Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang

Seiring dengan

era globalisasi, profesi perawat telah mengalami perkembangan pesat.

Perawat masa kini sangat jauh berbeda dengan perawat masa lalu, dimana kini eksistensi mereka lebih diakui di dunia serta dianggap menjadi tenaga professional. Perawat tidak lagi dipandang sebelah mata, anggapan pembantu dokter pun sudah tidak berlaku lagi karena kini perawat merupakan mitra kerja, ia memiliki kedudukan yang sejajar dengan tenaga kesehatan lainnya. Hal tersebut telah berkembang di dunia, terlebih di Negara-negara maju seperti di Amerika dan Eropa. Dimana perawat sudah diakui sepenuhnya memiliki keahlian yang tidak dimiliki tenaga kesehatan lainnya. Selain itu kebanyakan dari mereka pun hidup sejahtera, mendapat kesempatan yang lebih untuk mengembangkan diri. Terbukti dengan dijadikannya perawat sebagai direktur rumah sakit dan menduduki jabatan lainnya, karena mereka sudah beranggapan bahwa perawat mampu untuk bersikap kritis dan juga lebih banyak interaksi dengan pasien. Hal ini pun tampak jelas dengan gaji perawat di luar negeri yang tidak main-main yaitu Menurut The Bureau of Labor Statistic, perawat RN dibayar rata-rata $52,330 tahun 2004. Sekitar 50 % mereka dibayar antara $43,370 dan $ 63,360 dan yang paling rendah yakni sekitar 10 % dibayar kurang dari $37,200 dan yang tertinggi sekitar 10 % dibayar lebih dari $74,760. Peningkatan gaji perawat bertambah sesuai bertambahnya pengalaman. apabila perawat bekerja shift dengan lembur maka gajinya bertambah di luar gaji dasar. Sedangkan perawat klinik spesialist sekitar $41,226, perawat administrator $45,071, perawat anestesi $113,000 dan perawat praktisioner $71,000.

Selain itu perawat merupakan profesi terbanyak di seluruh dunia, yaitu 2,6 juta RN dan semakin meningkat kebutuhannya di masa mendatang dan juga populasi terbanyak di Rumah sakit dan home care. Pertumbuhan populasi yang terus menerus, membuat perawat tidak pernah kekurangan pekerjaan. Namun ironisnya di Indonesia banyak lulusan perawat yang menganggur atau bahkan 1

jasa mereka tidak dihargai. Semua itu muncul karena pemerintah belum mampu menggaji perawat sesuai kebutuhan, sehingga jumlah perawat di rumah sakit pun tidak sebanding dengan banyaknya pasien. Atau bahkan karena standar perawat yang masih belum standar internasional sehingga sulit untuk bersaing di dunia luar. Hal inilah yang seharusnya disadari perawat di Indonesia mengingat di negara kita memiliki jumlah perawat yang sangat tinggi. Hendaknya perawat kita mengembangkan kemampuannya agar mampu menjadi seperti mereka yang ada di luar sana, lebih-lebih di era pasar global kita dituntut untuk memiliki standar internasional untuk mampu bersaing dengan perawat di seluruh dunia. Mengingat betapa pentingnya masa depan profesi keperawatan perlu adanya pengetahuan lebih mengenai hal-hal yang terjadi dalam profesi keperawatan secara luas yaitu baik trend maupun issue yang sedang berkembang sebagai awal untuk mencapai keberhasilan dengan peningkatan mutu keperawatan.Oleh karena itu penting bagi penulis untuk membahas tema ini dalam makalah kami. 1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah antara lain; 1. 2. 3. 1.3 Apa yang maksud dengan trand dan isue keperawatan? Apa saja yang menjadi trand dan isue perkembangan profesi keperawatan di dunia? Apa saja trand dan issue perkembangan profesi keperawatan di Indonesia? Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah antara lain;


1. 2. 3.

