernapasan dan berada pada alveolus. Basil ini langsung
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit memfagosit bakteri namun tdak
membunuh, sesudah hari-hari pertama leukosit diganti dengan makrofag. Alveoli yang
terserang mengalami konsolidasi. Makrofag yeng mengadakan infiltrasi bersatu menjadi
sel tuberkel epiteloid. Jaringan mengalami nekrosis keseosa dan jaringan granulasi
menjadi lebih fibrosa dan membentuk jaringan parut kolagenosa, Respon radang lainnya
adalah pelepasan bahan tuberkel ke trakeobronkiale sehingga menyebabkan penumpukan
sekret. Tuberkulosis sekunder

muncul bila kuman yang dormant aktif kembali dikarenakan imunitas yang menurun
(Price dan Lorraine, 2007; Amin dan Asril, 2007).

1.4 manifestasi klinik penyakit TBC


Keluhan dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan, yang terbanyak adalah :
1.      Demam : subfebril, febril ( 40-41derajat C) hilang timbul.
2.      Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk membuang
/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulenta
(menghasilkan sputum)
3.      Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
4.      Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5.      Malaise : ditemukan beripa anorexia, nafsu makan menurun, BB menurun, sakir
kepala, nyeri otot, keringat diwaktu malam harinPenurunan nafsu makan Rasa kurang
enak badan (malaise) (Wahid & Suprapto, 2013, p. 165).

1.5 diagnostik penyakit TBC

Pemeriksaan fisik :
         Pada tahap dini sulit diketahui.
         Ronchi basah, kasar dan nyaring.
         Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara
umforik.
         Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
         Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
Pemeriksaan Radiologi :
         Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.
         Pada kavitas bayangan berupa cincin.
         Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi
Bronchografi :
Merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru
karena TB.
Laboratorium :
         Darah                    : leukosit meninggi, LED meningkat
         Sputum                  : pada kultur ditemukan BTA
         Test Tuberkulin     : mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)

1.6 komplikasi penyakit TBC

1. Hemoptisis berat (peradangan dari saluran nafas bawah)


2. Efusi pleura (penumpukan cairan yang melapisi paru-paru)
3. Malnutrisi (kekurangan nutrisi dalam tubuh)
4. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
5. Bronkiek tasis (peleburan bronkus setempat)
6. fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan) pada paru.
7. Pneumotorak (adaya udara di dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru (Wahid & Suprapto, 2013, p. 165).

1.7 klasifikasi penyakit TBC

1. Pembagian secara patologis


2. Tuberculosis primer (childhood tuberculsis)
3. Tuberculosis post primer (adult tuberculosis)
4. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
5. Tuberculosis minimal
6. Moderately advanced tuberculosis
7. Far advanced tuberculosis (Wahid & Suprapto, 2013, pp. 161-162

1.8 penatalaksanaan penyakit TBC

         Penyuluhan
         Pencegahan
         Pemberian obat-obatan :
1.      OAT (obat anti tuberkulosa) :
2.      Bronchodilatator
3.      Expektoran
4.      OBH
5.      Vitamin
         Fisioterapi dan rehabilitasi
         Konsultasi secara teratur
1.10 pengobatan penyakit TBC

Penyakit ini dapat disembuhkan dan jarang berakibat fatal jika penderita mengikuti saran dari
dokter. Prinsip utama pengobatan TBC (tuberkulosis) adalah patuh untuk minum obat selama
jangka waktu yang dianjurkan oleh dokter (minimal 6 bulan).

Apabila berhenti meminum obat sebelum waktu yang dianjurkan, penyakit TBC yang Anda
derita berpotensi menjadi kebal terhadap obat-obat yang biasa diberikan. Jika hal ini terjadi,
TBC menjadi lebih berbahaya dan sulit diobati.
Obat yang diminum merupakan kombinasi dari isoniazid, rifampicin, pyrazinamide dan
ethambutol. Sama seperti semua obat, obat TBC juga memiliki efek samping, antara lain:

 Warna urine menjadi kemerahan


 Menurunnya efektivitas pil KB, KB suntik, atau susuk
 Gangguan penglihatan
 Gangguan saraf
 Gangguan fungsi hati

Untuk penderita yang sudah kebal dengan kombinasi obat tersebut, akan menjalani
pengobatan dengan kombinasi obat yang lebih banyak dan lebih lama. Lama pengobatan
dapat mencapai 18-24 bulan.

