Anda di halaman 1dari 35

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR”


Dosen Pengampu : Ns. Faradillah M. Suranata, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :

KELOMPOK IV
1. Alma Harpia Nani 1901054
2. Sri Delviana Daud 1901048
3. Gina M. Rosalinda Haringan 1901046
4. Yanti Tongka 1901050
5. Misna Daud 1901037

PROGRAM STUDI NERS


PROGRAM S1 KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH MANADO
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas kelompok tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar.
Asuhan keperawatan ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu kami ingin
menyampaikan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah mendukung didalam
penyusunan asuahan keperawatan ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami
bisa melakukan perbaikan sehingga menjadi asuhan keperawatan yang baik dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga penyusunan tugas kelompok tentang Asuhan
Keperawat pada pasien dengan luka bakar ini bisa memberi manfaat maupun inspirasi pada
pembaca.

Manado, Oktober 2021


Penyusun

Kelompok IV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I.............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang..................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................ 5
C. Tujuan Masalah.................................................................................................................... 5
BAB II............................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN............................................................................................................................. 7
A. Definisi................................................................................................................................. 7
B. Etiologi................................................................................................................................. 7
C. Patofisiologi......................................................................................................................... 7
D. Klasifikasi............................................................................................................................ 8
E. Manifestasi Klinis................................................................................................................ 9
F. Penatalaksanaan................................................................................................................. 10
G. Komplikasi......................................................................................................................... 12
Pathway Luka Bakar...................................................................................................................... 13
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Teori pada pasien dengan luka bakar...............................13
BAB III......................................................................................................................................... 15
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS.......................................................................................15
A. Pengkajian.......................................................................................................................... 15
B. Diagnosa............................................................................................................................. 15
C. Intervensi............................................................................................................................ 15
D. Implementasi...................................................................................................................... 15
E. Evaluasi.............................................................................................................................. 15
BAB IV......................................................................................................................................... 16
PENUTUP.................................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan........................................................................................................................ 16
B. Saran................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Hal ini disebabkan
karena tingginya angka mortalitas dan morbiditas luka bakar, khususnya pada negara
dengan pendapatan rendah-menengah, dimana lebih dari 95% angka kejadian luka bakar
menyebabkan kematian (mortalitas). Bagaimanapun juga, kematian bukanlah satu-satunya
akibat dari luka bakar. Banyak penderita luka bakar yang akhirnya mengalami kecacatan
(morbiditas), hal ini tak jarang menimbulkan stigma dan penolakan masyarakat (Gowri, et
al., 2012).
Pada tahun 2014, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa terdapat
265.000 kematian yang terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia akibat luka bakar. Di
India, lebih dari satu juta orang menderita luka bakar sedang-berat per tahun. Di
Bangladesh, Columbia, Mesir, dan Pakistan, 17% anak dengan luka bakar menderita
kecacatan sementara dan 18% menderita kecacatan permanen. Sedangkan di Nepal, luka
bakar merupakan penyebab kedua cedera tertinggi, dengan 5% kecacatan.
Menurut data American Burn Association (2015), di Amerika Serikat terdapat
486.000 kasus luka bakar yang menerima penanganan medis, 40.000 diantaranya harus
dirawat di rumah sakit. Selain itu, sebanyak 3.240 kematian terjadi setiap tahunnya akibat
luka bakar. Penyebab terbanyak terjadinya luka bakar adalah karena trauma akibat
kecelakaan kebakaran, kecelakaan kendaraan, terhirup asap, kontak dengan listrik, zat
kimia, dan benda panas.
Menurut Grace dan Borley (2006) luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan
subkutan terhadap paparan yang berasal dari sumber panas, listrik, zat kimia, dan radiasi.
Hal ini akan menimbulkan gejala berupa nyeri, pembengkakan, dan terbentuknya lepuhan
Semua luka bakar (kecuali luka bakar ringan atau luka bakar derajat I) dapat menimbulkan
komplikasi berupa shock, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, infeksi sekunder,
dan lain-lain (Rismana, et al., 2013).
Permasalahan yang dialami oleh penderita luka bakar, selain komplikasi, adalah
proses penyembuhan luka bakar yang lama. Epitelisasi merupakan proses yang penting
pada saat penyembuhan luka bakar karena epitel melindungi tubuh dari paparan
lingkungan. Selain itu, epitel juga berguna dalam melindungi tubuh dari invasi bakteri,
trauma, dan kehilangan cairan. Semakin cepat proses repitelisasi epidermis, maka semakin
cepat proses penyembuhan luka. Oleh karena itu diperlukan suatu terapi yang dapat
digunakan untuk mempercepat proses repitelisasi epidermis pada luka bakar, Berdasarkan
uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan terapi latihan pasif dan penambahan teknik
relaksasi pernafasan sebagai salah satu alternatif intervensi asuhan keperawatan untuk
menurunkan intensitas nyeri pada pasien luka bakar.
B. Rumusan Masalah
a) Apa definisi dari luka bakar ?
b) Apa saja etiologi dari luka bakar ?
c) Bagaimana patofisologi dari luka bakar ?
d) Bagaimana klasifikasi dari luka bakar ?
e) Apa manifestasi klinis dari luka bakar ?
f) Bagaimana penatalakasanaan farmakologis dan nonfarmakologis?
g) Apa saja komplikasi dari luka bakar ?
h) Bagaimana asuhan keperawatan teori pada pasien dengan luka bakar ?
i) Bagaimana asuhan keperawatan kasus pada pasien dengan luka bakar?
C. Tujuan Masalah
a) Tujuan Umum :
Untuk mengetahui dan dapat memahami penjabaran tentang luka bakar. Mampu
menjelaskan tentang apa definisi dari luka bakar , apa saja etiologi dari luka bakar,
bagaimana patofisologi dari luka bakar, bagaimana klasifikasi dari luka bakar, apa
manifestasi klinis dari luka bakar, bagaimana penata lakasanaan farmakologis dan
nonfarmakologis, apa saja komplikasi dari luka bakar, bagaimana pathway dari luka
bakar, bagaimana asuhan keperawatan teori pada pasien dengan luka bakar,
bagaimana asuhan keperawatan kasus pada pasien dengan luka bakar.
b) Tujuan Khusus :
1. Mampu menjelaskan tentang Mampu menjelaskan tentang apa definisi dari luka
bakar , apa saja etiologi dari luka bakar, bagaimana patofisologi dari luka bakar,
bagaimana klasifikasi dari luka bakar, apa manifestasi klinis dari luka bakar,
bagaimana penata lakasanaan farmakologis dan nonfarmakologis, apa saja
komplikasi dari luka bakar, bagaimana pathway dari luka bakar.
2. Mampu menjabarkan dan atau membuat asuhan keperawatan teori dan kasus pada
pasien dengan luka bakar.
BAB II
PEMBAHASAN