Mengetahui definisi trand dan issue keperawatan yang sebenarnya Mengetahui trend dan issue keperawatan yang sedang berkembang di dunia Mengetahui trend dan issue keperwatan yang berkembang di Indonesia

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Trand dan Isue Keperawatan Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta. Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya Trend dan issue keperawatan adalah masalah keperawatan yang saat ini terus dibicarakan oleh banyak orang baik merupakan fakta ataupun yang masih belum jelas faktanya. 2.2 Trand dan Isue Perkembangan Profesi Keperawatan di dunia A. Kondisi Profesi Perawat di dunia Pada masa ini Negara di dunia mengalami krisis tenaga kerja kesehatan, hal ini terjadi karena meluasnya kekurangan dari tenaga kerja kesehatan, hampir seluruhnya yang tercatat adalah perawat. Pada tahun 2006 WHO memperkirakan pengurangan global dari 4,3 juta tenaga kesehatan, 2,4 juta adalah perawat, bidan, dan ahli jiwa. Jika kita artikan maka itu artinya lebih dari milyaran orang tidak mempunya akses kesehatan. Banyak Negara yang mendapat dampak dari kekurangan tenaga kesehatan terutama di Afrika mengalami krisis. Kekurangan tenaga kesehatan termasuk perawat, menjadi salah satu 3

penghalang terbesar dalam visi Negara-negara masa kini. Kekurangan ini seakan menjadi tantangan bagi seluruh bangsa. Meningkatnya kekurangan ini telah menimbulkan pertanyaan penting tentang keselamatan kerja dan tanggung jawab. Jelas, keduanya menjadi sulit ketika terdapat kekurangan persediaan perawat untuk msyarakat dan Negara Hari ini semua masyarakat banyak menolak untuk bekerja menjadi perawat. Inilah yang terjadi sebenarnya dalam Negara maju dan berkembang. Hampir setiap perawat negeri menyediakan beban pelayanan kesehatan yang besar sekitar 80%. Di belahan dunia seperti Afrika yang terkenal dengan HIV/AIDS, penyebaran pekerjaan perawat mengalami kelemahan total. Dengan penuaan populasi global, seringkali pemenuhan perawatan tambahan dan untuk penyakit kronik, kita bertameng dengan tanaga perawat yang juga semakin tua. Di Canada 50% perawat dipekerjakan hari ini akan pensiun 10 tahun ke depan. Di tahun 2016 diprediksikan Kanada akan mengalami penurunan drastic perawat yaitu sejumlah 113.000. Dan situasi ini semakin serius di AS dimana diprediksikan akan terjadi penurunan drastic perawat sejumlah 800.000 dari satu juta perawat. Hari ini kekurangan dan sementara ribuan perawat di beberapa negara tidak bekerja, entah keduanya nyata atau palsu. Dahulu kekurangan, peningkatan permintaan atau penurunan ketersediaan adalah factor kontribusi yang utama. Tapi hari ini kita lihat kedua factor yang terjadi, penurunan jumlah perawat dan peningkatan jumlah permintaan pelayanan. Faktor apa saja yang meningkatkan permintaan, antara lain; -penuaaan populasi -Peningkatan pertumbuhan rata-rata populasi -Mulai tumbuhnya beban kronik penyakit yang tidak diketahui - Perawatan di rumah sakit yang singkat, mengakibatkan peningkatan perawatan akut -Terjadinya globalisasi dan berkembangnya sector swasta atau privatisasi, keduanya memperluas pasar buruh -Kepercayaan tinggi masyarakat kepada perawat, yang mengakibatkan penngkatan permintaan perawat sebagai poin primer dalam pelayanan kesehatan. -Mengubah dokter muda ke dalam kondisi kerja. -Meningkatkan mobilisasi

B. Globalisasi dalam keperawatan Tantangan internal profesi keperawatan adalah menngkatkan kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) tenaga keperawatan, sementara tantangan eksternal bagi setiap Negara adalah kesiapan profesi keperawatan untuk menerima paradigma baru sebagai akibat arus gloalisasi. Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005) Professional keperawatan adalah proses dinamis dimana profesi keperawatan yang telah terbentuk (1984) mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Globalisasi yang akan berpengaruh terhadp perkembangan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan ada 2 yaitu ; a. b. Tersedianya alternatif pelayanan persaingan penyelenggaraan pelayanan untuk menarik minat pemakai jasa pemakai kualitas Untuk hal ini berarti tenaga kesehatan, khususnya tenaga keperawatan diharapkan untuk dapat memenuhi standar global dalam memberikan pelayanan / asuhan keperawatan. Dengan demikian diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan professional dengan standar internasional dalam aspekintelektual,interpersonal dan teknikal, bahkan peka terhadap perbedaan social budaya dan mempunyai pengetahuan transtrutural yang luas serta mampu memanfaatkan alih IPTEK. Datangnya arus globalisasi memang tidk dapat dipungkiri di seluruh belahan dunia, ini membuat para perawat harus berkompetisi dengan terus meningkatkan mutu agar tidak tergilas arus globalisasi C. Liberalisasi perdagangan jasa pelayanan kesehatan

untuk memberikan jasa pelayanan kesehatan yang terbaik.

