Anda di halaman 1dari 25

I.

ANATOMI FISIOLOGI
Usus besar atau colon berbentuk saluran muscular berongga yang
membentang dari secum hingga canalis ani dan dibagi menjadi sekum,
colon (assendens, transversum, desendens, dan sigmoid), dan rectum.
Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus ke dalam kolon, sedangkan
otot sfingter eksternus dan internus mengotrol keluarnya feses dari kanalis
ani. Diameter kolon kurang lebih 6,3 cm dengan panjang kurang lebih 1,5
m. Usus besar memiliki berbagai fungsi, yang terpenting adalah absorbsi
air dan elektrolit. Ciri khas dari gerakan usus besar adalah pengadukan
haustral. Gerakan meremas dan tidak progresif ini menyebabkan isi usus
bergerak bolak balik, sehingga memberikan waktu untuk terjadinya
absorbsi. Peristaltik mendorong feses ke rectum dan menyebabkan
peregangan dinding rectum dan aktivasi refleks defekasi.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam
kolon juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik
bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan
air sehingga terjadilah diare. Gerak dan sekresi Kolon Pergerakan kolon
terdiri dari kontraksi segmentasi dan gelombang peristaltik seperti yang
terdapat pada usus halus. Kontraksi segmentasi mencampur isi kolon dan
dengan lebih banyak menyentuhkan isi ke mukosa, mempermudah
absorbsi. Gelombang peristaltik mendorong isi ke rektum, walaupun
kadang-kadang terlihat antiperistaltik yang lemah. Kontraksi tipe ke tiga
yang terdapat hanya pada kolon adalah mass action contraction, di mana
terdpat kontraksi otot polos yang serentak meliputi daerah yang luas..
Kontraksi ini terjadi pada pars desenden dan sigmoid dan berperan untuk
mengosongkan kolon dengan cepat. Kontraksi ini merupakan kekuatan

1
kontraksi yang jelas waktu defekasi. Pergerakan kolon
dikoordinasi oleh gelombang lambat kolon. Frekuensi gelombang ini, tidak
seperti gelombang pada usus halus, meningkat sepanjang kolon, dari kira-
kira 2 x / menit pada katup ileocaecal sampai 6 x / menit pada signoid.
Sekresi kukus oleh kelenjar kolon dirangsang oleh kontak antara sel-sel
kelenjar dan isi kolon. Tidak ada hubungan hormonal atau saraf berperan
dalam respon dasar sekresi, walaupun beberapa sekresi tambahan dapat
dihasilkan oleh respon reflek lokal melalui nervus pelvicuc dan splanknikus.
Tidak ada enzem pencernaan disekresi dalam kolon.
Absorpsi dalam kolon
Kemampuan absorpsi mukos usus besar sangat besar. Na secara aktif
ditransport keluar kolon, dan air mengikuti osmotik gradier yang
ditimbulkan. Terdapat sekresi K , dan HCO kedalam kolon. Kapasitas
absorpsi kolon membuat instalasi rektum merupakan suatu jalan yang
praktis untuk pemberian obat, khususnya anak-anak. Banyak senyawaan,
termasuk obat anestesi, sedatif, transquilizer, dan steroid, diabsorpsi
dengan cepat oleh tempat ini. Sebagian air dalam enema diabsorpsi, dan
bila volime enema besar, absorpsi dapat cukup cepat menyebabkan
intoksikasi air. Koma dan kematian yang disebabkan karena intoksikasi air
telah dilaporkan setelah enema dengan air kran pada anak-anak dengan
megakolon

II. KONSEP PENYAKIT


A. Pengertian
Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi cytokine
yang mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga menstimulasi sekresi
kolon, stimulasi sel goblet untuk mensekresi mucus dan mengganggu