Konsep Dasar Teori Luka Bakar


A. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. (Musliha,
2010). Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas
(thermal), bahan kimia, elektrik dan radiasi (Suryadi, 2001).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,
air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi juga disebabkan oleh kontak dengan suhu
rendah (Masjoer, 2003). Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh trauma panas yang
memberikan gejala tergantung luas dalam dan lokasi lukanya (Tim Bedah, FKUA, 1999)
Jadi, luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia,
elektrik maupun radiasi.
B. Etiologi
Luka bakar dapat disebabkan oleh :
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn) disebabkan Gas, Cairan & Bahan padat
(solid) Contohnya api/kebakaran, lidah, api, terbakar matahari, uap, panas, logam
yang panas, minyak panas, udara yang panas/ledakan bom.
2. Luka bakar bahan kimia (Hemical Burn) Contohnya asam kuat dan basa kuat
diantaranya asam hidroklorida/alkali
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) Contohnya listrik bervoltase tinggi dan
petir
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury) Contonya sinar matahari dan radioaktif
C. Patofisiologi
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya akan
merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah besar dan akibat
kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan
albumin, mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang
masif, terganggunya cairan di dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak
pembuluh darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam
setelah terjadi reaksi tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan
jaringan lainnya. Dari kilasan diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi sok
hipovelemik (burn syok).
1. Fase luka bakar
 Fase akut, Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini,
seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening.
Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan
nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan
airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun
masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72
jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada
fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang
berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan
tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat
berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi dengan problema
instabilitas sirkulasi.
 Fase sub akut, Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang
terjadi menyebabkan :
a) Proses inflamasi dan infeksi
b) Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ-organ fungsional.
c) Keadaan hipermetabolisme
 Fase lanjut, Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat
luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada
fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
D. Klasifikasi
Klasifikasi luka bakar, sebagai berikut :
1. Dalamnya luka bakar
 Kedalaman ketebalan partial superfisial (tingkat I), akibat Jilatan api, sinar ultra
violet (terbakar oleh matahari).
 Kedalaman lebih dalam dari ketebalan partial (tingkat II) Superfisial, akibat
Kontak dengan bahan air, atau bahan padat Jilatan api pada pakaian, Jilatan
langsung kimiawi.
 Kedalaman ketebalan sepenuhnya (tingkat III), akibat Kontak dengan bahan cair
atau padat, Nyala api, Kimia, Kontak dengan arus listrik.
2. Luas luka bakar Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang
terkenal dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu :
 Kepala dan leher : 9%
 Lengan masing-masing 9% : 18%
 Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
 Tungkai masing-masing 18% : 36%
 Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
3. Berat ringannya luka bakar, berat ringannya luka bakar ditentukan berdasarkan luas
permukaan tubuh yang terkena (total body surface area atau TBSA) yang dihitung
dengan cara rul eof nine dari wallance dan derajat kedalaman luk bakarUntuk
mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
 Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh
 Kedalaman luka bakar
 Anatomi lokasi luka bakar
 Umur klien
 Riwayat pengobatan yang lalu
 Trauma yang menyertai atau bersamaan
E. Manifestasi Klinis
Menurut Wong dan Whaley’s 2003, tanda dan gejala pada luka bakar adalah :
1. Grade I, Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri
sekali, sembuh dalam 3-7 hari dan tidak ada jaringan parut.
2. Grade II, Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian
dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem sub kutan
(adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah mengkilap, sangat nyeri,
sembuh dalam 21-28 hari tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III, Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-
putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati) atau
hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan
mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat klien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (di tempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat,
penanganan klien luka bakar di ruang perawatan intensif dan penanganan klien luka bakar
di bangsal perawatan atau unit luka bakar (Christantie Effendi, S.Kp., 1999).
1. Penanganan awal di tempat kejadian
 Jauhkan korban dari sumber panas. Jika penyebabnya api, jangan biarkan korban
berlari, anjurkan korban untuk berguling-guling atau bungkus tubuh korban dengan
kain basah dan pindahkan segera korban ke ruangan yang cukup berventilasi jika
kejadian luka bakar berada di ruangan tertutup.
 Buka pakaian dan perhiasan logam yang dikenakan korban.
 Kaji kelancaran jalan napas korban, beri bantuan pernapasan (life support) dan
oksigen jika diperlukan.
 Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu 20 oC
(suhu air yang terlalu rendah akan menyebabkan hipotermia) selama 15-20 menit
segera setelah terjadinya luka bakar (jika tidak ada masalah pada jalan napas
korban).
 Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air sebanyak-
banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuh korban.
 Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar dan cedera lain
yang menyertai luka bakar.
 Segera bawa penderita ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut (tutup tubuh
korban dengan kain/kasa yang bersih selama perjalanan ke rumah sakit).
2. Penanganan pertama luka bakar di unit gawat darurat
 Penilaian keadaan umum klien. Perhatikan A: Airway (jalan napas); B: Breathing
(pernapasan); C: Circulation (sirkulasi).
 Penilaian luas dan kedalaman luka bakar.
 Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara (kemungkinan klien mengalami trauma
inhalasi).
 Kaji adanya edema saluran pernapasan (mungkin klien perlu dilakukan intubasi
atau trakheostomi).
 Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya fraktur,
riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dll) dan
penyebab luka bakar karena tegangan listrik (sulit diketahui secara akurat tingkat
kedalamannya).
 Pasang infus (IV line). Jika luka bakar > 20% derajat II/III biasanya dipasang CVP
(kolaborasi dengan dokter).
 Pasang kateter urine.
