Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i STIKES
Muhammadiyah Manado  maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Bahasa
Indonesia dengan judul “Proses Persalinan Dan Pengkajian Janin”. Dalam penulisan makalah ini
penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh
karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan
pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses fisiologi yang dialami oleh wanita. Pada proses ini
terjadi serangkain perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui
jalan lahir (Decherneyet al, 2007). Tujuan dari pengelolaan proses persalinan adalah mendorong
kelahiran yang aman bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk
mengantisipasi dan menagani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan bayo sebab kematian
yang terjadi terutama saat proses persalinan (Koblinsky et al, 2006).

Persalinan adalah tugas dari seorang ibu yang harus dihadapi dengan tabah, walaupun tidak
jarang mereka merasa cemas dalam menghadapi masalah tersebut. Oleh karena itu, mereka
memerlukan penolong yang dapat dipercaya, yang data memberikan bimbingan dan semangat selalu
siap di depan dalam mengatasi kesukaran.

Persalinan adalah terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau post matur)
mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi) selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak
saat awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama) mempunyai janin (tunggal) dengan
presentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis terlaksana tanpa bantuan
artificial (seperti forseps) tidak mencakup komplikasi (seperti pendarahan hebat) mencakup
pelahiran plasenta yang normal. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai proses kelahiran.

Pola gerakan janin adalah tanda reliabel tentang kesejahteraan janin,dimana gerakan
janin yang mengikuti pola teratur dari waktu ketikagerakan ini dirasakan. Data sedikitnya
10 gerakan perhari dianggaplazim.

Perhitungan gerakan janin harus dimulai pada usia kehamilan34-36minggu bagi


wanita yang berisiko rendah mengalami insufisiensiuteroplasenta. Sedangkan pada wanita
yang faktor resikonya telahdiidentifikasi, perhitungan gerakan janin dilakukan pada
usiakehamilan 28 minggu. Gerakan janin normal yaitu sekelompok atau beberapa
kelompoknaktivitas tungkai dan tubuh janin yang menunjukan normalitas.Gerakan janin
pada grimigravida dirasakan pada kehamilan 18minggu, sedangkan pada multigravida
pada kehamilan 16 minggu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses kelahiran bayi?
2. Apa saja yang dilalui saat proses melahirkan?
3. Bagaimana pengkajian janin?

C. Tujuan
1. Mengidentifikasi persalinan normal
2. Mengetahui proses melahirkan/persalinan
3. Mengetahui tahap-tahap proses kelahiran normal
4. Mengetahui pengkajian janin
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses saat janin dan produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat
kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat (Barbara, 2009).

Persalinan adalah klimaks dari kehamilan dimana berbagai sistem yang nampaknya tidak saling
berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi. (Manuaba, 2008).

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hidup cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu (UNPAD,1983).

Persalinan dan kelahiran adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
selama 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. (Saifudin, 2001).

Persalinan normal WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan beresiko rendah pada
awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi 2dilahirkan spontan dengan
presentasi belakang kepada pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah
persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik.

Pada persalinan terjadi perubahan fisik yaitu : ibu akan merasa sakit pinggang, sakit perut,
merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman, tidak bisa tidur nyenyak. Dan perubahan psikis
yang terjadi yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan diri sendiri, takut kalau terjadi bahaya
terhadap dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut
yang dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu, misalnya mengalami kesulitan pada
persalinan yang lalu, ketakutan karena anggapan sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal
yang membahayakan ( Ibrahim,C, 1993 )

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi
dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang nampaknya tidak
saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi.
B. Bentuk – bentuk persalinan
1. Persalinan spontan

Proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu
dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

2. Persalinan Bantuan

Proses persalinan yang di bantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forsep atau
dilakukan operasi seksio caesaria.

3. Persalinan Anjuran

Pada umumnya persalinan terjadi bila sudah besar untuk hidup di luar, tetapi sedemikian
besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan, kadang-kadang persalinan tidak di
mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian
pitocin atau prostaglandin.

C. Tanda – tanda Melahirkan


Gejala paling sering menjelang persalinan adalah rasa mulas. Perut terasa seperti kram, mirip
saat menstruasi. Ada juga yang merasa mual, kembung, dan nyeri punggung. Bahkan ada yang
diare atau pusing.Menjelang persalinan, sistem pencernaan Ibu akan melambat. Lebih baik Ibu
makan makanan ringan saja seperti sup, sereal, atau roti dan banyak minum air putih.

Tanda tanda lainya seperti :

1. Terasa nyeri di selangkangan.

Anda akan merasakan nyeri di bagian selangkangan karena ada tekanan sebagai akibat posisi
kepala janin sudah turun ke bawah, ke daerah rangka tulang pelvis. Lantaran janin menekan
kandung kemih, ibu hamil menjadi sering buang air kecil. Anda juga merasakan sakit pada
perut, mulas, sering buang air besar, dan buang angin.