2
motilitas kolon. Mekanisme ini menurunkan kemampuan kolon untuk
mengabsorbsi air dan menahan feses ( Tilley et al, 1997).
Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi
akut atau kronik oleh virus, bakteri, dan amoeba, termasuk keracunan
makanan. Kolitis dapat juga disebabkan gangguan aliran darah ke
daerah kolon yang dikenal dengan kolitis iskemik. Adanya penyakit
autoimun dapat menyebabkan kolitis, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit
Cohrn. Kolitis limfositik dan kolitis kolagenus disebabkan beberapa
lapisan dinding kolon yang ditutupi oleh sel-sel limfosit dan kolagen.
Selain itu, kolitis dapat disebabkan zat kimia akibat radiasi dengan
barium enema yang merusak lapisan mukosa kolon, dikenal dengan
kolitis kemikal.
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kolitis ditinjau dari
teori Blum dibedakan menjadi empat faktor, yaitu: faktor biologi, faktor
lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor prilaku.
● Faktor Biologi: Jenis kelamin: Wanita beresiko lebih besar
dibanding laki-laki. Usia: 15-25 tahun, dan lebih dari 50 tahun.
Genetik/ familial: Riwayat keluarga dengan colitis
● Faktor Lingkungan: Lingkungan dengan sanitasi dan higienitas
yang kurang baik. Nutrisi yang buruk
● Faktor Perilaku: Kegemukan (obesitas). Merokok. Stress / emosi.
Pemakaian laksatif yang berlebihan. Kebiasaan makan makanan
tinggi serat, tinggi gula, alkohol, kafein, kacang, popcorn, makanan
pedas. Kurang kesadaran untuk berobat dini. Keterlambatan dalam
mencari pengobatan. Tidak melakukan pemeriksaan rutin
kesehatan.
● Faktor Pelayanan Kesehatan: Minimnya pengetahuan petugas
kesehatan. Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.
Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Kekeliruan dalam

3
diagnosis dan terapi. Tidak adanya program yang adekuat dalam
proses skrining awal penyakit.

B. Penyebab
Kolitis bisa menjalar ke belakang sehingga menyebabkan proktitis. Penyebab
dari kolitis ada beberapa macam antara lain ( Tilley et al, 1997) :
● Infeksi : Trichuris vulpis, Ancylostoma sp, Entamoeba histolytica,
Balantidium coli, Giardia spp, Trichomonas spp, Salmonella spp,
Clostridium spp, Campylobacter spp, Yersinia enterolitica,
Escherichia coli, Prototheca, Histoplasma capsulatum, dan
Phycomycosis.
● Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang kulit
hitam dan orang Cina, dan insidensinya meningkat (3 sampai 6 kali
lipat) pada orang Yahudi dibandingkan dengan orang non Yahudi.
Hal ini menunjukkan bahwa dapat
● ada predisposisi genetik terhadap perkembangan penyakit ini
● Trauma : benda asing, material yang bersifat abrasif.
● Alergi : protein dari pakan atau bisa juga protein bakteri.
● Polyps rektokolon
● Intususepsi ileokolon
● Inflamasi : Lymphoplasmacytic, eoshinophilic, granulopmatous,
histiocytic
● Neoplasia : Lymphosarcoma, Adenocarcinoma
● Sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome)

C. Tanda dan Gejala

4
Kebanyakan gejala kolitis ulseratif pada awalnya adalah berupa buang air
besar yang lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif
adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat mengalami :
a. Anemia
b. Fatigue/ kelelahan
c. Berat badan menurun
d. Hilangnya nafsu makan
e. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
f. Lesi kulit ( eritoma nodusum )
g. Lesi mata ( uveitis )
h. Buang air besar beberapa kali dalam sehari ( 10-20 kali sehari )
i. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran
j. Perdarahan rektum
k. Kram perut
l. Sakit pada persendian
m. Anoreksia
n. Dorongan untuk defekasi
o. Hipokalsemia (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).

D. Pemeriksaan Diagnostik
a. Gambaran Radiologi
● Foto polos abdomen : Gambaran kolon sendiri terlihat
memendek dan struktur haustra menghilang. Sisa feses pada
daerah inflamasi tidak ada, sehingga, apabila seluruh kolon
terkena maka materi feses tidak akan terlihat di dalam abdomen
yang disebut dengan empty abdomen.
● Barium enema disertai pemeriksaan sinar X dan sigmoidoskopi
akan memperlihatkan perdarahan mukosa disertai ulkus

5
● Ultrasonografi ( USG ) : Didapatkan penebalan dinding usus
yang simetris dengan kandungan lumen kolon yang berkurang.
Mukosa kolon yang terlibat tampak menebal dan berstruktur
hipoekhoik akibat dari edema. Usus menjadi kaku,
berkurangnya gerakan peristalsis dan hilangnya haustra kolon.
1. CT-scan dan MRI : Terlihat dinding usus menebal secara
simetris dan kalau terpotong secara cross-sectional maka
terlihat gambaran target sign. Komplikasi di luar usus dapat
terdeteksi dengan baik, seperti adanya abses atau fistula atau
keadaan abnormalitas yang melibatkan mesenterium. MRI
dapat dengan jelas mamperlihatikan fistula dan sinus tractnya.

b. Pemeriksaan Endoskopi
Ditemukan hilangnya vaskularitas mukosa, eritemadifus, kerapuhan
mukosa, dan seringkali eksudat yang terdiri atas mucus, darah dan
nanah. Kerapuhan mukosa dan keterlibatan yang seragam adalah
karakteristik ( Pierce A.Grace & Neil.R.Borley, 2006, hal 110 ).
c. Contoh feses ( pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan
selama penyakit ) : terutama mengandung mukosa, darah, pus dan
organisme usus khususnya entomoeba histolytica.
d. Protosigmoi doskopi : memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia,
dan inflamasi.
e. Sitologi dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan
karsinoma. Perubahan neoplastik dapat dideteksi, juga karakter
infiltrat inflamasi yang disebut abses lapisan bawah.

f. Enema barium, dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi


dilakukan, meskipun jarang dilakukan selama akut, tahap kambuh,
karena dapat membuat kondisi eksasorbasi.

6
g. Kolonoskopi : mengidentifikasi adosi, perubahan lumen dinding,
menunjukan obstruksi usus.
h. Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah
i. ESR : meningkat karena beratnya penyakit. Trombosis : dapat
terjadi karena proses penyakit inflamasi.
j. Elektrolit : penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit
berat. (Brunner & Suddarth, 2002).
E. Penatalaksanaan Medis
Di berikan dengan cara
1. Terapi Obat - obatan
Terapi obat-obatan. Obat-obatan sedatif dan antidiare/antiperistaltik
digunakan untuk mengurangi peristaltik sampai minimum untuk
mengistirahatkan usus yang terinflamasi. Terapi ini dilanjutkan
sampai frekuensi defekasi dan kosistensi feses pasien mendekati
normal (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1107-1108).
2. Pembedahan
Pembedahan umunya digunakan untuk mengatasi kolitis ulseratif bila
penatalaksaan medikal gagal dan kondisi sulit diatasi, intervensi
bedah biasanya diindikasi untuk kolitis ulseratif. Pembedahan dapat
diindikasikan pada kedua kondisi untuk komplikasi seperti perforasi,
hemoragi, obstruksi megakolon, abses, fistula, dan kondisi sulit
sembuh.(Cecily Lynn betz & Linda sowden. 2007, hal 323-324)

F. Penatalaksanaan keperawatan
1. Masukan diet dan cairan
Cairan oral, diet rendah residu tinggi protein tinggi kalori, dan terapi
suplemem vitamin dan pengganti besi diberikan untuk memenuhui
kebutuhan nutrisi. Ketidak- seimbangan cairan dan elektrolit yang
dihubungkan dengan dehidrasi akibat diare. Adanya makanan yang

7
mengeksaserbasi diare harus dihindari. Susu dapat menimbulkan
diare pada individu intoleran terhadap lactose.
2. Psikoterapi
Ditunjukkan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres pada
pasien, kemampuan menghadapi faktor-faktor ini, dan upaya untuk
mengatasi konflik sehingga mereka tidak berkabung karena kondisi
mereka. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108).

G. Komplikasi
Komplikasi koitis ulseratif dapat bersifat lokal ataupun sistemik. Fistula, fisura
dan abses rektal tidak sering seperti pada colitis granulomatosa.
Kadang - kadang terbentuk fistula rektovagina, dan beberapa penderita
dapat mengalami penyempitan lumen usus akibat fibrosis yang
umumnya lebih ringan.
Salah satu komplikai yang lebih berat adalah dilatasi toksik atau megakolon,
dimana terjadi paralisis fungsi motorik kolon tranfersum disertai dilatasi
cepat segmen usus tersebut.
Megakolon toksik paling sering menyertai pankolitis, mortalitas
sekitar 30% dan perforasi usus sering terjadi. Pengobatan untuk
komplikasi ini adalah kolektomi darurat.Komplikasi lain yang cukup
bermakna adalah karsinoma kolon, dimana frekuensinya semakin
meningkat pada penderita yang telah menderita lebih dari 10 tahun
pertama penyakit, mungkin hal ini mencerminkan tingginya angka
pankolitik pada anak.
Perkembangan karsinoma kolon yang terdapat dala pola
penyakit radang usus menunjukkan perbedaan penting jika dibandinkan
dengan karsinoma yang berkembang pada populasi nonkolitik. Secara
klinis banyak tanda peringatan dini dari neoplasma yaitu perdarahan
rektum, perubahan pola buang air besar& akan menyulitkan interpretasi

8
pola kolitis. Pada pasien kolitis distribusi pada kolon lebih besar dari
pada pasien nonkolitis. Pada pasien non kolitis sebagian esar
karsinoma pada bagian rekosigmoid, yangdapat dicapai dengan
sigmoidoskopi.
Pada pasien kolitis, tumor seringkali multiple, datar dan
menginfiltrasi dan tampaknya memilki tingkat keganasan yang lebih
tinggi.Komplikasi sistemik yang terjadi sangat beragam, dan sukar
dihubungkan secara kausal terhadap penyakit kolon. Komplikasi ini
berupa pioderma

H. Pencegahan
1. Membatasi asupan produk susu
2. Membatasi asupan makanan dan minuman yang dapat
mencetuskan keluhan seperti makanan pedas, alcohol dan fafein
3. Mengkonsumsi air putih yang cukup setiap hari
4. Berolah raga secara rutin
5. Mengurangi stres

I. Gambar penyakit colon


1. Anatomi colon 1

9
2. Anatomi colon 2

3. Colitis 1

10
4. Colitis 2

J. Daftar Pustaka

11
1. Materi kuliahku/Asuhan keperawatan gangguan system pencernaan
pada pasien dengan colitis/ cewekcubell.blogspot.com 2013
2. https://Slideshare.net >snala26>askep colitis ulseratif. 2016
3. www.klikdokter.com

III. ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TN. A

12
DENGAN KEBUTUHAN DASAR COLITIS

No. Register : 2345


Ruangan : Nanas
Tanggal MRS / Jam : 08 Oktober 2019
Tanggal Pengkajian : 09 Oktober 2019

1. IDENTITAS
a. Biodata Umum
Nama : Tn. A
Alamat : Jl.Ikan No.4 RT.9 Kel. Jaya Kab.PPU
Jenis kelamin : Laki - Laki
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : D3 Teknik
Pekerjaan : Karyawan Swasta

b. Biodata penanggung jawab


Nama : Tn. A
Alamat : Jl.Ikan No.4 RT.9 Kel. Jaya Kab.PPU
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Umur : 23 Tahun
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : D3 Teknik
Hub. dg pasien : Ybs

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama

13
Klien mengeluhkan nyeri perut dan terkadang sampai kram, Klien sering BAB
dengan konsentrasi agak cair, nyeri lebih di rasakan saat berjalan dan
duduk, sakit di rasakan di bagian abdomen bagian bawah.Skala nyeri
8 dan mengganggu aktifitas sehari – hari.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh nyeri perut setelah sebelumnya makan soto di kantin kantor,
nyeri tidak hilang walaupun sudah minum obat yang biasa dokter
berikan 4 hari Yang lalu, BAB agak cair dengan frekwensi sering sekitar
7 x dalam setengah hari ini.
c. Riwayat peyakit dahulu
Klien pernah mengalami sakit perut sekitar 3 bulan yang lalu klien membeli
obat maag di apotik dan meminumnya, dan sakit perut menghilang,
selang 1 minggu kemudian sakit perut datang kembali lalu klien berobat
ke dokter dan di beri resep untuk di tebus di apotek,setelah di tebus
obat di minum dan klien mengatakan setelah minum obat sakit perut
klien hilang.Klien juga mengatakan dalam 6 bulan terakhir sering
mengeluh nyeri perut seperti di tusuk2, tetapi hilang timbul dengan
sendirinya dengan istirahat, atau puasa.
d. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota klien yang memiliki penyakit yang sama
dengan klien, diantara keluarga klien tidak ada yang mempunyai
penyakit diabetes melitus, penyakit lain seperti darah tinggi ataupun
asma, dan alergi terhadap makanan laut tidak ada.
e. Sanitasi lingkungan
Klien Tinggal di sendiri di kos, lingkungan kos secara umum bersih, setiap hari
lingkungan kos di bersihkan oleh bagian kebersihan yang di pekerjakan
oleh pemilik kos. Di ruangan kos klien sendiri ruangan tampak bersih,
terdapat tempat sampah di pojok ruangan dengan kondisi tempat
sampah tertutut rapat.

