Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

Kolitis Ulseratif

RUANG RANAP DIPO ATAS

RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

Oleh :

Lailatul Nur Handayani

NIM: 2120027

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Pemenuhan Tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah di Ruang Rawat
Inap Diponegoro Atas RSUD Kanjuruhan Kepanjen, Oleh:

Nama : lailatul Nur Handayani

Nim : 21.200.27

Prodi : Sarjana Keperawatan

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Keperawatan Medikal Bedah,
yang dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2023, yang telah disetujui dan disahkan pada:

Malang, 1 Agustus 2023

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN

“KOLITIS ULSERATIF”

A. Konsep Dasar Kolitis Ulseratif


1. Definisi
Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi
cytokine yang mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga menstimulasi
sekresi kolon, stimulasi sel goblet untuk mensekresi mucus dan mengganggu
motilitas kolon. Mekanisme ini menurunkan kemampuan kolon untuk
mengabsorbsi air dan menahan feses.
Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi akut
atau kronik olehvirus, bakteri, dan amoeba, termasuk keracunan makanan.
Kolitis dapat juga disebabkan gangguan aliran darah ke daerah kolon yang
dikenal dengan kolitis iskemik. Adanya penyakit autoimun dapat
menyebabkan kolitis, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Cohrn.
Kolitislimfositik dan kolitis kolagenus disebabkan beberapa lapisan dinding
kolon yang ditutupi oleh sel-sel limfosit dan kolagen. Selain itu, kolitis dapat
disebabkan zat kimia akibat radiasi dengan barium enema yang merusak
lapisan mukosa kolon, dikenal dengan kolitis kemikal.
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kolitis ditinjau dari teori
Blum dibedakan menjadi empat faktor, yaitu: faktor biologi, faktor
lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor prilaku.
1) Faktor Biologi: Biologi: Jenis kelamin: kelamin: Wanita beresiko
beresiko lebih besar dibanding dibanding laki-laki. laki-laki. Usia: 15-
25 tahun, dan lebih dari 50 tahun. Genetik/ familial: Riwayat keluarga
dengan kolitis
2) Faktor Lingkungan: Lingkungan: Lingkungan Lingkungan dengan
sanitasi sanitasi dan higienitas higienitas yang kurang baik. Nutrisi
Nutrisi yang buruk
3) Faktor Perilaku: Perilaku: Kegemukan Kegemukan (obesitas).
(obesitas). Merokok. Merokok. Stress / emosi. Pemakaian Pemakaian
laksatif laksatif yang berlebihan. berlebihan. Kebiasaan Kebiasaan
makan makanan makanan tinggi serat, tinggi gula, alkohol, alkohol,
kafein, kafein, kacang, kacang, popcorn, popcorn, makanan makanan
pedas. Kurang kesadaran kesadaran untuk berobat berobat dini.
Keterlambatan Keterlambatan dalam mencari mencari pengobatan.
Tidak melakukan pemeriksaan rutin kesehatan.
4) Faktor Pelayanan Pelayanan Kesehatan: Kesehatan: Minimnya
Minimnya pengetahuan pengetahuan petugas petugas kesehatan.
kesehatan. Kurangnya Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.
Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Kekeliruan dalam diagnosis
dan diagnosis dan terapi. terapi. Tidak adanya Tidak adanya program
yang program yang adekuat dalam adekuat dalam proses skri proses
skrining awal ning awal penyakit.

