Anda di halaman 1dari 19

nurul fatimah

Selasa, 26 November 2013

askep kolitis ulseratif

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan sistem pencernaan tidak secara langsung menyebabkan kematian bagi penderita.
Namun hal ini menyebabkan beberapa penderita mencari pertolongan medis. Salah satu
gangguan sistem pencernaan yaitu kolitis ulseratif.

Kolitis ulseratif merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung
lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti.Nyeri abdomen, diare,
perdarahan rektum merupakan gejala dan tanda yang terpenting.Lesi utamanya adalah reaksi
peradangan daerah subepitel yang timbul pada basis kripte lieberkhun, yang akhirnya
menimbulkan ulserasi mukosa.Puncak penyakit ini adalah antara usia12 dan 49 tahun dan
meyerang jenis kelaminlaki-laki maupun perempuan.

Insiden yang lebih tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam orang kulit putih dan orang-
orang keturunan Yahudi.Kolitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di
Amerika Serikat, atau kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di
daerah utara. Meskipun kolitis ulseratif tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik
kerentanan komponen. Penyakit ini dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor
lingkungan(Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006).

B. Tujuan Penulisan

Mahasiswa dapat :

1. Memahami pengertian kolitis ulseratif.

2. Memahami anatomi dan fisiologi kolon.


3. Memahami etiologi kolitis ulseratif.

4. Memahami faktor yang mempengaruhi kolitis ulseratif.

5. Memahami patofisiologi kolitis ulseratif.

6. Memahami manifestasi klinik kolitis ulseratif.

7. Memahami komplikasi kolitis ulseratif.

8. Memahami pemeriksaan penunjang dan diagnostik kolitis ulseratif.

9. Memahami penatalaksaan medis dan keperawatan kolitis ulseratif.

10. Melaksanakan pengkajian keadaan kesehatan pada klien dengan kolitis ulseratif.

11. Menyusun diagnosa keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif.

12. Membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif berdasarkan hasil
pengkajian.

C. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini penyusun menggunakan metode studi kepustakaan.

D. Sistematika Penulisan

Pada makalah ini, akan dijelaskan dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar
belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Dilanjutkan
dengan bab ke dua, penulis membahas secara keseluruhan tentang masalah yang diangkat, yaitu
tinjauan teoritis kolitis ulseratif yang terdiri dari konsep dasar kolitis ulseratif dan konsep dasar
asuhan keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif. Konsep dasar kolitis ulseratif terdiri dari
beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh ahli, anatomi dan fisiologi kolon,
etiologi, faktor yang mempengaruhi kolitis ulseratif, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi,
pemeriksaan penunjang dan diagnostik serta penatalaksanaanya. Konsep dasar asuhan
keperawatan pada klien dengan kolitis ulseratif terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan
dan perencanaan.

Bab ketiga merupakan bab penutup dalam makalah ini. Pada bagian ini, penulis
menyimpulkan uraian yang sebelumnya sudah disampaikan, dan memberi saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep dasar Kolitis Ulseratif

1. PENGERTIAN

Kolitis Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon
dan rektum. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).

Kolitis Ulseratif adalah penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung lama
disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson,
2006, hal, 461)

Kolitis Ulseratif adalah penyakit inflamasi primer dari membran mukosa kolon (Monica
Ester,2002,hal,56).

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Kolitis Ulseratif adalah suatu
penyakit inflamasi pada lapisan mukosa kolon dan rektum yang menyebabkan luka atau lesi dan
berlangsung lama.

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI KOLON

Usus besar atau kolon berbentuk saluran muscular berongga yang membentang dari sekum
hingga kanalis ani dan dibagi menjadi sekum, kolon ( assendens, transversum, desendens, dan
sigmoid ) dan rektum. Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus kedalam kolon, sedangkan
otot sfingter eksternus dan internus mengontrol keluarnya feses dari kanalis ani. Diameter kolon
kerang lebih 6,3 cm dengan panjang kurang lebih 1,5 m.

Usus besar memiliki berbagai fungsi, yang terpenting adalah absorbsi air dan elektrolit.Ciri
khas dari gerakan usus adalah pengadukan haustral.Gerakan meremas dan tidak progresif ini
menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik, sehingga memberikan waktu untuk terjadinya
absorbsi.Peristaltik mendorong feses ke rektum dan meenyebabkan peregangan dinding rektum
dan aktivasi refleks defekasi.

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna beberapa bahan,
membantu penyerapan zat-zat gizi dan membuat zat-zat penting.Beberapa penyakit serta

iritasi yang menyebabkan dikeluarkanya lendir dan air sehingga terjadilah diare ( Sri Lestari,Amk,
Agus Priyanto, Amk, 2008, hal 60)

3. ETIOLOGI

Etiologi kolitis ulseratif tidak diketahui. Faktor genetik berperan dalam etiologi karena
terdapat hubungan familial. Terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunnita berperan dalam
patogenesis kolitis ulseratif. Antibody antikolon telah ditemukan dalam serum penderita penyakit
ini. Dalam biakan jaringan limposit dari penderita kolitis ulseratif merusak sel epitel pada kolon.

Dijelaskan beberapa teori mengenai penyebab kolitis ulseratif, namun tidak ada yang terbukti.
Teori yang paling terkenal adalah teori reaksi sistem imun tubuh terhadap virus atau bakteri yang
menyebabkan terus berlangsungnya peradangan dalam dinding usus.

Kolitis ulseratif memiliki kelainan sistem imun, tetapi tidak diketahui hal ini merupakan0
penyebab atau akibat efek ini, kolitis ulseratif tidak sebabkan oleh distres emosional atau
sensitifitas terhadap makanan, tetapi faktor-faktor ini mungkin dapat memicu timbulnya gejala
pada beberapa orang. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006, hal, 462).

4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOLITIS

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kolitis yaitu :

1) Faktor genetik

Sebuah genetik komponen etiologi kolitis ulseratif dapat didasarkan pada hipotesis berikut :

a. Agregasi dari kolitis ulseratif dalam keluarga

b. Insiden etnis perbedaan dalam insiden

c. Penanda genetik dan keterkaitan

2) Faktor-faktor lingkungan

Patogenesis lingkungan dapat didasarkan pada hipotesis berikut :


a. Diet : usus besar terkena banyak zat-zat makanan yang dapat mendorong peradangan,
faktor-faktor diet yang telah dihipotesiskan untuk memainkan peran dalam patogenesis
dari kedua kolitis ulseratif dan penyakit crohn.

b. Diet rendah serat makanan dapat mempengaruhi insiden kolitis ulseratif

c. Menyusui: ada laporan yang saling bertentangan perlindungan menyusui dalam


perkembangan penyakit inflamasi usus.

5. PATOFISIOLOGI

Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan
rektum. Puncak insiden kolitis ulseratif adalah pada usia 30 sampai 50 tahun.

Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara
bergiliran, satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rektum dan akhirnya
dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek, dan menebal akibat
hipertrofi muskuler dan deposit lemak. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).

Kolitis ulseratif merupakan penyakit primer yang didapatkan pada kolon, yang merupakan
perluasan dari rektum. Kelainan pada rektum yang menyebar kebagian kolon yang lain dengan
gambaran mukosa yang normal tidak dijumpai. Kelainan ini akan behenti pada daerah ileosekal,
namun pada keadaan yang berat kelainan dapat terjadi pada ileum terminalis dan appendiks. Pada
daerah ileosekal akan terjadi kerusakan sfingter dan terjadi inkompetensi. Panjang kolon akan
menjadi 2/3 normal, pemendekan ini disebakan terjadinya kelainan muskuler terutama pada
kolon distal dan rektum. Terjadinya striktur tidak selalu didapatkan pada penyakit ini, melainkan
dapat terjadi hipertrofi lokal lapisan muskularis yang akan berakibat stenosis yang reversibel

Lesi patologik awal hanya terbatas pada lapisan mukosa, berupa pembentukan abses pada
kriptus, yang jelas berbeda dengan lesi pada penyakit crohn yang menyerang seluruh tebal dinding
usus. Pada permulaan penyakit, timbul edema dan kongesti mukosa. Edema dapat menyebabkan
kerapuhan hebat sehingga terjadi perdarahan pada trauma yang hanya ringan, seperti gesekan
ringan pada permukaan.

Stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah menembus dinding kriptus dan
menyebar dalam lapisan submukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa
kemudian terlepas menyisakan daerah yang tidak bermukosa (tukak). Tukak mula- mula tersebar
dan dangkal, tetapi pada stadium yang lebih lanjut, permukaan mukosa yang hilang menjadi lebih
luas sekali sehingga menyebabkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah. (Harrison, 2000,
hal 161)

6. MANIFESTASI KLINIK

Kebanyakan gejala kolitis ulseratif pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih
sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien
juga dapat mengalami :

a. Anemia

b. Fatigue/ kelelahan

c. Berat badan menurun

d. Hilangnya nafsu makan

e. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi

f. Lesi kulit ( eritoma nodusum )

g. Lesi mata ( uveitis )

h. Buang air besar beberapa kali dalam sehari ( 10-20 kali sehari )

i. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran

j. Perdarahan rektum

k. Kram perut

l. Sakit pada persendian

m. Anoreksia

n. Dorongan untuk defekasi

o. Hipokalsemia (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).

7. KOMPLIKASI

a. Megakolon toksik

b. Perforasi
c. Hemoragi

d. Neoplasma malignan

e. Pielonefritis

f. Nefrolitiasis

g. Kalanglokarsinoma

h. Artritis

i. Retinitis, iritis

j. Eritema nodusum (Brunner & Suddarth, 2002)

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK

a. Gambaran Radiologi

 Foto polos abdomen : Gambaran kolon sendiri terlihat memendek dan struktur
haustra menghilang. Sisa feses pada daerah inflamasi tidak ada, sehingga,
apabila seluruh kolon terkena maka materi feses tidak akan terlihat di
dalam abdomen yang disebut dengan empty abdomen.

 Barium enema disertai pemeriksaan sinar X dan sigmoidoskopi akan memperlihatkan


perdarahan mukosa disertai ulkus

 Ultrasonografi ( USG ) : Didapatkan penebalan dinding usus yang simetris dengan


kandungan lumen kolon yang berkurang. Mukosa kolon yang terlibat tampak menebal
dan berstruktur hipoekhoik akibat dari edema. Usus menjadi kaku, berkurangnya
gerakan peristalsis dan hilangnya haustra kolon.

 CT-scan dan MRI : Terlihat dinding usus menebal secara simetris dan kalau terpotong
secara cross-sectional maka terlihat gambaran target sign. Komplikasi di luar usus dapat
terdeteksi dengan baik, seperti adanya abses atau fistula atau keadaan abnormalitas
yang melibatkan mesenterium. MRI dapat dengan jelas mamperlihatikan fistula dan
sinus tractnya.
b. Pemeriksaan Endoskopi : ditemukan hilangnya vaskularitas mukosa, eritemadifus,
kerapuhan mukosa, dan seringkali eksudat yang terdiri atas mucus, darah dan nanah.
Kerapuhan mukosa dan keterlibatan yang seragam adalah karakteristik ( Pierce
A.Grace & Neil.R.Borley, 2006, hal 110 ).

c. Contoh feses ( pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama penyakit ) :
terutama mengandung mukosa, darah, pus dan organisme usus khususnya entomoeba
histolytica.

d. Protosigmoi doskopi : memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia, dan inflamasi.

e. Sitologi dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan karsinoma. Perubahan
neoplastik dapat dideteksi, juga karakter infiltrat inflamasi yang disebut abses lapisan bawah.

f. Enema barium, dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dilakukan, meskipun jarang
dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat kondisi eksasorbasi.

g. Kolonoskopi : mengidentifikasi adosi, perubahan lumen dinding, menunjukan obstruksi usus.

h. Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah

i. ESR : meningkat karena beratnya penyakit. Trombosis : dapat terjadi karena proses penyakit
inflamasi.

j. Elektrolit : penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat. (Brunner &
Suddarth, 2002).

9. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan Medis

 Terapi Obat - obatan

Terapi obat-obatan. Obat-obatan sedatif dan antidiare/antiperistaltik digunakan untuk


mengurangi peristaltik sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi.
Terapi ini dilanjutkan sampai frekuensi defekasi dan kosistensi feses pasien mendekati
normal (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1107-1108).

 Pembedahan

Pembedahan umunya digunakan untuk mengatasi kolitis ulseratif bila penatalaksaan


medikal gagal dan kondisi sulit diatasi, intervensi bedah biasanya diindikasi untuk kolitis
ulseratif. Pembedahan dapat diindikasikan pada kedua kondisi untuk komplikasi seperti
perforasi, hemoragi, obstruksi megakolon, abses, fistula, dan kondisi sulit sembuh.(Cecily
Lynn betz & Linda sowden. 2007, hal 323-324)
b. Penatalaksanaan Keperawatan

 Masukan diet dan cairan

Cairan oral, diet rendah residu tinggi protein tinggi kalori, dan terapi suplemem vitamin
dan pengganti besi diberikan untuk memenuhui kebutuhan nutrisi. Ketidak- seimbangan
cairan dan elektrolit yang dihubungkan dengan dehidrasi akibat diare. Adanya makanan yang
mengeksaserbasi diare harus dihindari. Susu dapat menimbulkan diare pada individu intoleran
terhadap lactose.

 Psikoterapi

Ditunjukkan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres pada pasien, kemampuan
menghadapi faktor-faktor ini, dan upaya untuk mengatasi konflik sehingga mereka tidak
berkabung karena kondisi mereka. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108).

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien dengan Kolitis Ulseratif

1. Pengkajian

1. Identitas

1) Identitas pasien

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pemeriksaan, diagnosa medis.

2) Identitas penanggung jawab

Meliputi : Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.

2. Keluhan utama

Biasanya pada klien yang terkena kolitis ulseratif mengeluh nyeri perut, diare, demam,
anoreksia.

3 Riwayat kesehatan

- Riwayat kesehatan sekarang


Perdarahan anus, diare dan sakit perut, peningkatan suhu tubuh, mual, muntah, anoreksia,
perasaan lemah, dan penurunan nafsu makan.

- Riwayat kesehatan dahulu

Untuk menentukan penyakit dasar kolitis ulseratif. Pengkajian predisposisi seperti genetik,
lingkungan, infeksi, imunitas, makanan dan merokok perlu di dokumentasikan. Anamnesis
penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, dan tuberculosis dipertimbangkan sebagai sarana
pengkajian proferatif.

1. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

b) Vital sign, meliputi

- Tekanan darah : Dalam batas normal (120/80 mmHg)

- Nadi : Takikardia atau diatas normal (> 100 x/menit)

- Suhu : Klien mengalami demam (> 37,5o C )

- Respirasi : Dalam batas normal (16- 20 x/menit)

c) Pemeriksaan sistem tubuh

 Sistem pencernaan : - Terjadi pembengkakan pada abdomen

- Nyeri tekan pada abdomen,

- Bising usus lebih dari normal (normalnya 5-


35 x/menit)

- Anoreksia

 Sistem pernafasan : Respirasi normal (16-20 x/menit).

 Sistem kardiovaskuler : Peningkatan nadi (takikardi)


 Sistem neurologi : - Peningkatan suhu tubuh (demam)

- Kelemahan pada anggota gerak

 Sistem integumen : Kulit dan membran mukosa kering dan

turgornya jelek.

 Sistem musculoskeletal : Kelemahan otot dan tonus otot buruk

 Sistem eliminasi : - Pada saat buang air besar mengalami diare

- Feses mengandung darah

d) Pola aktivitas sehari-hari berhubungan dengan :

- Aspek biologi : Keletihan, kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan.

- Aspek psiko : Perilaku berhati-hati, gelisah.

- Aspek sosio : Ketidakmampuan aktif dalam sosial.

2. Pemeriksaan Diagnostik

 Kolonoskopi, ulserasi panjang terbagi oleh mukosa normal yang timbul di kolon kanan.

 Enema barium disertai pemeriksaan sinar X dan sigmoidoskopi akan memperlihatkan


perdarahan mukosa disertai ulkus

 Analisis darah akan memperlihatkan anemia dan penurunan kadar kalium

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108, diagnosa keperawatan yang mungkin

muncul pada pasien dengan kolitis ulseratif :

1. Diare berhubungan dengan proses inflamasi

2. Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan peristaltik dan inflamasi


3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan pembatasan diet, mual, dan
malabsorpsi

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan.

3. Perencanaan

 Diagnosa 1 : Diare berhubungan dengan proses inflamasi

 Definisi :

Pengeluaran feses lunak dan tidak bermasa ( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )

 Tujuan :

Kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi secara adekuat

 Kriteria hasil :

- Turgor kulit kembali normal

- Input dan output seimbang

- Membran mukosa lembab

Intervensi Rasional

Mandiri

- Awasi masukan dan keluaran, karakter dan - Memberikan informasi tentang keseimbangan
jumlah feses, perkirakan kehilangan yang tak cairan.
terlihat misalnya berkeringat.

- Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu)


- Hipotensi (termasuk postural), takikardia,
demam dapat menunjukan respon terhadap
dan efek kehilangan cairan.

- Menunjukan kehilangan cairan berlebihan atau


- Observasi kulit kering berlebihan dan
dehidrasi
membran mukosa, penurunan turgor kulit,
pengisian kapiler lambat
- Pertahankan pembatasan per oral, tirah - Kolon distirahatkan untuk menyembuhkan dan
baring: hindari kerja untuk menurunkan kehilangan cairan usus.

Kolaborasi - Cairan parenteral membantu mengganti cairan


elektrolit untuk memperbaiki kehilangan
- Berikan cairan parenteral (infus)
cairan.

- Menurunkan kehilangan cairan dari usus

- Pemberian obat anti diare

 Diagnosa 2 : Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan peristaltik dan

inflamasi

 Definisi :

pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang
aktual / potensial/ digambarkan dengan istilah seperti ( International Asociation for the study of
pain ) : awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir
yang dapat diantisispasi atau dapat diramalkan dan durassinya kurang dari enam bulan ( Wilkson,
Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )

 Tujuan :

Mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan rasa nyaman.

 Kriteria hasil :

- Klien tampak rileks

- Klien tidak mengeluh nyeri lagi

Intervensi Rasional

Mandiri
- Observasi tingkat nyeri, lokasi nyeri, - Informasi memberikan data dasar untuk
frekuensi dan tindakan penghilang yang mengevaluasi kebutuhan keefektifan
digunakan. intervensi.

- Berikan pilihan tindakan nyaman : dorong - Meningkatkan relaksasi dan


teknik relaksasi, distraksiaktifitas hiburan memampukan pasien untuk
memfokuskan perhatian : dapat
meningkatkan koping
Kolaborasi

- Pemberian obat analgetik


- Dapat membantu mengurangi nyeri

 Diagnosa 3 : Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan


pembatasan diet, mual, dan malabsorpsi

 Definisi :

Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik ( Wilkson, Judith M &
Ahern,Nancy R.2009 )

 Tujuan :

Memenuhi dan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.

 Kriteria Hasil :

- Berat badan meningkat

- Pola eliminasi kembali normal

Intervensi Rasional

Mandiri

- Timbang berat badan tiap hari. - Memberikan informasi tentang kebutuhan


diet atau keefektifan terapi.
- Anjurkan istirahat sebelum makan. - Menenangkan peristaltik dan
meningkatkan energi untuk makan.

- Mulut yang bersih dapat meningkatkan


- Berikan kebersihan oral.
rasa makanan.

- Mencegah serangan akut/eksaserbasi


- Batasi makanan yang dapat menyebabkan gejala.
kram abdomen, flatus (misalnya produk
susu).

Kolaborasi
- istirahat usus menurunkan peristaltic dan
- Pertahankan puasa sesuai indikasi.
diare dimana menyebabkan malabsorpsi
atau kehilangan nutrisi.

- Memungkinkan saluran usus untuk


mematikan kembali proses pencernaan.
- Kolaborasi dengan tim gizi,
Protein perlu untuk penyembuhan
untuk tambahkan diet sesuai indikasi
integritas jaringan.
misalnya tinggi protein, tinggi kalori dan
rendah serat sesuai indikasi.

- Membantu dalam mengatasi masalah


malabsorpsi nutrisi.
- Berikan obat sesuai dengan indikasi.

- Program ini mengistirahatkan saluran GI


sementara memberikan nutrisi penting.
- Berikan nutrisi parenteral total, terapi IV
sesuai indikasi.
 Diagnosa 4 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan

 Definisi :

Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas
sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan ( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )

 Tujuan :

Mengembalikan kemampuan pasien dalam beraktivitas

 Kriteria hasil :

Klien dapat beraktivitas dengan normal kembali

Intervensi Rasional

- Memfasilitasi aktivitas yang tidak dapat - Dapat membantu pasien dalam


pasien lakukan. memenuhi kebutuhannya.

- Memberi motivasi - Motivasi akan memberi dorongan pasien


untuk dapat melakukan aktivitas kembali.

- Mengembalikan kemampuan gerak


pasien.
- Lakukan latihan gerakan pada pasien
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kolitis ulseratif adalah penyakit radang usus besar pada kolon dan rektum yang berlangsung
lama yang menyebabkan luka atau lesi. Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui. Faktor yang
berperan dalam penyakit kolitis ulseratif adalah faktor genetik karena sistem imun dalam tubuh
terhadap virus atau bakteri yang menyebabkan terus berlangsungnya peradangan dalam dinding
usus. Faktor lingkungan juga berpengaruh misalnya diet, diet rendah serat makanan dan
menyusui. Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare, nyeri abdomen, tanesmus, dan perdarahan
rektal. Tindakan medis yang dilakukan dengan cara memberi terapi obat-obatan dan dilakukan
pebedahan. Sedangkan tindakan keperawatannya masukan diet dan cairan dan psikoterapi.

B. Saran

Sebagai perawat kita harus mengerahui gejala-gejala yang ditimbulkan dari kolitis ulseratif.
Sehingga perawat tepat dalam membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
kolitis ulseratif.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta : EGC.
Cecily Lynn betz & Linda sowden. 2007. Buku saku keperawatan edisi 5. Jakarta : EGC.

Grace A.Pierce & Neil.R.Borley.2006, Ilmu Bedah, Jakarta : Gelora Aksara Pratama.

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4. Cetakan pertama, Jakarta : EGC

Lestari Sri,Amk, Agus Priyanto, Amk. 2008. Endoskopi Gastrointestinal, Jakarta : Salemba Medika.

Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :
EGC.

Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Unknown di Selasa, November 26, 2013


Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai