Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i STIKES
Muhammadiyah Manado maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Bahasa
Indonesia dengan judul “Proses Persalinan Dan Pengkajian Janin”. Dalam penulisan makalah ini
penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh
karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan
pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses fisiologi yang dialami oleh wanita. Pada proses ini
terjadi serangkain perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui
jalan lahir (Decherneyet al, 2007). Tujuan dari pengelolaan proses persalinan adalah mendorong
kelahiran yang aman bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk
mengantisipasi dan menagani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan bayo sebab kematian
yang terjadi terutama saat proses persalinan (Koblinsky et al, 2006).
Persalinan adalah tugas dari seorang ibu yang harus dihadapi dengan tabah, walaupun tidak
jarang mereka merasa cemas dalam menghadapi masalah tersebut. Oleh karena itu, mereka
memerlukan penolong yang dapat dipercaya, yang data memberikan bimbingan dan semangat selalu
siap di depan dalam mengatasi kesukaran.
Persalinan adalah terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau post matur)
mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi) selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak
saat awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama) mempunyai janin (tunggal) dengan
presentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis terlaksana tanpa bantuan
artificial (seperti forseps) tidak mencakup komplikasi (seperti pendarahan hebat) mencakup
pelahiran plasenta yang normal. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai proses kelahiran.
Pola gerakan janin adalah tanda reliabel tentang kesejahteraan janin,dimana gerakan
janin yang mengikuti pola teratur dari waktu ketikagerakan ini dirasakan. Data sedikitnya
10 gerakan perhari dianggaplazim.
C. Tujuan
1. Mengidentifikasi persalinan normal
2. Mengetahui proses melahirkan/persalinan
3. Mengetahui tahap-tahap proses kelahiran normal
4. Mengetahui pengkajian janin
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses saat janin dan produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat
kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat (Barbara, 2009).
Persalinan adalah klimaks dari kehamilan dimana berbagai sistem yang nampaknya tidak saling
berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi. (Manuaba, 2008).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hidup cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu (UNPAD,1983).
Persalinan dan kelahiran adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
selama 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. (Saifudin, 2001).
Persalinan normal WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan beresiko rendah pada
awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi 2dilahirkan spontan dengan
presentasi belakang kepada pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah
persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik.
Pada persalinan terjadi perubahan fisik yaitu : ibu akan merasa sakit pinggang, sakit perut,
merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman, tidak bisa tidur nyenyak. Dan perubahan psikis
yang terjadi yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan diri sendiri, takut kalau terjadi bahaya
terhadap dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut
yang dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu, misalnya mengalami kesulitan pada
persalinan yang lalu, ketakutan karena anggapan sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal
yang membahayakan ( Ibrahim,C, 1993 )
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi
dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang nampaknya tidak
saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi.
B. Bentuk – bentuk persalinan
1. Persalinan spontan
Proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu
dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
2. Persalinan Bantuan
Proses persalinan yang di bantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forsep atau
dilakukan operasi seksio caesaria.
3. Persalinan Anjuran
Pada umumnya persalinan terjadi bila sudah besar untuk hidup di luar, tetapi sedemikian
besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan, kadang-kadang persalinan tidak di
mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian
pitocin atau prostaglandin.
Anda akan merasakan nyeri di bagian selangkangan karena ada tekanan sebagai akibat posisi
kepala janin sudah turun ke bawah, ke daerah rangka tulang pelvis. Lantaran janin menekan
kandung kemih, ibu hamil menjadi sering buang air kecil. Anda juga merasakan sakit pada
perut, mulas, sering buang air besar, dan buang angin.
Anda akan merasakan sakit berlebihan pada panggul dan bagian tulang belakang. Rasa sakit ini
disebabkan oleh pergeseran dan pergerakan janin yang mulai menekan tulang belakang
3. Flek
Saat otot rahim mengerut, ukuran rahim akan mengecil, sehingga kepala janin terdorong ke
arah jalan lahir. Bersamaan dengan itu, mulut rahim sedikit demi sedikit
mulai membuka.pada awal pembukaan mulut rahim, sumbat lendir itu terbuka dan lendir yang
berwarna merah muda keluar melalui vagina. Kita biasa menyebutnya flek.
4. Ketuban Pecah
Pecah ketuban juga tanda umum menjelang persalinan. Ini lumayan bikin panik. Apalagi kalau
keluarnya seperti semburan yang sulit ditahan.Air ketuban adalah cairan amniotik yang
mengelilingi bayi selama kehamilan. Ketika saat melahirkan tiba, kantung ketuban pecah dan
airnya keluar melalui vagina.Kalau ketuban pecah, hati-hati terhadap bahaya infeksi. Jaga
kebersihan area vagina dan hubungi dokter untuk memastikan apa sudah saatnya Ibu
melahirkan.
5. Kontraksi
Walau tidak nyaman, kontraksi adalah panduan untuk mengetahui kapan bayi Ibu akan
lahir.Normalnya, di minggu ke 38-40 kehamilan, kepala janin sudah mulai turun ke rongga
panggul. Bersamaan dengan itu, otot-otot rahim pun mulai melakukan gerakan mengerut dan
meregang secara bergantian, terus-menerus secara teratur.Menjelang persalinan, kontraksi
makin kuat dan frekuensinya makin sering. Biasanya kondisi ini secara alami merangsang Ibu
mengejan untuk mendorong bayi keluar.
6. Jalan lahir membuka
Sejak terjadinya kehamilan, secara alami mulut rahim tertutup oleh semacam sumbat berupa
lendir kental. Sumbat lendir ini bertugas menjaga agar kehamilan bisa terus berjalan sekaligus
melindungi janin dari kuman.
D. Proses Persalinan
Pada proses persalinan menurut (Mochtar,R, 2001) di bagi 4 kala yaitu :
Untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap (10 cm). Dalam kala
pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a) Fase laten
- Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap.
- Pembukaan kurang dari 4 cm.
- Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam.
b) Fase aktif
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi adekuat / 3 kali
atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
- Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1cm/lebih perjam hingga
pembukaan lengkap.
- Terjadi penurunan bagian terbawah janin
- Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :
Berdasarkan kurva friedman :
- Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4cm
- Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat
dari 4 menjadi 9cm
- Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan 9cm menjadi
10cm / lengkap
E. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada proses persalinan yang meliputi
langkah sbb :
1) Turunnya kepala, meliputi :
- Masuknya kepala dalam PAP
- Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah jalan lahir tepat diantara symfisis dan
promontorium ,disebut synclitismus.Kalau pada synclitismus os.parietal depan dan
belakang sam tingginya jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati symfisis atau agak
kebelakang mendekati promontorium disebut Asynclitismus.
- Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut asynclitismus posterior jika sebaliknya
disebut asynclitismus anterior.
2) Fleksi
Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir
PAP serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
3) Putaran paksi dalam
Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian
depan memutar ke depan ke bawah symfisis.
4) Ekstensi
Setelah kepala di dasar panggul terjadilah distensi dari kepala hal ini disebabkan karena lahir
pada intu bawah panggul mengarah ke depan dan keatas sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk melaluinya.
5) Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali kearah punggung anak torsi pada
leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
6) Ekspulsi
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung dilakukan pengeluaran
anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼ bahu ke arah anterior dan posterior dan
badan bayi keluar dengan sangga susur.
F. Contoh Gambar persalinan
G. Pengkajian Janin
Perhitungan gerakan janin harus dimulai pada usia kehamilan34-36minggu bagi wanita
yang berisiko rendah mengalami insufisiensiuteroplasenta. Sedangkan pada wanita
yang faktor resikonya telahdiidentifikasi, perhitungan gerakan janin dilakukan pada
usiakehamilan 28 minggu.Gerakan janin normal yaitu sekelompok atau beberapa
kelompoknaktivitas tungkai dan tubuh janin yang menunjukan normalitas.Gerakan
janin pada grimigravida dirasakan pada kehamilan 18minggu, sedangkan pada
multigravida pada kehamilan 16 minggu.
6. Setelah nyata bahwa yang terdengar itu betul-betul denyut jantung janin maka
dihitung untuk mengetahui teraturnya dan frekuensinya denyut jantung janin itu.
c. Dengan menggunakan Doppler
1. Nyalakan doppler, untuk memeriksa apakah doppler dapat digunakan.
2. Usahakan jelly pada abdomen ibu, tepet pada daerah yang telahditentukan.
Kegunaan jelly adalah sebagai kontak kedap udaraantara kulit abdomen dengan
permukaan sensor.
3. Tempatkan sensor pada daerah yang akan didengarkan,kemudian tekan tombol
start untuk mendengarkan denyutjantung janin.
4. Lakukan penyesuaian volume seperlunya denganmenggunakan tombol pengatur
volume.
5. Lihat denyut jantung janin pada angka yang ditujukan melalui monitor.
d. Indikasi
Semua pasien yang ada kaitannya dengan insufisiensi plasenta
e. Komplikasi
Hipertensi ortostatik
f. Cara Melihat hasil
- Reaktif, bila
1. Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit
2. Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
3. Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih
dalam 20 menit
4. Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti
janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian
5. Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari,
tipe yang lain diulang setiap minggu
- Tidak reaktif, bila :
1. Denyut jantung basal 120-160 kali per menit
2. Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
3. Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
4. Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari
luar
5. Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang
reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena
pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan metildop
Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan
NST diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan
tes dengan kontraksi (OCT).
- Sinusoidal, bila :
1. Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal
2. Tidak ada gerakan janin
3. Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin
matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-
RH
Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik
sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga
pemeriksaan ulang dianjurkan 1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor
resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau oligohidramnion hasil
NST yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik
sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1
minggu).
Hasil NST non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%,
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan
yang mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG).
Sebaiknya NST tidak dipakai sebagai parameter tunggal untuk menentukan
intervensi atau terminasi kehamilan oleh karena tingginya angka positif palsu
tersebut (dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin yang lainnya).
Amniocentesis adalah tes untuk mengetahui kelainan genetik pada bayi dengan
memeriksa cairan ketuban atau cairan amnion. Di dalam cairan amnion terdapat
sel fetal (kebanyakan kulit janin) yang
Pemeriksaan ini diutamakan untuk wanita hamil yang berisiko tinggi, yaitu :
Risiko Amniocentesis
Pemeriksaan
Amniocentesis dini
PEMBAHSAN JURNAL
COVID-19 merupakan serangkaian penyakit yang disebabkan oleh patogen yang muncul dalam
dua dekade terakhir, dari SARS hingga influenza H1N1 ke Ebola dan penyakit virus Zika pada
tahun 2009.15 Wanita hamil merupakan populasi yang penting pada masa pandemi ini. Terdapat 3
laporan kasus serial, dengan total 31 kehamilan yang dengan COVID-19 sebagai penyerta.8,9,16
Sedangkan laporan WHO dari China memberikan informasi terbatas pada 147 kasus kehamilan.17
Pedoman untuk wanita hamil telah diterbitkan oleh American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG),18 dan untuk pedoman wanita hamil di Indonesia juga telah
dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.19 Dalam epidemi ini, penting
untuk menstandarkan skrining, penerimaan, dan manajemen semua ibu hamil yang
dicurigai/dikonfirmasi terinfeksi COVID-19 dan menyiapkan ruang bersalin dengan cara sebaik
mungkin. Manajemen harus dilakukan sesuai dengan pedoman lokal, federal, dan internasional,
dan strategi tatalaksana juga telah disiapkan.20,21 Setelah seorang wanita hamil diduga/
dikonfirmasi infeksi COVID-19, perawatan ibu dan melahirkan akan menjadi sulit, rumit dan
menantang dibandingkan pada ibu yang tidak terkonfirmasi COVID-19.22,23 Komplikasi apa saja
bisa terjadi pada kehamilan. Sampai sekarang, outcome klinis ibu dengan COVID-19 memiliki
prognosis lebih baik dibandingkan dengan infeksi SARS dan MERS. Data yang ada menunjukkan
angka mortalitas kasus masing-masing 0%, 18%, dan 25% untuk COVID-19, SARS, dan MERS.
Pada SARS dan MERS ibu hamil yang mengalami kegagalan pernapasan yang progresif dan
sepsis berat adalah penyebab paling sering ditemukan pada kasus kematian. Hal ini merupakan
bukan suatu hal yang mengganjal, mengingat kecenderungan double infeksi dengan bakteri dapat
terjadi karena cedera pada mukosa langsung, disregulasi respons imun, dan perubahan pada
pernapasan.24 Komplikasi janin pada ibu yang terinfeksi COVID-19 yaitu keguguran (2%), Intra
Uterine Growth Restriction (IUGR; 10%), dan kelahiran prematur (39%). Demam dengan suhu
ratarata 38.1-39.00 C, merupakan gejala yang umum terjadi pada ibu dengan COVID-19. Studi
kohort pada pasien dengan infeksi lain belum menunjukkan peningkatan risiko kelainan kongenital
dari pireksia ibu pada kehamilan trimester pertama, meskipun gangguan kurangnya perhatian masa
kanak-kanak lebih umum terjadi, mungkin terkait dengan cedera hipertermik pada neuron janin.
Keadaan ini menggambarkan bahayanya ibu dengan terinfeksi COVID-19, kondisi yang paling
serius
jika ibu mengalami gejala saluran nafas yang berat akan membahayakan ibu itu sendiri dan janin
yang dikandungnya.25,26 Terdapat risiko secara teoritis dari transmisi vertikal, mirip dengan yang
terlihat pada infeksi SARS, karena reseptor ACE-2 secara luas diekspresikan dalam plasenta,
dengan struktur domain pengikatan reseptor yang serupa antara SARS-CoV dan SARS-CoV- 2.27
Laporan kasus serial, 2 neonatus dari ibu yang terinfeksi COVID-19 telah dites positif SARS-
CoV-2 segera setelah melahirkan, hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan
penularan vertikal dari ibu ke janin. 24 Namun, belum ada contoh pasti penularan vertikal di
antara 46 neonatus lainnya yang lahir dari ibu yang terinfeksi COVID-19. Tidak semua neonatus
ini diperiksa SARS-CoV-2, namun yang sudah diperiksa sekitar 15 neonatus yang
positif.8,9,16,28,29 Buktibukti ini didukung dengan ditunjukkan tidak danya isolat virus dalam
cairan ketuban, darah tali pusat, ASI, dan usap tenggorokan neonatal dalam kelompok pasien ini.8
Sebagian besar wanita ini terinfeksi COVID-19 pada trimester ketiga kehamilan dan hingga saat
ini belum ada publikasi yang menjelaskan tentang kasus positif perinatal ketika infeksi didapat
pada awal kehamilan.30,31 Manajemen yang dilakukan untuk ibu hamil dalam perawatan
antenatal, pengawasan janin, persalinan dan menyusui, seluruhnya menggunakan alat pelindung
diri (APD) untuk
tenaga kesehatan. Pada pandemi ini, langkahlangkah menjaga jarak (social distancing) telah
terbuktiefektif dalam mengurangi penularan penyakit.32 Perawatan kebidanan dapat dilayani
dengan sistem yang di jelaskan oleh Dashraath dkk. Tim minimal terdiri dari, dokter spesialis,
residensi, dan perawat atau bidan. Tim ini berfungsi secara independen dan menyediakan layanan
rawat inap dan persalinan, perawatan rawat jalan untuk pemeriksaan antenatal, atau layanan bedah,
termasuk merawat wanita dengan infeksi COVID-19 yang diduga atau dikonfirmasi dengan
menggunakan alat pelindung diri (dilakukan diluar prosedur pemeriksaan yang sesuai yaitu
pemeriksaan tunda pemeriksaan ultrasonografi yang tidak essensial, pemeriksaan suhu rutin, kursi
tunggu pasien dengan jarak, pindahkan pasien dengan risiko rendah ke ruangan tersendiri. Pada
layanan bedah yang harus digarisbawahi yaitu penggunaan ruangan operasi dengan tekanan
negatif. Jika anggota tim terpapar atau terinfeksi COVID-19, anggota tim tersebut akan dikarantina
selama minimal 2 minggu. Perawatan klinis rawat jalan semakin banyak Portability and
Accountability Act (HIPAA), sehingga kondisi social distancing masih diterapkan.24 Dalam hal
pengawasan janin, gangguan pernapasan yang terus-menerus meningkatkan risiko retriksi
pertumbuhan janin akibat hipoksia pada ibu, yang mendorong pelepasan vasokonstriktor kuat
seperti faktor endotelin-1, yang menyebabkan hipoperfusi pada plasenta dan berkurangnya
pengiriman oksigen ke janin. Mengingat bahwa IUGR merupakan komplikasi dari sekitar 10%
kehamilan dengan COVID-19, pemantauan ultrasonografi harus selalu diterapkan pada pasien
dengan COVID-19. Setelah evaluasi sonografi pada pasien berisiko tinggi, transduser ultrasound
harus didesinfeksi sesuai dengan rekomendasi.24 Keadaan ini yang menyebutkan bahwa
kehamilan dengan COVID-19 berbahaya untuk bayi yang lahir. Pertanyaan lain terkait dengan
menyusui dapat mentransmisikan ke bayi yaitu data yang terbatas menunjukkan bahwa SARS-
CoV-2 tidak ditularkan melalui ASI.27 Penularan penyakit ini berasal dari droplet, hindari
penggunaan alat makan yang bersama-sama dari ibu dan bayi. Cara terbaik untuk mencegah
penyebaran COVID-19 adalah dengan menerapkan langkah-langkah yang digunakan untuk
membatasi penyebaran influenza musiman. Pasien harus diinstruksikan untuk menghindari kontak
dengan orang sakit, menghindari menyentuh wajah mereka, menutup saat batuk dan bersin, sering
mencuci tangan, mendisinfeksi permukaan yang terkontaminasi, dan tinggal di rumah ketika sakit.
Klinik prenatal harus memastikan semua wanita hamil dan pengunjungnya diperiksa untuk
mengetahui gejala demam dan pernapasan, dan wanita yang bergejala harus diisolasi dari wanita
yang sehat dan diharuskan
memakai masker.19 Bagaimanapun, jika pasien memilih untuk menyusui, ia harus mengenakan
masker anak, untuk mengurangi risiko penularan droplet. Terdapatnya antibodi SARS-CoV-2
dalam ASI tergantung pada usia kehamilan kapan ibu terinfeksi dan jika ada penggunaan
kortikosteroid dosis tinggi sebelumnya ydapat menekan respons antibodi ibu.33 Wanita hamil
dilakukan screening dan dikategorikan menjadi risiko rendah, sedang, atau tinggi untuk infeksi
COVID-19, yang dilakukan di Indonesia yaitu sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien
Dalam Pengawasan (PDP), Orang Tanpa Gejala (OTG) dan Kasus Terkonfirmasi. Hal ini
dilakukan untuk menentukan disposisi pasien dan jenis tindakan pencegahan pengendalian infeksi
yang diperlukan oleh staf layanan kesehatan.19 Pembagian ODP, PDP, OTG dan kasus
terkonfirmasi ini hanya ada di Indonesia. Pada umumnya diseluruh dunia tidak ada pembagian ini,
hanya ada kasus terkonfirmasi atau kasus tidak terkonfirmasi. Cara persalinan ditentukan oleh
faktor obstetri dan urgensi klinis. Karena tidak ada bukti yang meyakinkan tentang penularan
vertikal, persalinan pervaginam tidak dikontraindikasikan pada pasien dengan COVID-19.34
Ketika persalinan darurat diperlukan pada ibu yang memiliki kondisi kritis, persalinan seksio
sesaria harus dilakukan. Indikasi untuk dilakukan seksio sesaria pada ibu yang mengalami
hemodinamik idak stabil, kesulitan bernafas dengan ventilasi mekanis akibat uterus yang berat,
dan gangguan janin. Persalinan pervaginam atau persalinan sesar, harus dilakukan dengan
tindakan pencegahan menggunakan alat pelindung diri penuh (APD) dan di ruangan dengan
ventilasi tekanan negatif.35 Meskipun data tidak menunjukkan terdapat risiko penularan vertikal,
penundaan penjepitan tali pusat dan kontak kulit terhadap ibu setelah persalinan harus dihindari,
menurut rekomendasi Canadian Society of Obstetricians and Gynecologists guidelines for SARS
in pregnancy. 35 Menyusui bukan suatu kontraindikasi yang dilakukan pada pasien terkonfirmasi
COVID-19, berdasarkan pedoman yang diterbitkan saat ini. 36 Analisis retrospektif COVID-19
pada kehamilan Keamanan penyedia layanan kesehatan adalah yang paling penting dalam pandemi
apapun itu, dan jenis alat pelindung diri (APD) yang diperlukan tergantung pada tingkat risiko
dimana tenaga kesehatan itu bertugas. Masker bedah digunakan sesuai dalam menjalani tugas
klinis umum, seperti data percobaan acak sebelumnya menunjukkan orang yang menggunakan
masker bedah sama efektifnya dengan respirator N95 dalam mencegah penularan droplet pada
influenza. Penggunaan masker respirator N95 direkomendasikan oleh CDC untuk tenaga
kesehatan dengan paparan risiko tinggi terhadap pasien yang dicurigai atau terbukti COVID-19.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature atau
postmatur),mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam
dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya, mempunyai janin tunggal dengan presentase puncak