2. Etiologi
Kolitis bisa menjalar ke belakang sehingga menyebabkan proktitis.
Penyebab dari kolitis ada beberapa macam antara lain:
1) Infeksi : Trichuris vulpis, Ancylostoma sp, Entamoeba histolytica,
Balantidium coli, Giardia spp, Trichomonas spp, Salmonella spp,
Clostridium spp, Campylobacter spp, Yersinia enterolitica, Escherichia
coli, Prototheca, Histoplasma capsulatum, dan Phycomycosis.
2) Faktor familial/genetik Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang
kulit putih daripada orang kulit hitam dan orang Cina, dan insidensinya
meningkat (3 sampai 6 kali lipat) pada orang Yahudi dibandingkan
dengan orang non Yahudi. Hal ini menunjukkan bahwa dapat
3) Ada predisposisi genetik terhadap perkembangan penyakit ini
4) Trauma : benda asing, material yang b Trauma : benda asing, material
yang bersifat abrasi ersifat abrasif.
5) Alergi : protein dari pakan atau bisa juga Alergi : protein dari pakan atau
bisa juga protein protein bakteri. bakteri.
6) Polyps rektokolon
7) Intususepsi ileokolon
8) Inflamasi : Lymphoplasmacytic, eoshinophilic, granulopmatous,
histiocytic
9) Neoplasia : Lymphosarcoma, Adenocarcinoma
10) Sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome)
3. Patofisiologi
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat,
demam tinggi, sakit perut dan peritonitis peritonitis (radang (radang selaput
selaput perut). perut). Selama serangan, penderita penderita tampak sangat
sakit. Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana
penderita memiliki keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan
pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir. Jika penyakit ini
terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras dan
kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar
lendir yang mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih. Gejala
umum berupa demam, bias ringan atau malah tidak muncul. Jika penyakit
menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar
sebanyak 10-20 kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum
yang terasa nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada
malam haripun gejala ini tidak berkurang. Tinja tampak encer dan
mengandung mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering
ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya
berkurang. Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang
dari lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit ini umumnya mengenai orang
kaukasia, termasuk keturunan Yahudi. Puncak insidens adalah pada usia 30-50
tahun. Kolitis ulseratif adalah penyakit serius, disertai dengan komplikasi
sistemik dan angka mortalitas yang tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien
mengalami karsinoma kolon.
Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan
dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan
deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik. Perdarahan terjadi sebagai
akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu
secara bergiliran, bergiliran, satu lesi diikuti diikuti lesi yang lainnya.
lainnya. Proses penyakit penyakit mulai pada rectum dan akhirnya akhirnya
dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek dan
menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak.
4. Manifestasi Klinis
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa
buang air besar yang lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis
ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat mengalami:
1) Anemia
2) Fatigue/ Kelelahan Kelelahan
3) Berat badan menurun menurun
4) Hilangnya nafsu makan
5) Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi nutrisi
6) Lesi kulit (eritoma nodosum)
7) Lesi mata (uveitis)
8) Nyeri sendi
9) Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
10) Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
11) Terdapat darah dan nanah dalam kotoran
12) Perdarahan rektum (anus).
13) Rasa tidak enak di bagian perut
14) Mendadak perut terasa mulas
15) Kram perut.
16) Sakit pada persendian
17) Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
18) Anoreksia
19) Dorongan untuk defekasi
20) Hipokalsemia

5. Pemeriksaan Penunjang
1) Gambaran Radiologi
a) Foto polos abdomen
1) Untuk melihat melihat organ dalam abdomen
2) Mampu memperjelas abnormalitas (massa, tumor,
obstruksi/striktura)
3) Umumnya dilakukan pertama kali ketika mendiagnosis
masalah GI tract
4) Tidak memerlukan persiapan khusus
5) Pasien memakai gaun, melepas perhiasan perhiasan & ikat
pingang pingang yang mungkin mungkin mempengaruhi
hasil.

b) Barium Enema
Barium enema atau lower GI series merupakan
pemeriksaan X-ray pada colon.
c) Ultrasonografi Ultrasonografi (USG)
Adalah suatu pemeriksaan diagnostik non invasif
dengan menggunakan gelombang frekuensi tinggi kedalam
abdomen. Gelombang-gelombang ini dipantulkan kembali dari
permukaan struktur organ sehingga komputer dapat
menginterprertasikan densitas jaringan berdasarkan gelombang-
gelombang tersebut
d) CT-scan dan MRI

2) Pemeriksaan Endoskopi
Temuan di kolitis ulseratif meliputi:
a) Hilangnya penampilan vaskular kolon
b) Eritema (atau kemerahan dari mukosa) dan kerapuhan dari
mukosa
c) Ulserasi yang dangkal
d) Pseudopolyps.

6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan diagnosa awal
dan selama penyakit): terutama mengandung mukosa, darah, pus dan organisme
usus khususnya entomoeba histolytica
2) Protosigmoidoskopi: memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia, dan inflamasi
(akibat infeksi sekunder mukosa dan submukosa). Area yang menurun
fungsinya dan perdarahan karena nekrosis dan ulkus terjadi pada 35 % bagian
ini.
3) Sitologi dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan karsinoma.
Perubahan neoplastik dapat dideteksi, juga karakter infiltrat inflamasi yang
disebut abses lapisan inflamasi yang disebut abses lapisan bawah.
4) Enema bartum, dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dilakukan,
meskipun jarang dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat
kondisi eksasorbasi.
5) Kolonoskopi: mengidentifikasi adosi, perubahan lumen dinding, menunjukkan
obstruksi usus.
6) Kadar besi serum: rendah karena kehilangan darah. Masa protromlain:
memanjang pada kasus berat karena gangguan faktor VII dan X disebabkan
oleh kekurangan vitamin K.
7) ESR: meningkat meningkat karena beratnya penyakit Trombosis: dapat terjadi
karena proses penyakit inflamasi.
8) Elektrolit: penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy,
1995;Dermawan, 2012).

Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap


kegiatan, yang meliputi: pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan
penentuan masalah. Adapula yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi
data (meskipun setiap langkah dari proses keperawatan harus selalu
didokumentasikan juga).
a. Anamnesa
Anamnesa adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan
wawancara baik langsung pada pasien ( Auto anamnese ) atau pada
orang tua atau sumber lain ( Allo anamnese ). 80% untuk menegakkan
diagnosa didapatkan dari anamnesa.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah investigasi terhadap tubuh untuk
menentukan status kesehatan. Pemeriksaan fisik melibatkan
penggunaan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan aukultasi serta
pengukuran tanda-tanda vital. Pemeriksaan fisik dalam keperawatan
digunakan untuk mendapatkan data objektif daricerita keperawatan
klien. Pemeriksaan fisik berharap dilakukan bersamaan dengan
wawancara.
Pasien dengan gangguan personal hygiene cenderung kesulitan
bahkan tidak mampu melakukan pola kebersihan diri secara mandiri.
Begitu juga dengan pemeriksaan fisik pada bagian ekstremitas kekuatan
otot cenderung lemah dan hasil tonus otot rendah.

1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman/respon
individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan/ risiko masalah
kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis keperawatan merupakan bagian
vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien
mencapai kesehatan yang optimal(PPNI, 2017). Adapun diagnosa keperawatan
yaitu:
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d tampak meringis, mengeluh yeri,
gelisah, sulit tidur, nafsu makan berubah
b. Ansietas b.d krisis situasional (rencana operasi) d.d merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah, sulit tidur, kontak mata
buruk
c. Gangguan Pola Tidur b.d hambatan lingkungan fisik (jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan) d.d mengeluh sulit tidur, mengeluh sering
terjaga, mengeluh tidak puas tidur.

2. Intervensi keperawaran
a. Manajemen Nyeri (I. 008238)

Observasi:
• Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
• Identifikasi skala nyeri
• Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
• Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

Terapeutik:
• Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: terapi
music, Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin)
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan tidur
• Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi:
• Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri

b. Reduksi Ansietas (I. 09314)


Observasi:
• Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis: kondisi, waktu)
• Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
• Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)

Terapeutik:
• Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
• Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
• Pahami situasi yang membuat ansietas
• Dengarkan dengan penuh perhatian
• Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
• Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

Edukasi:
• Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
• Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
• Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika perlu
• Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
• Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
• Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
• Latih Teknik relaksasi.

c. Dukungan Tidur (I. 05174)


Observasi:
• Identifikasi pola aktivitas dan tidur
• Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
• Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis: kopi, teh,
alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
• Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

Terapeutik:
• Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan
tempat tidur)
• Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
• Tetapkan jadwal tidur rutin
• Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis: pijat, pengaturan
posisi)

Edukasi:
• Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
• Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
• Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
• Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis:
psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik,


Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
Pathway

Anda mungkin juga menyukai