Anda di halaman 1dari 13

KOLITIS

Dosen pengampu: NS., Sri Mulyani., S. Kep., M. Kep

Disusun Oleh :

Dewi Sumbang Rorosati (2019200026)

PRODI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH DI WONOSOBO

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. ANATOMI FISIOLOGI

        Usus besar atau colon berbentuk saluran muscular beronga yang
membentang dari secum hingga canalis ani dan dibagi menjadi sekum,
colon (assendens, transversum, desendens, dan sigmoid), dan rectum.
Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus ke dalam kolon, sedangkan
otot sfingter eksternus dan internus mengotrol keluarnya feses dari kanalis
ani. Diameter kolon kurang lebih 6,3 cm dengan panjang kurang lebih 1,5
m.
Usus besar memiliki berbagai fungsi, yang terpenting adalah
absorbsi air dan elektrolit. Ciri khas dari gerakan usus besar adalah
pengadukan haustral. Gerakan meremas dan tidak progresif ini
menyebabkan isi usus bergerak bolak balik, sehingga memberikan waktu
untuk terjadinya absorbsi. Peristaltik mendorong feses ke rectum dan
menyebabkan peregangan dinding rectum dan aktivasi refleks defekasi.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri
di dalam kolon juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air sehingga terjadilah diare.
Gerak dan sekresi Kolon Pergerakan kolon terdiri dari kontraksi
segmentasi dan gelombang peristaltik seperti yang terdapat pada usus
halus. Kontraksi segmentasi mencampur isi kolon dan dengan lebih
banyak menyentuhkan isi ke mukosa, mempermudah absorbsi. Gelombang
peristaltik mendorong isi ke rektum, walaupun kadang-kadang terlihat
antiperistaltik yang lemah. Kontraksi tipe ke tiga yang terdapat hanya pada
kolon adalah mass action contraction, di mana terdpat kontraksi otot polos
yang serentak meliputi daerah yang luas.. Kontraksi ini terjadi pada pars
desenden dan sigmoid dan berperan untuk mengosongkan kolon dengan
cepat. Kontraksi ini merupakan kekuatan kontraksi yang jelas waktu
defekasi.
Pergerakan kolon dikoordinasi oleh gelombang lambat kolon.
Frekuensi gelombang ini, tidak seperti gelombang pada usus halus,
meningkat sepanjang kolon, dari kira-kira 2 x / menit pada katup
ileocaecal sampai 6 x / menit pada signoid. Sekresi kukus oleh kelenjar
kolon dirangsang oleh kontak antara sel-sel kelenjar dan isi kolon. Tidak
ada hubungan hormonal atau saraf berperan dalam respon dasar sekresi,
walaupun beberapa sekresi tambahan dapat dihasilkan oleh respon reflek
lokal melalui nervus pelvicuc dan splanknikus. Tidak ada enzem
pencernaan disekresi dalam kolon.
B. DEFINISI

Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan


akumulasi cytokine yang mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga
menstimulasi sekresi kolon, stimulasi sel goblet untuk mensekresi mucus
dan mengganggu motilitas kolon. Mekanisme ini menurunkan kemampuan
kolon untuk mengabsorbsi air dan menahan feses ( Tilley et al, 1997).
         Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi
akut atau kronik oleh virus, bakteri, dan amoeba, termasuk keracunan
makanan. Kolitis dapat juga disebabkan gangguan aliran darah ke daerah
kolon yang dikenal dengan kolitis iskemik. Adanya penyakit autoimun
dapat menyebabkan kolitis, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Cohrn.
Kolitis limfositik dan kolitis kolagenus disebabkan beberapa lapisan
dinding kolon yang ditutupi oleh sel-sel limfosit dan kolagen. Selain itu,
kolitis dapat disebabkan zat kimia akibat radiasi dengan barium enema
yang merusak lapisan mukosa kolon, dikenal dengan kolitis kemikal.

C. ETIOLOGI

 Kolitis bisa menjalar ke belakang sehingga menyebabkan


proktitis. Penyebab dari kolitis ada beberapa macam antara lain ( Tilley et
al, 1997) :
· Infeksi : Trichuris vulpis, Ancylostoma sp, Entamoeba histolytica,
Balantidium coli, Giardia spp, Trichomonas spp, Salmonella spp,
Clostridium spp, Campylobacter spp, Yersinia enterolitica, Escherichia
coli, Prototheca, Histoplasma capsulatum, dan Phycomycosis.
·   Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang 
kulithitam dan orang Cina, dan insidensinya meningkat (3sampai 6 kali l
ipat) pada orangyahudi  dibandingkan  dengan  orangnon  Yahudi.  Hal  ini 
menunjukkan  bahwa  dapat
·      ada predisposisi genetik terhadap perkembangan penyakit ini
·      Trauma : benda asing, material yang bersifat abrasif.
·      Alergi : protein dari pakan atau bisa juga protein bakteri.
·      Polyps rektokolon
·      Intususepsi ileokolon
·  Inflamasi : Lymphoplasmacytic, eoshinophilic, granulopmatous,
histiocytic
·      Neoplasia : Lymphosarcoma, Adenocarcinoma
·      Sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome)
D. MANIFESTASI KLINIS

Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa


buang air besar yang lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis
ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat
mengalami:
a.  Anemia
b.  Fatigue/ Kelelahan
c.  Berat badan menurun
d.  Hilangnya nafsu makan
e.   Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
f.   Lesi kulit (eritoma nodosum)
g.   Lesi mata (uveitis)
h.   Nyeri sendi
i.    Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
j.   Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
k.  Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
l.   Perdarahan rektum (anus).
m. Rasa tidak enak di bagian perut.
n.  Mendadak perut terasa mulas.
o.  Kram perut.
p.  Sakit pada persendian.
q.  Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
r.   Anoreksia
s.   Dorongan untuk defekasi
t.   Hipokalsemia
Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis
ulserativa memiliki gejala-gejala ringan. Lain sering menderita demam,
diare, mual, dan kram perut yang parah. Kolitis ulserativa juga dapat
menyebabkan masalah seperti radang sendi, radang mata, penyakit hati,
dan osteoporosis. Tidak diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar
usus. Para ilmuwan berpikir komplikasi ini mungkin akibat dari
peradangan yang dipicu oleh sistem kekebalan tubuh. Beberapa masalah
ini hilang ketika kolitis diperlakukan.
Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh
mana proses penyakit. Pasien biasanya hadir dengan diare bercampur
darah dan lendir, dari onset gradual. Penyakit ini biasanya disertai dengan
berbagai derajat nyeri perut, dari ketidaknyamanan ringan untuk sangat
menyakitkan kram.
Kolitis ulseratif berhubungan dengan proses peradangan umum
yang mempengaruhi banyak bagian tubuh. Kadang-kadang terkait ekstra-
gejala usus adalah tanda-tanda awal penyakit, seperti sakit, rematik lutut
pada seorang remaja. Kehadiran penyakit ini tidak dapat dikonfirmasi,
namun, sampai awal manifestasi usus.

E. PATOFISIOLOGI

Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare


hebat, demam tinggi, sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut).
Selama serangan, penderita tampak sangat sakit. Yang lebih sering terjadi
adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki
keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut
bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja
mungkin normal atau keras dan kering. Tetapi selama atau diantara waktu
buang air besar, dari rektum keluar lendir yang mengandung banyak sel
darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bisa ringan
atau malah tidak muncul.
Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita
buang air besar sebanyak 10-20 kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada
rektum yang terasa nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang
sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak berkurang. Tinja tampak encer
dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan
adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat
badannya berkurang.Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan
inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit ini
umumnya mengenai orang kaukasia, termasuk keturunan Yahudi. Puncak
insidens adalah pada usia 30-50 tahun. Kolitis ulseratif adalah penyakit
serius, disertai dengan komplikasi sistemik dan angka mortalitas yang
tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien mengalami karsinoma kolon.
Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan
dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar,
dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik. Perdarahan terjadi
sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara
bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada
rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus
menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan
deposit lemak.
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI

Perdarahan, merupakan komplikasi yang sering


menyebabkan anemiakarena kekurangan zat besi. Pada 10% penderita,
serangan pertama sering menjadi berat, dengan perdarahan yang
hebat, perforasi atau penyebaran infeksi.
·      Kolitis Toksik, terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan dinding usus.
Kerusakan ini menyebabkan terjadinya ileus, dimana pergerakan dinding
usus terhenti, sehingga isi usus tidak terdorong di dalam salurannnya.
Perut tampak menggelembung. Usus besar kehilangan ketegangan ototnya
dan akhirnya mengalami pelebaran.
·      Kanker Kolon (Kanker Usus Besar). Resiko kanker usus besar
meningkat pada orang yang menderita kolitis ulserativa yang lama dan
berat.
·      Bersifat lokal atau sistemik 
·      Fistula dan fisura abses rectal
·      Dilatasi toksik atau megakolon
·      Perforasi usus
·      Karsinoma kolon