kepala, terlaksana tanpa bantuan artificial, tidak mencakup komplikasi, plasenta
lahir normal.Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada
letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu
dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.Bentuk-Bentuk Persalinan:Persalinan
spontan, Persalinan Bantuan, Persalinan Anjuran menjelang kelahiran sang bayi, ada beberapa
hal yang perlu dipersiapkan. Terutama barang – barang keperluan ibu dan sang bayi yang
nantinya akan dibawa ke rumah sakit.Tanda – Tanda MelahirkanGejala paling sering
menjelang persalinan adalah rasa mulas. Perut terasa seperti kram, mirip saat menstruasi. Ada
juga yang merasa mual, kembung, dan nyeri punggung. Bahkan ada yang diare atau
pusing.Menjelang persalinan, sistem pencernaan Ibu akan melambat.Kala dalam
persalinan : Kala 1 (dari pembukaan 1 sampai lengkap),Kala II (dari pembukaan lengkap
sampai bayi lahir),Kala III (dari bayi lahir hingga plasenta lahir). Bahwa psikoogi ibu dalam
bersalin juga perlu diperhatikan yaitu dengan mengikutsertakan orang terdekat sehingga ibu
mendapat support selama persalinan, karena dengan psikologi ibu yang baik juga berpegaruh
baik dengan proses persalinan.
Wanita hamil mewakili populasi yang rentan dalam wabah penyakit menular ini karena
perubahan fisiologi mereka, kerentanan terhadap infeksi, dan fungsi mekanis dan imunologis
yang terganggu. Kebutuhan untuk melindungi janin menambah tantangan dalam
mengelola kesehatan mereka. Ibu hamil dengan terinfeksi COVID-19 berbahaya untuk
kesehatan ibu dan bayinya. Pada ibu jika terjadi manifestasi klinis berat pada saluran nafas dan
bayinya jika terjadi penularan akan menyebabkan terjadinya ARDS pada bayi. Tindakan
pencegahan khusus diperlukan untuk meminimalkan infeksi silang dari penyedia layanan
kesehatan sambil melakukan prosedur yang memerlukan kontak fisik yang dekat dan
Berdasarkan studi yang dilaporkan diWuhan dan Iran,gejala yang dialami wanita hamil
yangterinfeksi COVID-19 sama dengan wanita yang tidak hamil. Tidak ditemukan
kemungkinan penularandari ibu ke janin selama masa kehamilan. Gejala dari infeksi COVID-
19 dapat mempengaruhi proses persalinan Tidak semua Infeksi COVID-19 memperburuk
kondisi pasca persalinan,meskipun tidak ditemukan perbedaan berarti dari hasil CT scan paru.
Trombo-sitopenia adalah manifestasi lain yang terdeteksi pada tes laboratorium.
B. SARAN
Mohon maaf bila banyak kekurangan dalam makalah ini dan mohon kritik dan saran yang
membangun. Penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Penulis barharap pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca,
mengetahui dan memahami pola tidur yang baik dan benar untuk tubuh yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
https://assyifadelya.wordpress.com/2012/12/13/makalah-persalinan/
http://makalahkesehatanraze.blogspot.com/2014/07/makalah-persalinan-normal_13.html
https://www.scribd.com/doc/185756221/Pengkajian-Fetal
https://www.google.com/search?q=gambar%20proses%20persalinan%20kala%201-
4&tbm=isch&safe=strict&safe=strict&tbs=rimg:CfWU5jykRF50YWx7niq3sk-
O&hl=id&sa=X&ved=0CAIQrnZqFwoTCICF5rT_j-
wCFQAAAAAdAAAAABAH&biw=1349&bih=667#imgrc=Ev7bk0iXmK8YVM
https://bidanshop.blogspot.com/2015/12/kala-1234-dalam-persalinan.ht