14
3. POLA AKTIFITAS SEHARI – HARI
a. Pola Nutrisi
Di rumah / kos : klien makan 3x sehari, di luar rumah 2x dan di kos
1x, yang telah di sediakan pemilik kos. Klien lebih
suka makanan yang pedas, dan sayur santan, klien
juga biasa ngemil makanan ringan di malam hari
setelah makan malam di kos. Serta suka minuman
yang bersoda.
Di Rumah Sakit : Makan bubur tanpa serat, mampu makan 1/4
porsi, dan minum air putih sekitar 200 ml. Klien
tidak ada nafsu makan dan perut masih terasa sakit
apabila makan terlalu banyak.

b. Pola Eliminasi
Di rumah / kos : BAK 5 – 7 kali sehari dengan jumlah sekitar 800
cc, warna kuning jernih, dan berbau khas. BAB 5x
konsistensi faces cair barampas, dan berbau khas
Di Rumah sakit : BAK 3 – 5 kali mulai dari awal masuk rumah
sakit, warna kuning jernih dan berbau khas, BAB
3x dengan konseistensi cair berampas dan berbau
khas.
c. Pola Aktivitas
Di rumah / kos : Klien sehari – hari bekerja di perusahaan swasta,
berangkat kerja mulai pukul 07.00 wita s/d 16.00
wita. Setelah pulang kadang klien berkumpul
dengan teman – temannya di café atau di tempat
yang teman di tempat kos lainnya sampai pukul
23.00 wita.

15
Di rumah sakit : Klien hanya berbaring, dan tidak melakukan
aktifitas di luar ruangan, karna merasa badannya
lemas dan masih sakit perut.
d. Pola istirahat dan tidur
Di rumah / kos : Pasien mengatakan istirahat dan tidur malam
sekitar 6 jam, tidur siang tidak pernah karna
pekerjaan, tetapi waktu libur bekerja terkadang
istirahat tidur selama 2 – 3 jam di siang hari.
Di rumah sakit : Pasien kurang nyenyak tidur karna perut masih
terasa agak nyeri, dan masih sering ke wc karna
masih diare. Tidur sekitar 4 – 5 jam dan sering
terbangun di malam hari, sehingga pasien merasa
masih mengantuk di siang hari.
e. Pola personal Hygiene
Di rumah / kos : Pasien mandi 2x sehari, keramas 2 hari sekali,
gosok gigi setiap mandi, mencuci tangan setiap
hendak makan, karna pasien lebih menyukai
makan memakai jari tangan.
Di rumah sakit : Pasien belum mau mandi, dan hanya mau di seka
seka dengan air kran, kuku telah di potong pendek,
pakaian di ganti setiap selesai nyeka badan
pasien. Pasien tidak cuci tangnan setiap mau
makan, dan hanya di bersihkan dengan tisu basah,
karna pasien mengatakan klien makan pakai
sendok.

4. DATA PSIKOSOSIAL
a. Status Emosi

16
Pasien dapat mengontrol emosi dengan baik, dan dapat berinteraksi dengan
orang lain dengan baik pula.
b. Kosep diri
a. Body Image : Pasien merasa tidak nyaman di bagian perut
karna masih terasa sakit di bagian tersebut.
b. Self Ideal : Pasien berharap bisa mengetahui penyakit yang
di deritannya dan sembuh sehingga bisa pulang ke rumah.
c. Self Esteem : Pasien merasa di perlakukan dengan baik oleh
perawat jaga di ruangan dan selalu di perhatikan dengan baik oleh
keluarganya.
d. Role : Pasien adalah anak bungsu dari 2 bersaudara,
dan bekerja di perusahaan swasta.
e. Identity : Pasien berumur 23 tahun, dan bekerja di
perusahaan swasta di bidang pembiayaan.
c. Interaksi social
Interaksi pasien dan keluarga baik, dan dapat berkomunikasi dengan baik
dengan perawat serta dapat menjawab semua pertanyaan yang di
ajukan oleh perawat.
d. Spiritual
Pasien beragama islam, taat beribadah walaupun sedang sakit tetapi masih
menjalankan sholat 5 waktu.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Keadaan pasien tampak lemah, kebersihan pasien terjaga, pasien
masih merasakan nyeri perut,
b. Kesadaran
Composmentis
c. Tanda – Tanda Vital
Suhu Badan : 37,6

17
Nadi : 100x/menit
Pernapasan : 24x/menit
Tensi : 100 / 60 mm/hg
BB masuk RS : 58 Kg
BB sebeluk MRS : 64 kg
Tinggi Badan : 160
d. Kepala
1. Kepala
Rambut keriting, kering, tidak terdapat benjolan dan lesi di kepala,
rambut tidak rontok.
2. Mata
Alis simetris, penyebaran merata, mata simetris, mata terlihat cekung
ada lingkaran hitam dari kelopak mata bawah. Bulu mata merata
penyebarannya, konjungtiva tidak anemis, tidak ada
vaskularisasi, sklera tidak ekterik, reflek terhadap cahaya miosis,
tidak strabismus, dapat mengikuti gerakan bola mata ke 8 lapang
pandang, dapat membaca pada jarak + 30cm, tidak ada nyeri
tekan.
3. Hidung
Hidung simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, warna hidung
sama dengan bagian muka lainnya, tidak ada peradangan pada
mukosa hidung, tidak ada sekresi mucus/lendir, septum merah
muda,tidak ada nyeri tekan pada sinus dan maxilaris, test
penciuman klien bisa membedakan bau minyak kayu putih dan
kopi.

4. Mulut

18
Bibir simetris, warnanya pucat, gusi berwarna merah muda, gigi kotor,
jumlah gigi lengkap yaitu 32 buah, tidak ada caries gigi, ovula
terletak di tengah tonsil kemerahan, test pengecapan klien tidak
bisa merasakan rasa manis karena selalu terasa pahit dan mual.
5. Leher
Trakea simetris di tengah leher, tidak ada kemerahan, warna leher sama
dengan bagian tubuh lainnya, tidak ada pembengkakan kelenjar
tiroid dan limfe, tidak ada nyeri tekan, reflek menelan baik,
pergerakan leher tidak kaku, bisa fleksi, ekstensi dan rotasi, tidak
ada pembesaran vena jugolaris.
6. Telinga
Kedua telinga simetris, ukuran ke dua telinga sama besar, tidak ada
kemerahan, tidak ada nyeri tekan pada bagian tragus, tidak ada
peradangan, tidak ada serumen, gendang telinga berwarna abu-
abu, tidak ada nyeri tekan di bagian mastoid.

e. Thorax
Inspeksi : Bentuk dada simetris, warna kulit putih, ekspansi
dada simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Suara resonan
Auskultasi : Suara napas vesicular, tidak ada ronkci, tidak ada
sesak dan tidak batuk
f. Abdoment
Insfeksi : Bentuk abdument sedikit cekung, tidak ada lesi
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada abdument kiri atas.
Perkusi : Hepar dullness, daerah lambung tympani, ginjal
dulnees,
Auskultasi : Suara bising usus 10x/ menit

19
g. Ekstremitas
Atas : Tangan kiri terpasang infus, tidak ada nodul / lesi,
tangan dapat di gerakan secara fleksi, ekstensi dan
rotasi tanpa bantuan perawat, kekuatan otot scala
4, reflek bisep fleksi normal, reflek trisep ekstensi
normal, tidak ada kekakuan sendi.
Bawah : Tidak ada kelumpuhan pada ekstremitas bagian
bawah, jari kaki normal, kuku pendek dan tidak ada
kelainan, jari – jari kaki hangat, dan pergerakan
bebas.
h. Genetalia
Pasien tidak bersedia di periksa, tetapi pasien mengatakan kalau BAB
daerah anus terasa perih
i. Integumen
Warna kulit pasien putih, turgor sedang, tidak ada luka dan penyakit kulit
lainnya.

6. DATA PENUNJANG
Hasil lab tanggal 10 Oktober 2019
● Hb : 9 g/dl Nilai normal : L 13,5 – 18,0
P 11,5 – 16,0 Mg / dl )
● Hemotokrit : 27 % Nilai normal : L 40 – 54 % P
37 – 47 % )
● Leukosit : 15.500 mm3 Nilai normal : 4.000 – 10.000
m3 )
● Albumin : 3 g/dL Nilai normal : 3,4 – 4,8 g/dL
● Magnesium : 1 mEq/dL Nilai normal : 1,5 – 2,5 mEq/dL

20
Berat badan masuk RS : 58 Kg
Berat badan sebelum masuk RS : 64

7. TERAPI
● Infus RL 24x/menit
● Lodia tablet dosis 2 - 1 – 1
● Metronidazol tab. 3 x 1
● Parasetamol tab. 3 x 1

8. ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. L No.Reg : 123
Umur : 23 Tahun Ruangan : Kopi
Tanggal : 09 Oktober 2019 Diagnosa : Kolitis

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Pasien mengatakan BAB Kehilangan Hypovolemia
cair 7x dalam kurung cairan aktif
waktu 6 jam terakhir
DO : - Pasien terlihat sering ke
wc
- Peristaltik meningkat
46x/menit

2 DS : Pasien mengeluh perut Agen cidera Nyeri abdomen


terasa nyeri fisiologis sehubungan
DO : - Pasien terlihat meringis dengan
kesakitan penyakitnya
-Peristaltik usus 10x/menit

21
- Nyeri tekan di bagian
abdomen
- Skala nyeri 8
- Pasien sering
memegangi perutnya

3 DS : Pasien menanyakan Ketidaktahuan Ketidak


penyakitnya pasien tentang mampuan pasien
DO : Pasien terlihat bingung penyakit yang untuk mengenali
setelah perawat dialaminya penyakitnya.
menanyakan tentang
penyakitnya
:

Diagnosis Keperawatan

Nama pasien : Tn.L No.Reg. : 123


Umur : 23 Tahun Ruangan : Kopi
Tanggal : 09 – 10 – 2019 Diagnosa : Kolitis

Diagnosa Keperawatan
1. Hypovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan yang di tandai
dengan BAB lebih dari 7x
2. Nyeri abdomen sehubungan dengan agen cidera fisiologis yang di tandai
dengan pasien meringis menahan sakit, pasien sering memegangi
perutnya, skala nyeri 8

22
3. Ketidakmampuan pasien dalam mengenali penyakitnya sehubungan
dengan ketidak tahuan pasien tentang penyakit yang di deritanya di tandai
dengan, pasien tidak bisa penjelaskan tentang penyakitnya.

9. INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Hypovolemi berhububgan Setelah di berikan 1.Berikan cairan
dengan kehilangan cairan tindakan oral dan
yang di tandai dengan BAB keperawatan 2x24 parenteral sesuai
lebih dari 7 x, mual dan jam diharapkan dengan program
muntah Kebutuhan cairan rehidrasi
terpenuhi yang di 2. Kaji tanda –
tandai dengan tanda vital untuk
tanda tanda memantau
dehidrasi teratasi kondisi pasien
3. Memantau
input output
cairan.

2 Nyeri abdomen sehubungan Setelah di berikan 1.Atur posisi


dengan agen cidera fisiologis tindakan pasien senyaman
keperawatan mungkin.
selama 3 jam di 2. Berikan
harapkan pasien kompres panas
tidak mengeluh local di abdomen.
nyeri perut 3. Kurangi
aktivitas fisik

23
untuk
mengurangi rasa
nyeri.

3 Kurangnya pengetahuan Setelah di berikan 1.Memberikan


pasien tentang proses dan penjelasan selama penjelasan
penatalaksanaan penyakit 1 jam pasien di tentang
yang di deritanya yang di harapkan penyakitnya.
tandai dengan pasien tidak mengetahui
mampu menjelaskan tentang penyakit yang di 2.Memberikan
sakitnya deritanya dan penjelasan
penatalaksanaanya tentang
penatalaksanaan
penyakit yang di
deritanya.

3.Memberikan
motifasi kepada
pasien untuk
tabah dalam
menghadapi
penyakitnya

10. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan intervensi dan kondisi pasien

11. EVALUASI
Sesuai dengan kriteria hasil

24
25

Anda mungkin juga menyukai