Adanya liberalisasi yang dianut sebagian besar Negara di dunia mengakibatkan jasa-jasa pelayanan kesehatan asing dengan mudah masuk ke negeri manapun, bukan hanya tenaga kerja namun bisa beralih ke rumah sakit dan yang lainnya. Tentu adanya hal ini membuat perawat di negeri manapun harus mampu bersaing baik dari segi bahasa maupun secara aspek legalnya yaitu UU di setiap Negara harus kuat sehingga dapat melindung mereka dan tidak tergusur di Negara sendiri, lebih-lebih bagi Negara berkembang. Hal ini semakin meyakinkan lagi mengingat terdapatnya perjanjian di kalangan Negara-negara berkembang dan Negara maju yaitu perjanjian GATS poin 4, dimana jasa pelayanan kesehatan juga merupakan hal yang diperdagangkan. Dan salah satu Negara yang ikut serta adalah Indonesia. Adapun tujuan liberralisasi kesehatan antara lain; Menghapuskan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan (trade barriers) di bidang jasa Mengembangkan aturan-aturan perdagangan jasa termasuk aturan-aturan domestik (domestic regulations) yang tidak menghambat perdagangan bidang jasa Hambatan perdagangan menyangkut akses pasar (market access) dan perlakuan nasional (national treatment) Lingkup perdagangan dan liberalisasi jasa menurut GATS

D . Masa Depan Perawat di Luar Negeri Kebutuhan Perawat Profesional (Registered Nurse) di Dunia 2020

Kebutuhan tenaga Perawat di negara maju seperti: Amerika, Canada, Eropa, Australia, Jepang dan Timur Tengah melonjak dengan drastis sejak tahun 1980. Diperkirakan bahwa kebutuhan tenaga di Amerika ditahun 1980 sekitar 200,000 perawat, dan kebutuhan ini akan melonjak menjadi 500,000 Perawat ditahun 2020 untuk mendukung kebutuhan pelayanan kesehatan di Amerika. Untuk seluruh negara maju diatas kebutuhan Perawat diperkirakan mencapai 1 juta Perawat Pada tahun 2020 (Atienza, 2004). Dua penyebab utama meningkatnya kebutuhan tenaga Perawat adalah penuaan penduduk dinegara maju, pertama karena meningkatnya usia maka kebutuhan pelayanan kesehatan juga akan meningkat, yang artinya meningkatnya kebutuhan Perawat. Kedua, menurunnya supply tenaga perawat dinegara maju tersebut karena generasi muda dinegara maju tersebut lebih suka menggeluti dunia bisnis, IT atau komunikasi dan tidak berminat untuk 6