Selama pengobatan, penderita TBC harus rutin menjalani pemeriksaan dahak untuk
memantau keberhasilann

1.9pathwey penyakit TBC


BAB III
ASUHAN KEPERAWAATN (ASKEP) PENYAKIT TUBERCULOSIS (TBC)
TEORITAS
A.PENGKAJIAN

1.   IDENTITAS KLIEN

Nama : No. RM :
Usia : Tgl masuk :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Agama :

Penyakit tuberculosis dapat menyerang semua jenis umur, mulai dari anak-anak sampai
dengan orang dewasa dengan komposisi antara laki-laki dan perempuan yang hampir sama
(Somantri, 2012, p. 68).

2. Status Kesehatan Saat Ini


3. Keluhan Utama

Biasanya yang muncul pada penderita TBC, yaitu: batuk darah, sesak nafas, nyeri dada,
demam, keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise (Muttaqin, 2012, p.
82).

Alasan Masuk Rumah Sakit

Biasanya pada pasien TBC ini mengeluh demam, batuk-batuk bercampur darah, sesak nafas,
nyeri dada, nafsu makan menurun inilah yang paling sering membawa penderita berobat
ketenaga kesehatan (Somantri, 2012, p. 69).

Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian riwayat penyakit sekarang dengan menggunakan PQRST dan berdasarkan


keluhan utama dapat lebih mudah perawat dalam melengkapi pengkajian.

 Provoking Incendet: peristiwa yang menjadi penyebab sesak nafas.


 Quality of Pain: rasa sesak nafas yang dirasakan seperti tercekik atau susah dalam
melakukan inspirasi.
 Region: rasa berat pada dada saat melakukan pernafasan.
 Severity (scale) of Pain: rasa sesak nafas yang dirasakan klien berdasarkan skala yang
sesuai.
 Time: rasa nyeri berlangsung secara terus menerus atau hilang timbul

(Muttaqin, 2012, p. 85).

4.Riwayat Kesehatan Terdahulu

5.Riwayat Penyakit Sebelumnya

Sebelumnya pasien pernah menderita tuberculosis paru, batuk lama pada masa kecil, dan
terjadi penularan dari orang lain (Muttaqin, 2012, p. 86).

6.Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit tuberculosis paru tidak di turunkan, tetapi penyakit ini pernah dialami oleh anggota
keluarga lainnya sebagai faktor  penularan (Muttaqin, 2012, p. 86).

Alergi

Adanya alergi atau tidak terhadap obat serta reaksi alergi yang timbul (Muttaqin, 2012, p.
86).

Kebiasaan

Merokok menyebabkan terjadinya patofisiologi di sistem pernafasan termasuk sistem


kekebalan tubuh dan mekanisme pembersihan patogen yang terinhalasi. Hal ini disebabkan
karena rokok mengandung 4.500 bahan kimia yang memiliki berbagai efek racun, mutagenik,
dan karsinogenik, seperti tar, karbonmonoksida, karbondioksida, nitrogek oksida dan lain-
lain (Wahyuni, M, 2016, p. 107).

Obat-obatan yang digunakan

Tanyakan obat-obatan apa saja yang biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu dan obat-
obatan ini meliputi obat OAT dan antitusif (Muttaqin, 2012, p. 86).

7.Riwayat Lingkungan

Biasanya timbul di lingkungan rumah dengan kepadatan tinggi dan tidak memungkinkan
sinar matahari masuk ke dalam rumah (Somantri, 2012, p. 68).
8.Pemeriksaan Fisik

1.Keadaan Umum

Keadaan umum dapat dilakukan dengan menilai keadaan fisik bagian tubuh dan juga
dilakukan penilaian kesadaran pasien yaitu compos mentis, apatis, somnolen, sopor,
soporokoma, atau koma (Muttaqin, 2012, p. 86).

Pemeriksaan tanda-tanda vital biasanya ditemukan adanya peningkatan suhu tubuh, frekuensi
meningkat apabila disertai sesak nafas, denyut nadi meningat seirama dengan peningkatan
suhu tubuh dan frekuensi pernafasan, dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya
penyakit penyulit seperti hipertensi (Muttaqin, 2012, p. 87).

Body System

 System Pernafasan

Inspeksi: bentuk dinding dada pectus karinatum

Palpasi: tanda-tanda adanya infiltrate luas atau konsislidasi, terdapat fremitus mengeras.
Pemeriksaan ekspansi pernafasan ditemukan gerakan dada asimetris.

Pada keadaan lanjut terjadi atropi retraksi intercostal dan fibrosis

Perkusi: bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak).

Auskultasi: ronchi basah, kasar, dan nyaring terjadi akibat adanya peningkatan produksi
secret pada saluran pernafasan.

Hipersonor/timpani bila terjadi kavitas yang cukup dan pada auskultasi dan memberikan
suara sedikit bergemuruh (umforik) (Somantri, 2012, pp. 69-10).

 System Kardiovaskuler

Terlihat adanya parut,dan kelemahan fisik, denyut nadi ferifer akan melemah, di karenakan
batas jantung mengalami pergeseran pada tuberculosis paru dengan efusi pleura masif
mendorong ke sisi sehat (Muttaqin, 2012, p. 88).
 System Pencernaan

Meningkatnya seputum pada saluran nafas secara tidak langsung akan mempengaruhi system
persyarafan khususnya saluran cerna. Klien mungkin akan mengeluh tidak nafsu makan
dikarenakan menurunnya keinginan untuk makan, disertai dengan batuk, pada akhirnya klien
akan mengalami penurunan berat badan yang siknifikan(badan terlihat kurus) (Somantri,
2012, p. 70).

 System Perkemihan

Urine yang berwarna jingga pekat dan berbau khas urin menandakan bahwa fungsi ginjal
masih normal sebagai ekskresi karena meminum OAT (Muttaqin, 2012, p. 88).

 System Persyarafan

Kesadaran biasanya compos mentis. Pada pengkajian data objektif, klien tampak dengan
wajah meringis, menangis, merintih, meregang apabila ditemukan gangguan perfusi jaringan
berat (Muttaqin, 2012, p. 88).

 System Muskuluskeletal

Pada pasien TB paru gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, pola hidup
menetap dan jadwal olahraga menjadi tidak teratur (Muttaqin, 2012, p. 89).

 System Inteegumen

Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB paru. Gejala yang muncul antara lain
kelemahan, kelelahan, insomnia (Muttaqin, 2012, p. 89).

 System Endokrin

Pada klien dengan tuberculosis paru biasanya tidak ditemukan gangguan pada sistem
endokrin, kemungkinan yang akan terjadi adalah hipoglikemi ini terjadi dikarenakan
menurunnya nafsu makan, perut mual dan muntah (Muttaqin, 2012, p. 89).

 System Imunitas
Sistem imun pada pasien TB paru biasanya melemah karena kekurangan asupan nutrisi untuk
mempertahankan daya tahan tubuh (Manurung, dkk, 2013, p. 106)

 System Hematologi

Biasanya dilakukan pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosa tuberculosis paru
dengan pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan
peningkatan imunoglobin terutama igG igA (Muttaqin, 2012, p. 94).

 System Reproduksi

Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia (Somantri, 2012, p. 69)

9.Pemeriksaan Penunjang

 Kultur sputum: menunjukkan hasil yang positif untuk mycobacterium tuberculosis


 Ziehl neelsen: positif untuk bakteri tahan asam (BTA)
 Skin test mantoux: reaksi positif mengindikasikan infeksi lama dan adanya anti body
tapi tidak mengindikasikan penyakit sedang aktif
 Foto rontgen dada: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di bagian
paru-paru bagian atas, dan cairan pada efusi.
 Histologi atau kultur jaringan: menunjukkan hasil positif untuk mycobacterium
tuberculosis.
 Elektrolit: pemeriksaan mungkin abnormal bergantung pada lokasi dan beratnya
infeksi
 ABGs: pemeriksaan mungkin abnormal, bergantung pada lokasi, berat, dan sisa
kerusakan paru.
 Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan paru
 Darah: leukositosis, laju endap darah (LED) meningkat.
 Tes fungsi paru: kapasitas vital akan mengalami penurunan, kapasitas total paru-paru
akan meningkat, dan saturasi oksigen menurun yang merupakan gejala skunder dari
fibrosis/infiltrasi parenkim paru (Somantri, 2012, pp. 70-71).
f.       Aspek Psikososial
         Merasa dikucilkan
         Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
         Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
         Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan
biaya yang bayak.
         Masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien.
         Tidak bersemangat, putus harapan.

B.DIAGNOSA

                  Menurut SDKI (2017) diagnosa keperawatan pada tuberculosis yang mungkin
muncul adalah:

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

Definisi: ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan nafas guna


mempertahankan jalan nafas yang paten.

Penyebab :

1. Spasme jalan nafas


2. Hiperskresi jalan nafas
3. Disfungsi neuromuskuler
4. Benda asing dalam jalan nafas
5. Adanya jalan nafas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hyperplasia dinding jalan nafas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
Gejala dan tanda mayor :

1. Subjektif : Tidak tersedia


2. Objektif : Batuk tidak efektif, Tidak mampu batuk, Sputum berlebih, Mengi,
Wheezing atau ronkhi kering

Gejala dan tanda minor :

1. Subjektif : Dispnea
2. Objektif : Gelisah, Sianosis, Bunyi napas menurun, Frekuensi napas berubah, Pola
napas berubah

Kondisi klinis terkait :

1. Infeksi saliran napas

(PPNI, 2017, p. 18).

2. Gangguan pertukaran gas

Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eleminasi karbondioksida pada


memberan alveolus-kapiler.

Penyebab :

1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2. Perubahan membrane alveolus-kapiler

Gejala dan Tanda Mayor

1. Subjektif : dispnea
2. Objektif :

 PCO2 meningkat/menurun
 PO2 menurun
 Takikardia
 Bunyi napas tambahan
 Ph arteri meningkat/menurun
Gejala dan Tanda Minor

1. Subjektif : pusing, pengelihatan kabur


2. Objektif :

 Sianosis
 Nafas cuping hidung
 Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal)
 Kesadaran menurun
 Gelisah
 Warna kulit kebiruan (misalnya: pucat, kebiruan)

Kondisi Klinis Terkait

1. Pneumonia
2. Tuberculosis paru

(PPNI, 2017, p. 22).

3. Defisit nutrisi

Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

Penyebab :

1. Ketidak mampuan mengabsorbsi nutrient


2. Peningkatan kebutuhan metabolisme

Gejala dan tanda mayor :

1. Subjektif : Tidak tersedia


2. Objektif : Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal

Gejala dan tanda minor :

1. Subjektif : Cepet kenyang setelah makan, Nafsu makan menurun


2. Objektif : Bising usus hiperaktif, Otot pengunyah lemah, Oton menelan lemah,
Membran mukosa pucat, Sariawan, Serum albumin turun, Rambut rontok berlebihan

Kondisi klinis terkait : Tuberkulosis Paru

(PPNI, 2017, p. 56)

4. Hipertermia

Definisi : Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh

Penyebab :

1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (misalnya : infeksi)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme

Gejala dan Tanda Mayor

1. Subjektif : tidak tersedia


2. Objektif : suhu tubuh diatas nilai normal

Gejala dan Tanda Minor

1. Subjektif : tidak tersedia


2. Objektif :

 Kulit merah
 Kejang
 Takikardi
 Takipnea
 Kulit terasa hangat

Kondisi Klinis Terkait


1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Dehidrasi

(PPNI, 2017, p. 284).

5. Resiko infeksi

Definisi: beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik

Faktor risiko :

1. Penyakit kronis (misalnya, diabetes mellitus)


2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :

Gangguan peristaltic, kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi ph, penurunan kerja
silaris, merokok.

1. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder :

Penurunan hemoglobin, imununosuprei, leukopenia, vaksinasi tidak adekuat.

Kondisi klinis terkait : Tuberkulosis Paru

(PPNI, 2017, p. 304).

BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Untuk perawatan pasien dengan TB Paru, harus ada kerjasama antara tenaga
kesehatan dan keluarga agar selalu memberikan informasi tentang perkembangan
kesehatan pasien dan memberi pendidikan kesehatan pada keluarga dan senantiasa
memotivasi pasien dan keluarga untuk selalu menjaga pola hidup dan kesehatan
pasien dan keluarga

B. SARAN

Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan kepada:

1. Pasien lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan halhal yang
menyimpang dari petunjuk dokter dan perawat

2. Keluarga senantiasa memotivasi pasien dan keluarga untuk selalu menjaga pola hidup dan
kesehatan pasien.

3. Perawat sebagai tim kesehatan sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
agar mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal.

4. Institusi pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan


dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung terciptanya pelayanan kesehatan
yang berkualitas

C.DAFTAR PUSTAKA

Amin, Zulkifli, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Dialih bahasakan
oleh Yasmin Asih. Jakarta : EGC.

Depkes RI. 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia. www.bppsdmk.depkes.go.id. Tanggal


diakses : 20 Maret 2011.

Doenges, Marilynn E, et al. 2005. Nursing diagnosis manual: Planning, individualizing, and
documenting client care. Philadelphia : F.A. Davis Company.

NANDA International. 2002. Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2009-2011.


Dialih bahasakan oleh Made Sumarwati, dkk. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Dialih bahasakan oleh Brahm U Pendit, dkk. Jakarta : EGC.

Potter, Patricia A dan Perry, Anne G . 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Dialih Bahasakan Oleh Yasmin, Asih, dkk. Jakarta :
EGC.

Rubenstein, David, dkk. 2007. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Dialih bahasakan oleh
Annisa Rahmalia. Jakarta : Erlangga.

Smeltzer, Suzanne C, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Volume 1. Edisi 8. Dialih bahasakan oleh Andry , dkk. Jakarta: EGC.

_______________________ 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan


Suddarth. Volume 1. Edisi 8. Dialih bahasakan oleh Andry , dkk. Jakarta: EGC.

Tierney, Lawrence M, dkk. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit Dalam). Dialih
bahasakan oleh Abdul Gofir, dkk. Jakarta : Salemba Medika.

Wilkonson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Dialih bahasakan oleh
Widyawati, dkk. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai