BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman yang menginfeksi
saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/
tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara
yang tercemar oleh karier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin
penderita.
Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit. Sejak diperkenalkan vaksin
DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit difteri mulai jarang dijumpai. Vaksin
imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar
tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih
rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hal di atas, maka dalam pembahasan makalah ini selanjutnya akan kami bahas lebih
dalam dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Konsep medis difteri pada anak
2. Asuhan keperawatan DIFTERI pada anak
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 DEFINISI
Difteri adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas. Penyakit ini
dominan menyerang anak anak, biasanya bagian tubuh yang diserang adalah tonsil, faring hingga
Ciri yang khusus pada difteri ialah terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada
2.2 ETIOLOGI
Penyebab penyakit difteri adalah jenis bacteri yang diberi nama Cornyebacterium diphteriae.
2.3 CARA PENULARAN :
Difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung. Air ludah yang
berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau bersin membawa serta kuman kuman difteri.
Melalui pernafasan kuman masuk ke dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah penularan
Biasanya bakteri berkembangbiak pada atau di sekitar permukaan selaput lendir mulut atau
tenggorokan dan menyebabkan peradangan.Beberapa jenis bakteri ini menghasilkan toksin yang
sangat kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan otak.
2.3 TANDA DAN GEJALA
Gejala :
• Kaku leher
a) Diphtheria Hidung
Pada permulaan mirip common cold, yaitu pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik ringan.
Sekret hidung berangsur menjadi serosanguinous dan kemudian mukopurulen mengadakan lecet
pada nares dan bibir atas. Pada pemeriksaan tampak membran putih pada daerah septum nasi.
b) Diphtheria Tonsil-Faring
Gejala anoroksia, malaise, demam ringan, nyeri menelan. dalam 1-2 hari timbul membran yang
melekat, berwarna putih-kelabu dapat menutup tonsil dan dinding faring, meluas ke uvula dan
Pada diphtheria laring primer gejala toksik kurang nyata, tetapi lebih berupa gejala obstruksi
Diphtheria kulit berupa tukak di kulit, tepi jelas dan terdapat membran pada dasarnya. Kelainan
cenderung menahun. Diphtheria pada mata dengan lesi pada konjungtiva berupa kemerahan,
edema dan membran pada konjungtiva palpebra. Pada telinga berupa otitis eksterna dengan
Kuman masuk melalui mukosa/kulit, melekat serta berbiak pada permukaan mukosa saluran
nafas bagian atas dan mulai memproduksi toksin yang merembes ke sekeliling serta
Akibat Difteri :
Setelah melalui masa inkubasi selama 2-4 hari kuman difteri membentuk racun atau toksin
yang mengakibatkan timbulnya panas dan sakit tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan
dan saraf.
Difteri ini akan berlanjut pada kerusakan kelenjar limfe, selaput putih mata, vagina.
2.6 KOMPLIKASI
). Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal ataupun organ
lainnya:
b) Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi tidak terkoordinasi dan
2.7 PENANGANAN
Pengobatan difteri tidak bisa dilaksanakan sendiri dirumah , segeralah di rawat dirumah
sakit jangan sampai terlambat. Karena difteri sangat menular penderita perlu diisolasi. Istirahat
total di tempat tidur mutlak diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah.
Fisioterapi sangat diperlukan untuk penderita yang sarafnya mengalami gangguan sehingga
2.8 PENCEGAHAN
Difteri jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Berikanlah imunisasi pada bayi
umur dua bulan sebanyak tiga kali dengan selang satu bulan. Jenis imunisasi ini termasuk dalam
Lima Imunisasi Dasar Lengkap. Biasanya imunisasi ini berbarengan dengan imunisasi polio,
hepatitis B. Sedangkan imunisasi Difteri tergabung dalam Imunisasi D P T atau Difteri, Pertusis
dan Tetanus. Untuk bayi umur sembilan bulan dilengkapi dengan imunisasi Campak (Morbili) .
Segeralah imunisasi anak anda di Posyandu, Puksemas atau pelayanan kesehatan lainnya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK
DENGAN DIFTERI
3.1 .Pengkajian
1.Biodata
ur : Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun dan jarang ditemukan pada bayi berumur
dibawah 6 bulan dari pada orang dewasa diatas 15 tahun
u bangsa : Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-negara miskin
mpat tinggal: Biasanya terjadi pada penduduk di tempat-tempat pemukiman yang rapat-rapat, higine dan
sanitasi jelek dan fasilitas kesehatan yang kurang
2.Keluhan Utama
Klien marasakan demam yang tidak terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia, lemah
3.Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami demam yang tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia
4.Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring, dan saluran nafas atas dan
mengalami pilek dengan sekret bercampur darah
5.Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami difteri
A. TTV
Nadi : meningkat
TD : menurun
RR : meningkat
Suhu : kurang dari 38°C
B Inspeksi :
lidah kotor, anoreksia, ditemukan pseudomembran
C Auskultasi :
nafas cepet dan dangkal
3.4 .Penatalaksanaan
Penderita diisolasi sampai biakan negatif 3 kali berturut-turut setelah masa akut terlampaui.
Kontak penderita diisolasi sampai tindakan-tindakan berikut terlaksana :
A. biakan hidung dan tenggorok
B. seyogyanya dilakukan tes Schick (tes kerentanan terhadap diphtheria)
C. diikuti gejala klinis setiap hari sampai masa tunas terlewati.
D. Anak yang telah mendapat imunisasi dasar diberikan booster dengan toksoid diphtheria.
3.5 .Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil
Intervensi
1. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, Faktor ini menentukan pemilihan terhadap
jenis makanan
2. Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan, Pasien cenderung mengalami luka dan atau
perdarahan gusi dan rasa tak enak pada mulut dimana menambah anoraksia
3. Berikan makanan sedikit dan sering, Meningkatkan asupan nutrisi
4. Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori, Memberikan informasi tentang kebutuhan
pemasukan/ defisiensi
5. Timbang berat badan sesuai indikasi, Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah
pemberian nutrisi
6. Jaga keamanan saat memberikan makanan pada pasien, seperti tinggikan kepala tempat tidur
7. selama makan atau selama pemberian makan lewat selang NGT, Menurunkan resiko regurgitasi
dan atau terjadinya aspirasi
8. Tingkatkan kenyamanan, lingkungan yang santai termasuk sosialisasi saat makan. Anjurkan
orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai pasien
9. Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan
10. Kolaborasi dengan ahli gizi Untuk mengidentifikai kebutuhan kalori (nutrisi tergantung pada
usia, berat badan, ukuran tubuh, dan keadaaan penyakit)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman yang menginfeksi
saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/
tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara
yang tercemar oleh karier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin
penderita.