 Pasang nasogastrik tube (NGT) jika diperlukan.
 Beri terapi cairan intra vena (kolaborasi dengan dokter). Biasanya diberikan sesuai
formula Parkland yaitu 4 ml/kg BB/ % luka bakar pada 24 jam pertama. Pada 8
jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan dan pada 16 jam II diberikan sisanya
(disesuaikan dengan produksi urine tiap jam).
 Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan . pada klien yang mengalami trauma inhalasi /
gangguan sistem pernapasan dapat dilakukan nebulisasi dengan obat bronkodilator.
 Periksa lab darah.
 Berikan suntikan ATS/Toxoid.
 Perawatan luka.
 Pemberian obat-obatan (kkolaborasi dengan dokter); analgetik, antibiotik dll.
 Mobilisasi secara dini (range of motion).
 Pengaturan posisi.
3. Penanganan klien luka bakar di unit perawatan intensif
 Pantau keadaan klien dan setting ventilator.
 Observasi tanda-tanda vital; tekanan darah, nadi dan pernapasan setiap jam dan
suhu setiap 4 jam.
 Pantau nilai CVP.
 Amati GCS.
 Pantau status hemodinamik.
 Pantau haluaran urine (0,5-1 cc/kg BB/jam)
 Auskultasi suara paru tiap pertukaran jaga.
 Cek AGD setiap hari atau bila diperlukan.
 Pantau saturasi oksigen.
 Pengisapan lendir (suction) minimal setiap 2 jam dan jika perlu.
 Perawatan mulut setiap 2 jam (beri boraq gliserin).
 Perawatan mata dengan memberi salep atau tetes setiap 2 jam.
 Ganti posisi klien setiap 3 jam.
 Fisioterapi dada.
 Perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP, kateter, tube setiap hari.
 Ganti tube dan NGT setiap minggu.
 Observasi letak tube (ETT) setiap shift.
 Observasi terhadap aspirasi cairan lambung.
 Periksa lab darah: elektrtolit, ureum/creatinin, AGD, protein (albumin), gula darah
(kolaborasi dengan dokter).
 Perawatan luka bakar sesuai protokol rumah sakit.
 Pemberian medikasi sesuai dengan petunjuk dokter.
4. Penanganan klien luka bakar di unit perawatan luka bakar, Tindakan perawatan yang
utama dalam merawat klien di unit luka bakar yaitu perawatan luka, pengaturan
posisi, pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat, pencegahan komplikasi dan
rehabilitasi.
G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul akibat luka bakar adalah:
1. Curting Ulcer / Dekubitus
2. Sepsis
3. Pneumonia
4. Gagal Ginjal Akut
5. Deformitas
6. Kontraktur dan Hipertrofi Jaringan parut
Komplikasi yang lebih jarang terjadi adalah edema paru akibat sindrom gawat panas
akut (ARDS, acute respiratory disters syndrome) yang menyerang sepsis gram negatif.
Sindrom ini diakibatkan oleh kerusakan kapiler paru dan kebocoran cairan kedalam ruang
interstisial paru. Kehilangan kemampuan mengembang dan gangguan oksigen merupakan
akibat dari insufisiensi paru dalam hubungannya dengan siepsis sistemik (wong, 2008).
Pathway Luka Bakar
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Teori pada pasien dengan luka bakar
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2 tahun dan diatas 60 tahun
mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebuh rentan terkena
infeksi.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a) Sumber kecelakaan
b) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
c) Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
d) Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
e) Keadaan fisik disekitar luka bakar
f) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk ke RS
3. Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien mempunyai penyakit yang merubah
kemampuan untuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap
infeksi (seperti DM,gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan pernafasan)
4. Pemeriksaan Fisik dan psikososial
5. Aktifitas / istirahat : Tanda : penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak
pada area yang sakit ; gangguan masa otot, perubahan tonus
6. Sirkulasi : Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT) : hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua
luka bakar)
7. Integritas ego : Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
8. Eliminasi Tanda : haluaran urine menurun; warna mungkin hitam kemerahan bila
terjadi mioglobin, mengidentifikasikan kerusakan otot dalam; diuresis, penurunan
bising usus,
9. Makanan / cairan : Tanda : oedema jaringan umum, anoreksia, mual / muntah
10. Neurosensori : Gejala : area batas, kesemutan, Tanda : perubahan orientasi, afek,
perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas
kejang
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisik (terbakar)
2. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer, kerusakan integritas
kuliatas.
3. Resiko ketidakseimbangan cairan b/d luka bakar
4. Gangguan mobilitas fisik, b/d nyeri
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Nyeri Akut b/d agen Setelah dilakukan Observasi
pencedera fisik tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
(terbakar) selama …x24 jam karakteristik, durasi,
maka tingkat nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
menurun dengan nyeri
kriteria hasil : 2. Identifikasi skal nyeri
1. Keluhan nyeri 3. Identidikasi respon nyeri
menurun non verbal
2. Meringis menurun 4. Indentifikasi factor yang
3. Gelisah menurun memperberat dan
4. Frekuensi nadi memeringan nyeri
membaik 5. Monitor efek smaping
penggunaan analgetik
Terapeutik
6. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Terapi music, aromaterapi,
kompres hangat/dingin)
7. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri(mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
8. Fasilitasi istirahat dan tidur
9. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredahkan nyeri
Edukasi
10. Jelaskan periode dan
pemicu nyerianjurkan
memonitor nyeri secara
mandiri
11. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
12. Ajarkankan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan Observasi
ketidakadekuatan tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala
pertahanan tubuh selama …x24 jam infeksi dan sistemik
primer, kerusakan maka tingkat infeksi Terapeutik
integritas kuliatas. menurun dengan 2. Batasi jumlah pengunjung
kriteria hasil : 3. Berikan perawatan kulit
1. Kebersihan tangan pada area edema
meningkat 4. Cuci tangan sebelum dan
2. Kebersihan badan sesudah kontak dengan
meningkat pasien dan lingkungan paien
3. Demam menurun 5. Pertahankan teknik aseptic
4. Kemerahan pada pasien beresiko tinggi
menurun Edukasi
5. Nyeri menurun
6. Jelaskan tanda dan gejala
6. Bengkak menurun infeksi
7. Ajarkan cara mencuci
tangan yang benar
8. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian imu
nitas, jika perlu
3 Resiko Setelah dilakukan Obsevasi
ketidakseimbangan tindakan keperawatan 1. Monitor status hidrasi (mis.
cairan b/d luka bakar selama …x24 jam Frekuensi nadi, kekuatan
maka keseimbangan nadi, akral, pengisian
cairan meningkat kapiler, kelembababan
dengan kriteria hasil : mukosa, turgor kulit,
1. Asupan cairan tekanan darah)
meningkat 2. Monitor berat badan harian
2. Edema menurun 3. Monitor berat badan
3. Output urin 4. Monitor hasil pemeriksaan
meningkat laboratorium
4. Turgor kulit Terapeutik
membaik 5. Catat intake/output dan
hitung balance cairan 24 jam
6. Berikan asupan cairan seusai
kebutuhan
7. Berikan cairan intravena
juka perlu
Edukasi
-
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
direuretik, jika perlu

4 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Obsevasi


fisik, b/d nyeri tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri
selama …x24 jam atau keluhan fisik lainnnya
maka mobilitas fisik 2. Indentifikasi toleransi fisik
meningkat dengan melakukan
kriteria hasil : ambulasi/pergerakan
1. Pergerakan 3. Monitor frekuensi jantung
ekstremitas dan tekanan darah sebelum
meningkat memulai
2. Kekuatan otot ambulasi/pergerakan
meningkat 4. Monitor kondisi melakukan
3. Rentang gerak mabulasi/pergerakan
ROM Meningkat Terapeutik
4. Nyeri menurun 5. Fasilitasi aktivitas
5. Gerakan terbatas ambulasi/mobilitas dengan
menurun alat bantu(mis.
6. Kaku sendi Tongkat/kruk)
menurun 6. Fasilitasi melakukan
mobilitas fisik. Juka perlu
7. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan
ambulais/pergerakan
Edukasi
8. Jelaskan tujuan dan prosedur
9. Anjurkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan(mis. Berjalan dari
tempat tidur ke kursi rosa,
berjalan seusai toleransi)
Kolaborasi
-
D. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan
realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan
maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses
penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk
pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan
tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang,
disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan
dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan
kriteria evaluasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Kasus :
Pasien datang ke IGD RSUP Sanglah pada tanggal 20 Februari 2021 pukul
12.00 Wita, dengan keluhan mengalami luka bakar pada daerah wajah, tangan kiri, paha
kanan dan paha kiri, dan genitalia karena pada saat Pasien membakar sampah tiba-tiba
penyakit epilepsi yang di derita Pasien kumat dan Pasien terjatuh ke api di tempat
pembakaran sampah tersebut.
Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Pasien dilakukan pemasangan alur cairan
intravena RL 500 cc. Pasien dipindahkan ke Ruang Luka Bakar (Burn Unit) pada pukul
18.00 Wita untuk perawatan lebih lanjut.
Pada saat pengkajian (5 April 2021) pasien mengeluh nyeri dan tampak menahan
nyeri, terdapat luka bakar pada daerah tangan kanan, paha kanan, paha kiri, genetalia,
wajah dan luka tampak kemerahan, nyeri hilang timbul, nyeri timbul saat bergerak atau
beraktifitas, skala nyeri 5 dari skala (0-10), tampak meringis, takut bergerak karena nyeri
pada daerah luka bakar, tampak lemas. Merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapi
saat ini, tampak gelisah, tegang, dan pucat. Hasil pemeriksaan tanda tanda vital (TTV)
didapatkan tekanan darah: 120/70 mmHg, suhu : 36,2°C, nadi : 93x/menit, respirasi 22
x/menit.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 36 Tahun
Sumber informasi : Pasien, Keluarga dan catatan Rekam Medis
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat: : Tegal Kerta, Denpasar Barat
Status perkawinan : Menikah
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
MRS : 20 Februari 2021
Nomor RM : 21006932
Diagnosa Medis : Combustio Grade II AB 23%
2. Keluhana Utama
Nyeri pada Luka Bakar
3. Riwayat keluhan saat ini
Pasien mengeluh nyeri dan tampak menahan nyeri, terdapat luka bakar pada
daerah tangan kanan, paha kanan, paha kiri, genetalia, wajah dan luka tampak
kemerahan, nyeri hilang timbul, nyeri timbul saat bergerak atau beraktifitas, skala
nyeri 5 dari skala (0-10), tampak meringis, takut bergerak karena nyeri pada daerah
luka bakar, tampak lemas. Merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapi saat ini,
tampak gelisah, tegang, dan pucat.
4. Riwayat kesehatan terdahulu
Sebelumnya Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama seperti yang
dialami saat ini. Namun memiliki riwayat epilepsi dengan pengobatan di fasilitas
kesehatan (Puskesmas). Tidak ada riwayat opname, operasi, alergi, ataupun penyakit
yang sama pada keluarga.
5. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan dan
penyakit menular, atau penyakit seperti yang dialami Pasien saat ini
6. Pola fungsi kesehatan pasien saat ini
a) Pemeliharaan dan Persepsi Kesehatan
Pasien mengatakan kalau kesehatan sangatlah penting, apabila sakit biasanya
berobat kebidan atau puskesmas terdekat, jika tidak kunjung sembuh maka Pasien
akan berobat kerumah sakit.
b) Nutrisi dan Cairan
Pasien mengatakan sebelum sakit BB : 65 kg, tinggi badan 165 cm Pasien
mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi 1 piring nasi, sayur dan daging.
Minum kurang lebih 1500 ml sehari.
Saat dikaji Pasien terpasang infus pada tangan kiri dengan cairan Ringger Laktat
(RL) 18 kali per menit. Makan dan minum sesuai dengan program diet di Rumah
