Anda di halaman 1dari 36

Askep Kolitis Ulseratif

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan sistem pencernaan tidak secara langsung menyebabkan kematian bagi penderita.
Namun hal ini menyebabkan beberapa penderita mencari pertolongan medis. Salah satu
gangguan sistem pencernaan yaitu kolitis ulseratif.
Kolitis ulseratif merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung
lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Nyeri abdomen, diare, perdarahan
rektum merupakan gejala dan tanda yang terpenting. Lesi utamanya adalah reaksi peradangan
daerah subepitel yang timbul pada basis kripte lieberkhun, yang akhirnya menimbulkan ulserasi
mukosa. Puncak penyakit ini adalah antara usia 12 dan 49 tahun dan menyerang jenis kelamin
laki-laki maupun perempuan.
Insiden yang lebih tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam orang kulit putih dan orang-
orang keturunan Yahudi.Kolitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di
Amerika Serikat, atau kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di
daerah utara. Meskipun kolitis ulseratif tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik
kerentanan komponen. Penyakit ini dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor
lingkungan (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006).

B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa dapat :
1. Memahami pengertian kolitis ulseratif dan penyebabnya.
2. Memahami patofisiologi dan penatalaksanaan medis dan keperawatan pada kolitis ulseratif.
3. Melaksanakan pengkajian keadaan kesehatan pada klien dengan kolitis ulseratif.
4. Menyusun diagnosa keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif.
5. Membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif berdasarkan hasil
pengkajian.

C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menggunakan metode studi kepustakaan.

D. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan :
A. Latar Belakang
B. Tujuan penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan

BAB II : Tinjauan teoritis :


A. Konsep dasar kolitis ulseratif
1. Pengertian
2. Anatomi dan fisiologi kolon
3. Etiologi
4. Faktor yang mempengaruhi kolitis
5. Patofisiologi
6. Manifestasi klinik
7. Komplikasi
8. Penatalaksanaan
9. Pemeriksaan penunjang
10. Pemeriksaan diagnostik
B. Konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan

BAB III : Penutup


A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep dasar Kolitis Ulseratif

1. PENGERTIAN
Kolitis Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon
dan rektum. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
Kolitis Ulseratif adalah penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung lama
disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson,
2006, hal, 461)
Kolitis Ulseratif adalah penyakit inflamasi primer dari membran mukosa kolon (Monica
Ester,2002,hal,56).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Kolitis Ulseratif adalah suatu
penyakit inflamasi pada lapisan mukosa kolon dan rektum yang menyebabkan luka atau lesi dan
berlangsung lama.

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI KOLON


Usus besar atau kolon berbentuk saluran muscular berongga yang membentang dari sekum
hingga kanalis ani dan dibagi menjadi sekum, kolon ( assendens, transversum, desendens, dan
sigmoid ) dan rektum. Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus kedalam kolon, sedangkan
otot sfingter eksternus dan internus mengontrol keluarnya feses dari kanalis ani. Diameter kolon
kerang lebih 6,3 cm dengan panjang kurang lebih 1,5 m.
Usus besar memiliki berbagai fungsi, yang terpenting adalah absorbsi air dan elektrolit.Ciri
khas dari gerakan usus adalah pengadukan haustral. Gerakan meremas dan tidak progresif ini
menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik, sehingga memberikan waktu untuk terjadinya
absorbsi.Peristaltik mendorong feses ke rektum dan meenyebabkan peregangan dinding rektum
dan aktivasi refleks defekasi.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna beberapa bahan,
membantu penyerapan zat-zat gizi dan membuat zat-zat penting.Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi
yang menyebabkan dikeluarkanya lendir dan air sehingga terjadilah diare ( Lestari Sri,Amk,
Agus Priyanto, Amk, 2008, hal 60)

3. ETIOLOGI
Etiologi kolitis ulseratif tidak diketahui. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi
karena terdapat hubungan familial. Juga terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunnita
berperan dalam patogenesis kolitis ulseratif. Antibody antikolon telah ditemukan dalam serum
penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan limposit dari penderita kolitis ulseratif merusak sel
epitel pada kolon.
Telah dijelaskan beberapa teori mengenai penyebab kolitis ulseratif, namun tidak ada yang
terbukti. Teori yang paling terkenal adalah teori reaksi sistem imun tubuh terhadap virus atau
bakteri yang menyebabkan terus berlangsungnya peradangan dalam dinding usus.
Menderita kolitis ulseratif memang memiliki kelainan sistem imun, tetapi tidak diketahui hal
ini merupakan penyebab atau akibat efek ini, kolitis ulseratif tidak sebabkan oleh distres
emosional atau sensitifitas terhadap makanan, tetapi faktor-faktor ini mungkin dapat memicu
timbulnya gejala pada beberapa orang. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006, hal, 462).

4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOLITIS


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kolitis yaitu :
1) Faktor genetik
Sebuah genetik komponen ke etiologi kolitis ulseratif dapat didasarkan pada hipotesis berikut :
a. Agregasi dari kolitis ulseratif dalam keluarga
b. Insiden etnis perbedaan dalam insiden
c. Penanda genetik dan keterkaitan
2) Faktor-faktor lingkungan
Banyak hipotesis telah dibesarkan kontribusi lingkungan kepatogenesis lingkungan kolitis
ulseratif meliputi :
a. Diet : sebagai usus besar terkena banyak zat-zat makanan yang dapat mendorong peradangan,
faktor-faktor diet yang telah dihipotesiskan untuk memainkan peran dalam patogenesis dari
kedua kolitis ulseratif dan penyakit crohn.
b. Diet rendah serat makanan dapat mempengaruhi insiden kolitis ulseratif
c. Menyusui: ada laporan yang saling bertentangan perlindungan menyusui dalam perkembangan
penyakit inflamasi usus.

5. PATOFISIOLOGI
Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon
dan rektum. Puncak insiden kolitis ulseratif adalah pada usia 30 sampai 50 tahun.
Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara
bergiliran, satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rektum dan
akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek, dan menebal
akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
Kolitis ulseratif merupakan penyakit primer yang didapatkan pada kolon, yang merupakan
perluasan dari rektum. Kelainan pada rektum yang menyebar kebagian kolon yang lain dengan
gambaran mukosa yang normal tidak dijumpai. Kelainan ini akan behenti pada daerah ileosekal,
namun pada keadaan yang berat kelainan dapat terjadi pada ileum terminalis dan appendiks.
Pada daerah ileosekal akan terjadi kerusakan sfingter dan terjadi inkompetensi. Panjang kolon
akan menjadi 2/3 normal, pemendekan ini disebakan terjadinya kelainan muskuler terutama pada
kolon distal dan rektum. Terjadinya striktur tidak selalu didapatkan pada penyakit ini, melainkan
dapat terjadi hipertrofi lokal lapisan muskularis yang akan berakibat stenosis yang reversibel
Lesi patologik awal hanya terbatas pada lapisan mukosa, berupa pembentukan abses pada
kriptus, yang jelas berbeda dengan lesi pada penyakit crohn yang menyerang seluruh tebal
dinding usus. Pada permulaan penyakit, timbul edema dan kongesti mukosa. Edema dapat
menyebabkan kerapuhan hebat sehingga terjadi perdarahan pada trauma yang hanya ringan,
seperti gesekan ringan pada permukaan.
Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah menembus dinding kriptus dan
menyebar dalam lapisan submukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa
kemudian terlepas menyisakan daerah yang tidak bermukosa (tukak). Tukak mula- mula tersebar
dan dangkal, tetapi pada stadium yang lebih lanjut, permukaan mukosa yang hilang menjadi
lebih luas sekali sehingga menyebabkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah.
(Harrison, 2000, hal 161)

6. MANIFESTASI KLINIK
Kebanyakan gejala kolitis ulseratif pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih
sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah.
Pasien juga dapat mengalami :
a. Anemia
b. Fatigue/ kelelahan
c. Berat badan menurun
d. Hilangnya nafsu makan
e. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
f. Lesi kulit ( eritoma nodusum )
g. Lesi mata ( uveitis )
h. Buang air besar beberapa kali dalam sehari ( 10-20 kali sehari )
i. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran
j. Perdarahan rektum
k. Kram perut
l. Sakit pada persendian
m. Anoreksia
n. Dorongan untuk defekasi
o. Hipokalsemia (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).

7. KOMPLIKASI
a. Megakolon toksik
b. Perforasi
c. Hemoragi
d. Neoplasma malignan
e. Pielonefritis
f. Nefrolitiasis
g. Kalanglokarsinoma
h. Artritis
i. Retinitis, iritis
j. Eritema nodusum (Brunner & Suddarth, 2002)

8. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
 Terapi Obat - obatan
Terapi obat-obatan. Obat-obatan sedatif dan antidiare/antiperistaltik digunakan untuk
mengurangi peristaltik sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi. Terapi
ini dilanjutkan sampai frekuensi defekasi dan kosistensi feses pasien mendekati normal.
Sulfonamida seperti sulfasalazin (azulfidine) atau sulfisoxazol (gantrisin) biasanya efektif
untuk menangani inflamasi ringan dan sedang. Antibiotik digunakan untuk infeksi sekunder,
terutama untuk komplikasi purulen seperti abses, perforasi, dan peritonitis. Azulfidin membantu
dalam mencegah kekambuhan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1107-1108).
 Pembedahan
Pembedahan umunya digunakan untuk mengatasi kolitis ulseratif bila penatalaksaan medikal
gagal dan kondisi sulit diatasi, intervensi bedah biasanya diindikasi untuk kolitis ulseratif.
Pembedahan dapat diindikasikan pada kedua kondisi untuk komplikasi seperti perforasi,
hemoragi, obstruksi megakolon, abses, fistula, dan kondisi sulit sembuh.(Cecily Lynn betz &
Linda sowden. 2007,hal 323-324)

b. Penatalaksanaan Keperawatan
 Masukan diet dan cairan
Cairan oral, diet rendah residu-tinggi protein-tinggi kalori, dan terapi suplemem vitamin dan
pengganti besi diberikan untuk memenuhui kebutuhan nutrisi. Ketidak- seimbangan cairan dan
elektrolit yang dihubungkan dengan dehidrasi akibat diare, diatasi dengan terapi intravena sesuai
dengan kebutuhan. Adanya makanan yang mengeksaserbasi diare harus dihindari. Susu dapat
menimbulkan diare pada individu intoleran terhadap lactose.Selain itu makanan dingin dan
merokok juga dapat dihindari, karena keduanya dapat meningkatkan morbilitas usus. Nutrisi
parenteral total dapat diberikan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106-1107).
 Psikoterapi
Ditunjukkan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres pada pasien, kemampuan
menghadapi faktor-faktor ini, dan upaya untuk mengatasi konflik sehingga mereka tidak
berkabung karena kondisi mereka. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108).

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Gambaran Radiologi
 Foto polos abdomen
 Barium enema
 Ultrasonografi ( USG )
 CT-scan dan MRI
B. Pemeriksaan Endoskopi ( Pierce A.Grace & Neil.R.Borley, 2006, hal 110 )

10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


 Contoh feses ( pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama penyakit ) : terutama
mengandung mukosa, darah, pus dan organisme usus khususnya entomoeba histolytica.
 Protosigmoi doskopi : memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia, dan inflamasi.
 Sitologi dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan karsinoma. Perubahan
neoplastik dapat dideteksi, juga karakter infiltrat inflamasi yang disebut abses lapisan bawah.
 Enema barium, dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dilakukan, meskipun jarang
dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat kondisi eksasorbasi.
 Kolonoskopi : mengidentifikasi adosi, perubahan lumen dinding, menunjukan obstruksi usus.
 Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah
 ESR : meningkat karena beratnya penyakit. Trombosis : dapat terjadi karena proses penyakit
inflamasi.
 Elektrolit : penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat. (Brunner & Suddarth,
2002).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien dengan Kolitis Ulseratif

1. Pengkajian
1. Identitas
1) Identitas pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pemeriksaan, diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi : Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.

2. Keluhan utama
Biasanya pada klien yang terkena kolitis ulseratif mengeluh nyeri perut, diare, demam,
anoreksia.

3 Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Perdarahan anus, diare dan sakit perut, peningkatan suhu tubuh, mual, muntah, anoreksia,
perasaan lemah, dan penurunan nafsu makan.
- Riwayat kesehatan dahulu
Untuk menentukan penyakit dasar kolitis ulseratif. Pengkajian predisposisi seperti genetik,
lingkungan, infeksi, imunitas, makanan dan merokok perlu di dokumentasikan. Anamnesis
penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, dan tuberculosis dipertimbangkan sebagai sarana
pengkajian proferatif.

4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
b) Vital sign, meliputi
- Tekanan darah : Dalam batas normal (120/80 mmHg)
- Nadi : Takikardia atau diatas normal (> 100 x/menit)
- Suhu : Klien mengalami demam (> 37,5o C )
- Respirasi : Dalam batas normal (16- 20 x/menit)
c) Pemeriksaan sistem tubuh
 Sistem pencernaan : - Terjadi pembengkakan pada abdomen
- Nyeri tekan pada abdomen,
- Bising usus lebih dari normal (normalnya 5-35 x/menit)
- Anoreksia

 Sistem pernafasan : Respirasi normal (16-20 x/menit).

 Sistem kardiovaskuler : Peningkatan nadi (takikardi)

 Sistem neurologi : - Peningkatan suhu tubuh (demam)


- Kelemahan pada anggota gerak

 Sistem integumen : Kulit dan membran mukosa kering dan turgornya
jelek.

 Sistem musculoskeletal : Kelemahan otot dan tonus otot buruk

 Sistem eliminasi : - Pada saat buang air besar mengalami diare
- Feses mengandung darah

d) Pola aktivitas sehari-hari berhubungan dengan :


- Aspek biologi : Keletihan, kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan.
- Aspek psiko : Perilaku berhati-hati, gelisah.
- Aspek sosio : Ketidakmampuan aktif dalam sosial.

5. Pemeriksaan Diagnostik
 Kolonoskopi, ulserasi panjang terbagi oleh mukosa normal yang timbul di kolon kanan.
 Enema barium disertai pemeriksaan sinar X dan sigmoidoskopi akan memperlihatkan
perdarahan mukosa disertai ulkus
 Analisis darah akan memperlihatkan anemia dan penurunan kadar kalium

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108, diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien dengan kolitis ulseratif :
1. Diare berhubungan dengan proses inflamasi
2. Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan peristaltik dan inflamasi
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan pembatasan
diet, mual,
dan malabsorpsi
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan.

3. Perencanaan
 Diagnosa 1 : Diare berhubungan dengan proses inflamasi
 Definisi :
Pengeluaran feses lunak dan tidak bermasa ( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )
 Tujuan :
Kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi secara adekuat
 Kriteria hasil :
- Turgor kulit kembali normal
- Input dan output seimbang
- Membran mukosa lembab

Intervensi Rasional
Mandiri
- Awasi masukan dan keluaran, karakter dan- Memberikan informasi tentang keseimbangan
jumlah feses, perkirakan kehilangan yang cairan.
tak terlihat misalnya berkeringat.

- Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu) - Hipotensi (termasuk postural), takikardia,
demam dapat menunjukan respon terhadap dan
efek kehilangan cairan.

- Observasi kulit kering berlebihan dan- Menunjukan kehilangan cairan berlebihan


membran mukosa, penurunan turgor kulit, atau dehidrasi
pengisian kapiler lambat
- Pertahankan pembatasan per oral, tirah- Kolon distirahatkan untuk menyembuhkan
baring: hindari kerja dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.

Kolaborasi - Cairan parenteral membantu mengganti cairan


- Berikan cairan parenteral (infus) elektrolit untuk memperbaiki kehilangan
cairan.
- Menurunkan kehilangan cairan dari usus
- Pemberian obat anti diare

 Diagnosa 2 : Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan peristaltik dan


inflamasi
 Definisi :
pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang
aktual / potensial/ digambarkan dengan istilah seperti ( International Asociation for the study of
pain ) : awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir
yang dapat diantisispasi atau dapat diramalkan dan durassinya kurang dari enam bulan (
Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )
 Tujuan :
Mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan rasa nyaman.
 Kriteria hasil :
- Klien tampak rileks
- Klien tidak mengeluh nyeri lagi

Intervensi Rasional
Mandiri
- Observasi tingkat nyeri, lokasi nyeri,- Informasi memberikan data dasar untuk
frekuensi dan tindakan penghilang yang mengevaluasi kebutuhan keefektifan
digunakan. intervensi.

- Berikan pilihan tindakan nyaman : dorong- Meningkatkan relaksasi dan memampukan


teknik relaksasi, distraksiaktifitas hiburan pasien untuk memfokuskan perhatian : dapat
meningkatkan koping
Kolaborasi
- Pemberian obat analgetik - Dapat membantu mengurangi nyeri

 Diagnosa 3 : Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan


pembatasan diet, mual, dan malabsorpsi
 Definisi :
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik ( Wilkson, Judith M &
Ahern,Nancy R.2009 )
 Tujuan :
Memenuhi dan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
 Kriteria Hasil :
- Berat badan meningkat
- Pola eliminasi kembali normal

Intervensi Rasional
Mandiri
- Timbang berat badan tiap hari. - Memberikan informasi tentang kebutuhan
diet atau keefektifan terapi.

- Anjurkan istirahat sebelum makan. - Menenangkan peristaltik dan meningkatkan


energi untuk makan.

- Berikan kebersihan oral. - Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa


makanan.

- Batasi makanan yang dapat menyebabkan - Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.


kram abdomen, flatus (misalnya produk
susu).

Kolaborasi - istirahat usus menurunkan peristaltic dan


- Pertahankan puasa sesuai indikasi. diare dimana menyebabkan malabsorpsi atau
kehilangan nutrisi.

- Memungkinkan saluran usus untuk


- Kolaborasi dengan tim gizi, untuk mematikan kembali proses pencernaan.
Tambahkan diet sesuai indikasi misalnya Protein perlu untuk penyembuhan integritas
cairan jernih maju menjadi makanan yang jaringan.
dihancurkan. Kemudian protein tinggi, tinggi
kalori dan rendah serat sesuai indikasi.

- Berikan obat sesuai dengan indikasi. - Membantu dalam mengatasi masalah


malabsorpsi nutrisi.
- Berikan nutrisi parenteral total, terapi IV - Program ini mengistirahatkan saluran GI
sesuai indikasi. sementara memberikan nutrisi penting.

 Diagnosa 4 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan


 Definisi :
Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas
sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan ( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )
 Tujuan :
Mengembalikan kemampuan pasien dalam beraktivitas
 Kriteria hasil :
Klien dapat beraktivitas dengan normal kembali

Intervensi Rasional
- Memfasilitasi aktivitas yang tidak dapat- Dapat membantu pasien dalam memenuhi
pasien lakukan. kebutuhannya.

- Memberi motivasi - Motivasi akan memberi dorongan pasien


untuk dapat melakukan aktivitas kembali.

- Mengembalikan kemampuan gerak pasien.


- Lakukan latihan gerakan pada pasien

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kolitis ulseratif adalah penyakit radang usus besar pada kolon dan rektum yang berlangsung
lama yang menyebabkan luka atau lesi. Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui. Faktor yang
berperan dalam penyakit kolitis ulseratif adalah faktor genetik karena sistem imun dalam tubuh
terhadap virus atau bakteri yang menyebabkan terus berlangsungnya peradangan dalam dinding
usus. Faktor lingkungan juga berpengaruh misalnya diet, diet rendah serat makanan dan
menyusui. Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare, nyeri abdomen, tanesmus, dan perdarahan
rektal. Tindakan medis yang dilakukan dengan cara memberi terapi obat-obatan dan dilakukan
pebedahan. Sedangkan tindakan keperawatannya masukan diet dan cairan dan psikoterapi.

B. Saran
Sebagai perawat kita harus mengerahui gejala-gejala yang ditimbulkan dari kolitis ulseratif.
Sehingga perawat tepat dalam membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kolitis
ulseratif.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta : EGC.

Cecily Lynn betz & Linda sowden. 2007. Buku saku keperawatan edisi 5. Jakarta : EGC.

Grace A.Pierce & Neil.R.Borley.2006, Ilmu Bedah, Jakarta : Gelora Aksara Pratama.

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4. Cetakan pertama, Jakarta : EGC

Lestari Sri,Amk, Agus Priyanto, Amk. 2008. Endoskopi Gastrointestinal, Jakarta : Salemba
Medika.

Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta : EGC.

Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN KOLITIS

A. PENGERTIAN

Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi cytokine yang mengganggu ikatan
antar sel epitel sehingga menstimulasi sekresi kolon, stimulasi sel goblet untuk mensekresi mucus dan
mengganggu motilitas kolon. Mekanisme ini menurunkan kemampuan kolon untuk mengabsorbsi air
dan menahan feses ( Tilley et al, 1997).

Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi akut atau kronik oleh virus, bakteri, dan
amoeba, termasuk keracunan makanan. Kolitis dapat juga disebabkan gangguan aliran darah ke daerah
kolon yang dikenal dengan kolitis iskemik. Adanya penyakit autoimun dapat menyebabkan kolitis, yaitu
kolitis ulseratif dan penyakit Cohrn. Kolitis limfositik dan kolitis kolagenus disebabkan beberapa lapisan
dinding kolon yang ditutupi oleh sel-sel limfosit dan kolagen. Selain itu, kolitis dapat disebabkan zat
kimia akibat radiasi dengan barium enema yang merusak lapisan mukosa kolon, dikenal dengan kolitis
kemikal.

Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kolitis ditinjau dari teori Blum dibedakan menjadi empat
faktor, yaitu: faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor prilaku.

1. Faktor Biologi: Jenis kelamin: Wanita beresiko lebih besar dibanding laki-laki. Usia: 15-25 tahun,
dan lebih dari 50 tahun. Genetik/ familial: Riwayat keluarga dengan kolitis

2. Faktor Lingkungan: Lingkungan dengan sanitasi dan higienitas yang kurang baik. Nutrisi yang buruk

3. Faktor Perilaku: Kegemukan (obesitas). Merokok. Stress / emosi. Pemakaian laksatif yang
berlebihan. Kebiasaan makan makanan tinggi serat, tinggi gula, alkohol, kafein, kacang, popcorn,
makanan pedas. Kurang kesadaran untuk berobat dini. Keterlambatan dalam mencari pengobatan. Tidak
melakukan pemeriksaan rutin kesehatan.

4. Faktor Pelayanan Kesehatan: Minimnya pengetahuan petugas kesehatan. Kurangnya sarana dan
prasarana yang memadai. Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Kekeliruan dalam diagnosis dan
terapi. Tidak adanya program yang adekuat dalam proses skrining awal penyakit.

B. ETIOLOGI

Kolitis bisa menjalar ke belakang sehingga menyebabkan proktitis. Penyebab dari kolitis ada beberapa
macam antara lain ( Tilley et al, 1997) :

1. Infeksi : Trichuris vulpis, Ancylostoma sp, Entamoeba histolytica, Balantidium coli, Giardia spp,
Trichomonas spp, Salmonella spp, Clostridium spp, Campylobacter spp, Yersinia enterolitica,
Escherichia coli, Prototheca, Histoplasma capsulatum, dan Phycomycosis.

2. Faktor familial/genetik

Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang kulit
hitam dan orang Cina, dan insidensinya meningkat (3sampai 6 kali lipat) pada orang
Yahudi dibandingkan dengan orang non Yahudi. Hal ini menunjukkan bahwa dapat

3. ada predisposisi genetik terhadap perkembangan penyakit ini

4. Trauma : benda asing, material yang bersifat abrasif.

5. Alergi : protein dari pakan atau bisa juga protein bakteri.

6. Polyps rektokolon
7. Intususepsi ileokolon

8. Inflamasi : Lymphoplasmacytic, eoshinophilic, granulopmatous, histiocytic

9. Neoplasia : Lymphosarcoma, Adenocarcinoma

10. Sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome)

C. KLASIFIKASI

Berdasarkan penyebab dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kolitis infeksi, misalnya : shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis amebik, kolitis pseudomembran,
kolitis karena virus/bakteri/parasit.

2. Kolitis non-infeksi, misalnya : kolitis ulseratif, penyakit Crohn’s kolitis radiasi, kolitis iskemik,
kolitis mikroskopik, kolitis non-spesifik (simple colitis).

Pembahasan ini difokuskan pada kolitis infeksi yang sering ditemukan di Indonesia sebagai daerah
tropik, yaitu kolitis amebik,shigellosis, dan kolitis tuberkulosa serta infeksi E.coli patogen yang dilaporkan
sebagai salah satu penyebab utama diare kronik di Indonesia.

D. PATOFISIOLOGI

Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit perut dan
peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit. Yang lebih sering
terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki keinginan untuk buang air
besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir.

Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras dan kering.
Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang mengandung banyak
sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bias ringan atau malah tidak muncul.
Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10-20
kali/hari.

Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa nyeri, disertai
keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak berkurang. Tinja
tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan adalah tinja yang
hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.

Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang.Kolitis ulseratif adalah
penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit ini umumnya
mengenai orang kaukasia, termasuk keturunan Yahudi. Puncak insidens adalah pada usia 30-50 tahun.
Kolitis ulseratif adalah penyakit serius, disertai dengan komplikasi sistemik dan angka mortalitas yang
tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien mengalami karsinoma kolon.

Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi
multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik. Perdarahan terjadi
sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang
lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus
menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak.

E. MANIFESTASI KLINIS

Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih sering.
Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat
mengalami:

1. Anemia

2. Fatigue/ Kelelahan

3. Berat badan menurun

4. Hilangnya nafsu makan

5. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi

6. Lesi kulit (eritoma nodosum)

7. Lesi mata (uveitis)

8. Nyeri sendi

9. Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)

10. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)

11. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.

12. Perdarahan rektum (anus).

13. Rasa tidak enak di bagian perut.

14. Mendadak perut terasa mulas.

15. Kram perut.

16. Sakit pada persendian.


17. Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum

18. Anoreksia

19. Dorongan untuk defekasi

20. Hipokalsemia

Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis ulseratif memiliki gejala-gejala ringan. Lain
sering menderita demam, diare, mual, dan kram perut yang parah. Kolitis ulseratif juga dapat
menyebabkan masalah seperti radang sendi, radang mata, penyakit hati, dan osteoporosis. Tidak
diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar usus. Para ilmuwan berpikir komplikasi ini mungkin akibat
dari peradangan yang dipicu oleh sistem kekebalan tubuh. Beberapa masalah ini hilang ketika kolitis
diperlakukan.

Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh mana proses penyakit. Pasien biasanya
hadir dengan diare bercampur darah dan lendir, dari onset gradual. Penyakit ini biasanya disertai
dengan berbagai derajat nyeri perut, dari ketidaknyamanan ringan untuk sangat menyakitkan kram.

Kolitis ulseratif berhubungan dengan proses peradangan umum yang mempengaruhi banyak bagian
tubuh. Kadang-kadang terkait ekstra-gejala usus adalah tanda-tanda awal penyakit, seperti sakit,
rematik lutut pada seorang remaja. Kehadiran penyakit ini tidak dapat dikonfirmasi, namun, sampai
awal manifestasi usus.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Gambaran radiologi

a. Foto polos abdomen

1) Untuk melihat organ dalam abdomen

2) Mampu memperjelas abnormalitas (massa, tumor, obstruksi/striktura)

3) Umumnya dilakukan pertama kali ketika mendiagnosis masalah GI tract.

4) Tidak memerlukan persiapan khusus

5) Pasien memakai gaun, melepas perhiasan & ikat pingang yang mungkin mempengaruhi hasil

b. Barium enema

Barium enema atau lower GI series merupakan pemeriksaan X-ray pada colon.

c. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) adalah suatu pemeriksaan diagnostik non invasif dengan menggunakan gelombang
frekuensi tinggi kedalam abdomen. Gelombang-gelombang ini dipantulkan kembali dari permukaan
struktur organ sehingga komputer dapat menginterprertasikan densitas jaringan berdasarkan
gelombang-gelombang tersebut.

d. CT-scan dan MRI

2. Pemeriksaan Endoskopi

Endoskopi temuan di kolitis ulseratif meliputi:

a. Hilangnya penampilan vaskular kolon

b. Eritema (atau kemerahan dari mukosa) dan kerapuhan dari mukosa

c. Ulserasi yang dangkal, yang mungkin anak sungai, dan

d. Pseudopolyps.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama penyakit):
terutama mengandung mukosa, darah, pus dan organisme usus khususnya entomoeba histolytica.

2. Protosigmoidoskopi: memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia, dan inflamasi (akibat infeksi


sekunder mukosa dan submukosa). Area yang menurun fungsinya dan perdarahan karena nekrosis dan
ulkus terjadi pada 35 % bagian ini.

3. Sitologi dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan karsinoma. Perubahan neoplastik
dapat dideteksi, juga karakter infiltrat inflamasi yang disebut abses lapisan bawah.

4. Enema bartum, dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dilakukan, meskipun jarang
dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat kondisi eksasorbasi.

5. Kolonoskopi: mengidentigikasi adosi, perubahan lumen dinding, menunjukkan obstruksi usus.

6. Kadar besi serum: rendah karena kehilangan darah. Masa protromlain: memanjang pada kasus
berat karena gangguan faktor VII dan X disebabkan oleh kekurangan vitamin K.

7. ESR: meningkat karena beratnya penyakit Trombosis: dapat terjadi karena proses penyakit
inflamasi.

8. Elektrolit: penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat.

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian/pengumpulan data

a. Data Biografi: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan

b. Data Dasar Pengkajian Klien

1) Aktivitas/istirahat

Gejala:

a) Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah

b) Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare

c) Merasa gelisah dan ansietas

d) Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.

2) Sirkulasi

Tanda:

a) Takikardia Crospons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri.

b) Kemerahan area akimonsis (kekurangan vitamin K)

c) TD: hipotensi, termasuk postural

d) Kulit/membrane mukosa, turgor buruk, kering, lidah pecah (dehidrasi/ malnutrisi)

3) Integritas ego

Gejala:

a) Ansietas, ketakutan, emosi, kesal, misalnya perasaan tak berdaya/tak ada harapan

b) Faktor stress akut/kronis, misalnya hubungan dengan keluarga/pekerjaan, pengobatan yang mahal

c) Faktor budaya peningkatan prevalensi dari populasi Yahudi

Tanda:

a) Menolak, perhatian menyempit, depresi.

4) Eliminasi

Gejala:

a) Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair
b) Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak dapat dikontrol (sebanyak
20 – 30 kali defekasi/hari)

c) Perasaan dorongan/kram (temosmus), defekasi berdarah/pus/ mukosa dengan atau tanpa keluar
feses.

d) Perdarahan per rectal

e) Riwayat batu ginjal (dehidrasi)

Tanda:

a) Menurunnya bising usus, tak ada peristoltik atau adanya peristoltik yang dapat dilihat.

b) Hemosoid, fisura anal (25 %), fisura perianal

c) Oliguria

5) Makanan/ cairan

Gejala:

a) Anoreksia, mual/muntah

b) Penurunan berat badan

c) Tidak toleran terhadap diet/sensitif misalnya buah segar/sayur

d) Produk susu makanan berlemak.

Tanda:

a) Penurunan lemak subkutan/massa otot

b) Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk

c) Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut

6) Higine

Tanda:

a) Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri

b) Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin

c) Bau badan

7) Nyeri/kenyamanan
Gejala:

a) Nyeri/nyeri tekan pada kwadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi)

b) Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthritis)

c) Nyeri mata, fotofobia (iritis)

Tanda:

a) Nyeri tekan abdomen/distensi

8) Keamanan

Gejala:

a) Riwayat lupus eritoma tous, anemia hemolitik, vaskulitis,.

b) Arthritis (memperburuk gejala dengan eksoserbasi penyakit usus)

c) Peningkatan suhu 39,6 – 40 ºC (eksoserbasi akut)

d) Penglihatan kabur

e) Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine ke dalam usus dan mempunyai
efek inflamasi)

Tanda:

a) Lesi kulit mungkin ada misalnya: eritoma nodusum (meningkat), nyeri, kemerahan dan
membengkak pada tangan, muka, plodeima gangrionosa (lesi tekan purulen/lepuh dengan batas
keunguan)

b) Ankilosa spondilitis

c) Uveitis, kongjutivitis/iritis.

9) Seksualitas

Gejala: frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual

10) Interaksi sosial

Gejala:

a) Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi

b) Ketidakmampuan aktif dalam social


2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus ditandai dengan peningkatan
bunyi usus/ peristaltik, defikasi sering dan berair, perubahan warna feses, dan nyeri abdomen, kram.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan: diare ditandai
dengan mual, muntah, dan diare berat.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrien, status
hipermetabolik, secara medik masukan makanan dibatasi ditandai dengan penurunan berat badan,
penurunan lemak subkutan/ massa otot, tonus otot buruk, bising usus, konjungtiva dan membrane
mukosa pucat serta menolak untuk makan.

d. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis/ rangsangan simpatis (proses inflamasi), ancaman
konsep diri (dirasakan atau aktual), ancaman terhadap perubahan status kesehatan, status
sosioekonomis, fungsi peran, pola interaksi ditandai dengan eksaserbasi penyakit tahap akut,
peningkatan tegangan, distensi, ketakutan, menunjukan masalah tentang perubahan hidup, perhatian
pada diri sendiri.

e. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diere lama, iritasi kulit/ jaringan, eksoriasi fisura
perirektal; fistula ditandai dengan nyeri abdomen kolik/ kram/ nyeri menjalar, perilaku berhati- hati/
distraksi, gelisah, nyeri wajjah, dan perhatian pada diri sendiri.

f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat, dan tidak mengenal sumber ditandai dengan
pertanyaan, meminta informasi, pernyataan salah konsep, tidak akurat mengikuti instruksi, dan terjadi
komplikasi/ eksaserbasi yang dapat dicegah.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
o Keperawatan

1 Diare berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi dan Membantu


dengan inflamasi, keperawatan selama ...x catat frekuensi membedakan penyakit
iritasi, atau 24 jam diharapkan diare defekasi, individu dan mengkaji
malabsorpsi usus pasien terkontol dengan karakteristik, beratnya episode.
ditandai dengan out come: karakteristik,
peningkatan bunyi jumlah, dan faktor
usus/ peristaltik, 1. penurunan frekuensi pencetus.
defekasi, konsistensi
defikasi sering dan
berair, perubahan kembali normal
warna feses, dan
nyeri abdomen, 2.mengidentifikasi / 2. Tingkatkan tirah Istirahat menurunkan
kram. menghindari factor baring, berikan alat- motilitas usus juga
pemberat. alat disamping menurunkan laju
tempat tidur. metabolisme bila
infeksi atau
perdarahan sebagai
komplikasi.

3. identifikasi Menghindarkan iritan


makanan dan cairan dan meningkatkan
yang mencetus istirahat usus.
diare.

4. Mulai lagi Memberikan istirahat


pemasukan cairan kolon dengan
per oral secara menghilangkan atau
bertahap. menurunkan rangsang
makanan/ cairan.

5. Berikan Adanya penyakit


kesempatan untuk dengan penyebab tak
menyatakan frustasi diketahui sulit untuk
sehubungan dengan sembuh dan yang
proses penyakit. memerlukan
intervensi bedah
dapat menimbulkan
reaksi stress yang
dapat memperburuk
situasi

6. Observasi
demam, takikardia,
Tanda bahwa toksik
letargi, leukositosis,
megakolon atau
penurunan protein
perforasi dan
serum, ansietas, dan
peritonitis akan
kelesuan.
terjadi/ telah terjadi
memerlukan
intervensi medik
segera.
7. Memberikan obat
sesuai indikasi

Membantu
kesembuhan pasien.

2 Kekurangan volume Setelah diberikan asuhan 1. Awasi masukan Memberikan informasi


cairan berhubungan keperawatan selama ...x dan keluaran, tentang keseimbangan
dengan peningkatan 24 jam diharapkan diare karakter, dan jumlah cairan, fungsi ginjal
kehilangan cairan: pasien terkontol dengan feses; perkirakan dan control penyakit
diare ditandai out come: kehilangan yang tak usus juga merupakan
dengan mual, terlihat. pedoman untuk
muntah, dan diare 1. Mempertahankan
penggantian cairan.
berat. volume cairan adekuat
dibuktikan oleh membran
mukosa lembab, turgor 2. Observasi kulit
kulit baik, dan pengisian kering berlebihan Menunjukan
kapiler baik. dan membran kehilangan cairan
mukosa, penurunan berlebihan/ dehidrasi.
2. Tanda vital stabil, turgor kulit,
keseimbangan masukan pengisisan kapier
dan keluaran dengan lambat.
urine normal dalam
konsentrasi jumlah.
3. Ukur berat badan
tiap hari.

Indikator cairan dan


4. Pertahankan status nutrisi.
pembatasan per
oral, tirah baring;
hindari kerja.
Kolon diistirahatkan
untuk penyembuhan
dan untuk
penyembuhan dan
5. Observasi untuk menurunkan
perdarahan dan tes kehilangan cairan
feses tiap hari untuk usus.
adanya darah
samar.
Diet tidak adekuat dan
penurunan absorpsi
dapat menimbulkan
defisiensi vitamin K
dan merusak
koagulasi, potensial
6. Catat kelemahan resiko perdarahan.
otot umum atau
disritmia jantung.
Kehilangan usus
berlebihan dapat
7. Berikan cairan menimbulkan
parenteral, tranfusi ketidakseimbangan
darah sesuai elektrolit.
indikasi.

Mempertahankan
istirahat usus akan
memerlukan
penggantian cairan
untuk memperbaiki
kehilangan/anemia.
8. Awasi hasil
laboratorium.

Menentukan
kebutuhan pergantian
9. Berikan obat dan keefektifan terapi.
sesuai indikasi.

Membantu
kesembuhan pasien.
3. Nutrisi kurang dari Setelah diberikan asuhan 1. Timbang berat Memberikan informasi
kebutuhan tubuh keperawatan selama ...x badan tiap hari. tentang kebutuhan
berhubungan 24 jam diharapkan diare diet/ kefektifan terapi.
dengan gangguan pasien terkontol dengan
absorpsi nutrien, out come:
status Menurunkan
hipermetabolik, 1. Menunjukan berat 2. dorong tirah
badan stabil atau kebutuhann metabolik
secara medik baring atau untuk mencegah
masukan makanan peningkatan berat badan pembatasan
sesuai dengan nilai penurunan kalori dan
dibatasi ditandai aktivitas selama fase
laboratorium normal. simpanan energi.
dengan penurunan sakit akut.
berat badan, 2. Tidak ada tanda
penurunan lemak malnutrisi. Menenangkan
subkutan/ massa 3. Anjurkan istirahat peristaltic dan
otot, tonus otot sebelum makan. meningkatkan energi
buruk, bising usus,
untuk makan.
konjungtiva dan
membrane mukosa
pucat serta menolak
untuk makan. 4. Berikan Mulut yang bersih
kebersihan oral. dapat meningkkatkan
rasa makanan.

Lingkungan yang
5. Sediakan menyenangkan
makanan dalam menurunkan stress
ventilasi yang baik, dan lebih kondusif
lingkungan yang untuk makan.
menyenangkan,
dengan situasi tidak
terburu- buru.

6. Batasi makanan Mencegah serangan


yang dapat akut/ eksaserbasi
menyebabkan kram
gejala.
abdomen, flatus.

7. Catat masukan
dan perubahan
simtomtologi.
Memberikan rasa
kontrol pada pasien
dan kesempatan
untuk memilih
makanan yang
diinginkan/ dinikmatii,
8. Dorong pasien dapat meningkatkan
untuk menyatakan masukan.
perasaan masalah
mulai makan diet.
Keragu-raguan untuk
makan mungkin
9. Pertahankan diakibatkan oleh takut
puasa sesuai makanan akan
indikasi. menyebabkan
eksaserbasi gejala.

Istirahat usus
menurunkan peristatik
dan diare dimana
menyebabkan
10. Mulai/ malabsorpsi/
tambahkan diet kehilangan nutrien.
sesuai indikasi.

Memungkinkan
saluran usus untuk
mematikan kembali
11. Berikan obat
proses pencernaan.
sesuai indikasi.

Membantu
kesembuhan pasien.
4. ansietasBerhubunga Setelah diberikan asuhan 1.Catat petunjuk Indikator derajat
n dengan faktor keperawatan selama ...x perilaku misalnya ansietas/stress
psikologis/rangsang 24 jam gelisah, peka
simpatis (proses diharapkan ansietaspasie rangsang, menolak,
inflamasi), ancaman n terkontol dengan out kurang kontak mata,
konsep diri come: perilaku menarik
(dirasakan/aktual), perhatian
ancaman 1. menunjukkan rileks
terhadap/perubahan dan melaporkan
statuskesehatan, penurunan ansietas
2.Dorong
status ekonomis, sampai tingkat dapat
menyatakan
fungsi peran, pola ditangani
perasaan berikan
interaksi 2.menyatakan kesadaran umpan balik Membuat hubungan
ditandai dengan perasaan ansietas dan terapiutik antara
eksaserbasi cara sehat menerimanya pasien dengan
penyakit tahap akut,
3.Akui bahwa perawat
peningkatan
ansietas dan
tegangan, distress,
masalah mirip
ketakutan,
dengan yang Validasi bahwa
menunjukkan
diekspresikan orang perasaan normal
masalah tentang
lain. dapat menurunkan
perubahan hidup,
Tingkatkan perhatia stres
perhatian pada diri
n mendengar pasien
sendiri.

4.Berikan informasi
yang akurat dan
nyata tentang apa
yang dilakukan
misalnya tirah
baringpembatasan
masukkan peroral, Keterlibatan pasien
dan prosedur dalam perencanaan
perawatan
memberikan rasa
kontrol dan
5.Berikan
membantu
lingkungan tenang
menurunkan ansietas
dan istirahat
6. Dorong
pasien/orang
Memindahkan pasien
terdekat untuk
menyatakan dari stres luar
perhatian, perilaku meningkatkan
relaksasi, membantu
perhatian
menurunkan ansietas

Tindakan dukungan
7. Bantu pasien membantu pasien
mengidentifikasi/ merasa stres
memerlukan berkurang ,
perilaku koping yang memungkinkan energi
digunakan pada untuk ditujukan pada
masa lalu penyembuhan/
perbaikan

8. Ajarkan pasien
belajar mekanisme Meningkatkan rasa
koping baru kontrol diri pasien

9. Beri obat sedatif

Mengatasi masalah
dapat membantu
dalam menurunkan
stres/ansietas,
meningkatkan kontrol
10. Rujuk pada penyakit
perawat spesialis
psikiatrik, pelayanan
sosial, penasihat Untuk menurunkan
agama ansietas dan
memudahkan
istirahat, khususnya
pasien dengan KU

Dibutuhkan bantuan
tambahan untuk
meningkatkan kontrol
dan mengatasi
episode
akut/eksaserbasi
dengan belajar untuk
menerima penyakit
kronis dan
konskuensinya

5. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan 1. Dorong pasien Mencoba untuk


berhubungan keperawatan untuk melaporkan mentoleransi nyeri
dengan selama....x24 jam, nyeri
hyperperistaltik, diharapkan nyeri
diare lama, iritasi berkurang dengan
kulit/jaringan, kriteria hasil: 2. Kaji laporan kram
eksoriasi fisura abdomen atau Nyeri kolitis hilang
perirektal; fistula 1. melaporkan nyeri timbul pada penyakit
nyeri, cata lokasi,
ditandai dengan hilang/terkontrol, Crohn. Nyeri sebelum
lamanya, intensitas
laporan nyeri (skala 0-10). Selidiki defekasi sering terjadi
2.tampak rileks
abdomen dan laporkan pad KU dengan tiba-
kolik/kram/nyeri 3.mampu tidur/istirahat perubahan tiba, dimana dapat
menyebar., perilaku dengan tepat berat dan terus
karakteristik nyeri
berhati- menerus. Perubahan
hati/distraksi, pada karakteristik
gelisah, nyeri wajah, nyeri dapat
perhatian pada diri menunjukkan
sendiri penyebaran penyakit
/terjadi komplikasi,
mis: fistula kandung
kemih, perforasi,
toksikmegakolon

3. Catat petunjuk
non verbal mis.
Gelisah, menolak Bahasa tubuh/non
untuk bergerak, verbal dapat secara
berhati-hati dengan psikologis dan
abdomen, menarik fisiologik dapat
diri dengan digunakan pada
abdomen dan hubungan verbal
untuk
depresi. Selidiki
perbedaan verbal mengidentifikasi
dan non verbal luas/beratnya masalah

4. Kaji ulang faktor-


faktor yang
meningkatkan atau
menghilangkan
nyeri
Dapat menunjukkan
dengan tepat
pencetus atau faktor
pemberat atau
5. Izinkan pasien mengidentifikasi
untuk memulai terjadinya komplikasi
posisi yang nyaman

Menurunkan teganga
6. Berikan tindakan n abdomen dan
nyaman (mis. meningkatkan rasa
Pijatan punggung) kontrol
dan aktivitas
senggang
Meningkatkan
relaksasi dan
7. Bersihkan area meningkatkan
rektal dengan sabun kemampuan koping
dan air dan berikan
perawatan kulit
(mis. Salep)

Melindungi kulit dari


asam usus, mecegah
eksoriasi
8. Berikan rendam
duduk dengan tepat

9. Observasi distensi
abdomen,
peningkatan suhu
tubuh, penurunan Melindungi kulit dari
TD asam usus, mecegah
eksoriasi

10. Lakukan
modifikasi diet Dapat menunjukkan
sesuai resep terjadinya obstruksi
usus karena inflamasi,
edema, dan jaringan
11. Berikan obat parut
analgesik,
antikolinergik dan
anodin supositoria Istirahat usus penuh
dapat menurunkan
nyeri, kram

12. Bantu dengan


mandi duduk
Untuk memudahkan
istirahat yang adekuat
dan penyembuhan,
menghilangkan
spasme GI dan
merileksasi otot rektal

Memberikan
kesejukan lokal dan
kenyamannan pada
rektal
6. Kurang pengetahuan Setelah diberikan asuhan 1.Tentukan persepsi Membuat
tentang kondisi, keperawatan pasien tentang pengetahuan dasar
prognosis, dan selama......x24 jam proses penyakit dan memberikan
kebutuhan diharapkan pasien kesadaran kebutuhan
pengobatan mendapatkan belajar individu
berhubungan pengetahuan dengan
dengan kesalahan kriteria hasil:
interpretasi 2. Kaji ulang proses
informasi, kurang 1.menyatakan penyakit, penyebab
mengingat, dan tidak pemahaman terhadap gejala, identifikasi Faktor
mengenal sumber penyakit cara menurunkan pencetus/pemberat
ditandai dengan faktor pendukung , individu sehingga
2.mengidentifikasi stres
pertanyaan, dorong pertanyaan waspada pada faktor
meminta informasi, 3.berpartisipasi dalam gejala dan memliki
pernyataan salah pengobatan pengetahuan dasar
konsep, tidak akurat 3. Kaji ulang obat,
4.melakukan perubahan
mengikuti instruksi, tujuan, frekuensi,
pola hidup
dan terjadi dosis, dan
komplikasi/ kemungkinan efek
eksaserbasi yang samping
dapat dicegah.
Meningkatkan
pemahaman dan
4. Ingatkan pasien kerjasama dalam
untuk program
mengobservasi efek penyembuhan
samping obatbila
steroid dberikan
dalam waktu
panjang

Steroid dapat
5. Tekankan mengontrol inflamasi
pentingnya namun dapat
perawatan kulit menurunkan
ketahanan terhadap
infeksi
6. Menganjurkan
berhenti merokok
7. Penuhi evaluasi Menurunkan
jangka panjang dan penyebaran bakteri,
evaluasi uang iritasi kulit dan infeksi
periodic

Merokok dapat
8. Rujuk ke menyebabkan
komunitas yang motilitas usus
tepat

Pasien dengan
inflamasi penyakit
usus berisiko kanker
kolon sehingga
evaluasi periodik
diperlukan

Pasien mendapatkan
pelayanan dalam
koping dengan
penyakit kronis dan
evaluasi obat

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2.Jakarta:EGC

Ester, Monica.2002.Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta:EGC

Marliynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.


Moorhouse,Dongoes.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.Jakarta:EGC 2.
Smeltzer,Suzanne.2002.keperawatan Medikal Bedah. Volume 2.Edisi 8 .Jakarta EGC
Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronik pada kolon. Kolitis

ulseratif adalah salah satu dari 2 jenis utama penyakit radang usus (IBD) ,

bersama dengan penyakit Crohn . Tidak seperti penyakit Crohn, yang

dapat mempengaruhi setiap bagian dari saluran pencernaan, kolitis

ulseratif bersifat hanya melibatkan usus besar, dan ileum terminal pada

10% pasien. (Gambar 1 dan 2). (Adam, 2010)

Kolitis ulseratif merupakan penyakit yang menyerang kolon dan

rektum di bagian jaringan paling luar atau mukosa. Bentuk lesi ini berupa

daerah peradangan dan ulserasi kontinu tanpa segmen jaringan normal.

(Kathleen and Julie, 2003)

Gambar 1. Kolon normal dan kolitis ulseratif

Gambar 2. Jaringan kolon normal dan kolitis ulseratif

Anda mungkin juga menyukai