BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan sistem pencernaan tidak secara langsung menyebabkan kematian bagi penderita.
Namun hal ini menyebabkan beberapa penderita mencari pertolongan medis. Salah satu
gangguan sistem pencernaan yaitu kolitis ulseratif.
Kolitis ulseratif merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung
lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Nyeri abdomen, diare, perdarahan
rektum merupakan gejala dan tanda yang terpenting. Lesi utamanya adalah reaksi peradangan
daerah subepitel yang timbul pada basis kripte lieberkhun, yang akhirnya menimbulkan ulserasi
mukosa. Puncak penyakit ini adalah antara usia 12 dan 49 tahun dan menyerang jenis kelamin
laki-laki maupun perempuan.
Insiden yang lebih tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam orang kulit putih dan orang-
orang keturunan Yahudi.Kolitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di
Amerika Serikat, atau kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di
daerah utara. Meskipun kolitis ulseratif tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik
kerentanan komponen. Penyakit ini dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor
lingkungan (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006).
B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa dapat :
1. Memahami pengertian kolitis ulseratif dan penyebabnya.
2. Memahami patofisiologi dan penatalaksanaan medis dan keperawatan pada kolitis ulseratif.
3. Melaksanakan pengkajian keadaan kesehatan pada klien dengan kolitis ulseratif.
4. Menyusun diagnosa keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif.
5. Membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif berdasarkan hasil
pengkajian.
C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menggunakan metode studi kepustakaan.
D. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan :
A. Latar Belakang
B. Tujuan penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep dasar Kolitis Ulseratif
1. PENGERTIAN
Kolitis Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon
dan rektum. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
Kolitis Ulseratif adalah penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung lama
disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson,
2006, hal, 461)
Kolitis Ulseratif adalah penyakit inflamasi primer dari membran mukosa kolon (Monica
Ester,2002,hal,56).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Kolitis Ulseratif adalah suatu
penyakit inflamasi pada lapisan mukosa kolon dan rektum yang menyebabkan luka atau lesi dan
berlangsung lama.
3. ETIOLOGI
Etiologi kolitis ulseratif tidak diketahui. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi
karena terdapat hubungan familial. Juga terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunnita
berperan dalam patogenesis kolitis ulseratif. Antibody antikolon telah ditemukan dalam serum
penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan limposit dari penderita kolitis ulseratif merusak sel
epitel pada kolon.
Telah dijelaskan beberapa teori mengenai penyebab kolitis ulseratif, namun tidak ada yang
terbukti. Teori yang paling terkenal adalah teori reaksi sistem imun tubuh terhadap virus atau
bakteri yang menyebabkan terus berlangsungnya peradangan dalam dinding usus.
Menderita kolitis ulseratif memang memiliki kelainan sistem imun, tetapi tidak diketahui hal
ini merupakan penyebab atau akibat efek ini, kolitis ulseratif tidak sebabkan oleh distres
emosional atau sensitifitas terhadap makanan, tetapi faktor-faktor ini mungkin dapat memicu
timbulnya gejala pada beberapa orang. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006, hal, 462).
5. PATOFISIOLOGI
Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon
dan rektum. Puncak insiden kolitis ulseratif adalah pada usia 30 sampai 50 tahun.
Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara
bergiliran, satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rektum dan
akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek, dan menebal
akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
Kolitis ulseratif merupakan penyakit primer yang didapatkan pada kolon, yang merupakan
perluasan dari rektum. Kelainan pada rektum yang menyebar kebagian kolon yang lain dengan
gambaran mukosa yang normal tidak dijumpai. Kelainan ini akan behenti pada daerah ileosekal,
namun pada keadaan yang berat kelainan dapat terjadi pada ileum terminalis dan appendiks.
Pada daerah ileosekal akan terjadi kerusakan sfingter dan terjadi inkompetensi. Panjang kolon
akan menjadi 2/3 normal, pemendekan ini disebakan terjadinya kelainan muskuler terutama pada
kolon distal dan rektum. Terjadinya striktur tidak selalu didapatkan pada penyakit ini, melainkan
dapat terjadi hipertrofi lokal lapisan muskularis yang akan berakibat stenosis yang reversibel
Lesi patologik awal hanya terbatas pada lapisan mukosa, berupa pembentukan abses pada
kriptus, yang jelas berbeda dengan lesi pada penyakit crohn yang menyerang seluruh tebal
dinding usus. Pada permulaan penyakit, timbul edema dan kongesti mukosa. Edema dapat
menyebabkan kerapuhan hebat sehingga terjadi perdarahan pada trauma yang hanya ringan,
seperti gesekan ringan pada permukaan.
Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah menembus dinding kriptus dan
menyebar dalam lapisan submukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa
kemudian terlepas menyisakan daerah yang tidak bermukosa (tukak). Tukak mula- mula tersebar
dan dangkal, tetapi pada stadium yang lebih lanjut, permukaan mukosa yang hilang menjadi
lebih luas sekali sehingga menyebabkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah.
(Harrison, 2000, hal 161)
6. MANIFESTASI KLINIK
Kebanyakan gejala kolitis ulseratif pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih
sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah.
Pasien juga dapat mengalami :
a. Anemia
b. Fatigue/ kelelahan
c. Berat badan menurun
d. Hilangnya nafsu makan
e. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
f. Lesi kulit ( eritoma nodusum )
g. Lesi mata ( uveitis )
h. Buang air besar beberapa kali dalam sehari ( 10-20 kali sehari )
i. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran
j. Perdarahan rektum
k. Kram perut
l. Sakit pada persendian
m. Anoreksia
n. Dorongan untuk defekasi
o. Hipokalsemia (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
7. KOMPLIKASI
a. Megakolon toksik
b. Perforasi
c. Hemoragi
d. Neoplasma malignan
e. Pielonefritis
f. Nefrolitiasis
g. Kalanglokarsinoma
h. Artritis
i. Retinitis, iritis
j. Eritema nodusum (Brunner & Suddarth, 2002)
8. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Terapi Obat - obatan
Terapi obat-obatan. Obat-obatan sedatif dan antidiare/antiperistaltik digunakan untuk
mengurangi peristaltik sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi. Terapi
ini dilanjutkan sampai frekuensi defekasi dan kosistensi feses pasien mendekati normal.
Sulfonamida seperti sulfasalazin (azulfidine) atau sulfisoxazol (gantrisin) biasanya efektif
untuk menangani inflamasi ringan dan sedang. Antibiotik digunakan untuk infeksi sekunder,
terutama untuk komplikasi purulen seperti abses, perforasi, dan peritonitis. Azulfidin membantu
dalam mencegah kekambuhan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1107-1108).
Pembedahan
Pembedahan umunya digunakan untuk mengatasi kolitis ulseratif bila penatalaksaan medikal
gagal dan kondisi sulit diatasi, intervensi bedah biasanya diindikasi untuk kolitis ulseratif.
Pembedahan dapat diindikasikan pada kedua kondisi untuk komplikasi seperti perforasi,
hemoragi, obstruksi megakolon, abses, fistula, dan kondisi sulit sembuh.(Cecily Lynn betz &
Linda sowden. 2007,hal 323-324)
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Masukan diet dan cairan
Cairan oral, diet rendah residu-tinggi protein-tinggi kalori, dan terapi suplemem vitamin dan
pengganti besi diberikan untuk memenuhui kebutuhan nutrisi. Ketidak- seimbangan cairan dan
elektrolit yang dihubungkan dengan dehidrasi akibat diare, diatasi dengan terapi intravena sesuai
dengan kebutuhan. Adanya makanan yang mengeksaserbasi diare harus dihindari. Susu dapat
menimbulkan diare pada individu intoleran terhadap lactose.Selain itu makanan dingin dan
merokok juga dapat dihindari, karena keduanya dapat meningkatkan morbilitas usus. Nutrisi
parenteral total dapat diberikan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106-1107).
Psikoterapi
Ditunjukkan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres pada pasien, kemampuan
menghadapi faktor-faktor ini, dan upaya untuk mengatasi konflik sehingga mereka tidak
berkabung karena kondisi mereka. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108).
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Gambaran Radiologi
Foto polos abdomen
Barium enema
Ultrasonografi ( USG )
CT-scan dan MRI
B. Pemeriksaan Endoskopi ( Pierce A.Grace & Neil.R.Borley, 2006, hal 110 )
1. Pengkajian
1. Identitas
1) Identitas pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pemeriksaan, diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi : Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama
Biasanya pada klien yang terkena kolitis ulseratif mengeluh nyeri perut, diare, demam,
anoreksia.
3 Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Perdarahan anus, diare dan sakit perut, peningkatan suhu tubuh, mual, muntah, anoreksia,
perasaan lemah, dan penurunan nafsu makan.
- Riwayat kesehatan dahulu
Untuk menentukan penyakit dasar kolitis ulseratif. Pengkajian predisposisi seperti genetik,
lingkungan, infeksi, imunitas, makanan dan merokok perlu di dokumentasikan. Anamnesis
penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, dan tuberculosis dipertimbangkan sebagai sarana
pengkajian proferatif.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
b) Vital sign, meliputi
- Tekanan darah : Dalam batas normal (120/80 mmHg)
- Nadi : Takikardia atau diatas normal (> 100 x/menit)
- Suhu : Klien mengalami demam (> 37,5o C )
- Respirasi : Dalam batas normal (16- 20 x/menit)
c) Pemeriksaan sistem tubuh
Sistem pencernaan : - Terjadi pembengkakan pada abdomen
- Nyeri tekan pada abdomen,
- Bising usus lebih dari normal (normalnya 5-35 x/menit)
- Anoreksia
Sistem integumen : Kulit dan membran mukosa kering dan turgornya
jelek.
Sistem eliminasi : - Pada saat buang air besar mengalami diare
- Feses mengandung darah
5. Pemeriksaan Diagnostik
Kolonoskopi, ulserasi panjang terbagi oleh mukosa normal yang timbul di kolon kanan.
Enema barium disertai pemeriksaan sinar X dan sigmoidoskopi akan memperlihatkan
perdarahan mukosa disertai ulkus
Analisis darah akan memperlihatkan anemia dan penurunan kadar kalium
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108, diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien dengan kolitis ulseratif :
1. Diare berhubungan dengan proses inflamasi
2. Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan peristaltik dan inflamasi
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan pembatasan
diet, mual,
dan malabsorpsi
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan.
3. Perencanaan
Diagnosa 1 : Diare berhubungan dengan proses inflamasi
Definisi :
Pengeluaran feses lunak dan tidak bermasa ( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )
Tujuan :
Kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi secara adekuat
Kriteria hasil :
- Turgor kulit kembali normal
- Input dan output seimbang
- Membran mukosa lembab
Intervensi Rasional
Mandiri
- Awasi masukan dan keluaran, karakter dan- Memberikan informasi tentang keseimbangan
jumlah feses, perkirakan kehilangan yang cairan.
tak terlihat misalnya berkeringat.
- Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu) - Hipotensi (termasuk postural), takikardia,
demam dapat menunjukan respon terhadap dan
efek kehilangan cairan.
Intervensi Rasional
Mandiri
- Observasi tingkat nyeri, lokasi nyeri,- Informasi memberikan data dasar untuk
frekuensi dan tindakan penghilang yang mengevaluasi kebutuhan keefektifan
digunakan. intervensi.
Intervensi Rasional
Mandiri
- Timbang berat badan tiap hari. - Memberikan informasi tentang kebutuhan
diet atau keefektifan terapi.
Intervensi Rasional
- Memfasilitasi aktivitas yang tidak dapat- Dapat membantu pasien dalam memenuhi
pasien lakukan. kebutuhannya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kolitis ulseratif adalah penyakit radang usus besar pada kolon dan rektum yang berlangsung
lama yang menyebabkan luka atau lesi. Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui. Faktor yang
berperan dalam penyakit kolitis ulseratif adalah faktor genetik karena sistem imun dalam tubuh
terhadap virus atau bakteri yang menyebabkan terus berlangsungnya peradangan dalam dinding
usus. Faktor lingkungan juga berpengaruh misalnya diet, diet rendah serat makanan dan
menyusui. Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare, nyeri abdomen, tanesmus, dan perdarahan
rektal. Tindakan medis yang dilakukan dengan cara memberi terapi obat-obatan dan dilakukan
pebedahan. Sedangkan tindakan keperawatannya masukan diet dan cairan dan psikoterapi.
B. Saran
Sebagai perawat kita harus mengerahui gejala-gejala yang ditimbulkan dari kolitis ulseratif.
Sehingga perawat tepat dalam membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kolitis
ulseratif.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta : EGC.
Cecily Lynn betz & Linda sowden. 2007. Buku saku keperawatan edisi 5. Jakarta : EGC.
Grace A.Pierce & Neil.R.Borley.2006, Ilmu Bedah, Jakarta : Gelora Aksara Pratama.
Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4. Cetakan pertama, Jakarta : EGC
Lestari Sri,Amk, Agus Priyanto, Amk. 2008. Endoskopi Gastrointestinal, Jakarta : Salemba
Medika.
Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
A. PENGERTIAN
Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi cytokine yang mengganggu ikatan
antar sel epitel sehingga menstimulasi sekresi kolon, stimulasi sel goblet untuk mensekresi mucus dan
mengganggu motilitas kolon. Mekanisme ini menurunkan kemampuan kolon untuk mengabsorbsi air
dan menahan feses ( Tilley et al, 1997).
Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi akut atau kronik oleh virus, bakteri, dan
amoeba, termasuk keracunan makanan. Kolitis dapat juga disebabkan gangguan aliran darah ke daerah
kolon yang dikenal dengan kolitis iskemik. Adanya penyakit autoimun dapat menyebabkan kolitis, yaitu
kolitis ulseratif dan penyakit Cohrn. Kolitis limfositik dan kolitis kolagenus disebabkan beberapa lapisan
dinding kolon yang ditutupi oleh sel-sel limfosit dan kolagen. Selain itu, kolitis dapat disebabkan zat
kimia akibat radiasi dengan barium enema yang merusak lapisan mukosa kolon, dikenal dengan kolitis
kemikal.
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kolitis ditinjau dari teori Blum dibedakan menjadi empat
faktor, yaitu: faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor prilaku.
1. Faktor Biologi: Jenis kelamin: Wanita beresiko lebih besar dibanding laki-laki. Usia: 15-25 tahun,
dan lebih dari 50 tahun. Genetik/ familial: Riwayat keluarga dengan kolitis
2. Faktor Lingkungan: Lingkungan dengan sanitasi dan higienitas yang kurang baik. Nutrisi yang buruk
3. Faktor Perilaku: Kegemukan (obesitas). Merokok. Stress / emosi. Pemakaian laksatif yang
berlebihan. Kebiasaan makan makanan tinggi serat, tinggi gula, alkohol, kafein, kacang, popcorn,
makanan pedas. Kurang kesadaran untuk berobat dini. Keterlambatan dalam mencari pengobatan. Tidak
melakukan pemeriksaan rutin kesehatan.
4. Faktor Pelayanan Kesehatan: Minimnya pengetahuan petugas kesehatan. Kurangnya sarana dan
prasarana yang memadai. Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Kekeliruan dalam diagnosis dan
terapi. Tidak adanya program yang adekuat dalam proses skrining awal penyakit.
B. ETIOLOGI
Kolitis bisa menjalar ke belakang sehingga menyebabkan proktitis. Penyebab dari kolitis ada beberapa
macam antara lain ( Tilley et al, 1997) :
1. Infeksi : Trichuris vulpis, Ancylostoma sp, Entamoeba histolytica, Balantidium coli, Giardia spp,
Trichomonas spp, Salmonella spp, Clostridium spp, Campylobacter spp, Yersinia enterolitica,
Escherichia coli, Prototheca, Histoplasma capsulatum, dan Phycomycosis.
2. Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang kulit
hitam dan orang Cina, dan insidensinya meningkat (3sampai 6 kali lipat) pada orang
Yahudi dibandingkan dengan orang non Yahudi. Hal ini menunjukkan bahwa dapat
6. Polyps rektokolon
7. Intususepsi ileokolon
C. KLASIFIKASI
1. Kolitis infeksi, misalnya : shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis amebik, kolitis pseudomembran,
kolitis karena virus/bakteri/parasit.
2. Kolitis non-infeksi, misalnya : kolitis ulseratif, penyakit Crohn’s kolitis radiasi, kolitis iskemik,
kolitis mikroskopik, kolitis non-spesifik (simple colitis).
Pembahasan ini difokuskan pada kolitis infeksi yang sering ditemukan di Indonesia sebagai daerah
tropik, yaitu kolitis amebik,shigellosis, dan kolitis tuberkulosa serta infeksi E.coli patogen yang dilaporkan
sebagai salah satu penyebab utama diare kronik di Indonesia.
D. PATOFISIOLOGI
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit perut dan
peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit. Yang lebih sering
terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki keinginan untuk buang air
besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras dan kering.
Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang mengandung banyak
sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bias ringan atau malah tidak muncul.
Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10-20
kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa nyeri, disertai
keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak berkurang. Tinja
tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan adalah tinja yang
hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang.Kolitis ulseratif adalah
penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit ini umumnya
mengenai orang kaukasia, termasuk keturunan Yahudi. Puncak insidens adalah pada usia 30-50 tahun.
Kolitis ulseratif adalah penyakit serius, disertai dengan komplikasi sistemik dan angka mortalitas yang
tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien mengalami karsinoma kolon.
Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi
multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik. Perdarahan terjadi
sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang
lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus
menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak.
E. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih sering.
Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat
mengalami:
1. Anemia
2. Fatigue/ Kelelahan
8. Nyeri sendi
10. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
18. Anoreksia
20. Hipokalsemia
Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis ulseratif memiliki gejala-gejala ringan. Lain
sering menderita demam, diare, mual, dan kram perut yang parah. Kolitis ulseratif juga dapat
menyebabkan masalah seperti radang sendi, radang mata, penyakit hati, dan osteoporosis. Tidak
diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar usus. Para ilmuwan berpikir komplikasi ini mungkin akibat
dari peradangan yang dipicu oleh sistem kekebalan tubuh. Beberapa masalah ini hilang ketika kolitis
diperlakukan.
Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh mana proses penyakit. Pasien biasanya
hadir dengan diare bercampur darah dan lendir, dari onset gradual. Penyakit ini biasanya disertai
dengan berbagai derajat nyeri perut, dari ketidaknyamanan ringan untuk sangat menyakitkan kram.
Kolitis ulseratif berhubungan dengan proses peradangan umum yang mempengaruhi banyak bagian
tubuh. Kadang-kadang terkait ekstra-gejala usus adalah tanda-tanda awal penyakit, seperti sakit,
rematik lutut pada seorang remaja. Kehadiran penyakit ini tidak dapat dikonfirmasi, namun, sampai
awal manifestasi usus.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Gambaran radiologi
5) Pasien memakai gaun, melepas perhiasan & ikat pingang yang mungkin mempengaruhi hasil
b. Barium enema
Barium enema atau lower GI series merupakan pemeriksaan X-ray pada colon.
c. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) adalah suatu pemeriksaan diagnostik non invasif dengan menggunakan gelombang
frekuensi tinggi kedalam abdomen. Gelombang-gelombang ini dipantulkan kembali dari permukaan
struktur organ sehingga komputer dapat menginterprertasikan densitas jaringan berdasarkan
gelombang-gelombang tersebut.
2. Pemeriksaan Endoskopi
d. Pseudopolyps.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama penyakit):
terutama mengandung mukosa, darah, pus dan organisme usus khususnya entomoeba histolytica.
3. Sitologi dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan karsinoma. Perubahan neoplastik
dapat dideteksi, juga karakter infiltrat inflamasi yang disebut abses lapisan bawah.
4. Enema bartum, dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dilakukan, meskipun jarang
dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat kondisi eksasorbasi.
6. Kadar besi serum: rendah karena kehilangan darah. Masa protromlain: memanjang pada kasus
berat karena gangguan faktor VII dan X disebabkan oleh kekurangan vitamin K.
7. ESR: meningkat karena beratnya penyakit Trombosis: dapat terjadi karena proses penyakit
inflamasi.
1) Aktivitas/istirahat
Gejala:
2) Sirkulasi
Tanda:
3) Integritas ego
Gejala:
a) Ansietas, ketakutan, emosi, kesal, misalnya perasaan tak berdaya/tak ada harapan
b) Faktor stress akut/kronis, misalnya hubungan dengan keluarga/pekerjaan, pengobatan yang mahal
Tanda:
4) Eliminasi
Gejala:
a) Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair
b) Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak dapat dikontrol (sebanyak
20 – 30 kali defekasi/hari)
c) Perasaan dorongan/kram (temosmus), defekasi berdarah/pus/ mukosa dengan atau tanpa keluar
feses.
Tanda:
a) Menurunnya bising usus, tak ada peristoltik atau adanya peristoltik yang dapat dilihat.
c) Oliguria
5) Makanan/ cairan
Gejala:
a) Anoreksia, mual/muntah
Tanda:
6) Higine
Tanda:
c) Bau badan
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala:
a) Nyeri/nyeri tekan pada kwadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi)
Tanda:
8) Keamanan
Gejala:
d) Penglihatan kabur
e) Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine ke dalam usus dan mempunyai
efek inflamasi)
Tanda:
a) Lesi kulit mungkin ada misalnya: eritoma nodusum (meningkat), nyeri, kemerahan dan
membengkak pada tangan, muka, plodeima gangrionosa (lesi tekan purulen/lepuh dengan batas
keunguan)
b) Ankilosa spondilitis
c) Uveitis, kongjutivitis/iritis.
9) Seksualitas
Gejala:
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus ditandai dengan peningkatan
bunyi usus/ peristaltik, defikasi sering dan berair, perubahan warna feses, dan nyeri abdomen, kram.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan: diare ditandai
dengan mual, muntah, dan diare berat.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrien, status
hipermetabolik, secara medik masukan makanan dibatasi ditandai dengan penurunan berat badan,
penurunan lemak subkutan/ massa otot, tonus otot buruk, bising usus, konjungtiva dan membrane
mukosa pucat serta menolak untuk makan.
d. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis/ rangsangan simpatis (proses inflamasi), ancaman
konsep diri (dirasakan atau aktual), ancaman terhadap perubahan status kesehatan, status
sosioekonomis, fungsi peran, pola interaksi ditandai dengan eksaserbasi penyakit tahap akut,
peningkatan tegangan, distensi, ketakutan, menunjukan masalah tentang perubahan hidup, perhatian
pada diri sendiri.
e. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diere lama, iritasi kulit/ jaringan, eksoriasi fisura
perirektal; fistula ditandai dengan nyeri abdomen kolik/ kram/ nyeri menjalar, perilaku berhati- hati/
distraksi, gelisah, nyeri wajjah, dan perhatian pada diri sendiri.
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat, dan tidak mengenal sumber ditandai dengan
pertanyaan, meminta informasi, pernyataan salah konsep, tidak akurat mengikuti instruksi, dan terjadi
komplikasi/ eksaserbasi yang dapat dicegah.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
o Keperawatan
6. Observasi
demam, takikardia,
Tanda bahwa toksik
letargi, leukositosis,
megakolon atau
penurunan protein
perforasi dan
serum, ansietas, dan
peritonitis akan
kelesuan.
terjadi/ telah terjadi
memerlukan
intervensi medik
segera.
7. Memberikan obat
sesuai indikasi
Membantu
kesembuhan pasien.
Mempertahankan
istirahat usus akan
memerlukan
penggantian cairan
untuk memperbaiki
kehilangan/anemia.
8. Awasi hasil
laboratorium.
Menentukan
kebutuhan pergantian
9. Berikan obat dan keefektifan terapi.
sesuai indikasi.
Membantu
kesembuhan pasien.
3. Nutrisi kurang dari Setelah diberikan asuhan 1. Timbang berat Memberikan informasi
kebutuhan tubuh keperawatan selama ...x badan tiap hari. tentang kebutuhan
berhubungan 24 jam diharapkan diare diet/ kefektifan terapi.
dengan gangguan pasien terkontol dengan
absorpsi nutrien, out come:
status Menurunkan
hipermetabolik, 1. Menunjukan berat 2. dorong tirah
badan stabil atau kebutuhann metabolik
secara medik baring atau untuk mencegah
masukan makanan peningkatan berat badan pembatasan
sesuai dengan nilai penurunan kalori dan
dibatasi ditandai aktivitas selama fase
laboratorium normal. simpanan energi.
dengan penurunan sakit akut.
berat badan, 2. Tidak ada tanda
penurunan lemak malnutrisi. Menenangkan
subkutan/ massa 3. Anjurkan istirahat peristaltic dan
otot, tonus otot sebelum makan. meningkatkan energi
buruk, bising usus,
untuk makan.
konjungtiva dan
membrane mukosa
pucat serta menolak
untuk makan. 4. Berikan Mulut yang bersih
kebersihan oral. dapat meningkkatkan
rasa makanan.
Lingkungan yang
5. Sediakan menyenangkan
makanan dalam menurunkan stress
ventilasi yang baik, dan lebih kondusif
lingkungan yang untuk makan.
menyenangkan,
dengan situasi tidak
terburu- buru.
7. Catat masukan
dan perubahan
simtomtologi.
Memberikan rasa
kontrol pada pasien
dan kesempatan
untuk memilih
makanan yang
diinginkan/ dinikmatii,
8. Dorong pasien dapat meningkatkan
untuk menyatakan masukan.
perasaan masalah
mulai makan diet.
Keragu-raguan untuk
makan mungkin
9. Pertahankan diakibatkan oleh takut
puasa sesuai makanan akan
indikasi. menyebabkan
eksaserbasi gejala.
Istirahat usus
menurunkan peristatik
dan diare dimana
menyebabkan
10. Mulai/ malabsorpsi/
tambahkan diet kehilangan nutrien.
sesuai indikasi.
Memungkinkan
saluran usus untuk
mematikan kembali
11. Berikan obat
proses pencernaan.
sesuai indikasi.
Membantu
kesembuhan pasien.
4. ansietasBerhubunga Setelah diberikan asuhan 1.Catat petunjuk Indikator derajat
n dengan faktor keperawatan selama ...x perilaku misalnya ansietas/stress
psikologis/rangsang 24 jam gelisah, peka
simpatis (proses diharapkan ansietaspasie rangsang, menolak,
inflamasi), ancaman n terkontol dengan out kurang kontak mata,
konsep diri come: perilaku menarik
(dirasakan/aktual), perhatian
ancaman 1. menunjukkan rileks
terhadap/perubahan dan melaporkan
statuskesehatan, penurunan ansietas
2.Dorong
status ekonomis, sampai tingkat dapat
menyatakan
fungsi peran, pola ditangani
perasaan berikan
interaksi 2.menyatakan kesadaran umpan balik Membuat hubungan
ditandai dengan perasaan ansietas dan terapiutik antara
eksaserbasi cara sehat menerimanya pasien dengan
penyakit tahap akut,
3.Akui bahwa perawat
peningkatan
ansietas dan
tegangan, distress,
masalah mirip
ketakutan,
dengan yang Validasi bahwa
menunjukkan
diekspresikan orang perasaan normal
masalah tentang
lain. dapat menurunkan
perubahan hidup,
Tingkatkan perhatia stres
perhatian pada diri
n mendengar pasien
sendiri.
4.Berikan informasi
yang akurat dan
nyata tentang apa
yang dilakukan
misalnya tirah
baringpembatasan
masukkan peroral, Keterlibatan pasien
dan prosedur dalam perencanaan
perawatan
memberikan rasa
kontrol dan
5.Berikan
membantu
lingkungan tenang
menurunkan ansietas
dan istirahat
6. Dorong
pasien/orang
Memindahkan pasien
terdekat untuk
menyatakan dari stres luar
perhatian, perilaku meningkatkan
relaksasi, membantu
perhatian
menurunkan ansietas
Tindakan dukungan
7. Bantu pasien membantu pasien
mengidentifikasi/ merasa stres
memerlukan berkurang ,
perilaku koping yang memungkinkan energi
digunakan pada untuk ditujukan pada
masa lalu penyembuhan/
perbaikan
8. Ajarkan pasien
belajar mekanisme Meningkatkan rasa
koping baru kontrol diri pasien
Mengatasi masalah
dapat membantu
dalam menurunkan
stres/ansietas,
meningkatkan kontrol
10. Rujuk pada penyakit
perawat spesialis
psikiatrik, pelayanan
sosial, penasihat Untuk menurunkan
agama ansietas dan
memudahkan
istirahat, khususnya
pasien dengan KU
Dibutuhkan bantuan
tambahan untuk
meningkatkan kontrol
dan mengatasi
episode
akut/eksaserbasi
dengan belajar untuk
menerima penyakit
kronis dan
konskuensinya
3. Catat petunjuk
non verbal mis.
Gelisah, menolak Bahasa tubuh/non
untuk bergerak, verbal dapat secara
berhati-hati dengan psikologis dan
abdomen, menarik fisiologik dapat
diri dengan digunakan pada
abdomen dan hubungan verbal
untuk
depresi. Selidiki
perbedaan verbal mengidentifikasi
dan non verbal luas/beratnya masalah
Menurunkan teganga
6. Berikan tindakan n abdomen dan
nyaman (mis. meningkatkan rasa
Pijatan punggung) kontrol
dan aktivitas
senggang
Meningkatkan
relaksasi dan
7. Bersihkan area meningkatkan
rektal dengan sabun kemampuan koping
dan air dan berikan
perawatan kulit
(mis. Salep)
9. Observasi distensi
abdomen,
peningkatan suhu
tubuh, penurunan Melindungi kulit dari
TD asam usus, mecegah
eksoriasi
10. Lakukan
modifikasi diet Dapat menunjukkan
sesuai resep terjadinya obstruksi
usus karena inflamasi,
edema, dan jaringan
11. Berikan obat parut
analgesik,
antikolinergik dan
anodin supositoria Istirahat usus penuh
dapat menurunkan
nyeri, kram
Memberikan
kesejukan lokal dan
kenyamannan pada
rektal
6. Kurang pengetahuan Setelah diberikan asuhan 1.Tentukan persepsi Membuat
tentang kondisi, keperawatan pasien tentang pengetahuan dasar
prognosis, dan selama......x24 jam proses penyakit dan memberikan
kebutuhan diharapkan pasien kesadaran kebutuhan
pengobatan mendapatkan belajar individu
berhubungan pengetahuan dengan
dengan kesalahan kriteria hasil:
interpretasi 2. Kaji ulang proses
informasi, kurang 1.menyatakan penyakit, penyebab
mengingat, dan tidak pemahaman terhadap gejala, identifikasi Faktor
mengenal sumber penyakit cara menurunkan pencetus/pemberat
ditandai dengan faktor pendukung , individu sehingga
2.mengidentifikasi stres
pertanyaan, dorong pertanyaan waspada pada faktor
meminta informasi, 3.berpartisipasi dalam gejala dan memliki
pernyataan salah pengobatan pengetahuan dasar
konsep, tidak akurat 3. Kaji ulang obat,
4.melakukan perubahan
mengikuti instruksi, tujuan, frekuensi,
pola hidup
dan terjadi dosis, dan
komplikasi/ kemungkinan efek
eksaserbasi yang samping
dapat dicegah.
Meningkatkan
pemahaman dan
4. Ingatkan pasien kerjasama dalam
untuk program
mengobservasi efek penyembuhan
samping obatbila
steroid dberikan
dalam waktu
panjang
Steroid dapat
5. Tekankan mengontrol inflamasi
pentingnya namun dapat
perawatan kulit menurunkan
ketahanan terhadap
infeksi
6. Menganjurkan
berhenti merokok
7. Penuhi evaluasi Menurunkan
jangka panjang dan penyebaran bakteri,
evaluasi uang iritasi kulit dan infeksi
periodic
Merokok dapat
8. Rujuk ke menyebabkan
komunitas yang motilitas usus
tepat
Pasien dengan
inflamasi penyakit
usus berisiko kanker
kolon sehingga
evaluasi periodik
diperlukan
Pasien mendapatkan
pelayanan dalam
koping dengan
penyakit kronis dan
evaluasi obat
DAFTAR PUSTAKA
ulseratif adalah salah satu dari 2 jenis utama penyakit radang usus (IBD) ,
ulseratif bersifat hanya melibatkan usus besar, dan ileum terminal pada
rektum di bagian jaringan paling luar atau mukosa. Bentuk lesi ini berupa