sakit. Pasien makan sehari tiga kali dengan porsi satu kotak dan tambahan snak
atau buah, Pasien mengatakan bisa menghabiskan porsi yang disediakan. Sehari
Pasien minum rata-rata 1500 cc, atau 6-8 gelas perhari.
c) Aktivitas dan latihan
Tidak mampu melakukan beberapa aktivitas sendiri seperti mandi, toileting, dan
makan karena rasa sakit pada luka pada area wajah, tangan, genetalia dan paha.
d) Aktivitas & latihan
Tidak mampu melakukan beberapa aktivitas sendiri seperti mandi, toileting, dan
makan karena rasa sakit pada luka pada area wajah, tangan, genetalia dan paha.
e) Tidur & istirahat
Pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak, Pasien sering terbangun
karena kurang nyaman dan merasakan nyeri pada area luka bakar, seperti terasa
panas atau perih pada area luka. Nyeri dirasakan kurang lebih selama satu sampai
lima menit, yg dirasakan hilang timbul.
f) Eliminasi
BAB sehari biasanya sekali, tidak diare atau mengalami konstipasi. BAK masih
menggunakan kateter sitostomy dan ditampung dalam urobag.
g) Pola hubungan dan komunikasi
Pasien mengatakan anak kedua dari tiga bersaudara, hubungan Pasien dengan
orang tua dan adiknya baik-baik saja, Pasien mengaku memiliki dua orang anak,
Pasien juga bisa berkomunikasi baik dengan perawat.
h) Manajemen koping
Pasien mengatakan jika dirinya memerlukan bantuan dalam perawatannya
dirumah dengan menyerahkan perawatan pada tenaga medis atau petugas
kesehatan.
i) Kognitif & Persepsi
Pasien mengetahui kondisi penyakit yang dialami setelah diberikan penjelasan
dari petugas. Pasien mengatakan masih bisa mendengar, melihat, berbicara,
mencium bau-bauan dengan baik, Pasien mengatakan mengalami nyeri pada area
luka bakar.
j) Konsep diri
Pasien mengatakan berjenis kelamin laki-laki, tidak ada masalah interaksi sosial,
tidak mengalami masalah peran, tidak mengalami masalah rendah diri, serta
menerima bentuk tubuhnya secara utuh.
k) Nilai & kepercayaan
- Sebelum sakit, Pasien mengatakan beragama Hindu, Pasien selalu taat dalam
persembahyangan di rumah maupun wilayah tempat tinggalnya.
- Saat sakit, Pasien mengatakan tidak bisa melakukan persembahyangan secara
rutin karena sakit yang dialaminya dan hanya berdoa di tempat tidur untuk
kesembuhannya.
l) Pemeriksaan Fisik
1. Kondisi Umum kesadaran composmentis, Pasien terbaring di tempat tidur.
Tanda-tanda Vital : Nadi = 93 kali/menit, Suhu = 36ºC, TD= 120/80 mmHg,
Pernafasan = 22 kali/menit. Skala nyeri 5 (nyeri sedang) dari rentang 0 - 10.
2. Kulit : terdapat luka bakar pada daerah tangan kanan, paha kanan dan paha
kiri, genetalia, dan wajah, luka tampak kemerahan. Luas luka bakar 23 %
dengan kedalaman/derajat II AB.
3. Kepala : mesochepale, rambut hitam : mata konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. Pada area wajah terdapat luka
bakar Grade II AB 3%, sudah dilakukan debridement skin graft dan rawat
luka.
4. Telinga : tidak ada gangguan pendengaran
5. Hidung : tidak terlihat adanya pernapasan cuping hidung, tidak ada sekret,
tidak ada gangguan penciuman. Terdapat bekas luka bakar sudah dalam fase
penyembuhan (maturasi).
6. Mulut dan Tenggorokan : mukosa bibir lembab, personal hygiene bersih tidak
ada tanda adanya trauma inhalasi. Terdapat luka bakar dalam fase
penyembuhan (maturasi), warna kemerahan epitelisasi pada kulit.
7. Leher : tidak ada pembesasran tiroid, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran
limfoid, nadi karotis teraba.
8. Thoraks
9. Inspeksi : dada simetris kanan dan kiri, tidak terdapat luka atau jejas, warna
kulit tidak ikterik, tidak terlihat adanya penggunaan otot pernapasan
(interkosta).
10. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tektil fremitus kanan dan kiri sama.
11. Perkusi: Dullness (redup) di paru-paru kanan dan kiri, tidak adanya
pembesaran jantung.
12. Auskultasi: Terdengar suara vesikuler pada paru-paru kanan dan kiri, bunyi
jantung normal.
13. Abdomen
14. Inspeksi : Abdomen datar, warna kulit sawo matang tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan abdomen.
15. Palpasi : tidak ada massa, tidak ada hepatomegali.
16. Perkusi : Tidak ada asites, tidak ada suara abdomen pekak (timpani).
17. Auskultasi: Bising usus 8x/menit.
18. Ekstremitas: terdapat luka bakar pada daerah tangan kanan dengan luas 4%,
paha kanan dan paha kiri luas 15%, genetalia luas 1%, luka tampak kemerahan
dan sebagian terbalut dengan modern dresing.
19. Genetalia : terdapat luka bakar pada area scrotum dan kemaluan dengan luas
luka bakar 1 %.
20. Anus dan Rektum : tidak terkaji
21. Neurologi : Kesadaran Pasien komposmentis
m) Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium Tn.D. dengan Luka Bakar di Burn Unit
RSUP Sanglah Denpasar Tanggal 3 April 2021
Pemeriksaan Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan

Darah WBC 16.42 103/&microL 4.1 - 11.0 Tinggi


Lengkap (DL)
NE% 66.10 % 47 - 80

LY% 25.40 % 13 - 40

MO% 6.80 % 2.0 - 11.0

EO% 1.30 % 0.0 - 5.0

BA% 0.40 % 0.0 - 2.0

NE# 10.87 103/&microL 2.50 - 7.50 Tinggi

LY# 4.17 103/&microL 1.00 - 4.00 Tinggi

RBC 3.77 106/&microL 4.5 - 5.9

HGB 10.90 g/dL 13.5 - 17.5

HCT 33.30 % 41.0 - 53.0 Rendah

MCV 88.30 fL 80.0 - 100.0 Rendah

MCH 28.90 Pg 26.0 - 34.0 Rendah

MCHC 32.70 g/dL 31 - 36

PLT 365.00 103/&microL 150 - 440

MPV 10.20 fL 6.80 - 10.0 Tinggi


2. Pemeriksaan rotgen
Foto Thorax AP (Asimetris, kurang inspirasi) : Dibandingkan foto tanggal
27/2/2021 : Soft tissue : tak tampak kelainan
Tulang-tulang : tak tampak kelainan Sinus pleura kanan kiri tajam
Diaphragma kanan kiri normal
Cor : besar dan bentuk kesan normal, CTR 55 % Trachea : letak di tengah,
airway patent
Pulmo : tak tampak nodul/konsolidasi. Corakan bronchovaskuler normal
Kesan:
Dibandingkan foto tanggal 27/2/2021 :
Saat ini Cor dan pulmo tak tampak kelainan
n) Analisa Data
Analisa Data Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Pasien Tn. D. dengan Luka Bakar di
Burn Unit RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2021
Data Etiologi Problem
DS : Agen Pencedera (api) Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri
pada area luka bakar, nyeri Luka bakar
dirasakan hilang timbul
seperti panas dan tertusuk, Terputusnya inkonuitas jaringan,

nyeri dirasakan lebih berat pembuluh darah, dan saraf-saraf di

jika bergerak, merasa takut area luka bakar

untuk merubah posisi


karena takut nyeri. Merangsang pelepasan mediator

- Merasa khawatir nyeri (histamin, prostaglandin)

dengan kondisi yang


Nyeri Akut
dihadapi saat ini
DO :
- Terdapat luka bakar pada
daerah tangan kanan
dengan luas 4%, paha
kanan dan paha kiri luas
15%, genetalia luas 1%,
luka tampak kemerahan
dan sebagian terbalut
dengan modern dresing.
- Pasien tampak meringis
saat berpindah posisi
- Tampak lemas,
gelisah, tegang, dan
pucat.
- Skala nyeri 5 dari (1-10)
rentang skala nyeri yang
diberikan.
- Hasil pemeriksaan tanda
tanda vital (TTV)
didapatkan tekanan darah:
120/80 mmHg, suhu:
36,2°C, nadi : 93x/menit,
respirasi 22x/menit.

B. Diagnosa
Setelah dilakukan analisa data, maka dirumuskan diagnose keperawatan Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik (terbakar) ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, sulit tidur, gelisah, frekuensi nadi :
93x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg, dan respirasi 22x/menit.
C. Intervensi
Perencanaan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Tn.D dengan Luka Bakar di Burn Unit RSUP Sanglah
Denpasar Tahun 2021
Tanggal Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
5 April 2021 Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera keperawatan dengan Observasi
fisik (terbakar) ditandai manajemen nyeri selama 3 x 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan Pasien mengeluh 24 jam, diharapkan tingkat frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
nyeri, tampak meringis, nyeri menurun dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri.
bersikap protektif, hasil: 3. Identifikasi respon nyeri non verbal.
gelisah, sulit tidur, - Keluhan nyeri menurun. 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
Tanda-tanda Vital : Nadi - Meringis menurun. memperingan nyeri.
= 93 kali/menit, - Sikap protektif menurun. 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
Suhu = 36ºC, - Gelisah menurun. tentang nyeri.
TD = 120/80 mmHg, - Kesulitan tidur menurun. 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
Pernafasan = 22 kali/menit. - Menarik diri menurun. respon nyeri. 16.Identifikasi pengaruh
Skala nyeri 5 (nyeri sedang) dari - Berfokus pada diri sendiri nyeri terhadap kualitas hidup. 17.Monitor
rentang 0 – 10 menurun keberhasilan terapi komplementer yang
- Diaforesis menurun sudah diberikan.
- Frekuensi nadi membaik. 7. Monitor efek samping penggunaan
- Pola nafas membaik. analgetik.
- Tekanan darah membaik Terapeutik
8. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri dengan therapi
relaksasi nafas dalam.
9. Fasilitasi istirahat dan tidur.
10. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemeliharaan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
11. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri.
12. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
13. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
14. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri dengan relaksasi
nafas dalam.
Kolaborasi
15. Memberikan analgetik jika perlu.
D. Implementasi
Implementasi Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Tn.D dengan Luka Bakar di Burn Unit
RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2021
No Tgl/Jam Implementasi Respon Paraf
1 5 April 2021 1. Mengidentifikasi DS :
09.00 lokasi, karakteristik, durasi, Pasien mengatakan nyeri
frekuensi, kualitas, di area luka, nyeri hilang
intensitas nyeri. timbul, dirasakan seperti
panas dan perih/tertusuk
DO:
Pasien tampak meringis,
skala nyeri 5

09.20 2. Mengajarkan teknik non


DS:
farmakologis untuk
Pasien mengatakan mau
mengurangi rasa nyeri
diberikan terapi relaksasi
dengan tehnik relaksasi
nafas dalam
nafas dalam
DO:
Pasien mau
mendengarkan
penjelasan tentang
relaksasi nafas dalam,
mau mendemonstrasikan
tehnik yang diajarkan,
Setelah therapi Pasien
tampak lebih rileks,
skala nyeri 3 (0 – 10)
10.00
3. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri DS :
Pasien menyatakan
mengerti setelah diberi
penjelasan
DO: Pasien mau
mendengarkan tentang
10.20 strategi meredakan nyeri
4. Delegatif pemberian
analgetik ketorolac 1 amp DS : -
30 mg/ml DO :
Obat masuk melalui
selang infus, tidak ada
tanda-tanda alergi seperti
tidak terdapat tumor,
calor, dolor, rubor
ataupun functio laesa.
2 6 April 2021 1. Mengidentifikasi DS :
09.00 lokasi, karakteristik, durasi, Setelah lebih sering
frekuensi, kualitas, melakukan relaksasi
intensitas nyeri mengatakan nyeri di
diarea luka bakar
DO :
Pasien tampak lebih
tenang dan lebih berani
dalam melakukan
gerakan

09.20 2. Mengidentifikasi skala


DS: -
nyeri
DO: skala nyeri Pasien 3

09.30 DS: Pasien menyatakan


3. Menganjurkan kembali
akan lebih sering
teknik non farmakologis
melakukan therapi jika
untuk mengurangi rasa
nyeri muncul
nyeri (relaksasi nafas
DO: Pasien melakukan
dalam)
tehnik relaksasi nafas
10.00
4. Mengontrol lingkungn yang dalam

memperberat rasa nyeri DS : -

dengan mengatur : suhu DO:


Suhu ruangan diatur
ruangan, pencahayaan, dengan pendingin
kebisingan. Sentral (suhu 22oC), tiap
Bed pasien dibatasi
dengan sampiran/korden,
penerangan cukup,
lingkungan cukup tenang
11.00
5. Mengukur vital signa
DS :
DO :
- TD:120/80 mmHg
- S : 36ºC
- N : 80x/menit
- RR : 20x/menit
3 7 April 2021 1. Mengidentifikasi lokasi, DS :
14.00 karakteristik, durasi, Setelah lebih sering
frekuensi, kualitas, melakukan relaksasi
intensitas nyeri. mengatakan nyeri di
diarea luka berkurang
DO:
Pasien tampak lebih
tenang dan lebih berani
dalam melakukan
gerakan

14.00 2. Mengidentifikasi skala


DS: -
nyeri.
DO: skala nyeri Pasien 3
(tiga)
14.30 3. Menganjurkan kembali
DS: Pasien menyatakan
teknik non farmakologis
akan lebih sering
untuk mengurangi rasa
melakukan therapi jika
nyeri (relaksasi nafas
nyeri muncul
dalam)
DO: Pasien melakukan
tehnik relaksasi nafas
dalam
15.00
4. Mengontrol lingkungn yang DS :
memperberat rasa nyeri DO:Suhu ruangan diatur
dengan mengatur : suhu dengan pendingin
ruangan, pencahayaan, Sentral (suhu 22oC), tiap
kebisingan. Bed pasien dibatasi
dengan
sampiran/korden,
penerangan cukup,
lingkungan cukup
16.00 tenang

5. Mengukur vital signa


DS :
DO :
Obat masuk melalui
selang infus, tidak ada
tanda-tanda alergi seperti
tidak terdapat tumor,
calor, dolor, rubor
16.30
ataupun functio laesa.
6. Delegatif pemberian
analgetik ketorolac 1 amp DS :
30 mg/ml DO :
Obat masuk melalui
selang infus, tidak ada
tanda-tanda alergi seperti
tidak terdapat tumor.

E. Evaluasi
Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Tn.D dengan Luka Bakar di Burn Unit RSUP Sanglah
Denpasar Tahun 2021
No Hari/ Dx Evaluasi Paraf
Tgl/Jam
1 Senin, 5 I S:
April 2021 - Pasien mengatakan nyeri pada area luka bakar,
nyeri dirasakan hilang timbul seperti panas dan
tertusuk, nyeri dirasakan lebih berat jika bergerak,
merasa takut untuk merubah posisi karena takut
nyeri.
O:
- Terdapat luka bakar pada daerah tangan kanan
dengan luas 4%, paha kanan dan paha kiri luas
15%, genetalia luas 1%, luka tampak kemerahan
dan sebagian terbalut dengan modern dresing.
- Pasien tampak meringis saat berpindah posisi
- Tampak lemas, gelisah, tegang, dan pucat.
- Skala nyeri 5 dari (1-10) rentang skala nyeri yang
diberikan.
- Hasil pemeriksaan tanda tanda vital (TTV)
didapatkan tekanan darah: 120/80 mmHg, suhu:
36,2°C, nadi : 93x/menit, respirasi 22x/menit.
A:
Masalah Belum Teratasi
P:
Intervensi Dilanjutkan
2 Selasa, 6 I S:
April 2021 - Pasien mengatakan nyeri pada area luka bakar,
nyeri dirasakan hilang timbul seperti panas dan
tertusuk, nyeri dirasakan lebih berat jika bergerak,
merasa takut untuk merubah posisi karena takut
nyeri.
O:
- Terdapat luka bakar pada daerah tangan kanan
dengan luas 4%, paha kanan dan paha kiri luas
15%, genetalia luas 1%, luka tampak kemerahan
dan sebagian terbalut dengan modern dresing.
- Pasien tampak meringis saat berpindah posisi
- Tampak lemas, gelisah, tegang, dan pucat.
- Skala nyeri 5 dari (1-10) rentang skala nyeri yang
diberikan.
- Hasil pemeriksaan tanda tanda vital (TTV)
didapatkan tekanan darah: 120/80 mmHg, suhu:
36,2°C, nadi : 93x/menit, respirasi 22x/menit.
A:
Masalah Belum Teratasi
P:
Intervensi Dilanjutkan
3 Rabu, 7 I S:
April 2021 - Pasien menyatakan sudah lebih sering melakukan
relaksasi jika nyeri muncul
- Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang.
O:
- Pasien tampak tenang, skala nyeri 2 (0-10)
rentang nyeri yang diberikan.
- Meringis menurun.
- Sikap protektif menurun.
- Gelisah menurun.
- TD : 120/80 mmHg
N: 80x/menit
RR : 20x/menit
SB : 36.2
A:
- Masalah teratasi:
P:
- Pertahankan kondisi pasien.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar atau combusio adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu
tinggi seprti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasa. Luka bakar ini dapat
mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi mapun
estetik. Reon patofisiologi settelah cedera luka bakar adalah bifase. Pada fase pasca
cedera terjadi hipofungsi orga secara umum sebagai akibat dari penuruna curah jantung
Pada prinsipnya penanganan luka bakar menurut mansjoer dkk adalah penutupan lesi
sesegera mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma
mekanik, pada kulit yang vital elemen didalanya, dan pembatasan pembentukan jaringan.
B. Saran
- Semoga dengan adanya Asuhan keperawatan ini kita semua dapat lebih memahami
masalah pada pasien dengan luka bakar, dan semoga asuhan keperawatan dapat
bermanfaat bagi kita semua.
- Diharapkan mahasiswa mampu mengelola Tn.D dengan masalah luka bakar dengan
benar, sesuai dengan tinjaun teori yang telah dijabarkan di awal asuha keerawatan ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/295472451/Asuhan-Keperawatan-Luka-Bakar Di akses pada


tanggal 24 Oktober 2021 Pukul 19.00 WITA
https://www.scribd.com/doc/304849523/Asuhan-Keperawatan-Luka-Bakar Di akses pada
tanggal 24 Oktober 2021 Pukul 19.21 WITA

https://www.scribd.com/document/164654327/ASKEP-Luka-Bakar Di akses pada tanggal 24


Oktober 2021 Pukul 20.22 WITA

https://www.scribd.com/doc/152075439/Askep-Luka-Bakar-Klp-3 Di akses pada tanggal 24


Oktober 2021 Pukul 20.48 WITA

Anda mungkin juga menyukai