Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perdarahan Postpartum
Perdarahan yang lebih dari 300 ml setelah kelahiran dianggap berlebihan.
Sesuai konvensi internasional, kehilangan darah 500 ml atau lebih diartikan
sebagai perdarahan. Perdarahan postpartum atau pasca melahirkan adalah
perdarahan setelah kelahiran plasenta.(EGC, 2007)
Selain itu perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya darah
500 ml atau lebih dari organ-organ reproduksi setelah selesainya kala tiga
persalinan (ekspulsi atau ekstraksi plasenta dan ketuban). Normalnya, perdarahn
dari tempat plasenta terutama dikontrol oleh kontraksi dan retraksi anyaman seratserat otot serta agregasi trombosit dan thrombus fibrin di dalam pembuluh darah
desidua. .(Benzion Taber, 1994: 357)
Pada umumnya perdarahan postpartum dikenal menjadi dua jenis
perdarahan sesuai dengan kejadianya, menurut

Benzion Taber (1994:357)

perdarahan postpartum diklasifikasikan sebagai berikut;


1. Perdarahan postpartum dini
Perdarahan postpartum dini adalah perdarahan yang berlebihan selama
24 jam pertama setelah kala tiga persalinan selesai.
2. Perdarahan postpartum lanjut
Perdarahan postpartum lanjut adalah perdarahan yang berlebihan
selama masa nifas, termasuk periode 24 jam pertama setelah kala tiga
persalinan selesai.
Disamping mengetahui jenis perdarahan postpartum, hal yang sangat
penting untuk diketahui juga adalah penyebab perdarahan postpartum, hal ini
disebabkan oleh berbagai factor baik secara langsung (primer) maupun tidak
langsung. Penyebab primer adalah penyebab yang paling beresiko tinggi, karena
secara langsung menyebabkan perdarahan, diantaranya;

1. Atonia Uterus
Uterus benar-benar kehilangan tonus otot karena miometrium gagal
berkontraksi dan beretraksi saat atau setelah plasenta lepas. Ruptur
pembuluh darah, yang sering terjadi di tempat perlekatan plasenta pada
kala tiga persalinan normal, tidak terkompresi oleh gerakan ligasi
serabut miometrium dan perdarahan tidak terkontrol. Perlu diingat
bahwa dalam kehamilan paling tidak 500 ml darah melewati plasenta
setiap menit sehingga atonia dapat mengakibatkan kehilangan darah
yang cepat dan hebat jika gerakan uterus yang efisien tidak segera
terjadi. Atonia uterus sering dikaikan dengan dengan pelepasan
plasenta yang tidak lengkap, retensi kotiledon, selaput ketuban atau
bekuan darah, persalinan presipitatus atau lama, plasenta previa atau
solution plasenta, anesthesia umum, atau kesalahan penatalaksaan kala
tiga, terkadang etiologinya tidak diketahui.
2. Vasa Previa
Vasa previa dikaitkan dengan insersi velamentosa tali pusat ke dalam
plasenta letak rendah. Pembuluh darah janin mengalir melalui selaput
antara tali pusat dan plasenta terletak pada segmen bawah di depan
presentasi janin. Jika ketuban pecah, pembuluh darah janin juga dapat
rupture sehingga mengakibatkan perdarahan hebat pada janin.
3. Peningkatan tekanan darah
Solusio plasenta ditemukan berkaitan dengan 40-50% kasus ibu
yang mengalami hipertensi yang lebih dari 140/90 mmHg. Penting
diingat dalam penatalksanaan hemoragi maternal baik sebelum
maupun sesudah kelahiran bahwa pre-eklamsia dapat mengancam
sedikitnya dalam 2 jam sehingga seorang ibu yang datang dengan
diagnosis primer hemoragi
4. Polihidramion atau Kehamilan Multipel
Jika ketuaban pecah saat persalinan pada kasus polihidramion atau
setelah kelahiran bayi pertama dalam kehamilan multiple, penyempitan
rongga uterus yang mendadak dan luas dapat menjadi presipitasi
pelepasan plasenta. Saat uterus sangat tertegang dalam kehamilan, sel
otot menjadi kurang mampu berkontraksi dan beretraksi secara efisien

pada kala tiga persalinan. Oleh karena itu, penyebab hemoragi


postpartum pada kondisi tersebut adalah atonia uteri.
5. Seksio sesarea sebelumnya.
Riwayat peningkatan angka seksio sesaria saat ini mengakibatkan
begitu banyak pertanyaan yang diajukan tentang pengaruh pada
kehamilan selanjutnya dengan adanya jaringan parutdi uterus.
6. Persalinan lama
Persalinan lama dicirikan dengan kontraksi yang lemah dan tidak
beraturan. Dehidrasi, ketosis dan kelemahan dapat berperan sehingga
otot uterus menjadi letih, inersia yang terjadi dapat mengakibatkan
atonia uterus.
7. Penggunaan prostaglandin dan Syntocinon secara tidak bijaksana
Hemoragis postpartum dapat terjadi jika infuse syntocinon dihentikan
segera setelah bayi lahir dan jika oksitosin yang diproduksi secara
alami tidak memadai, serbut otot uterus yang relaksasi memungkinkan
keluarnya darah berlebihan dari pembuluh darah plasenta yang baru
saja terlepas.
8. Persalinan Presipatatus
Kerja uterus berlebihan pada kala satu dan kala dua persalinan dapat
mengakibatkan kegagalan retraksi otot uterus pada kala tiga sehingga
terjadi hemoragi pascapartum.
9. Kelahiran Supinasi
Posisi melahirkan ibu yang tegak lurus, organ abdomen ibu secara
alami mengakibatkan kompresi uterus terhdap dasar panggul. Jika ia
melahirkan dengan posisi supinati atau semi rekumben tidak dapat
mendapatakan keuntungan tersebut. Pemilihan posisi ibu dalam
melahirkan merupakan salah satu dari banyaknya pilihan tindakan
yang dapat dilakukan dalam mencegah hemoragic akibat atonia.
10. Pelahiran Instrumental
Pelahiran dengan ventouse dan forcep juga menjadi predisposisi untuk
hemoragi pascapartum. Pelahiran ini juga menjadi factor predisposisi
karena irama alami persalinan dihilangkan oleh kelahiran yang sengaja
dipercepat dan perlunya uterus berkontraksi dan beretraksi segera.
11. Pelahiran sesar

Kelahiran sesar selalu berkaitan dengan kehilangan darah yang relative


banyak karena sejumlah jaringan diinsisi untuk menggapai bayi.
Khususnya dalam pembedahan efektif, kadar oksitosin ibu rendah
sehingga meningkatkan resiko atonia uteri.
12. Kesalahan penatalksanaan Kala III Persalinan
Semuanya mempengaruhi ritmis normal yang dirancang untuk
mengkoordinasikan kontraksi dan retraksi otot yang tepat dengan
pelepasan plasenta, tanpa pemberian oksitosin.
13. Anestesia Umum
Anastesi umum dapat mengakibatkan relaksasi otot uterus.
14. Gangguan Pembekuan
Koagulapati intravascular desiminata (DIC) merupakan kondisi akut
terjadi jika ada area kerusakan jaringan yang luar.
(EGC, 2007:191)
Sebagaimana uraian di atas perdarahan postpartum memiliki banyak
penyebab, akan tetapi penyebab yang paling sering terjadi dalam berbagai kasus
adalah perdarahan postpartum akibat atonia uteri. Pada perdarahan akibat atonia
uteri ini pada saat pemeriksaan obsterik, uterus akan lembek dan membesar.
Munculnya perdarahan postpartum dapat diketahui melalui berbagai tanda
dan gejala yang beragam, namun manifestasi klinik yang paling utama yaitu
munculnya hal-hal sebagai berikut;
1.
2.
3.
4.
5.

perdarahan yang tidak dapat dikontrol


Penurunan tekanan darah
Peningkatan curah jantung
Penurunan hitung sel darah merah (hematocrit)
Pembengkakan dan nyeri jaringan daerah vagina dan sekitar perineum

Akan tetapi perdarahan postpartum dapat berupa perdarahan yang hebat


dan menakutkan, sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh ke dalam keadaan
syok. Atau dapat berupa perdarahan yang perlahan-lahan tapi terjadi terusmenerus, sehingga akhirnya menjadi banyak dan menyebabkan ibu lemas ataupun
jatuh ke dalam syok.

Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan


tekanan darah, nadi dan nafas cepat, pucat, extremitas dingin, sampai terjadi syok.
Namun yang perlu diketahui tanda dan gejala yang muncul tidak terlepas dari
penyebab perdarahan.
Selain itu penegakan diagnose perdarahan postpartum harus didukung oleh
pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah lengkap yang bertujuan untuk
evaluasi hemoglobin dan hemotokrit untuk menemukan perdarahan dan anemia.
Peningkatan penghitungna leukosit dapat disebabkan oleh infeksi, atau
peningkatan normal yang menyertai persalinan dan kelahiran yang baru terjadi.
Sehingga dengan adanya hasil lab dapat mendukung diagnose, selain itu penyebab
perdarahan pun akan mudah untuk diketahui.
2.2 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Perdarahan postpartum memiliki berbagai metode penanganan tergantung
dari penyebabnya. Akan tetapi ketika terjadi perdarahan yang memberikan
pengaruh secara keseluruhan adalah otot-otot dan agregasi trombosit (mekanisme
pembekuan darah) yang berada pada pembuluh darah, terutama di sekitar uterus.
Secara umum perdarahan dapat dikurangi secara alami, karena tubuh
memilki proteksi sendiri terhadap berbagai hal yang mengancam nyawa. Namun
mekanisme tersebut dapat diperkuat dengan memberikan managemen perdarahan
yang tepat, salah satu yang dapat dilakukan sebagai pendukung tindakan adalah
intervensi Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dimana ini bertujuan untuk merangsang
pengeluaran oksitosin sehingga dapat membantu mengurangi perdarahan pada
ibu.
Adapun Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi
dengan nalurinya sendiri menyusu dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan
dengan kontak kulit (skin to skin contact) antara kulit ibu dengan bayinya
(Nurtjahjo dan Paramita, 2008 dalam Sunansari, 2008 ).

Pada dasarnya IMD dalam perdarahan postpartum memilki manfaat,


diantaranya:
1. Menyebabkan rahim kontraksi yang membantu pengeluaran plasenta
dan mengurangi perdarahan.
2. Merangsang hormon lain, yang membuat ibu menjadi tenang, rileks
dan mencintai bayinya sehingga mengurangi resiko perdarahan
berlebih.
IMD sangat penting untuk dilaksanan melihat manfaat yang diberikan
terutama bagi ibu, sehingga pengetahuan tentang tata cara dan proses yang terjadi
sangat penting pula untuk diketahui oleh perawat maupun bidan. Adapun tahapantahapan IMD menurut Roesli (2008) antara lain:
1. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan
2. Sebaiknya, hindari penggunaan obat kimiawi karena obat kimiawi yang
diberikan saat ibu melahirkan dapat mencapai janin melalui ari-ari dan
menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu.
3. Segera setelah bayi dilahirkan, menangis, dan mulai bernafas :
1) Bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering
2) Keringkan secepatnya dengan kain lembut seluruh tubuh kecuali
kedua tangannya. Jangan hilangkan lemak putih (vernix) di tubuh
bayi karena akan berfungsi sebagai pelindung bayi.
3) Setelah tali pusat dipotong dan diikat, tanpa di bedong,
tengkurapkan bayi dalam keadaan telanjang di dada atau perut ibu
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimuti keduanya. Bila
perlu, tutupi kepala bayi untuk mengurangi pengeluaran panas
kepalanya.
4) Biarkan bayi mencari sendiri putting susu ibu. Ibu dapat membantu
bayi dengan sentuhan lembut tapi jangan memaksakan bayi ke
putting susu.
5) Tendangan lembut, tekanan kaki bayi ke perut ibu akan membantu
kontraksi rahim untuk mengeluarkan plasenta
perdarahan.

dan mengurangi

6) Remasan tangan bayi pada daerah puting, hentakan kepala ke dada


ibu, perilaku bayi menoleh ke kiri dan ke kanan yang menggesek
payudara ibu akan merangsang pengeluaran ASI lebih cepat dan
mengerutkan rahim.
7) Ajak suami atau keluarga untuk meningkatkan rasa percaya diri ibu
dan bersama ibu mengenali tanda-tanda bbayi siap menyusus (isap
tangan, buka mulut mencari putting, dan keluar air liur)
8) Dalam upaya mencari putting susu, bayi sering menjilati kulit ibu.
Hal ini sangat bermanfaat dalam membentuk kekebalan tubuh bayi.
9) Setelah bayi berada di dekat putting, bayi mengeluarkan air liur,
menjilati puting, dan membuka mulut lebar. Biarkan bayi
mengulum putting ibu dan menghisapnya. Hisapan bayi pada
putting ibu ini membantu mengerutkan rahim (hormon oksitosin)
sehingga mengurangi perdarahan.
10) Biarkan bayi tetap tengkurap dengan tubuh bayi menempel pada
dada ibu sampai bayi selesai menyusu pertama dan melepas puting.
11) Dalam menyusu pertama bayi memperoleh kolostrum yang kaya
akan protein, serta zat kekebalan tubuh yang sangat berguna untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi.
12) Proses di atas dimulai segera dan berlangsung minimal satu jam
sejak bayi lahir.
4. Bayi tidak dipisahkan dari ibunya (rawat gabung) dan berada dalam
jangkauan ibu selama 24 jam. Dengan melakukan IMD, ASI akan
keluar lebih cepat dan banyak. Ketika baru lahir, bayi hanya
memerlukan ASI. Makanan atau minuman selain ASI hanya membebani
kerja lambung dan saluran pencernaan lain serta ginjal bayi.
Selain itu hal yang sangat penting juga adalah mengenal 5 perilaku penting
sebelum bayi berhasil menyusu (Pre Feeding Behavior) antara lain:
1. Dalam 30 menit pertama bayi umumnya berada dalam keadaan
istirahat/ diam atau dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage). Bayi
diam tak bergerak dan sesekali membuka lebar matanya untuk melihat

ibunya. Masa tenang merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan


dalam kandungan ke keadaan luar kandungan.
2. Selanjutnya, dalam 30-40 menit berikutnya, bayi akan mengeluarkan
suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, menjilat tangan.
Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya.
Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Selain
itu, bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan
payudara dan putting susu ibu.
3. Secara naluriah, ketika mencium

bau

payudara,

bayi

mulai

mengeluarkan air liur.


4. Bayi mulai bergerak kearah payudara dengan kaki menendang-nendang
perut ibu, sambil menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala
ke dada ibu, menoleh ke kiri dan ke kanan, serta menyentuh dan
meremas daerah putting susu dan tangannya.
5. Terakhir, bayi akan menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka
mulut lebar, dan melekat dengan baik pada putting sang ibu.
Tahapan-tahapan tersebut dilalui bayi pada proses IMD, dan hal-hal
tersebut lah yang memberikan pengaruh yang besar bagi ibu. Karena dengan
dilakukannya IMD salah satu manfaat yang akan diperoleh adalah mengurangi
perdarahan pada ibu. Hal ini terjadi karena salah satu urotonika yang sering
diberikan pada saat memasuki kala III atau postpartum adalah suntikan oksitosin.
Hormon oksitosin diharapkan dapat merangsang uterus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta. Jika oksitosin tidak tersedia, merangsang
payudara ibu dapat dilakukan atau menyusukan bayi guna mengahsilkan oksitosin
alamiah, hal inilah yang dikenal dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Kontraksi
uterus sangat diperlukan untuk proses involusi yaitu proses kembalinya uterus ke
keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah
placenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Biasanya uterus tidak bisa
dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 post partum. Selain itu juga ditunjukkan
dengan adanya perubahan lochea secara bertahap. (Bobak, Lowdermilk & Jensen,
2005 di dalam Purwarini, Justina, at al, 2011).

Salah satu upaya untuk merangsang kontraksi uterus adalah dengan


pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara dini. Pada proses menyusui, Oksitosin tidak
hanya menyebabkan kontraksi otot-otot myoepitel di sekitar alveoli mamae, tetapi
juga memberikan efek pada reflek neuroendokrin, memproduksi anagetik,
mengurangi respon stres dan kecemasan, menyebabkan kontraksi uterus (involusi
uteri) dan berperan meningkatkan perilaku bonding ibu dan bayi (Gimpl &
Fahrenholz, 2001 di dalam Purwarini, Justina, at al, 2011).
Insting dan refleks bayi yang sangat kuat dalam satu jam pertama
menghisap diharapkan akan member stimulus bagi kelancaran pemberian ASI
selanjutnya sehingga ASI eksklusif dapat diberikan. Keuntungan yang didapatkan
ibu dari pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah saat hentakan kepala bayi ke
dada ibu, sentuhan tangan bayi di putting ibu merangsang pengeluaran hormon
oksitosin. (Roesli, 2008)
Berdasarkan uraian di atas diketahui dengan IMD dapat mengurangi
perdarahan, selain itu juga secara fisiologis perdarahan dikontrol oleh kontraksi
myometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah yang mensuplai
darah pada tempat perlengketan plasenta. sentuhan, kuluman dan jilatan bayi pada
putting susu ibu akan merangsang sekresi hormon oksitosin yang penting untuk
menyebabkan kontraksi yang membantu mengurangi perdarahan sehingga
mencegah anemia, merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang,
rileks dan mencintai bayinya serta merangsang pengaliran ASI dari payudara.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan/Strategi Penelitian


Strategi atau pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
penelitian kualitatif dengan strategi penelitian case study research.
Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistic dengan
cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks, khususnya
yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Moeloeong,
2006:6)
Sementara studi kasus adalah penelitian yang dilakukan secara intensif
terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi lembaga atau gejala tertentu.
(Arikunto dalam Saptiah, 2008:53)

Lebih lanjut Sukmadinata (2007:77) menyebutkan bahwa:


Studi kasus merupakan metode untuk menghimpun dan menganalisis data
berkenaaan dengan suatu kasus. Sesuatu dijadikan kasus biasanya karena ada
masalah, kesulitan, hambatan, penyimpangan, tetapi bisa juga sesuatu dijadikan
kasus meskipun tidak ada masalah, malahan dijadikan kasus karena keunggulan
atau keberhasilannya.
Metode pendekatan kualitatif dengan penelitian studi kasus juga dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subyektif dan obyektif dari klien. Deskripsi peristiwa
dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada factual dari penyimpulan.
(Nursalam, 2003).
Oleh karena itu dengan pendekatan dan strategi penelitian tersebut, dalam
studi kasus ini penulis menganalisa penerapan suatu intervensi yaitu Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) untuk mengurangi perdarahan pada ibu post partum dengan
persalinan normal.
3.2 Setting Penelitian
Letak objek penelitian adalah di Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang
terletak di jalan Jaksa Agung Suprapto 2 Malang khususnya di ruang IRNA 3
kelas III kamar bersalin RSSA Malang. Ruangan ini digunakan sebagai tempat
merawat pasien pre, intra dan post persalinan.
Sarana yang dimiliki RS sudah memadai, antara lain bed dan
perlengkapan pertolongan persalinan sudah ada. Dalam studi kasus tentang
intervensi menyusu dini tidak terlalu membutuhkan alat-alat khusus dalam
implementasinya karena merupakan proses alami yang bisa dilakukan ibu dan
bayinya, fasilitas yang harus disediakan hanya tempat yang nyaman untuk ibu dan
bayinya atau juga perlu alat-alat pendukung untuk mengevaluasi kondisi umum
pasien seperti thermometer dan tensimeter.

Jumlah pasien di kamar bersalin Rumah sakit syaiful anwar Malang


disesuaikan dengan kapasitas ruangan yaitu mampu menampung pasien sekitar 76
pasien.
Semua tindakan keperawatan ditangani oleh perawat ruangan yang betugas
yaitu sekitar 15 orang.
Di kamar bersalin Rssa Malang sebelumnya terdapat berbagai penelitian
dengan topik yang berbeda, adapaun tentang studi kasus terkait intervensi inisiasi
menyusu dini belum pernah dilakukan sebelumnya.
3.3 Objek Penelitian/Partisipan
Karena pendekatan penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan strategi penelitian case study research, maka:
Teknik sampling penelitian adalah menggunakan non probability
sampling dengan pendekatan purposive sampling (teknik pengambilan sampel
dengan pertimbangan atau tujuan tertentu).
Jadi yang menjadi sampel (objek) penelitian adalah ibu postpartum dengan
persalinan normal sejumlah 2 orang.
Sementara instrument penelitian studi kasus adalah peneliti sendiri,
sehingga peneliti harus memahami model analisis case study research , menguasai
wawasan/ konsep yang diteliti, siap dalam melakukan case study research, dan
selalu melakukan evaluasi diri.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat
digunakan sebagai informasi tentang klien. Data yang dibutuhkan tersebut
mencakup dan tentang bipsikososial dan spiritual klien, data yang berhubungan
dengan masalah klien serta data tentang factor-faktor yang mempengaruhi atau
yang berhubungan dengan klien seperti data tentang keluarga, dan lingkungan
yang ada. (Hidayat, 2007)

Adapun dalam penyusunan studi kasus ini, metode pengumpulan data


yang digunakan penulis meliputi:
1. Metode observasi partisitatif
Observasi adalah pengumpulan

informasi

melalui

indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan alat perasa.


Sementara observasi peran serta atau observasi partisipan adalah suatu
bentuk observasi khusus dimana peneliti tidak hanya menjadi pengamat
yang pasif, melainkan juga mengambil berbagai peran dalam situasi
tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang akan diteliti
(Yin, Robert K, 2011).
Dalam penelitian ini, peneliti mengobservasi intervensi Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) secara langsungdan ikut serta dengan tim perawat
maupun tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan tindakan dan
mengamati serta memantau keadaan klien serta perubahan yang terjadi
pada klien. Aspek-aspek yang akan diobservasi, antara lain;
a. Pada Ibu
Observasi pada ibu yaitu perdarahan yang tidak dapat dikontrol lebih
dari 500 cc, terjadinya perubahan berupa penurunan tekanan darah
(systole <90 mmHg), peningkatan curah jantung (nadi >100 x/menit),
penurunan hitung sel darah merah (hematocrit), kadar Hb <8gr%,
adanya pembengkakan dan nyeri jaringan daerah vagina dan sekitar
perineum. pada perdarahan yang lebih parah akan timbul gejala
penurunan tekanan darah, nadi dan napas cepat, extremitas dingin,
sampai terjadi syok
b. Pada bayi
Observasi pada bayi normal yaitu berat badan bayi 2500-4000 gr, umur
kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktof, kulit
kemerahan, mengisap ASI dengan baik, tidak ada cacat bawaan.
2. Metode Wawancara takterstruktur

Wawancara Merupakan alat komunikasi yang memugkinkan saling


tukar informasi, proses menghasilkan tingkat pemahaman yang lebih
tinggi daripada yang dicapai orang secara sendiri-sendiri. Wawancara
keperawatan mempunyai tujuan yang spesifik yaitu pengumpulan dari satu
set data yang spesifik dari keluarga pasien dan atau orang terdekat melalui
percakapan (data subyektif) dan observasi (data obyektif). (Hidayat,
2007).
Pada penelitian ini teknik wawancara dilakukan langsung pada
klien dan keluarga. Teknik wawancara secara langsung kepada klien yaitu
peneliti memberikan pertanyaan seputar apa yang peneliti temukan pada
saat itu. Peneliti memberikan pertanyaan dan klien menjawab pertanyaan
dengan baik, setiap pertanyaan yang diberikan mampu dijawab dengan
baik. Dan saat dilakukan wawancara dengan keluarga, keluarga menjawab
pertanyaan peneliti dengan baik dan terbuka, pertanyaan dapat langsung
dijawab tanpa menyela pertanyaan peneliti. Dalam hal ini peneliti juga
memperhatikan situasi dan kondisi klien dan keluarga pada saat itu.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan pengumpulan data yang diperoleh
dari catatan tim kesehatan lain dengan tujuan untuk memperoleh suatu
data yang otentik sebagai penunjang diagnose keperawatan. Dalam
penelitian ini penulis melakukan studi dokumentasi dengan melihat
dokumen laporan diagnostic, laporan hasil pemeriksaan darah, terapi yang
telah diberikan, balance cairan klien, serta konsultasi catatan kesehatan
dulu serta keluhan yang dialami langsung dari klien pada lembar
observasi.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka mencari informasi melalui beberapa sumber yang
berasala dari literature yang dijadikan sebagai landasan teori dalam
memberikan asuhan keperawatan (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini

peneliti menggunakan studi pustaka yaitu dari tahun 1994 sampai dengan
tahun 2011.
3.5 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/informasi
yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan vakiditas
tinggi.
Di samping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrument utama)
maka uji keabsahan data dalam studi kasus ini menggunakan metode triangulasi
sumber, dimana informasi atau data diperoleh dari klien, keluarga dan perawat.
Metode ini menyatakan data benar jika informasi yang didapatkan dari sumber
klien sama dengan informasi yang didapat dari perawat dan keluarga klien.
3.6 Analisa Data
Analisa data merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data
yang telah dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subyektif dan
obyektif yang didapatkan dari berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai
normal, untuk diketahui kemungkinan tambahan atau pengkajian ulang tentang
data yang ada.
Dalam penelitian ini yang terpenting dalam analisa data adalah penentuan
fokus penelitian. Fokus penelitian adalah hal yang dijadikan pusat perhatian
dalam penelitian, sehingga memudahkan dalam menentukan data yang akan
diperlukan untuk suatu penelitian. Hal ini terkait dengan masalah kesehatan,
masalah keperawatan dan tindakan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kesehatan. Sedangkan yang menjadi focus dalam penelitian ini adalah Analisis
Intervensi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk mengurangi perdarahan pada ibu
postpartum dengan persalinan normal.
Adapun metode analisa data yang digunakan adalah metode analisis deret
waktu. Dalam metode analisis ini peneliti melakukan;

Protokol studi kasus


Adapun protocol studi kasus merupakan penerapan IMD sesaat setelah
bayi lahir, yaitu:
1. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan
2. Sebaiknya, hindari penggunaan obat kimiawi karena obat kimiawi
yang diberikan saat ibu melahirkan dapat mencapai janin melalui
ari-ari dan menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu.
3. Segera setelah bayi dilahirkan, menangis, dan mulai bernafas :
Bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering
1) Keringkan secepatnya dengan kain lembut seluruh tubuh
kecuali kedua tangannya. Jangan hilangkan lemak putih
(vernix) di tubuh bayi karena akan berfungsi sebagai
pelindung bayi.
2) Setelah tali pusat dipotong dan diikat, tanpa di bedong,
tengkurapkan bayi dalam keadaan telanjang di dada atau perut
ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.
3) Selimuti keduanya. Bila perlu, tutupi kepala bayi untuk
mengurangi pengeluaran panas kepalanya.
4) Biarkan bayi mencari sendiri putting susu ibu. Ibu dapat
membantu bayi dengan sentuhan lembut tapi jangan
memaksakan bayi ke putting susu.
5) Tendangan lembut, tekanan kaki bayi ke perut ibu akan
membantu kontraksi rahim untuk mengeluarkan plasenta dan
mengurangi perdarahan.
6) Remasan tangan bayi pada daerah puting, hentakan kepala ke
dada ibu, perilaku bayi menoleh ke kiri dank e kanan yang
menggesek payudara ibu akan merangsang pengeluaran ASI
lebih cepat dan mengerutkan rahim.
7) Ajak suami atau keluarga untuk meningkatkan rasa percaya
diri ibu dan bersama ibu mengenali tanda-tanda bbayi siap
menyusus (isap tangan, buka mulut mencari putting, dan
keluar air liur).

8) Dalam upaya mencari putting susu, bayi sering menjilati kulit


ibu. Hal ini sangat bermanfaat dalam membentuk kekebalan
tubuh bayi.
9) Setelah bayi berada di dekat putting, bayi mengeluarkan air
liur, menjilati puting, dan membuka mulut lebar. Biarkan bayi
mengulum putting ibu dan menghisapnya. Hisapan bayi pada
putting ibu ini membantu mengerutkan rahim (hormon
oksitosin) sehingga mengurangi perdarahan.
10) Biarkan bayi tetap tengkurap dengan tubuh bayi menempel
pada dada ibu sampai bayi selesai menyusu pertama dan
melepas puting.
11) Dalam menyusu pertama bayi memperoleh kolostrum yang
kaya akan protein, serta zat kekebalan tubuh yang sangat
berguna untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi.
12) Proses di atas dimulai segera dan berlangsung minimal satu
jam sejak bayi lahir.
4. Bayi tidak dipisahkan dari ibunya (rawat gabung) dan berada dalam
jangkauan ibu selama 24 jam. Dengan melakukan IMD, ASI akan
keluar lebih cepat dan banyak. Ketika baru lahir, bayi hanya
memerlukan ASI. Makanan atau minuman selain ASI hanya
membebani kerja lambung dan saluran pencernaan lain serta ginjal
bayi.
Setelah protocol studi kasus, melakukan observasi tentang kasus yang
dikaji dalam waktu tertentu (minggu atau bulan), dengan berpedoman pada
lembar observasi yang secara rinci memuat aspek-aspek (variable-variabel) yang
diobservasi atau diteliti.
Melakukan tabulasi data hasil observasi, kemudian diinterpretasi atau
dijelaskan argumentasi atau dinarasikan secara logis, sistematis (mengapa dan
bagaimana) kasus tersebut.
Setelah dilakukan langkah-langkah pemecahan masalah dalam kurun waktu
tertentu (satu minggu ataus satu bulan) berdasarkan masukan hasil observasi

pertama, kemudian dilakukan observasi lagi pada minggu atau bulan berikutnya
dan hasil ditabulasi dengan dihitung frekuensinya, kemudian diinterpretasikan lagi
(mengapa dan bagaimana) kasus tersebut.

3.7 Etical Clearence


Etical Clearence adalah bentuk tanggung jawab moral peneliti dalam
penelitian keperawatan. Bagian ini menjelaskan masalah etika dalam penelitian
keperawatan seperti Inform consent sebelum melakukan penelitian, dan
confidentiality (kerahasiaan). Masalah etika penelitian keperawatan merupakan
masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus
diperhatikan. (Hidayat, 2007).
Masalah etika yang diperhatikan antara lain :
1. Inform consent
Tujuan Inform consent adalah agar sujek mengerti maksud dan tujuan
penelitian serta mengetahui dampaknya. Beberapa informasi yang harus ada
dalam inform consent tersebut antara lain: partisipasi klien, tujuan dilakukan
tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial
masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah
dihubungi, dan lain-lain.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur hanya dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan
hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Seperti penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan Etical Clearance
sangat diperlukan dalam penyusunan studi kasus, contohnya : terkait dengan
budaya setempat, bisa saja bila kita akan mewawancara atau melibatkan seseorang
sebagai subyek penelitian, kita memerlukan persetujuan keluarga, suami, dan suku
setempat. Itulah perlunya kita sebagai peneliti bersikap etis, tidak mementingkan
kemanfaatan dari sis kita tapi manfaat responden juga menjadi tujuan utama. Jadi
etical clearance adalah bentuk tanggung jawab moral peneliti (Hidayat, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan

Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawroharrdjo


Boyle, Maureen. (2007). Kedaruratan dalam Persalinan, Jakarta: EGC
Decherney, Alan H & Lauren Nathan. (2003). Curren Obstetric & Gynecologic
Diagnosis & Tretment Ninth edition.The McGraw-Hill Companies.
Friedman , et al. (1998). Seri Skema Diagnosis Dan Penatalaksanaan Obstetri
Edisi Kedua, Jakarta: Binarupa Aksara.
Hidayat, Azis Alimul. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah.Edisi 2.Jakarta :Salemba Medika.
Hubertin, Sri Purwanti.(2004).Konsep Penerapan Asi Eksklusif Buku Saku Untuk
Bidan, Jakarta:EGC
Norwitz, Errol & John Schorge.(2007). At a Glance Obstetri dan Ginekologi Edisi
Kedua., Jakarta : EGC
Taber, Benzion.(1994).Kapita Selekta Kedokteran Kedaruratan Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, Hanifa SpOg, (1999). Ilmu Kebidanan edisi ketiga. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Yin, Robert K.(2011). Studi Kasus Desain & Metode.Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada
Purwarini, Justina, at al. (2011). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap
Lamanya Persalinan Kala III Dan Proses Involusi Uteri Pada Ibu Post Partum.
Di RSUD Kota Jakarta Dan RSUD Kota Bekasi, Journal Of Keperawatan dan
Kebidanan (JIKK), Volume 1.
Perdarahan Post Partum.Dr. Farnsisca S.K (Fak.Kedokteran Univ. Wijaya
Kusuma Surabaya)
Anonim,(2008). Inisisai Menyusu Dini. http://IMD.pdf.html.com diunduh tanggal
5 Juni 2012, jam 19.00 WIB).
Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes.2008. Pesan-pesan tentang Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. http://Pesan-pesan-IMDASI-Eksklusif_DepkesRI.pdf.htm.com

Anda mungkin juga menyukai