menjadi Perawat lagi. Penyebab lain meningkatnya kebutuhan tenaga keperawatan ialah bencana alam/ kerusuhan yang terjadi di beberapa tempat di dunia, seperti peledakan bom di World Trade Center, peledakan bom di Saudi Arabia, bencana alam Tsunami, Katrina, dan semua kerusuhan/ bencana ini akan meningkatkan kebutuhan tenaga keperawatan. Kebutuhan perawat ini dipenuhi oleh Perawat dari negara berkembang yang mempunyai tenaga keperawatan yang sesuai dengan standar dunia. Tiga sumber utama tenaqga keperawatan dunia ialah dari Phillippine, India dan China. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, seharusnya mampu mengekspor tenaga keperawatan sesuai dengan kebutuhan dunia diatas. Mengapa kita tidak bisa mengirimkan tenaga keperawatan dengan standar dunia diatas? Perawat Indonesia hingga saat ini belum bisa bersaing dengan perawat Philippine dan India, karena faktor Bahasa Inggris sebagai media komunikasi di negara tujuan. Bahasa Inggris ini diukur dengan Nilai Test IELTS (International English Language Testing System) dengan Nilai Overall adalah 6,5. Test IELTS terdiri dari 4 komponen: a. Mendengar (30 menit), b) Membaca (60 menit), c) Menulis (60 menit), dan d) Bicara (15 menit). Di Indonesia IELTS tes dilakukan di IDP Education Australia di jalan Kuningan Jakarta, dan British Council di Jakarta. Faktor kedua, ialah Sertifikasi Keperawatan Internasional. Standar Perawat dalam dunia ialah lulusan Universitas yang bergelar Bachelor of Science in Nursing (BSN), dan mempunyai Sertifikasi RN (Registered Nurse). Perawat RN dari India, Malaysia akan diakui sertifikasinya oleh negara2 Commonwealth karena standar pendidikan keperawatannya sudah dibuat sama dengan standar Internasional. Demikian juga Perawat Phillippine, begitu mereka lulus BSN mereka mengambil Sertifikasi RN di Philippine yang diakui oleh dunia Internasional. Bahasa Inggris tidak menjadi masalah bagi mereka, karena mereka sehari-hari menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua mereka. Indonesia baru mengembangkan program Sarjana Keperawatan sejak 5 tahun yang lalu, dan dalam program pendidikannya memisahkan Program Pendidikan Sarjana Keperawatan (4 tahun) dimana lulusannya bergelar SKp (Sarjana Keperawatan). Setelah lulus para SKp mengambil Program Pendidikan Profesi Keperawatan (1,5 tahun) yang lulusannya bergelar Ners. Masalahnya, Gelar SKp dan Ners ini hanya berlaku di Indonesia, dan tidak diakui dunia Internasional.

Untuk mengukur kompetensi para perawat lulusan berbagai negara ini, maka Negara Amerika membuat Standar Kompetensi Keperawatan dengan melakukan Ujian NCLEX-RN (National Council License Examination - Registered Nurse). Ujian ini untuk Asia masih dilakukan di Hongkong. Tes ini untuk mengukur kompetensi perawat apakah mereka mempunyai pengetahuan dan skills untuk bekerja di Rumah Sakit di Negara Maju. Agar para Perawat kita mampu untuk lulus IELTS dengan nilai 6,5 dan lulus ujian NCLEX-RN, kita harus melakukan beberapa hal: a) Upgrade pendidikan Perawat profesional agar sesuai dgn standar Perawat Internasional, b) Upgrade training clinical skills Perawat agar mampu bekerja di RS Internasional, dan c) Mengirimkan perawat ke Negara Maju yang membutuhkan. 2.3 Trand dan Isue Perkembangan Profesi Keperawatan di Indonesia A. Gambaran Keperawatan di Indonesia Kondisi keperawatan di Indonesia memang cukup tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN seperti Piliphina, Thailand, dan Malaysia, apalagi bila ingin disandingkan dengan Amerika dan Eropa. Pendidikan rendah, gaji rendah, pekerjaan selangit inilah paradoks yang ada. Rendahnya gaji menyebabkan tidak sedikit perawat yang bekerja di dua tempat, pagi hingga siang di rumah sakit negeri, siang hingga malam di rumah sakit swasta. Dalam kondisi yang demikian maka sulit untuk mengharapkan kinerja yang maksimal. Apalagi bila dilihat dari rasio perawat dan pasien, dalam satu shift hanya ada 2-3 perawat yang jaga sedangkan pasien ada 2025 per bangsal jelas tidak proporsional(Yusuf,2006). Jumlah perawat yang menganggur di Indonesia ternyata cukup mencengangkan. Hingga tahun 2005 mencapai 100 ribu orang. Hal ini disebabkan kebijakan zero growth pegawai pemerintah, ketidakmampuan rumah sakit swasta mempekerjakan perawat dalam jumlah memadai, rendahnya pertumbuhan rumah sakit dan lemahnya kemampuan berbahasa asing. Ironisnya, data WHO 2005 menunjukkan bahwa dunia justru kekurangan 2 juta perawat, baik di 8

AS, Eropa, Australia dan Timur Tengah. Fakta lain di lapangan, saat ini banyak tenaga perawat yang bekerja di rumah sakit dan puskesmas dengan status magang (tidak menerima honor seperserpun) bahkan ada rumah sakit yang meminta bayaran kepada perawat bila ingin magang. Alasan klasik dari pihak rumah sakit mereka sendiri yang datang minta magang. Dilematis memang, tinggal di rumah menganggur , magang di rumah sakit/puskesmas tidak dapat apa-apa . Padahal kalau kita menyadari sebenarnya banyak sekali kesempatan dan tawaran kerja di luar negeri seperti :USA,. Canada, United Kingdom (Inggris), Kuwait, Saudi Arabia, Australia, New Zaeland, Malaysia, Qatar, Oman, UEA, Jepang, German, Belanda, Swiss (Yusuf, 2006). Kemampuan bersaing perawat Indonesia bila di bandingkan dengan negara-negara lain seperti Philipines dan India masih kalah . Pemicu yang paling nyata adalah karena dalam system pendidikan keperawatan kita masih menggunakan Bahasa Indonesiasebagai pengantar dalam proses pendidikan. Hal tersebut yang membuat Perawat kita kalah bersaing di tingkat global. Salah satu tolak ukur kualitas dari Perawat di percaturan internasional adalah kemampuan untuk bias lulus dalam Uji Kompetensi keperawatan seperti ujian NCLEX-RN dan EILTS sebagai syarat mutlak bagi seorang perawat untuk dapat bekerja di USA. Dalam hal ini kualitas dan kemampuan perawat Indonesia masih sangat memprihatinkan (Muhammad, 2005) Sejak disepakatinya keperawatan sebagai suatu profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983, terjadilah pergeseran paradigma keperawatan dari pelayanan yang sifatnya vokasional menjadi pelayanan yang bersifat professional. Keperawatan kini dipandang sebagai suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio,psiko,sosio dan spiritual yang komperehensif, dan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang baik yang sehat maupun yang sakit dan mencakup seluruh siklus hidup manusia . Sebagai profesi yang masih dalam proses menuju perwujudan diri, profesi keperawatan dihadapkan pada berbagai tantangan. Pembenahan internal yang meliputi empat dimensi domain yaitu; Keperawatan, pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan, dan praktik keperawatan. Belum lagi tantangan eksternal berupa tuntutan akan adanya registrasi, lisensi, sertifikasi, kompetensi dan perubahan pola penyakit, peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban, perubahan sistem pendidikan nasional, serta perubahan-perubahan pada suprasystem dan pranata lain yang terkait (Yusuf, 2006). 9

Keluarnya Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, UU No 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/2001 tentang registrasi dan praktik keperawatan lebih mengukuhkan keperawatan sebagai suatu profesi di Indonesia. Adanya Undang-undang No. 8 tahun 1999 tetang Perlindungan Konsumen semakin menuntut perawat untuk melaksanakan praktik keperawatan secara profesional menjadi suatu keharusan dan kewajiban yang sudah tidak dapat ditawar-tawar lagi. Penguasaan Ilmu dan keterampilan, pemahaman tetang standar praktik, standar asuhan dan pemahaman hak-hak pasien menjadi suatu hal yang penting bagi setiap insan pelaku praktik keperawatan di Indonesia (Yanto, 2001) Konsekuensi dari perkembangan itu harus ada jenjang karier dan pengembangan staf yang tertata baik, imbalan jasa, insentif serta sistem penghargaan yang sesuai dan memadai. Rendahnya imbalan jasa bagi perawat selama ini mempengaruhi kinerja perawat. Banyak perawat bergaji di bawah upah minimum regional (UMR). Sebagai gambaran, gaji perawat pemerintah di Indonesia antara Rp 300.000-Rp 1 juta per bulan tergantung golongan. Sementara perawat di Filipina tak kurang dari Rp 3,5 juta (Kompas, 2001) Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal dan teknikal, perawat di Indonesia juga harus mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan mengatur dirinya sendiri. Tetapi yang terjadi di lapangan sangat memilukan, banyak sekali rekan-rekan Perawat yang melakukan Praktek Pelayanan Kedokteran dan Pengobatan yang sangat tidak relevan dengan ilmu keperawatan itu sendiri. Hal tersebut telah membuat profesi Perawat di pandang rendah oleh profesi lain. Banyak hal yang menyebabkan hal ini berlangsung berlarut-larut antara lain: a. Kurangnya kesadaran diri dan pengetahuan dari individu perawat itu sendiri. b. Tidak jelasnya aturan yang ada serta tidak tegasnya komitmen penegakan hukum di Negara Republik Indonesia. c. Minimnya pendapatan secara finansial dari rekan-rekan perawat secara umum d. Kurang peranya organisasi profesi dalam membantu pemecahan permasalah tersebut.

10

e. Rendahnya pengetahuan masyarakat, terutama di daerah yang masih menganggap bahwa Perawat juga tidak berbeda dengan DOKTERatau petugas kesehatan yang lain (Muhammad, 2005) B. Kondisi Sistem Pendidikan Keperawatan di Indonesia Pengakuan body of knowledge keperawatan di Indonesia dimulai sejak tahun 1985, yakni ketika program studi ilmu keperawatan untuk pertama kali dibuka di Fakultas Kedokteran UI. Dengan telah diakuinya body of knowledge tersebut maka pada saat ini pekerjaan profesi keperawatan tidak lagi dianggap sebagai suatu okupasi, melainkan suatu profesi yang kedudukannya sejajar dengan profesi lain di Indonesia. Tahun 1984 dikembangkan kurikulum untuk mempersiapkan perawat menjadi pekerja profesional, pengajar, manajer, dan peneliti. Kurikulum ini diimplementasikan tahun 1985 sebagai Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tahun 1995 program studi itu mandiri sebagai Fakultas Ilmu Keperawatan, lulusannya disebut ners atau perawat profesional. Program Pascasarjana Keperawatan dimulai tahun 1999. Kini sudah ada Program Magister Keperawatan dan Program Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, Komunitas, Maternitas, Anak Dan Jiwa. Sejak tahun 2000 terjadi euphoria Pendirian Institusi Keperawatan baik itu tingkat

Diploma III (akademi keperawatan) maupun Strata I. Pertumbuhan institusi keperawatan di Indonesia menjadi tidak terkendali. Seperti jamur di musim kemarau. Artinya di masa sulitnya lapangan kerja, proses produksi tenaga perawat justru meningkat pesat. Parahnya lagi, fakta dilapangan menunjukkan penyelenggara pendidikan tinggi keperawatan berasal dari pelaku bisnis murni dan dari profesi non keperawatan, sehingga pemahaman tentang hakikat profesi keperawatan dan arah pengembangan perguruan tinggi keperawatan kurang dipahami. Belum lagi sarana prasarana cenderung untuk dipaksakan, kalaupun ada sangat terbatas (Yusuf, 2006). Saat ini di Indonesia berdiri 32 buah Politeknik kesehatan dan 598 Akademi Perawat yang berstatus milik daerah,ABRI dan swasta (DAS) yang telah menghasilkan lulusan sekitar 20.000 23.000 lulusan tenaga keperawatan setiap tahunnya. Apabila dibandingkan dengan jumlah kebutuhan untuk menunjang Indonesia sehat 2010 sebanyak 6.130 orang setiap tahun, maka akan terjadi surplus tenaga perawat sekitar 16.670 setiap tahunnya. (Sugiharto, 2005). 11

Salah satu tantangan terberat adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga keperawatan yang walaupun secara kuantitas merupakan jumlah tenaga kesehatan terbanyak dan terlama kontak dengan pasien, namun secara kualitas masih jauh dari harapan masyarakat. Indikator makronya adalah rata-rata tingkat pendidikan formal perawat yang bekerja di unit pelayanan kesehatan (rumah sakit/puskesmas) hanyalah tamatan SPK (sederajat SMA/SMU). Berangkat dari kondisi tersebut, maka dalam kurun waktu 1990-2000 dengan bantuan dana dari World Bank, melalui program health project (HP V) dibukalah kelas khusus D III keperawatan hampir di setiap kabupaten. Selain itu bank dunia juga memberikan bantuan untu peningkatan kualitas guru dan dosen melalui program GUDOSEN. Program tersebut merupakan suatu percepatan untuk meng-upgrade tingkat pendidikan perawat dari rata-rata hanya berlatar belakang pendidikan SPK menjadi Diploma III (Institusi keperawatan). Tujuan lain dari program ini diharapkan agar perawat tidak lagi menjadi perpanjangan tangan dokter ( Prolonged physicians arms) tapi sudah bisa menjadi mitra kerja dalam pemberian pelayanan kesehatan(Yusuf, 2006). Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan sisitem pendidikan keperawatan di Indonesia adalah UU no. 2 tahun 1989 tentang pendidikan nasional, Peraturan pemerintah no. 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi dan keputusan Mendiknas no. 0686 tahun 1991 tentang Pedoman Pendirian Pendidikan Tinggi (Munadi, 2006). Pengembangan sistem pendidikan tinggi keperawatan yang bemutu merupakan cara untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang profesional dan memenuhi standar global. Hal-hal lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu lulusan pendidikan keperawatan menurut Yusuf (2006) dan Muhammad (2005) adalah : 1. Standarisasi jenjang, kualitas/mutu, kurikulum dari institusi pada pendidikan. 2. Merubah bahasa pengantar dalam pendidikan keperawatan dengan menggunakan bahasa inggris. Semua Dosen dan staf pengajar di institusi pendidikan keperawatan harus mampu berbahasa inggris secara aktif 3. Menutup institusi keperawatan yang tidak berkualitas 4. institusi harus dipimpin oleh seorang dengan latar belakang pendidikan keperawatan 5. Pengelola insttusi hendaknya memberikan warna tersendiri dalam institusi dalam bentuk muatan lokal,misalnya emergency Nursing, pediatric nursing, coronary nursing.

12

6. Standarisasi kurikulum dan evaluasi bertahan terhadap staf pengajar di insitusi pendidikan keperawatan 7. Departemen Pendidikan, Departemen Kesehatan, dan Organisasi profesi serta sector lain yang terlibat mulai dari proses perizinan juga memiliki tanggung jawab moril untuk melakukan pembinaan. C. Regulasi Perawat Isu terbaru tentang regulasi perawat Indonesia ialah penerapan uji kompetensi untuk setiap perawat yang akan diwisuda, dimana ini sama halnya dengan ujian nasional perawat. Secara singkat gambaran regulasi perawat yaitu; Alur registrasi Tenaga Kesehatan melalui Uji kompetensi 1. 2. Pasca Ujian akhir Sertifikasi (Uji kompetensi) Uji kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, ketrampilan,dan sikap tenagakesehatan sesuai dengan standar profesi. Sertifikasi kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seseorang tenaga kesehatan untuk dapat menjalankan praktik dan atau pekerjaan profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi. 3. 4. Mendapat ijazah dari pihak institusi Registrasi (STR) Reegistrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah memilki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/ atau pekerjaan profesinya. Surat tanda registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi 5. Lisensi (SIP, SIK)

13

SIK adalah buktitertulis yang diberikan kepada tenaga kesehatanyang sudah memenuhi persyaratan untuk bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan SIP adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga kesehatan yang sudah memenuhi persaratan untuk menjalankan praktik mandiri.

D. Pembangunan Kesehatan dalam Negeri

Pada era ini pemerintah berusaha membangun kesehatan menjadi lebih baik dengan menyelaraskan jumlah, jenis,mutu dan penyebaran tenaga kesehatan secara merata termasuk perawat. Rencananya akan dibutuhkan sekitar 387.783 perawat yang akan diangkat dalam program ini, berupa penerapan desa siaga dan sebagainya. Hal ini berkaitan dengan visi dan misi Kementrian kesehatan 2010-2014, yaitu: Misi :
1. Meningkatkan derajad kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,

termasuk swasta dan masyarakat madani. 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan 3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik

Visi: Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan

14

Tag line Menteri Kesehatan: 1. Pro rakyat, yaitu mendahulukan kepentingan rakyat tanpa membedakan suku,agam, golongan dan status social ekonomi 2. Inklusif, yaitu melibatkan semua pihak 3. Responsif, yaitu sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat 4. Efektif, yaitu hasil yang significan, sesuaidengan target yang ditetapkan dan bersifat efisien. 5. Bersih, yaitu penyelnggaraan kesehatan bebas KKN, transparent dan akuntabel.

E. Mengirim Perawat Indonesia ke Luar Negeri Kebutuhan Perawat Profesional (Registered Nurse) di dunia Barat (Amerika, Eropa, Australia, Canada, Jepang) meningkat dengan pesat, sejalan dengan penuaan usia baby boomer dan menurunnya keinginan menjadi Perawat pada generasi muda di Barat. Diperkirakan di Amerika saja kekurangan perawat profesional berkisar antara satu juta orang ditahun 2015 nanti. Pada saat ini kekurangan perawat ini ditutup oleh perawat dari tiga negara Asia, yaitu: Filipina, China dan India. Padahal secara demografis, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang terbesar keempat didunia, sehingga peran Indonesia dalam memasok tenaga Perawat Profesional keluar negeri adalah hal yang dapat dan bisa dilaksanakan. Dari sudut supply terlihat besarnya jumlah Akademi Perawat yang mendidik Perawat D3, yang berjumlah lebih dari 1000 Akper diseluruh Indonesia. Jumlah Sarjana Keperawatan masih relatif kecil, karena Program Studi Sarjana Keperawatan baru sekitar duapuluhan, dan baru dimulai sejak 5 tahun yang lalu. Namun kelemahan mendasar ialah para lulusan Perawat ini standar kompetensinya tidak diakui oleh dunia Internasional. Sebagai contoh lulusan Perawat Malaysia diakui oleh Negara Commonwealth, dan lulusan Filipina langsung bisa bekerja di Amerika dan Eropa. Kelemahan kedua ialah kemampuan bahasa Inggris yang lemah, yang dibutuhkan dalam kompetisi tingkat internasional.

15

Kelemahan lain ialah profesionalisme dunia keperawatan di Indonesia. Secara teoritis, Perawat ialah profesi yang terjepit diantara dua kekuasaan, yaitu Manajer dan Dokter. Bila Manajer RS mengharuskan perawat mematuhi sistem dan prosedur, maka Dokter akan meminta agar Perawat menyediakan apa yang diminta secara cito (segera). Secara historis, juga para dokter lebih melihat Perawat sebagai pembantu mereka, sehingga Perawat Indonesia lebih menguasai prosedur medis daripada asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab mereka.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 16

Trend dan issue keperawatan adalah masalah keperawatan yang saat ini terus dibicarakan oleh banyak orang baik merupakan fakta ataupun yang masih belum jelas faktanya. Di dunia ini telah berkembang trend dan issue kekurangan tenaga perawat di berbagai belahan dunia yang disebut sebagai krisis perawat. Hal sangat bertolak belakang dengan keadaan di Indonesia, dimana ribuan perawat menganggur karena kurang ketersediaan lapangan pekerjaan. Seharusnya adanya trend dan isu globalisasi dan liberalisasi pelayanan kesehatan dapat menjadi senjata bagi Indonesia untuk mampu mendistribusikan perawat dalam negeri bukan sebaliknya. Indonesia kini sudah mulai bergerak maju dengan mulai diperbaikinya system regulasi mapun pembangunan kesehatan yang tak lain hanya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 3.2 Saran Adapun saran penulis antara lain: 1. Dengan adanya kekurangan tenaga perawat di berbagai Negara hendaknya perawat Indonesia mampu mengambil kesempatan untuk bekerja di luar negeri guna mengurangi angka pengangguran perawat di dalam negeri. 2. Pembanguanan kesehatan terutama pengalokasian tenaga perawat hendaknya dilakukan secara merata di seluruh Indonesia. 3. Pendidikan keperawatan berbasis Internasional hendaknya diterapkan sejak dini, terutama pendalaman bahasa seperti bahasa Inggris, Jepang dan Arab 4. Dalam mengahadapi arus globalisasi dan liberalisasi jasa pelayanan kesehatan, hendaknya pemerintah dapat memperioritaskan perawat dalam negeri. 5. Hendaknya perawat dan segenap pihak yang terkait terus berusaha meningkatkan mutu keperawatan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

17

Hiroco-Minami-Icn-Speechen-Pdf. Diakses pada tanggal 18 Desember 2011 pukul 17.15 Masa-Depan-Profesi-Keperawatan (jurnal).pdf. diakses pada tanggal 13 Desember 2011pukul 11.00 http://content.healthaffairs.org/content/23/3/69.full diakses pada tanggal 18 Desember 2011 pukul 17.15 WIB http://ners-cbm-sholihah.blogspot.com/2011/03/dampak-globalisasi-pada-pelayanan.html diakses tanggal 18 Desember pukul 17.00 http://rab3ean.blogspot.com/2011/05/issue-legal-dan-tantangan-dalam-profesi.html diakses tanggal 13 Desember 2011 jam 11.25 http://www.depkes.go.id/indonesiasehat.html diakses tanggal 13 Desember 2011 jam 11.30 http://blogs.unpad.ac.id/Nursing_Issues/?page_id=9 diakses pada tgl 13 desember 2011 pukul 11.30

18

Anda mungkin juga menyukai