2. Sakit pada panggul dan tulang belakang.

Anda akan merasakan sakit berlebihan pada panggul dan bagian tulang belakang. Rasa sakit ini
disebabkan oleh pergeseran dan pergerakan janin yang mulai menekan tulang belakang

3. Flek
Saat otot rahim mengerut, ukuran rahim akan mengecil, sehingga kepala janin  terdorong ke
arah jalan lahir. Bersamaan dengan itu, mulut rahim sedikit demi sedikit
mulai membuka.pada awal pembukaan mulut rahim, sumbat lendir itu terbuka dan lendir yang
berwarna merah muda keluar melalui vagina. Kita biasa menyebutnya flek.
4. Ketuban Pecah
Pecah ketuban juga tanda umum menjelang persalinan. Ini lumayan bikin panik. Apalagi kalau
keluarnya seperti semburan yang sulit ditahan.Air ketuban adalah cairan amniotik yang
mengelilingi bayi selama kehamilan. Ketika saat melahirkan tiba, kantung ketuban pecah dan
airnya keluar melalui vagina.Kalau ketuban pecah, hati-hati terhadap bahaya infeksi. Jaga
kebersihan area vagina dan hubungi dokter untuk memastikan apa sudah saatnya Ibu
melahirkan.
5. Kontraksi
Walau tidak nyaman, kontraksi adalah panduan untuk mengetahui kapan bayi Ibu akan
lahir.Normalnya, di minggu ke 38-40 kehamilan, kepala janin sudah mulai turun ke rongga
panggul. Bersamaan dengan itu, otot-otot rahim pun mulai melakukan gerakan mengerut dan
meregang secara bergantian, terus-menerus secara teratur.Menjelang persalinan, kontraksi
makin kuat dan frekuensinya makin sering. Biasanya kondisi ini secara alami merangsang Ibu 
mengejan untuk mendorong bayi keluar.
6. Jalan lahir membuka
Sejak terjadinya kehamilan, secara alami mulut rahim tertutup oleh semacam sumbat berupa
lendir kental. Sumbat lendir ini bertugas menjaga agar kehamilan bisa terus berjalan sekaligus
melindungi janin dari kuman.

D. Proses Persalinan
Pada proses persalinan menurut (Mochtar,R, 2001) di bagi 4 kala yaitu :

1) Kala 1 : Kala pembukaan

Untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap (10 cm). Dalam kala
pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a) Fase laten
- Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap.
- Pembukaan kurang dari 4 cm.
- Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam.
b) Fase aktif
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi adekuat / 3 kali
atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
- Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1cm/lebih perjam hingga
pembukaan lengkap.
- Terjadi penurunan bagian terbawah janin
- Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :
Berdasarkan kurva friedman :
- Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4cm
- Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat
dari 4 menjadi 9cm
- Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan 9cm menjadi

10cm / lengkap

2) Kala II : Kala pengeluaran janin


Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan mendorong janin hingga
keluar.
Pada kala II ini memiliki ciri khas :
- His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3menit sekali
- Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris menimbulkan
rasa ingin mengejan
- Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB
- Anus membuka
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin kepala akan lahir dan diikuti seluruh
badan janin.
Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu :
- Primipara kala II berlangsung 1,5  jam - 2 jam
- Multipara kala II berlangsung  0,5 jam - 1 jam
Pimpinan persalinan
Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam letak berbaring, merangkul
kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku, kepala diangkat sedikit sehingga
dagu mengenai dada, mulut dikatup; dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring kearah
dimana punggung janin berada dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah atas
(JNPKR dan Depkes, 2002)

3) Kala III : Kala uri


Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi rahim
berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta 
yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan
pelepasan uri, dalam waktu 1 – 5 menit plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina dan
akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan (brand androw, seluruh proses biasanya
berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Dan pada pengeluaran plasenta biasanya disertai
dengan pengeluaran darah kira – kira 100-200cc.

Tanda kala III terdiri dari 2 fase :


      1) Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
a.    Schultze
Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu di tengah kemudian terjadi
reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula – mula di tengah kemudian
seluruhnya, menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak
setelah uri lahir.
b.    Dunchan
Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih dahulu dari pinggir (20%)
Darah akan mengalir semua antara selaput ketuban
c.    Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
      2) Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :
      1)  Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada / diatas simfisis, tali pusat diregangkan, bila
plasenta masuk berarti belum lepas, bila tali pusat diam dan maju (memanjang) berarti
plasenta sudah terlepas.
      2) Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat kembali berarti belum lepas, bila
diam/turun berarti sudah terlepas.
      3) Strastman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti  belum lepas,
bila tidak bergetar berarti sudah terlepas.
      4)  Rahim menonjol diatas symfisis
      5)  Tali pusat bertambah panjang
      6)  Rahim bundar dan keras
 7)  Keluar darah secara tiba-tiba

4) Kala IV:  Kala pengawasan


Waktu setelah bayi lahir dan uri selama 1-2 jam dan waktu dimana untuk mengetahui
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.

E. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada proses persalinan yang meliputi
langkah sbb :
1) Turunnya kepala, meliputi :
- Masuknya kepala dalam PAP
- Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah jalan lahir tepat diantara symfisis dan
promontorium ,disebut synclitismus.Kalau pada synclitismus os.parietal depan dan
belakang sam tingginya jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati symfisis atau agak
kebelakang mendekati promontorium disebut Asynclitismus.
- Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut asynclitismus posterior jika sebaliknya
disebut asynclitismus  anterior.
2) Fleksi
Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir
PAP serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
3) Putaran paksi dalam
Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian
depan memutar ke depan ke bawah symfisis.
4) Ekstensi
Setelah kepala di dasar panggul terjadilah distensi dari kepala hal ini disebabkan karena lahir
pada intu bawah panggul mengarah ke depan dan keatas sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk melaluinya.
5) Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali kearah punggung anak torsi pada
leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
6) Ekspulsi
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung dilakukan pengeluaran
anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼ bahu ke arah anterior dan posterior dan
badan bayi keluar dengan sangga susur.
F. Contoh Gambar persalinan

G. Pengkajian Janin

Perhitungan gerakan janin harus dimulai pada usia kehamilan34-36minggu bagi wanita
yang berisiko rendah mengalami insufisiensiuteroplasenta. Sedangkan pada wanita
yang faktor resikonya telahdiidentifikasi, perhitungan gerakan janin dilakukan pada
usiakehamilan 28 minggu.Gerakan janin normal yaitu sekelompok atau beberapa
kelompoknaktivitas tungkai dan tubuh janin yang menunjukan normalitas.Gerakan
janin pada grimigravida dirasakan pada kehamilan 18minggu, sedangkan pada
multigravida pada kehamilan 16 minggu.

H. Hal – Hal Yang Mempengaruhi Gerakan Janin

1. Kapan gerakan muncul


2. Usia kandungan
3. Kadar glukosa
4. Stimulus suara
5. Status prilaku janin
6. Penggunaan obat-obatan dan kebiasaan merokok
7. Hipoksia
8. Asidemia
9. Polihidramnion
10. Oligohidramnion

I. Cara Menghitung gerakan janin


Pengkajian riwayat meruupakan langkah yang penting. Klien sering melaporkan
penurunan gerakan janin karena mereaka lupa merasakan aktifitas janin selama
periode waktu tertentu dan  juga tidak terlalu menaruh perhatian terhadap hal ini.
Anjurkan klien untuk fokus pada aktifitas janin selama periode waktusatu jam,
terutama saat ia sedang beristirahat, dalam kondisi gizi baik,dan asupan cairan
cukup.Apabila klien mampu membaca dan memahami prosedur grafik dasar,maka
dapat menggunakan metode count to ten ( menghitung sampai10 ) :
1. Jadwalkan satu sesi perhitungan perhari
2. Jadwalkan sesi pada waktu yang sama setiap hari
3. Catat berapa lama biasanya dibutuhkan untuk merasakan 10 kaligerakan
4. Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi dalam 10jam
5. Apabila gerakan kurang dari 10 kali dalam 10 jam, jika dibutuhkan waktu lebih
lama untuk mencapai 10 kali gerakan, atau jika tidak terasa gerakan dalam 10 jam
maka hubungi bidan. Kelebihan metode ini yaitu : mudah digunakan, singkat dan
mudah diinterpretasi.

J. Denyut Jantung Janin (DJJ) 


Denyut jantung janin normal adalah frekuensi denyut rata-rata wanitatidak sedang
bersalin, atau diukur diantara dua kontraksi. Rentang normal adalah 120 sampai 160
denyut/menit. Bunyi denyut jantung janin seperti bunyi detik jam dibawah bantal.
a. Alat Pemeriksa Denyut Jantung Janin 
Denyut jantung janin secara obyektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan
menggunakan:
1. Auskultasi periodik Tersedia beberapa instrument untuk mendeteksi denyut
jantung janins eperti : Fetoskop (18-20 minggu), stetoskop Pinard/Laenec(18-20
minggu), stetoskop ultrasonografi dopler (12 minggu )
2. Electronic Fetal Monitoring
3. Ada dua alat pemantauan janin secara elektronik yaitu : alateksternal (transducer
eksternal) dan alat internal (elektroda spiraldan kateter tekanan intrauterine).
b. Cara Mendengarkan Denyut Jantung janin Dengan menggunakan Stetoskop
Pinard
1. Tempat mendengarkan harus tenang, agar tidak mendapatgangguan dari suara
lain.
2. Ibu hamil diminta berbaring terlentang, kakinya lurus, bagian yang tidak perlu
diperiksa ditutup, pintu atau jendela ditutup.
3. Alat disediakan. Pemeriksaan ini sebagai lanjutan dari pemeriksaan palpasi.

4. Mencari daerah atau tempat dimana kita akan mendengarkan.Setelah daerah


ditemukan, stetoskop pinard di pakai bagian yang berlubang luas ditempatkan
ke atas tempat atau daerah dimana kita akan mendengarkan. Sedangkan bagian
yang luasnya sempit ditempatkan pada telinga kita, letakkan tegak lurus.
5. Kepala pemeriksa dimiringkan, perhatian dipusatkan pada denyut jantung janin.
Bila terdengar suatu detak, maka untuk memastikanapakah yang terdengar itu
denyut jantung janin, detak ini harusdisesuai dengan detak nadi ibu. Bila
detakkan itu sama dengan nadi ibu, yang terdengar bukan jantunt janin, tetapi
detak aorta abdominalis dari ibu.

6. Setelah nyata bahwa yang terdengar itu betul-betul denyut jantung janin maka
dihitung untuk mengetahui teraturnya dan frekuensinya denyut jantung janin itu.
c. Dengan menggunakan Doppler
1. Nyalakan doppler, untuk memeriksa apakah doppler dapat digunakan.
2. Usahakan jelly pada abdomen ibu, tepet pada daerah yang telahditentukan.
Kegunaan jelly adalah sebagai kontak kedap udaraantara kulit abdomen dengan
permukaan sensor.
3. Tempatkan sensor pada daerah yang akan didengarkan,kemudian tekan tombol
start untuk mendengarkan denyutjantung janin.
4. Lakukan penyesuaian volume seperlunya denganmenggunakan tombol pengatur
volume.
5. Lihat denyut jantung janin pada angka yang ditujukan melalui monitor.

1. Bunyi Yang Sering Terdengar Ketika Memeriksa Denyut Jantung Janin


a. Desir Tali pusat 
Disebabkan semburan darah melalui arteri umbilikalis. Suara ini terdengar seperti
siulan nyaring yang singkron dengan denyut jantung janin. Suara ini tidak konstan,
kadang-kadang terdengar jelas ketika diperksa pada suatu waktu namun pada
pemeriksaan di lain tidak terdengar. 
b. Desir uterus 
Terdengar sebagai suara hembusan lembut yang singkron dengan denyut ibu. Bunyi
ini biasanya paling jelas terdengar saat auskultasi segmen bawah uterus. Suara ini
dihasilkan oleh pasase darah melalui pembuluh-pembuluh uterus yang berdilatasi
dan dijumpai tidak saja pada kehamilan tetapi juga pada setiap keadaan yang
menyebabkan alirah darah ke uterus meningkat, hingga pengaliran darah menjadi luas
c. Suara akibat gerakan janin 
Suara gerakan ini seperti suara pukulan, dikarenakan janin mendapat reaksi dari luar.
d.   Gerakan usus 
Suara ini seperti berkumur-kumur, dihasilkan oleh berjalannya gas atau cairan
melalui usus ibu. 
2. Frekuensi Denyut Jantung
a. Bradikardi 
Frekuensi denyut jantung janin yang kurang dari 110 denyut/menit. Keadaan ini
dianggap sebagai tanda akhir hipoksia janin.
Penyebabnya : 
- Hipoksia janin tahap lanjut 
- Obat-obatan Beta-adrenergetik (propanolol; anestetik untuk blok epidural,
spinal, kaudal, dan pudendal) 
- Hipotensi pada ibu 
- Kompresi tali pusat yang lama 
- Blok jantung kongenital pada janin 
b. Takikardia 
Frekuensi denyut jantung janin yang lebih dari 160 denyut/menit. Keadaan ini
dianggap sebagai tanda awal hipoksia janin. 
Penyebabnya : 
- Hipoksia janin dini 
- Demam pada ibu 
- Obat-obatan parasimpatik (atropin, hidroksizin) 
- Obat-obatan Beta-simpatomimetik (ritodrin, isoksuprin) 
- Amnionitis 
- Hipertiroid pada ibu 
- Anemia pada janin 
- Gagal jantung pada janin 
- Aritmia jantung pada janin 
c. Variabilitas 
Variabilitas denyut jantung janin digambarkan sebagai ketidakteraturan irama
jantung normal. Variabilitas denyut demi denyut normal dianggap antara 6 dan 25
denyut/menit. 
- variabilitas jangka pendek yaitu ketidak samaan satu denyut dengan denyut
berikutnya. 
- variabilitas jangka panjang yaitu tampak sebagai siklus ritmik/ gelombang
dasar dan biasanya terdapat tiga sampai lima siklus permenit. 
Penyebab variabilitas meningkat : 
- hipoksia ringan dini 
- stimulasi janin oleh palpasi rahim, kontraksi rahim, aktivitas janin, dan aktivitas
janin variabilitas menurn 
- Hipoksia/asidosis 
- Depresi sistem saraf pusat oleh obat-obatan tertentu 
- Prematuritas 
- Siklus tidur janin 
- Aritmia jantung janin 
3. Frekuensi Denyut Periodik
a. Akselerasi 
Adalah peningkatan sementara denyut jantung janin di atas nilai normal. Akselerasi
denyut jantung janin yang timbul saat gerakan janin terjadi merupakan indikasi janin
sehat.
Penyebab : 
- Gerakan janin spontan 
- Pemeriksaan dalam 
- Presentasi sungsang 
- Tekanan fundus 
- Kontraksi rahim 
- Palpasi perut 
b. Deselerasi 
- Adalah penurunan sementara denyut jantung janin di bawah nilai normal.
Disebabkan oleh respon parasimpatik, dapat dalam bentuk benigna atau
bentuk yang tidak menyenangkan. Tiga tipe deselerasi : 
- Deselerasi dini yaitu penurunan sementara denyut jantung janin di bawah
nilai normal sejalan kontraksi rahim. Penyebab : Kompresi kepala sebagai
akibat kontraksi rahim, pemeriksaan dalam, tekanan fundus, pemasangan alat
pemantau internal. 
- Deselerasi lambat yaitu penurunan sementara denyut jantung janin di bawah
nilai normal pada fase kontraksi. Penyebab : insufisiensi uteruplasenta
disebabkan oleh hiperaktivitas atau hipertonisitas rahim, hipontensi supin
pada ibu, anastesi spinal atau epidural, plasenta previa, solusio plasenta,
gangguan hipertensi, IUGR, diabetes mellitus dan amnionitis. 
- Deselerasi variasi yaitu penurunan sementara denyut jantung janin mendadak
yang bervariasi dalam durasi, intensitas, dan waktu awitan kontraksi.
Penyebab : kompresi tali pusat disebabkan oleh lilitan tali pusat, tali pusat
pendek, tali pusat membelit, tali pusat prolaps. 
- Deselerasi memanjang didefinisikan sebagai deselerasi tersendiri yang
berlangsung 2 menit atau lebih, tetapi kurang dari 10 menit dari awitan untuk
kembali ke normal. Penyebab : pemeriksaan panggul, pemasangan elektroda
spiral, penurunan janin yang cepat, penggunaan manuver valsava, prolaps tali
pusat, kejang ibu termasuk eklampsi dan epilepsi, hipotensi ibu pada posisi
terlentang.

K. Pemeriksaan NON STRESS TEST (NST)  


NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur
kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan
perubahan denyut jantung dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik
pada saat kehamilan maupun persalinan.
a. Fungsi  
- Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran djj dalam hubungannya
dengan gerakan / aktivitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap
frekuensi dasar djj (baseline), variabilitas (variability) dan timbulnya akselerasi
yang sesuai dengan gerakan / aktivitas janin (Fetal Activity Determination /
FAD).
- Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan
apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia
kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.
- Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya
dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat
dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung  janin. Sebaliknya, bila janin
kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut
jantung janin.
b. Patofisiologi  
Aktifitas dinamika jantung dipengaruhi oleh sistem saraf autonom yaitu simpatis
dan parasimpatis. Bunyi jantung dasar dan variabilitas dari jantung janin normal
terjadi bila oksigenasi jantung normal. Bila cadangan plasenta untuk nutrisi
(oksigen) cukup, maka stres intrinsik (gerakan janin) akan menghasilkan
akselerasi bunyi jantung janin, dan stres ekstrinsik (kontraksi rahim) tidak akan
mengakibatkan deselerasi.
c. Cara Melakukan
- Persiapan tes tanpa kontraksi : 
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak
boleh diberikan sedativa.
Prosedur pelaksanaan : 
1. Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri
2. Tekanan darah diukur setiap 10 menit
3. Dipasang kardio dan tokodinamometer
4. Frekuensi jantung janin dicatat
5. Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi
6. Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit
7. Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit
tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan
pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi
hari setelah 2 jam sarapan)
8. Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST
secara individual

d. Indikasi  
Semua pasien yang ada kaitannya dengan insufisiensi plasenta
e. Komplikasi  
Hipertensi ortostatik
f. Cara Melihat hasil
- Reaktif, bila
1. Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit
2. Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
3. Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih
dalam 20 menit
4. Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti
janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian
5. Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari,
tipe yang lain diulang setiap minggu
- Tidak reaktif, bila : 
1. Denyut jantung basal 120-160 kali per menit
2. Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
3. Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
4. Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari
luar
5. Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang
reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena
pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan metildop

Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan
NST diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan
tes dengan kontraksi (OCT).
- Sinusoidal, bila : 
1. Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal
2. Tidak ada gerakan janin
3. Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin
matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-
RH

Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi


dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction
Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu

dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.


- Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila
ditemukan : 
a. Bradikardi
b. Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm,
yang lamanya 60 detik atau lebih.
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah
viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable

Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik
sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga
pemeriksaan ulang dianjurkan 1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor
resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau oligohidramnion hasil
NST yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik
sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1
minggu).

Hasil NST non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%,
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan
yang mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG).
Sebaiknya NST tidak dipakai sebagai parameter tunggal untuk menentukan
intervensi atau terminasi kehamilan oleh karena tingginya angka positif palsu
tersebut (dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin yang lainnya).

Amniocentesis adalah tes untuk mengetahui kelainan genetik pada bayi dengan
memeriksa cairan ketuban atau cairan amnion. Di dalam cairan amnion terdapat
sel fetal (kebanyakan kulit janin) yang

dapat dilakukan analisis kromosom, analisis biokimia dan biologi.


Ultrasonografi digunakan untuk memastikan posisi kandungan, plasenta, dan
janin serta jumlah cairan amnion yang mencukupi.

Manfaat pemeriksaan amniocentesis antara lain : 

1. Mengetahui kelainan bawaan (Syndrome down,dll)


2. Mengetahui jenis kelamin bayi.
3. Mengetahui tingkat kematangan paru janin.
4. Mengetahui ada tidaknya infeksi cairan amnion.

Pemeriksaan ini diutamakan untuk wanita hamil yang berisiko tinggi, yaitu : 

1. Wanita yang mempunyai riwayat keluarga dengan kelainan genetik.


2. Wanita berusia di atas 35 tahun.
3. Wanita yang memiliki hasil tes yang abnormal terhadap sindrom down pada
trimester pertama kehamilan.
4. Wanita dengan kelainan pada pemeriksaan USG
5. Wanita dengan sensitisasi Rh.

Risiko Amniocentesis 

1. Kebocoran atau infeksi terhadap air ketuban


2. Jarum menyentuh bayi
3. Kelahiran prematur
4. Keguguran

Pemeriksaan 

1. Ibu berbaring telentang


2. Perut ibu dibersihkan
3. Dokter menggunakan ultrasonografi untuk melihat bayi, dan untuk mencari
area yang aman dalam air ketuban. Ultrasonografi adalah gambar dari bayi
Anda yang ditangkap dengan menggunakan gelombang suara.
4. Kemudian jarum dimasukkan ke dalam uterus untuk mengambil cairan
amnion.
5. Dokter mengambil sejumlah kecil cairan kemudian mengeluarkan jarum.
Jarum berada di dalam selama kurang dari 1 menit
6. Sebuah layar diletakkan di sebelah perut ibu selama 15-30 menit untuk
memantau detak jantung bayi
7. Hasil pemeriksaan bisa didapatkan dalam waktu sekitar 2 minggu

Amniocentesis dini  

1. Pemeriksaan dilakukan antara usia gestasi 11 sampai 14 minggu.


2. Cairan yang diambil lebih sedikit 1 mL per setiap minggu gestasi.
3. Risiko keguguran dan komplikasi lebih tinggi.

 Amniocentesis trimester kedua 

1. Untuk diagnostik genetik biasanya dilakukan pada usia gestasi 15-20


minggu.
2. Tindakan dipandu dengan bantuan USG realtime
3. Jarum spinal no. 20 sampai 22 dimasukkan ke dalam kantong amnion, sambil
menghindari plasenta, tali pusat dan janin.
4. Cairan yang diambil sebanyak 20 mL
5. Jarum dikeluarkan dan diamati apakah ada perdarahan pada bekas tusukan
jarum
6. Risiko yg dpt terjadi : Trauma janin/maternal, Infeksi , Abortus/persalinan
prematur

Kesimpulannya, amniocentesis pada umumnya aman dan dapat dipercaya, tetapi


tetap tidak bebas sama sekali dari faktor risiko. Penting sekali untuk digunakan
dengan selektif dan tetap dijelaskan kepada pasangan pasien yang
menginginkannya.
BAB III

PEMBAHSAN JURNAL

Coronavirus (CoVs) adalah Virus yangmenginfeksimanusia dan berbagai macam hewan,


menyebabkan penyakit padasaluran pernapasan, enterik, hati, dansistem neurologis dengan
berbagai tingkatkeparahan. Virus ini merupakan virus darijenis yang sama dengan
coronavirus(SARS-CoV) dan sindrom pernapasanTimur Tengah coronavirus (MERS-CoV)(Y.
Chenet al., 2020).Berdasarkan review ini, tidak adapenelitian langsung
yangmelaporkankemungkinan penularan vertikal COVID-19 dari ibu ke janin hingga saat ini.
Namun,mereka harus menghindarimenyusui. Infeksi Covid-19 Pada Kehamilan Dan
Persalinan(Handayani,2020)4p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516secara langsung sampai
dipastikan merekatidak terinfeksi COVID-19(Panahiet al.,2020; Wanget al.,2020).Selain itu,
para ibu dengandikonfirmasi COVID-19 harus diobatidengan antibiotik dan
antivirus setelahmelahirkan. Gejala klinis COVID-19 padakehamilan tidak berbeda secara
signifikandari wanita yang tidak hamil, dengan gejalaumum termasuk nyeri dada, sesak
napas,demam dan lesu (Chuaet al., 2020).Sheket al., 2003. Melaporkan bahwatransmisi perinatal
dari Coronavirusterkait-SARS tidak terdeteksi di salah satulima bayi lahir hidup yang dilahirkan
olehwanita hamil dengan SARS selama wabahkomunitas di Hong Kong pada tahun 2003.Tes
laboratorium menunjukkan bahwalimfopenia sering terjadi. Selain itu,peningkatan
konsentrasi ALT atau ASTmungkin menjadi salah satu manifestasiklinis. Namun, tidak ada
gejala-gejalakhusus yang dirasakan setiap pasien

COVID-19 merupakan serangkaian penyakit yang disebabkan oleh patogen yang muncul dalam
dua dekade terakhir, dari SARS hingga influenza H1N1 ke Ebola dan penyakit virus Zika pada
tahun 2009.15 Wanita hamil merupakan populasi yang penting pada masa pandemi ini. Terdapat 3
laporan kasus serial, dengan total 31 kehamilan yang dengan COVID-19 sebagai penyerta.8,9,16
Sedangkan laporan WHO dari China memberikan informasi terbatas pada 147 kasus kehamilan.17
Pedoman untuk wanita hamil telah diterbitkan oleh American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG),18 dan untuk pedoman wanita hamil di Indonesia juga telah
dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.19 Dalam epidemi ini, penting
untuk menstandarkan skrining, penerimaan, dan manajemen semua ibu hamil yang
dicurigai/dikonfirmasi terinfeksi COVID-19 dan menyiapkan ruang bersalin dengan cara sebaik
mungkin. Manajemen harus dilakukan sesuai dengan pedoman lokal, federal, dan internasional,
dan strategi tatalaksana juga telah disiapkan.20,21 Setelah seorang wanita hamil diduga/
dikonfirmasi infeksi COVID-19, perawatan ibu dan melahirkan akan menjadi sulit, rumit dan
menantang dibandingkan pada ibu yang tidak terkonfirmasi COVID-19.22,23 Komplikasi apa saja
bisa terjadi pada kehamilan. Sampai sekarang, outcome klinis ibu dengan COVID-19 memiliki
prognosis lebih baik dibandingkan dengan infeksi SARS dan MERS. Data yang ada menunjukkan
angka mortalitas kasus masing-masing 0%, 18%, dan 25% untuk COVID-19, SARS, dan MERS.
Pada SARS dan MERS ibu hamil yang mengalami kegagalan pernapasan yang progresif dan
sepsis berat adalah penyebab paling sering ditemukan pada kasus kematian. Hal ini merupakan
bukan suatu hal yang mengganjal, mengingat kecenderungan double infeksi dengan bakteri dapat
terjadi karena cedera pada mukosa langsung, disregulasi respons imun, dan perubahan pada
pernapasan.24 Komplikasi janin pada ibu yang terinfeksi COVID-19 yaitu keguguran (2%), Intra
Uterine Growth Restriction (IUGR; 10%), dan kelahiran prematur (39%). Demam dengan suhu
ratarata 38.1-39.00 C, merupakan gejala yang umum terjadi pada ibu dengan COVID-19. Studi
kohort pada pasien dengan infeksi lain belum menunjukkan peningkatan risiko kelainan kongenital
dari pireksia ibu pada kehamilan trimester pertama, meskipun gangguan kurangnya perhatian masa
kanak-kanak lebih umum terjadi, mungkin terkait dengan cedera hipertermik pada neuron janin.
Keadaan ini menggambarkan bahayanya ibu dengan terinfeksi COVID-19, kondisi yang paling
serius

jika ibu mengalami gejala saluran nafas yang berat akan membahayakan ibu itu sendiri dan janin
yang dikandungnya.25,26 Terdapat risiko secara teoritis dari transmisi vertikal, mirip dengan yang
terlihat pada infeksi SARS, karena reseptor ACE-2 secara luas diekspresikan dalam plasenta,
dengan struktur domain pengikatan reseptor yang serupa antara SARS-CoV dan SARS-CoV- 2.27
Laporan kasus serial, 2 neonatus dari ibu yang terinfeksi COVID-19 telah dites positif SARS-
CoV-2 segera setelah melahirkan, hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan
penularan vertikal dari ibu ke janin. 24 Namun, belum ada contoh pasti penularan vertikal di
antara 46 neonatus lainnya yang lahir dari ibu yang terinfeksi COVID-19. Tidak semua neonatus
ini diperiksa SARS-CoV-2, namun yang sudah diperiksa sekitar 15 neonatus yang
positif.8,9,16,28,29 Buktibukti ini didukung dengan ditunjukkan tidak danya isolat virus dalam
cairan ketuban, darah tali pusat, ASI, dan usap tenggorokan neonatal dalam kelompok pasien ini.8
Sebagian besar wanita ini terinfeksi COVID-19 pada trimester ketiga kehamilan dan hingga saat
ini belum ada publikasi yang menjelaskan tentang kasus positif perinatal ketika infeksi didapat
pada awal kehamilan.30,31 Manajemen yang dilakukan untuk ibu hamil dalam perawatan
antenatal, pengawasan janin, persalinan dan menyusui, seluruhnya menggunakan alat pelindung
diri (APD) untuk

tenaga kesehatan. Pada pandemi ini, langkahlangkah menjaga jarak (social distancing) telah
terbuktiefektif dalam mengurangi penularan penyakit.32 Perawatan kebidanan dapat dilayani
dengan sistem yang di jelaskan oleh Dashraath dkk. Tim minimal terdiri dari, dokter spesialis,
residensi, dan perawat atau bidan. Tim ini berfungsi secara independen dan menyediakan layanan
rawat inap dan persalinan, perawatan rawat jalan untuk pemeriksaan antenatal, atau layanan bedah,
termasuk merawat wanita dengan infeksi COVID-19 yang diduga atau dikonfirmasi dengan
menggunakan alat pelindung diri (dilakukan diluar prosedur pemeriksaan yang sesuai yaitu
pemeriksaan tunda pemeriksaan ultrasonografi yang tidak essensial, pemeriksaan suhu rutin, kursi
tunggu pasien dengan jarak, pindahkan pasien dengan risiko rendah ke ruangan tersendiri. Pada
layanan bedah yang harus digarisbawahi yaitu penggunaan ruangan operasi dengan tekanan
negatif. Jika anggota tim terpapar atau terinfeksi COVID-19, anggota tim tersebut akan dikarantina
selama minimal 2 minggu. Perawatan klinis rawat jalan semakin banyak Portability and
Accountability Act (HIPAA), sehingga kondisi social distancing masih diterapkan.24 Dalam hal
pengawasan janin, gangguan pernapasan yang terus-menerus meningkatkan risiko retriksi
pertumbuhan janin akibat hipoksia pada ibu, yang mendorong pelepasan vasokonstriktor kuat
seperti faktor endotelin-1, yang menyebabkan hipoperfusi pada plasenta dan berkurangnya
pengiriman oksigen ke janin. Mengingat bahwa IUGR merupakan komplikasi dari sekitar 10%
kehamilan dengan COVID-19, pemantauan ultrasonografi harus selalu diterapkan pada pasien
dengan COVID-19. Setelah evaluasi sonografi pada pasien berisiko tinggi, transduser ultrasound
harus didesinfeksi sesuai dengan rekomendasi.24 Keadaan ini yang menyebutkan bahwa
kehamilan dengan COVID-19 berbahaya untuk bayi yang lahir. Pertanyaan lain terkait dengan
menyusui dapat mentransmisikan ke bayi yaitu data yang terbatas menunjukkan bahwa SARS-
CoV-2 tidak ditularkan melalui ASI.27 Penularan penyakit ini berasal dari droplet, hindari
penggunaan alat makan yang bersama-sama dari ibu dan bayi. Cara terbaik untuk mencegah
penyebaran COVID-19 adalah dengan menerapkan langkah-langkah yang digunakan untuk
membatasi penyebaran influenza musiman. Pasien harus diinstruksikan untuk menghindari kontak
dengan orang sakit, menghindari menyentuh wajah mereka, menutup saat batuk dan bersin, sering
mencuci tangan, mendisinfeksi permukaan yang terkontaminasi, dan tinggal di rumah ketika sakit.
Klinik prenatal harus memastikan semua wanita hamil dan pengunjungnya diperiksa untuk
mengetahui gejala demam dan pernapasan, dan wanita yang bergejala harus diisolasi dari wanita
yang sehat dan diharuskan

memakai masker.19 Bagaimanapun, jika pasien memilih untuk menyusui, ia harus mengenakan
masker anak, untuk mengurangi risiko penularan droplet. Terdapatnya antibodi SARS-CoV-2
dalam ASI tergantung pada usia kehamilan kapan ibu terinfeksi dan jika ada penggunaan
kortikosteroid dosis tinggi sebelumnya ydapat menekan respons antibodi ibu.33 Wanita hamil
dilakukan screening dan dikategorikan menjadi risiko rendah, sedang, atau tinggi untuk infeksi
COVID-19, yang dilakukan di Indonesia yaitu sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien
Dalam Pengawasan (PDP), Orang Tanpa Gejala (OTG) dan Kasus Terkonfirmasi. Hal ini
dilakukan untuk menentukan disposisi pasien dan jenis tindakan pencegahan pengendalian infeksi
yang diperlukan oleh staf layanan kesehatan.19 Pembagian ODP, PDP, OTG dan kasus
terkonfirmasi ini hanya ada di Indonesia. Pada umumnya diseluruh dunia tidak ada pembagian ini,
hanya ada kasus terkonfirmasi atau kasus tidak terkonfirmasi. Cara persalinan ditentukan oleh
faktor obstetri dan urgensi klinis. Karena tidak ada bukti yang meyakinkan tentang penularan
vertikal, persalinan pervaginam tidak dikontraindikasikan pada pasien dengan COVID-19.34
Ketika persalinan darurat diperlukan pada ibu yang memiliki kondisi kritis, persalinan seksio
sesaria harus dilakukan. Indikasi untuk dilakukan seksio sesaria pada ibu yang mengalami
hemodinamik idak stabil, kesulitan bernafas dengan ventilasi mekanis akibat uterus yang berat,
dan gangguan janin. Persalinan pervaginam atau persalinan sesar, harus dilakukan dengan
tindakan pencegahan menggunakan alat pelindung diri penuh (APD) dan di ruangan dengan
ventilasi tekanan negatif.35 Meskipun data tidak menunjukkan terdapat risiko penularan vertikal,
penundaan penjepitan tali pusat dan kontak kulit terhadap ibu setelah persalinan harus dihindari,
menurut rekomendasi Canadian Society of Obstetricians and Gynecologists guidelines for SARS
in pregnancy. 35 Menyusui bukan suatu kontraindikasi yang dilakukan pada pasien terkonfirmasi
COVID-19, berdasarkan pedoman yang diterbitkan saat ini. 36 Analisis retrospektif COVID-19
pada kehamilan Keamanan penyedia layanan kesehatan adalah yang paling penting dalam pandemi
apapun itu, dan jenis alat pelindung diri (APD) yang diperlukan tergantung pada tingkat risiko
dimana tenaga kesehatan itu bertugas. Masker bedah digunakan sesuai dalam menjalani tugas
klinis umum, seperti data percobaan acak sebelumnya menunjukkan orang yang menggunakan
masker bedah sama efektifnya dengan respirator N95 dalam mencegah penularan droplet pada
influenza. Penggunaan masker respirator N95 direkomendasikan oleh CDC untuk tenaga
kesehatan dengan paparan risiko tinggi terhadap pasien yang dicurigai atau terbukti COVID-19.
BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature atau
postmatur),mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam
dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya, mempunyai janin tunggal dengan presentase puncak
kepala, terlaksana tanpa bantuan artificial, tidak mencakup komplikasi, plasenta
lahir normal.Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada
letak  belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu
dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.Bentuk-Bentuk Persalinan:Persalinan
spontan, Persalinan Bantuan, Persalinan Anjuran menjelang kelahiran sang bayi, ada beberapa
hal yang perlu dipersiapkan. Terutama barang – barang keperluan ibu dan sang bayi yang
nantinya akan dibawa ke rumah sakit.Tanda – Tanda MelahirkanGejala paling sering
menjelang persalinan adalah rasa mulas. Perut terasa seperti kram, mirip saat menstruasi. Ada
juga yang merasa mual, kembung, dan nyeri punggung. Bahkan ada yang diare atau
pusing.Menjelang persalinan, sistem pencernaan Ibu akan melambat.Kala dalam
persalinan : Kala 1 (dari pembukaan 1 sampai lengkap),Kala II (dari pembukaan lengkap
sampai bayi lahir),Kala III (dari bayi lahir hingga plasenta lahir).  Bahwa psikoogi ibu dalam
bersalin juga perlu diperhatikan yaitu dengan mengikutsertakan orang terdekat sehingga ibu
mendapat support selama persalinan, karena dengan psikologi ibu yang baik juga berpegaruh
baik dengan proses persalinan.

Wanita hamil mewakili populasi yang rentan dalam wabah penyakit menular ini karena
perubahan fisiologi mereka, kerentanan terhadap infeksi, dan fungsi mekanis dan imunologis
yang terganggu. Kebutuhan untuk melindungi janin menambah tantangan dalam

mengelola kesehatan mereka. Ibu hamil dengan terinfeksi COVID-19 berbahaya untuk
kesehatan ibu dan bayinya. Pada ibu jika terjadi manifestasi klinis berat pada saluran nafas dan
bayinya jika terjadi penularan akan menyebabkan terjadinya ARDS pada bayi. Tindakan
pencegahan khusus diperlukan untuk meminimalkan infeksi silang dari penyedia layanan
kesehatan sambil melakukan prosedur yang memerlukan kontak fisik yang dekat dan

menghindari paparan droplet, seperti persalinan pervaginam. Banyak manajemen kebidanan


didasarkan pada konsensus dan rekomendasi praktik terbaik. Telaah artikel ini bertujuan
menjelaskan apakah keadaan ibu hamil dengan COVID-19 berbahaya atau tidak, sert
memberikan tingkat perawatan yang tepat untuk pasien dan staf rumah sakit selama pandemi
COVID-19.

Berdasarkan studi yang dilaporkan diWuhan dan Iran,gejala yang dialami wanita hamil
yangterinfeksi COVID-19 sama dengan wanita yang tidak hamil. Tidak ditemukan
kemungkinan penularandari ibu ke janin selama masa kehamilan. Gejala dari infeksi COVID-
19 dapat mempengaruhi proses persalinan Tidak semua Infeksi COVID-19 memperburuk
kondisi pasca persalinan,meskipun tidak ditemukan perbedaan berarti dari hasil CT scan paru.
Trombo-sitopenia adalah manifestasi lain yang terdeteksi pada tes laboratorium.

B. SARAN
Mohon maaf bila banyak kekurangan dalam makalah ini dan mohon kritik dan saran yang
membangun. Penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Penulis barharap pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca,
mengetahui dan memahami pola tidur yang baik dan benar untuk tubuh yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
https://assyifadelya.wordpress.com/2012/12/13/makalah-persalinan/

http://makalahkesehatanraze.blogspot.com/2014/07/makalah-persalinan-normal_13.html

https://www.scribd.com/doc/185756221/Pengkajian-Fetal

https://www.google.com/search?q=gambar%20proses%20persalinan%20kala%201-
4&tbm=isch&safe=strict&safe=strict&tbs=rimg:CfWU5jykRF50YWx7niq3sk-
O&hl=id&sa=X&ved=0CAIQrnZqFwoTCICF5rT_j-
wCFQAAAAAdAAAAABAH&biw=1349&bih=667#imgrc=Ev7bk0iXmK8YVM

https://bidanshop.blogspot.com/2015/12/kala-1234-dalam-persalinan.ht

Anda mungkin juga menyukai