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

·         Terapi Obat - obatan


Terapi obat-obatan. Obat-obatan sedatif dan antidiare/antiperistaltik
digunakan untuk mengurangi peristaltik sampai minimum untuk
mengistirahatkan usus yang terinflamasi. Terapi ini dilanjutkan sampai
frekuensi defekasi dan kosistensi feses pasien mendekati normal.
Sulfonamida seperti sulfasalazin (azulfidine) atau sulfisoxazol (gantrisin)
biasanya efektif untuk menangani inflamasi ringan dan sedang. Antibiotik
digunakan untuk infeksi sekunder, terutama untuk komplikasi purulen
seperti abses, perforasi, dan peritonitis. Azulfidin membantu dalam
mencegah kekambuhan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1107-1108).
·         Pembedahan
Pembedahan umunya digunakan untuk mengatasi kolitis ulseratif bila
penatalaksaan medikal gagal dan kondisi sulit diatasi, intervensi bedah
biasanya diindikasi untuk kolitis ulseratif. Pembedahan dapat
diindikasikan pada kedua kondisi untuk komplikasi seperti perforasi,
hemoragi, obstruksi megakolon, abses, fistula, dan kondisi sulit sembuh.
(Cecily Lynn betz & Linda sowden. 2007, hal 323-324)
·         Masukan diet dan cairan
Cairan oral, diet rendah residu-tinggi protein-tinggi kalori, dan terapi
suplemem vitamin dan pengganti besi diberikan untuk memenuhui
kebutuhan nutrisi. Ketidak- seimbangan cairan dan elektrolit yang
dihubungkan dengan dehidrasi akibat diare, diatasi dengan terapi intravena
sesuai dengan kebutuhan. Adanya makanan yang mengeksaserbasi diare
harus dihindari. Susu dapat menimbulkan diare pada individu intoleran
terhadap lactose.Selain itu makanan dingin dan merokok juga dapat
dihindari, karena keduanya dapat meningkatkan morbilitas usus. Nutrisi
parenteral total dapat diberikan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106-
1107).
             ·         Psikoterapi
Ditunjukkan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres pada
pasien, kemampuan menghadapi faktor-faktor ini, dan upaya untuk
mengatasi konflik sehingga mereka tidak berkabung karena kondisi
mereka. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108).

I. PENGKAJIAN

a.  Data Biografi: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan


b.  Data Dasar Pengkajian Klien

1)   Aktivitas/istirahat
Gejala: 
·    Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah 
·    Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare 
·    Merasa gelisah dan ansietas 
·    Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.
2)   Sirkulasi
Tanda:
·  Takikardia Crospons terhadap demam, dehidrasi, proses
inflamasi, dan nyeri.
·  Kemerahan area akimonsis (kekurangan vitamin K) 
·   TD: hipotensi, termasuk postural 
·  Kulit/membran mukosa, turgor buruk, kering,
lidah pecah (dehidrasi/malnutrisi)
3)   Integritas ego
Gejala: 
·   Ansietas, ketakutan, emosi, kesal, misalnya perasaan tak berdaya/tak
ada harapan
·  Faktor stress akut/kronis, misalnya hubungan
dengan keluarga/pekerjaan, pengobatan yang mahal 
·   Faktor budaya peningkatan prevalensi dari populasi Yahudi 
Tanda:  
·   Menolak, perhatian menyempit, depresi.
4)   Eliminasi
Gejala: 
·    Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair 
·      Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul,
sering tak dapat dikontrol (sebanyak 20 – 30 kali defekasi/hari)
·      Perasaan dorongan/kram (temosmus), defekasi
berdarah/pus/ mukosa dengan atau tanpa keluar feses. 
·      Perdarahan per rectal 
·      Riwayat batu ginjal (dehidrasi)
Tanda: 
·      Menurunnya bising usus, tak ada peristoltik atau adanya
peristoltik yang dapat dilihat. 
·      Hemosoid, fisura anal (25 %), fisura perianal
·      Oliguria
5)   Makanan/ cairan
Gejala: 
·      Anoreksia, mual/muntah 
·      Penurunan berat badan 
·      Tidak toleran terhadap diet/sensitif misalnya buah segar/sayur 
·      Produk susu makanan berlemak. 

Tanda: 
·      Penurunan lemak subkutan/massa otot 
·      Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk 
·      Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
6)   Higine
Tanda: 
·      Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri  
·      Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin 
·      Bau badan
7)   Nyeri/kenyamanan
Gejala: 
·      Nyeri/nyeri tekan pada kwadran kiri bawah (mungkin hilang
dengan defekasi) 
·      Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthritis) 
·      Nyeri mata, fotofobia (iritis) 
Tanda:
·      Nyeri tekan abdomen/distensi
8)   Keamanan
Gejala: 
·      Riwayat lupus eritoma tous, anemia hemolitik, vaskulitis,. 
·      Arthritis (memperburuk gejala dengan eksoserbasi penyakit usus) 
·      Peningkatan suhu 39,6 – 40 ºC (eksoserbasi akut) 
·      Penglihatan kabur 
·      Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine
ke dalam usus dan mempunyai efek inflamasi) 
Tanda: 
·Lesi kulit mungkin ada misalnya: eritoma nodusum (meningkat), nyeri,
kemerahan dan membengkak pada tangan, muka, plodeima gangrionosa
(lesi tekan purulen/lepuh dengan batas keunguan) 
·      Ankilosa spondilitis
·      Uveitis, kongjutivitis/iritis.
9)   Seksualitas
Gejala: frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
10)     Interaksi sosial
Gejala: 
·      Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi 
·      Ketidakmampuan aktif dalam sosial

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.       Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus


ditandai dengan peningkatan bunyi usus/ peristaltik, defikasi sering dan
berair, perubahan warna feses, dan nyeri abdomen, kram.
b.  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan cairan: diare ditandai dengan mual, muntah, dan diare berat.
c.       Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorpsi nutrien, status hipermetabolik, secara medik masukan makanan
dibatasi ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan lemak
subkutan/ massa otot, tonus otot buruk, bising usus, konjungtiva dan
membrane mukosa pucat serta menolak untuk makan.
d.       Ansietas berhubungan dengan factor psikologis/ rangsangan simpatis
(proses inflamasi), ancaman konsep diri (dirasakan atau aktual), ancaman
terhadap perubahan status kesehatan, status sosioekonomis, fungsi peran,
pola interaksi ditandai dengan eksaserbasi penyakit tahap akut,
peningkatan tegangan, distensi, ketakutan, menunjukan masalah tentang
perubahan hidup, perhatian pada diri sendiri.
e.       Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diere lama, iritasi
kulit/ jaringan, eksoriasi fisura perirektal; fistula ditandai dengan nyeri
abdomen kolik/ kram/ nyeri menjalar, perilaku berhati- hati/ distraksi,
gelisah, nyeri wajjah, dan perhatian pada diri sendiri.
f.     Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi, kurang
mengingat, dan tidak mengenal sumber ditandai dengan pertanyaan,
meminta informasi, pernyataan salah konsep, tidak akurat mengikuti
instruksi, dan terjadi komplikasi/ eksaserbasi yang dapat dicegah.

K. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


No Hr/tgl/jam Dx.kep Tujuan Intervensi Ttd

1. Senin Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Manajemen gangguan


nutrisi : kurang dari keperawatan selama 2x24 makan :
09/11/2020 kebutuhan tubuh jam diharapkan pasien
mampu mengontrol status 1. Monitor asupan
20.00 kalori makanan
nutrisi dengan criteria hasil : harian
2. Beri dukungan
1. Asupan gizi (4)
sembari klien juga
2. Asupan makanan (5)
berusaha
3. Asupan cairan (5)
mengintregasikan
4. Energi (5)
perilaku makan
yang baru,
perubahan citra
tubuh dan
perubahan gaya
hidup
3. Ajarkan dan
dukung konsep
nutrisi yang baik
dengan klien
4. Rundingkan
dengan tim
kesehatan lainya
setiap hari terkait
perkembangan
klien
Impementasi

Tanggal/jam No.dx Implementasi Respon klien Ttd

09/11/2020 00002 1. Memonitor asupan kalori


makanan setiap hari
20.00 2. Memberikan dukungan
(misalnya terapi relaksasi,
latihan desensitisasi, kesempatan Ds : pasien mengatakan
untuk membicaran perasaan) nyaman
sembari klien juga berusaha
mengintregasikan perilaku Do : pasien tampak rileks
makan yang baru, perubahan
citra tubuh dan perubahan gaya
hidup
3. Mengajarkan dan member
dukungan mengenai konsep
nutrisi yang baik bersama klien
4. Merundingkan dengan tim
kesehatan lainya setiap hari
terkait perkembangan klien

Ds : klien mengatakan
paham

Do : klien tampak mengerti

DAFTAR PUSTAKA
https://plus.google.com/112358494087039504556/posts/Kys9dwvyTJ5

herdman heather.2015.NANDA international inc. Nursing diagnoses : definitions


& classifications 2015-2017.jakarta:penerbit buku kedokteran EGC

Moorhead sue.2016.nursing outcomes classification


(NOC).indonesia:cv.mocomedia pengawasan Elsevier inc

M Gloria.2016.nursing interventions classification (NIC).indonesia:cv.mocomedia


pengawasan Elsevier inc

https://www.slideshare.net/aminudinharahap/laporan-pendahuluan-kolitis

https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/kolitis-radang-usus/

Anda mungkin juga menyukai