Anda di halaman 1dari 37

Apendisitis Akut

Apendisitis (radang usus buntu) adalah peradangan pada apendiks vermiformis


(umbai cacing/ usus buntu).
Umumnya apendisitis disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada beberapa
kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Di antaranya faktor
penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) apendiks oleh timbunan tinja/feces yang
keras (fekalit), hiperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing
dalam tubuh, kanker dan pelisutan.
Faktor kebiasaan makan makanan rendah serat dan konstipasi /susah buang air besar (BAB)
menunjukkan peran terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan meningkatkan tekanan
lumen usus yang berakibat sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora
normal usus.
Tipe apendisitis:
1. Apendisitis akut (mendadak).
Gejala apendisitis akut adalah demam, mual-muntah, penurunan nafsu makan, nyeri sekitar
pusar yang kemudian terlokalisasi di perut kanan bawah, nyeri bertambah untuk berjalan, namun
tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau
mual-muntah saja.
2. Apendisitis kronik.
Gejala apendisitis kronis sedikit mirip dengan sakit asam lambung dimana terjadi nyeri samar
(tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai
dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan
bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut.
Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak apendiks itu sendiri terhadap usus
besar, Apabila ujung apendiks menyentuh saluran kemih, nyerinya akan sama dengan sensasi
nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi apendiks ke
belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus
buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik.
Perjalanan penyakit apendisitis:

Apendisitis akut fokal (peradangan lokal)

Apendisitis supuratif (pembentukan nanah)

Apendisitis Gangrenosa (kematian jaringan apendiks)

Perforasi (bocornya dinding apendiks )

Peritonitis (peradangan lapisan rongga perut); sangat berbahaya, dan mengancam jiwa
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh Tim Kesehatan untuk menentukan dan
mendiagnosis adanya Apendisitis, diantaranya adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiologi :
1. Pemeriksaan fisik.
Pada apendisitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga
perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) didaerah
perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan
terasa nyeri (Blumberg sign)
Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka
rasa nyeri di perut semakin parah. Kecurigaan adanya peradangan apendiks semakin bertambah
bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur yang lebih
tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
2. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah
putih (leukosit) .
3. Pemeriksaan radiologi.
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu
dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam
penegakkan diagnosis apendisitis (71 ?97 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak.
Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93-98 %). Dengan
CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks.
Bila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan standar untuk penyakit apendisitis (radang
usus buntu)adalah operasi. Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosis
kemungkinan pemberian antibiotika dapat saja dilakukan, namun demikian tingkat
kekambuhannya mencapai 35%.
Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan
pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 -10 hari. Selanjutnya adalah perawatan luka
operasi yang harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder dari alat yang terkontaminasi
dll.
Kamus
Nyeri Kolik : Nyeri perut akut, khas ditandai dengan nyeri organ dalam tidak terus menerus
dengan fluktuasi sesuai gerakan otot polos. Biasanya khas nyeri pada organ berongga/
mempunyai saluran.

















CA RECTI
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum.
Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan
rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal
adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir
dan cairan lainnya).
( Parkwaycancercentre.com )
B. ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah
teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat penyakit usus
inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123 ).
Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau
rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat
jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan
pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki
risiko yang lebih besar
Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena
kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur,
uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena
kanker colorectal.
Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker colorectal pada
keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara
Anda terkena kanker pada usia muda.
Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan
sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker
colorectal.
Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari
90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas
C. JENIS KLASIFIKASI
Dokter membagi kanker rektum berdasarkan stadium berikut:
a. Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau rektum. Carcinoma
in situ adalah nama lain untuk kanker colorectal Stadium 0.
b. Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum tumbuh
menembus dinding.
c. Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon atau rektum.
Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel kanker belum menyebar
ke kelenjar getah bening,
d. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi belum
menyebar ke bagian tubuh yang lain.
e. Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau paru-paru.
f. Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali setelah
periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh kembali dalam
kolon atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi menjadi :
Kelas A : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
Kelas B : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
Kelas C : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 ).
D. PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum terutama ( 95 % ) adenokarsinoma ( muncul dari lapisan epitel usus).
Di mulai sebagai polip jinak (dapat diakibatkan pola diet rendah serat) tetapi dapat menjadi
ganas karena faktor mutasi (sesuai dengan teori seleksi sel,dr. Jan tambayong,patofisiologi hal.
69) dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya, sel
kanker dapat terlepas dari tumor dan menyebar ke bagian tubuh yang lain terutama yang paling
sering ke hati. Melalui proses invasi dengan cara tumbuh menyebar keluar lokasi asalnya,
dilanjutkan pemisahan sel dengan menembus pembuluh darah,kemudian menetap pada
endotelium yang disebut proses diseminasi akhirnya sel kanker ini menetap pada area baru dan
menyasuaikan diri untuk pertumbuhan selanjutnya yang disebut proliferasi.
Sumber : Patofisiologi untuk keperawatan hal.67-72 (dr. Jan tambayong) dan brunner &
sudarth,hal. 1136.
polip jinak
menjadi ganas karena faktor mutasi
menyusup serta merusak jaringan normal
meluas kedalam struktur sekitarnya
sel kanker terlepas dari tumor
menyebar ke bagian tubuh yang lain terutama yang paling sering ke hati.
pemisahan sel dengan menembus pembuluh darah
menetap pada endotelium
(proses diseminasi)
sel kanker ini menetap pada area baru
menyasuaikan diri untuk pertumbuhan
(proliferasi)
E. DAMPAK PADA BERBAGAI SISTEM TUBUH

Ca. Recti dapat bermetastasis ke organ lain seperti hati, paru-paru, limfe hal ini dapat
menyebabkan gangguan atau kerusakan fungsi organ tersebut.

F. MANIFESTASI KLINIS
Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/konstipasi)
Usus besar Anda terasa tidak kosong seluruhnya
Ada darah (baik merah terang atau kehitaman) di kotoran Anda
Kotoran Anda lebih sempit dari biasanya
Sering kembung atau keram perut, atau merasa kekenyangan
Kehilangan berat badan tanpa alasan
memasukkan jari dengan sarung tangan yang telah dilumasi ke dalam rektum, untuk merasakan
ketidaknormalan.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis :
Penghisapan nasogastrik
Jika didapati pasien dengan obstruksi usus dan terjadi perdarahan yang cukup berarti.
Terapi komponen darah (Endoskopi, Ultrasonografi, Laparoskopi)
Dilakukan pada periode pre operatif.
Terapi ajufan
1. Kemoterapi
2. Terapi radiasi
3. Imunotropi
Dilakukan/dapat digunakan pada periode pre operatif,intraoperatif dan post operatif.
Alat radiasi intrakovitas
Digunakan pasca operasi untuk mengurangi resiko kekambuhan tumor dengan cara
diimplantasikan.
Metode pentahapan yang sering digunakan secara luas adalah klasifikasi duke :
Kelas A : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
Kelas B : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
Kelas C : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.
Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 ).
Penatalaksanaan bedah :
Kolonoskopi
Untuk kanker yang terbatas pada satu sisi.
Polipektomi
Metode dalam kolostomi laparoskopik agar dapat meminimalkan area pembedahan pada
beberapa usus.
Laser Nd:YAG
Efektif untuk lesi A,B dan C
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan besarnya tumor. Pemilihan prosedur pembedahan
tumor sebagai berikut (menurut Duoghty & Jackson,1993)
1. Reseksi segmental : anastomosis ( pengngkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan,pembuluh darah dan nodus limfatik.
2. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan
persi sigmoid dan semua rektum dan sfingter anal).
3. Kolostomi sementara dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis lanjut
dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum reseksi).
4. Kolostmi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat
direseksi).
(Brunner & suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah ed.8,hal. 1127).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Z DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
AKIBAT CA REKTUM DIRUANG X RSUD GUNUNG JATI CIREBON
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien.
Nama : Tn.Z
Umur : 52 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : islam
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : blok kisen ds. Cangkring kec. Plered
Cirebon
Tanggal masuk : 25-september-2011
Tanggal pengkajian : 25-september-2011
No. medrec : 105053
Dx medic : ca rektum
2. Identitas penanggung jawab.
Nama : Ny.Z
Umur : 48 tahun
Pendidikan : SMP
Agama : islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : blok kisen ds. Cangkring kec. Plered
cirebon
Hub dgn klien : istri
B. KELUHAN UTAMA
Nyeri abdomen / rektum.
Konsultasi feses terdapat darah merah segar.
Konsultasi adanya kecemasan kehilangan anggota tubuh dan perubahan fungsi tubuh.
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien mengatakan nyeri (skala 3, 0-10) pada daerah rectum saat BAB seperti di tusuk jarum,
disertai darah segar dan klien mengatakan ada benjolan di daerah rectum. Klien juga mengatakan
cemas karena ketidaktahuan tentang penyakitnya. Klien juga mengatakan tidak nafsu makan
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien tidak memiliki riwayat penyakit apapun
E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa.

F. KEBUTUHAN DASAR
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelemahan, kelelahan/keletihan
- Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2. Sirkulasi:
Gejala:
- Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:
- Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3. Integritas ego:
Gejala:
- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok,
minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa
bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
- Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Gejala:
- Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
- Perubahan bising usus, distensi abdomen
- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5. Makanan/cairan:
Gejala:
- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan
pengawet)
- Anoreksia, mual, muntah
- Intoleransi makanan
Tanda:
- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6 .Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit
7.Keamanan:
Gejala:
- Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
- Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8.Interaksi social
Gejala:
- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
G. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status generalis
Keadaan umun : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 117/72 mmHg
Nadi : 76x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 36,60C
Kulit : Anemia (-), sianosis (-), ikterik (-)
Kepala : Hematom (-), tidak ada tanda-tanda trauma atau luka.
Mata : conjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), udem
palpebra (-), reflek cahaya +/+
Hidung : tidak ada tanda-tanda trauma, tidak ada deviasi, tidak
ada penyumbatan, tidak ada perdarahan
Mulut : bibir tidak kering, faring tidak hiperemis, tonsil tidak membesar
Telinga : tidak ada kelainan bentuk, tidak ada tanda-tanda trauma, tidak ada discharge
Leher : tidak ada benjolan, tidak ada tanda-tanda trauma, tidak ada pembesaran kelenjar
limfonodi, tidak ada tanda peradangan
Thorax : inspeksi : simetris, tidak retraksi, tidak ketinggalan gerak, iktus cordis tidak tampak
Palpasi : tidak ada benjolan, vokal fremitus sama kiri-kanan
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar paru vesikuler, tidak ada ronkhi basah, denyut jantung teratur
Jantung : inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : tidak ada perbesaran jantung
Auskultasi : S1>S2 reguler, murmur (-)
Abdomen : inspeksi : distensi (-), tidak ada tanda trauma
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : timpani
Palpasi : defans muskular (-), nyeri tekan (+) < regio epigastrium,
massa pada abdomen (-).
B. Status lokalis regio anorectal dengan pemeriksaan rectal touche.
Tonus musculus spinchter ani agak kurang kuat mencengkeram, mucosa recti teraba benjolan
multiple di arah jam 7, 9 dengan diameter kurang lebih 2-3mm dan arah jam 11 kurang lebih 1-
1,5cm. Saat keluar tidak ditemukan lendir darah pada sarung tangan.
H. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Tes darah samar pada feses/kotoran : mengeluarkan darah, dan FOBT (Fecal Occult Blood
Test).
Sigmoidoskopi : ditemukan polip
Kolonoskopi : ditemukan polip
Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium enema) : terdapat polip
Pemeriksaan rektal : terdapat benjolan pada rektum
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan hematologi:
Hasil pemeriksaan normal
L : 6,7 x103/L (4,5-11,0)
E : 2,93 x106/L (4-5) (Turun)
Hemoglobin : 7 g/dL (12-16) (Turun)
Hematokrit : 21,7 % (38-47) (Turun)
MCV : 73,8 FL (85-100) (Turun)
MCH : 24 Pg (28-31) (Turun)
MCHC : 32,5 g/dL (30-35)
T : 310 x103/L (150-450)
GDS : 81 mg/dl (<144)
Ureum : 34 mg/dl (10-50)
Creatinin : 0,7 mg/dl (1,1)
SGOT : 12 u/e (<31)
SGPT : 17 u/e (<32)
HBsAg : -
J. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS :
DO :
klien mengeluh nyeri pada daerah rectal (skala 3, 0-10)
klien mengatakan ada benjolan pada daerah rektum
klien tampak meringis menahan sakit.
klien tampak lemah
skala nyeri 3 (0-10)
TTV
TD : 117/72 mmhg
Nadi : 76x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 36,60C
Ca. Recti
Mendesak jaringan disekitarnya
mengeluarkan zat neurotransmiter
Medulla spinalis
Medulla oblongata
Korteks serebri
Nyeri
Nyeri b/d andanya kanker pd rectum
2 DS :
DO : Klien mengatakan takut untuk operasi karena resiko kematian
Klien merasa gelisah karena ketidaktahuan tentang penyakitnya
klien tampak cemas
klien gelisah
wajah klien tampak murung Ca. Recti
Takut mati, takut perubahan pada kehidupan sosial
Gangguan rasa aman
Cemas Gangguan rasa aman b/d cemas
3 DS :
DO : Klien mengatakan badannya terasa lemah
Klien mengatakan tidak nafsu makan
klien tampak lemah
klien tampak pucat
BB klien turun 2 kg ( BB awal 68)
Klien anoreksia
Ca. Recti
Metastasis
hipermetabolik dan asupan nutrisi tetap
nutrisi tubuh kurang dari kebutuhan nutrisi tubuh kurang dari kebutuhan
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri sehubungan dengan adanya kanker pada daerah rektal.
2. Ganguan rasa aman : cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan dan rasa takut karena
resiko kematian.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan anoreksia
L. PERENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. Z
No medrec : 105053
Diagnose medis : ca rektum
Tanggal masuk : 25 september 2011
Tgl pengkajian : 25 september 2011
NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Nyeri sehubungan dengan adanya kanker pada daerah rektal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri yang dirasakan oleh klien hilang atau
tidak dirasakan lagi. 1. Kaji tingkat nyeri. Skala 3(1-10)
2. Berikan tehnik distraksi (mendengarkan music/lagu yang disukai klien : tarling) dan relaksasi
(ganti alat temun : seprai)
3. Berikan lingkungan yang nyaman (jauh dari kebisingan) pada klien.
4. Berikan analgetik sesuai prosedur/instruksi dokter. 1. Untuk mengetahui seberapa dalam nyeri
yang dirasakan.
2. Agar membantu mengurangi rasa sakit.
3. Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
4. Nyeri adalah komplikasi serng pada kanker,dengan memberi analgetik dapat mengurangi rasa
nyeri.
2 Ganguan rasa aman : cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan dan rasa takut karena
resiko kematian.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat informasi yang diperukan dan
dapat mengembalikan kepercayaan diri seperti semula. 1. Kaji klien/orang terdekat terhadap
cemas yang dialami. Jelaskan sesuai kebutuhan.
2. Perkirakan syok awal dan ketidak yakinan setelah diagnosis kanker dan/atau prosedur yang
menimbulkan trauma.
3. Diskusikan informasi (tentang penyakit pasien) yang diperlukan klien
4. Dorong pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan,marah dan
penolakan 1. Pengetahuan tentang proses cemas memperkuat normalitas perasaan/reaksi
terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien menghadapi lebih efektif dengan mereka.
2. Sedikit pasien yang benar-benar siap untuk realita perubahan yang dapat terjadi.
3. Untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh pasien.
4. Pasien merasa terdukung mengekspresikan perasaan dengan memahami bahwa konflik emosi
yang dalam dan sering adalah normal dan dapat dialami oleh orang lain dalam situasi sulit.
3 Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan denga anoreksia.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan BB stabil dan pemahaman pengaruh
individual pada masukan adekuat dan pasien dapat berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk
merangsang nafsu makan. 1. Pantau masukan makanan tiap hari, biarkan pasien menyimpan
buku harian tentang makanan sesuai indikasi.
2. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat
dan dorong penggunaan suplemen dan makan sering/lebih sedikit dibagi-bagi selama 3X sehari.
3. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan (makan dengan dtemani keluarga). Dorong
pasien untuk berbagi makanan dengan keluarga/teman.
4. Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia klien.
1. Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi kekuatan.
2. Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk menghilangkan produk
sisa) dan suplemen dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan maskan kalori da
protein adekuat.
3. Membuat waktu makan lebih menyenangkan,yang dapat meningkatkan masukan
4. Sering sebagai sumber distres emosi khususna untuk orang terdekat yang menginginkan untuk
memberi makan pasien dengan sering. Bila pasien menolak orang terdekat dapat merasa
ditolak/frustasi.
M. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Tn. Z
No medrec : 105053
Diagnose medis : ca rektum
Tanggal masuk : 25 september 2011
Tgl pengkajian : 25 september 2011
No. TGL/JAM DX IMPLEMENTASI EVALUASI
1 25 September 2011
09.00 I T1 : mengkaji tingkat nyeri.
R1 : skala 3 (0-10)
T2 : memberikan tehnik distraksi (mendengarkan music/lagu yang disukai klien : tarling) dan
relaksasi (ganti alat temun : seprai)
R2 : klien merasa berkurang rasa nyerinya dan nyaman
T3 : memberikan lingkungan yang nyaman (menjauhkan dari kebisingan) pada klien.
R3 : klien mengatakan merasa lebih nyaman
T4 : memberikan analgetik (Fentanyl) sesuai prosedur/instruksi dokter.
R4 : nama obt Fentanyl, dberikan secra IM,
Tgl : 26-09-2011
Jam : 10.00
S : klien mengatakan nyeri berkurang (skala 1, 0-10), klien mengatakan benjolan pada
rektumnya masih ada
O : klien tidk meringis kesakitan, klien tampak tidak lemah, TTV
TD : 120/75 mmhg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 36,60C
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan tindakan
memberikan tehnik distraksi dan relaksasi
memberikan lingkungan yang nyaman pada klien
memberikan analgetik sesuai prosedur/instruksi dokter.
2 26 september 2011
07.00 II T1 : mengkaji klien/orang terdekat terhadap cemas yang dialami. Jelaskan sesuai
kebutuhan tentang penyakit yang di derita klien.
R1 : klien mengatakan kini mengerti tentang penyakitnya
T2 : memperkirakan syok awal dan ketidak yakinan setelah diagnosis kanker dan/atau prosedur
yang menimbulkan trauma.
R2 : -
T3 : mendiskusikan informasi (tentang penyakit yang di derita klien) yang diperlukan dengan
klien
R3 : klien mau mendiskusikan masalah penyakitnya
T4 : mendorong pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan/marah/
penolakan
R4 : klien mau mengungkapkan perasaannya (kesedihan tentang penyakit yang di deritanya)
Tgl : 26-09-2011
Jam : 09.00
S : klien mengatakan bsa lbih tenang dan tidak tkt lagi, klien mengatakan sudah tidak cemas lagi
tentang penyakitnya
O : klien tidak gelisah, klien tampak tenang dan sedikit ceria, klien tidak cemas lagi
A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan tindakan
mengkaji klien/orang terdekat terhadap cemas yang dialami. Jelaskan sesuai kebutuhan
mendiskusikan informasi yang diperlukan dengan klien
mendorong pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan,marah dan
penolakan
3 26 september 2011
17.00 III T1 : memantau asupan makanan tiap hari, biarkan pasien menyimpan buku harian
tentang makanan sesuai indikasi.
R1 : -
T2 : mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan cairan
adekuat dan dorong penggunaan suplemen dan makan sering/lebih sedikit dibagi-bagi selama 3X
sehari.
R2 : klien mau mengikuti diit tersebut
T3 : menciptakan suasana makan yang menyenangkan. Dorong pasien untuk berbagi makanan
dengan keluarga/teman.
R3 : klien makan dengan wajah berseri
T4 : mendorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia klien.
R4 : klien mau mengungkapkan knp klien tdk nafsu makan
Tgl : 27-09-2011
Jam : 18.30
S : klien mengatakan tidak lemas lagi, klien mengatakan masih tidak nafsu makan
O : klien tdk anoreksia, klien tdk pucat dan tidak lemas, BB klien masih tetap 66 kg
A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan tindakan
memantau masukan makanan tiap hari
mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat
dan dorong penggunaan suplemen dan makan sering/lebih sedikit dibagi-bagi selama sehari.
menciptakan suasana makan malam yang menyenangkan









Sirosis Hepatis

A. DEFINISI

Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan
seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi
penambahan jaringan ikat ( firosis ) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi.
sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan
strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.
Istilah sirosis hepatis di berikan oleh Laence tahun 1918, yagn berasal dari kata Khirros yang
berarti kuning orange, karena perubahan pada nodule - nodule yang terbentuk. salah satu
komplikasi yang paling serius dan membahayakan hidup pasien sirosis adalah terjadinya
pendarahan varises esofageal.





B. ETIOLOGI

Sirosis hepatis biasanya menyebabkan gejala-gejala klinik seperti hipertensi portal( tek dalam
vena portae 50-100 mm H2O, Sirosis hepatic ada beberapa bentuk :
1) Sirosis portal laennec ( alkoholik, nutrisional), dimana jarigan parut secara khas mengelilingi
daerah portal, sering disebabkan oleh alkoholinisme kronis penyakit gizi dan hemocromatosis
dan merupakan tipe sirosis yang paling sering ditemukan.
2) Sirosis pasca nekrotik , dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagi akibat lanjut dari
hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.sering ditemukan pada penyakit Wilson sebagai
akibat dari hepatitis virus dan itoksikasi ( jamur, arsen, fosfor).
3) Sirosis bilier ,sirosis bilier bukan termasuk sirosis sejati, dimana pembentukan jaringan parut
terjadi didalam hati sekitar saluran empedu,tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier kronis
dan infeksi ( kolangitis).
jenis primer ( chirrosis hannot) yang disebabkan statis empedu akibat
cholangitis/pericholangitis intrahepatik.
Jenis sekunder disebabkan statis empedu akibat obstruksi saluran empedu ekstrahepatik, missal
oleh batu empedu, karsinoma pancreas

Adapun penyebab sirosis hati beragam. selain disebabkan oleh virus hepatitis B ataupun C, bisa
juga di akibatkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, bergai macam penyakit metabolik,
adanya ganguan imunologis, dan sebagainya.






C. TANDA & GEJALA

Defisiensi nutrisi : Vit A, vit K, vit D, vit C, tiamin, asam folat, piridoksin, niasin, asam
askorbat
Defisiensi kalori & protein
Kelelahan
Edema
Perdarahan esophagus
Asites
Anemia
Mual dan muntah
Nyeri di daerah epigastrium
Hati keras dan mudah teraba
Gangguan neurologik ( bau apek manis dari nafas penderita )

D. PATOFISIOLOGI

Meskipun ada beberapa factor yang terlibat dalam etiologi sirosis, konsumsi minuman
beralkohol dianggap sebagai factor penyebab yang utama. Sirosis terjadi dengan frekuensi paling
tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein
turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alcohol yang berlebihan
merupakan factor penyebab utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya.
Sebagai Individu tampaknya lebih rentan terhadap penyakit ini dibanding individu lain tanpa
ditentukan apakah individu tersebut memiliki kebiasaan meminum minuman keras ataukah
menderita malnutrisi. Faktor lainnya dapat memainkan peranan, termasuk pajanan, dengan zat
kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi
skistosomiasis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis adalah dua kali lebih banyak
daripada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 hingga 60 tahun.




E. DAMPAK TERHADAP SISTEM TUBUH LAIN

Perdarahan saluran cerna
Penyebab pendarahan saluran cerna yang paling sering dan paling berbahaya pada sirosis adalah
perdarahan dari varises esophagus yang merupakan penyebab dari sepertiga kematian. Penyebab
lain perdarahan adalad tukak lambung dan duodenum (pada sirosis gangguan ini meningkat),
erosi lambung akut, dan kecenderungan perdarahan (akibat masa protrombin yang memanjang
dan trombositopenia)
Asites
Asites adalah imbunan cairan serosa dalam rongga peritoneum. Beberapa factor yang turut
terlibat dalam patogenesis asites pada sirosis hati:
o Hipertensi porta
o Hipoalbuminemia
o Meningkatnya pembentukan dan aliran limfe hati
o Retensi natrium
o Gangguan akskresi air
Enselopati hepatic
Gangguan kompleks susunan saraf pusat yang dijumpai pada individu yang mengidap gagal hati.
Ditandai dengan:
o Gangguan memori dan perubahan kepribadian
o Timbul tremor flapping
o Gerakan menyentak lainnya dan gangguan keseimbangan

F. MANISFESTASI KLINIK
Pembesaran hati
Obstruksi portal dan asites
Varises gastrointestinal
Edema
Defisiensi vitamin dan anemia
Kemunduran mental


G. PROSEDUR DIAGNOSTIK

Pada disfungsi parenkimal hati yang berat, kadar albumin serum cenderung menurun sementar
kadar globulin serum meningkat. Pemeriksaan enzim menunjukan kerusakan sel hati, yaitu:
Kadar alkali fosfatase, AST (SGOT) serta ALT (SGTT) meningkat dan kadar kolimesterase
serum dapat menurun. Pemeriksaan bilirubin dilakukan umtuk mengukur ekskresi empedu atau
retensi empedu. Laparoskopi yang dikerjakan bersama biopsy memungkinkan pemeriksa untuk
melihat hati secara langsung.
Pemeriksaan pemindai USG akan mengukur perbadaan densitas antara sel-sel parenkim hati dan
jaringan parut. Pemeriksaan pemindai CT (computed tomografi), MRI dan pemindai radio isotop
hati memberikan informasi tentang besar hati dan aliran darah hepatic serta obstruksi aliran
tersebut.
Analisi gas darah arterial dapat mengungkapkan gangguan keseimbangan ventilasi perkusi dan
hipoksia pada sirosis hepatic.

H. PENATALAKSANAAN

Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang;
misalnya : cukup kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan pada semua data hasil pengkajian diagnosa keperawatan utama mencakup yang
berikut:

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan kemunduran keadaan umum pelisutan otot
dan gangguan rasa aman
Perubahan status nutrisi berhubungan dengan gastritis kronis,penurunan gastrointestinal dan
anoreksia
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status imunologi,edema dan nutrisi
yang buruk
Resiko untuk cedera berhubungan dengan perubahan mekanisme pembekuan dan hipertensi
portal.

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

Istirahat
Perbaikan status nutrisi
Perawatan Kulit
Pengurangan Risiko Cedera
















Hepatitis

A. DEFINISI

1. Radang

Radang hati dinamai hepatitis, radang ini dapat terlihat atau tidak terlihat. Yang tidak telihat
sebagai reaksi hati terhadap penyakit infeksi umum misalnya tipoid fever, brochopnemona,
tuberculosis, penyakit herpes, penyakit wei dan penyakit bakteri lain (pneumococcus,
escherrirhia colli, gonococcus, salmonella). Yang terlihat disebabka oleh fungus ( histoplasma,
actynomices), parasit ( amoeba, malaria,clonorchis sinensis, schistosoma, fasciola hepatica,
echinococcus dan lain-lain) kuman TBC, sifilis dan virus ( jenis A dan B).
Hepatitis pada tuberculosis dapat berupa kelainan tidak khas dan tuberkel ( millennium,
konglomerat,cholangitis). Hepatitis pada sifilis radang hahti berupa fibrosis interstitialis dan
gumma berganda. Fibrosis interstitialis terjadi congenital, sedanglan gumma ialah manifestasi
tertiary sifilis yang bila sembuh akan menjadi fibrosis septal luas dan dikenal sebagai hepar
lobatum. ( Patologi , bagian patologi dan anatomic fakultas kedokteran universitas Indonesia hal
232)

2. Hepatitis Virus

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel
hati yang menghasilkan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas. Hepatitis virus yang
sudah teridentifikasi sampai sekarang ada lima tipe, hepatitis A, B, C, D da E. Hepatitis A dan E
mempunyai penularan yang serupa ( jalur fekal local) hepatitis B, C dan D memiliki banyak
karakteristik yang sama.

B. IMPLIKASI KEPERAWATAN

Perawat terlibat dengan tiga bidang permasalahan hepatitis virus yang utama :
a) Perawatan penderita hepatitis
b) Kenyataan bahwa banyak penderita hepatitis tidak menunjukakn gejala (asimptomatik) yang
dapat menjadi masalah epidemiologi yang serius.
c) Kebutuhan kesehatan yang jelas menuntut eliminasi berbagai bentuk penyakit tersebut.
Kategori terakhir mencakup berbagai pertimbangan berikut :
Sanitasi rumah dan komunitas yang baik
Kesadaran akan hyegine
Praktik yang aman dalam menyiapkan akanan dan membagi-bagikan makanan
Program pendidikan kesehatan yang berkelanjjuutan
Pelaporan setiap kasus hepatitis virus pada instalasi kesehatan setempat.

a. Virus hepatitis A

Hepatitis A ( hepatitis infekseosa) disebabkan oleh virus RNA dari famili entero virus. Cara
penularan penyakit ini melalui jalur fekal oral, terutama lewat konsumsi makanan atau minuman
yang tercamar virus tersebut. Masa inkubasi hepatitis A diperkkirakan berkisar dari 1 hingga 7
minggu dengan rata-rata 30 hari, perjalanan penyakit dapat berlangsung lama, dari 4 hingga 8
minggu. Umumnya hepatitis A berlangsung lebih lama dan lebih berat pada penderita yang
berusia diatas 40 tahun. Virus hepatitis A hanya terdapat dalam waktu singkat di dalam serum,
pada saat timbul ikterus, kemungkinan pasien sudah tidak terinfeksi lagi.

Pengkajian dan manifestasi klinik

1) Banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala. Ketika gejala muncul, bentuknya berupa
infeksi saluran pernapasan atas yang ringan seperti flu dengan panas yang tidak begitu tinggi.
2) Anoreksia merupaka gejala dini dan biasanya berat, terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati
yang rusak atau akibat kegagalan sel hati yang rusak tersebut untuk melakukan detoksifikasi
produk yang abnormal, belakangan dapat timbul ikterus dan urin yang gelap.
3) Gejala dyspepsia dapat terjadi dalam berbagai derajat yang ditandai oleh rasa nyeri
epigastrium, mual, nyeri ulu hati dan flatulensi.
Gejala ini cenderung menghilang setelah gejala ikterus sampai puncaknya mungkin 10 hari
setelah kemunculan awal. Hati dan limpa serig mengalami pembesaran moderat selama beberapa
hari setelah awitan penyakit.

Penatalaksanaan

1) Tirah baring selama stadium akut dan diet yang akseptabel serta bergizi
2) Selama periode anoreksia pasien harus makan sedikit sedikit tapi sering dan jika perlu disertai
infuse glikosa.
3) Pemberian cairan dan makanan yang optimal sangat perlu untuk mengantisipasi penurunan
berat badan dan kesembuhan yang lambat.
4) ambulasi bertahap namun progresip akan mempercepat pemulihan.





Prognosis

o Penderita hepatitis A biasanya akan kembali pulih,
o Hepatitis A akan menimbulkan imunitas pada penyakit itu sendiri, namun orang yang kebal
terhadap hepatitis A dapat terjangkit bentuk hepatitis lain

Penyuluhan Pasien

o Pasien hepatitis A dapat dirawat dirumah jika gejalanya tidak berat
o Penyuluhan pada pasien dan keluarga untuk mengatasi ketidak mampuan dan kelelahan
sementara yang dijumpau pada hepatitis
o Pemberitauan indikasi untuk mendapatkan pertolongan medis jika gejala menetap dan semakin
parah.
o Pedoman khusus tentang diet dan istirahat, pemeriksaan darah lanjutan dan pentingya
menghindari minuman beralkhol selain tindakan sanitasi serta hygene.

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara :
o Vaksin hepatitis A
o Pemberian preparat imun globulin
o Profilaksis prapajanan
o Imun globulin


b. Virus hepatitis B

Komponen :

Virus hepatitis B ( HBV) merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel antigen berikut :
o HB c Agantigen inti ( core) hepatitis B ( material antigen terdapat di inti sebelah dalam/
inner core.
o HB s Agantigen permukaan ( surface) hepatitis B ( material antigen pada permukaan HBV)
o HB e Ag--protein independent yang beredar dalam darah
o HB x Agproduk genetic dari gen X pada HBV/DNA.
Setiap antigen menimbulkan antibody spesifiknya :
o Anti-HBcantibodi terhadap antigen inti atau HBV; anti HBV akan bertahan selama fase
akut; dapat menunjukan virus hepatitis B yang berlanjut dalam hati
o anti HBsantibody pada permukaan tertentu pada HBV : terdeteksi selama fase konvalesensi
lanjut;biasanya menunjukan pemulihan dan pembentukan imunitas
o anti-HBeantibody terhadap antigen e hepatitis B, biasanya menyatakan penurunan
infektifitas
o anti-HBxAgantibodi terhadap antigen x hepatitis B; dapat menunjukan replikasi HBV yang
tengah berlaqngsung.

Perjalanan penyakit dan factor resiko

Hepatitis B ditularkan lewat darah ( jalur perkutan dan permukosa). Virus tersebut pernah
ditemukan dalam darah, saliva, semen serta secret vagina dan dapat ditularkan lewat membrane
mukosa serta luka pada kulit. Masa inkubasinya panjang ( 1 sampai 6 bulan) angka mortilitasnya
cukup besar berkisar dari 1 % hingga 10 % , virus hepatitis B mengadakan replikasi dalam hati
dan tetap berada dalam serum selama periode yang relative lama sehingga memungkinkan
penularan penyakit tersebut.

Pengkajian dan manifestasi klinik

Gejala dan tanda hepatitis B dapat samara dan bervariasi.panas dan gejala pada pernafsan jarang
dijumpai; sebagian pasien mungkin mengeluhkan artralgia dan ruam, pasien hepatitis B dapat
mengalami penurunan selera makan dan dyspepsia, nyeri abdomen, pegal pegal yang
menyeluruh, tidak enak badan dan lemah.ikterus kadang terlihat kadang tidak.apabila da gejala
ikterus gejala ini akan disertai dengantinja berwarna cerah dan urin yang berwarna gelap. Hati
penderita hepatitis B mungkin terasa nyeri apabila ditekan dan membesar hingga panjangnya 12
hingga 14 cm. Limfa membesar dan pada sebagian kecil pasien dapat diraba. Kelenjar limfe
servikal posterior juga dapat membesar.

Pertimbangan gerontology

Pasien berusia lanjut dan terkena hepatitis B akan beresiko terjadinya nekrosis hati berat atau
kegagalan hati fulminan.

Penatalaksanaan

o Pemberian preparat interferon dengan pemantauan kondisi yang terkendali dengan cermat.
o Tirah baring ( bed rest)
o Nutrisi yang adekuat
o Pengembalian aktivitas fisik yang diperbolehkan dan harus dianjurkan sesudah gejala ikterus
menghilang selama masa pemulihan dapat berlangsung lama dan pemulihan gejala yang lengkap
kadang-kadang membutuhkan waku 3 atau 4 bulan lebih lama lagi.
o Pertimbangan psikososial, akibat isolasi dan pemisahan pasien dari keluarga dan masyarakat.

Prognosis

o Hepatitis B menjadi penyebab utama sirosis dan karsinoma hepatoseluler
o Mortilitas hepatitis B pernah mencapai 10 %
o Pengidap hepatitis B akan berkembang menjadi status karier dan mengalami hapatitis kronis.

Pendidikan pasien dan perawatan pasien di rumah

o Kunjungan perawat ke rumah untuk melihat kemajuan penyembuhan klien dan menjelaskan
tentang penularan hepatitis B dan pencegahanya.

Pengendalian dan pencegahan

Tujuan pencegahan :
a) Memutuskan rantai penularan
b) Melindungi individu yang beresiko tinggi melalui imunisasi aktif vaksin hepatitis B
c) Imunisasi pasif bagi individu yang tidak terlindung namun terpajan virus hepatitis B

Pencegahan penularan

a) Skrining HB s Ag terhadap donor darah
b) Penggunaan spuit, jarum suntik dan lanset sekali pakai
c) Praktik hyegine perorangan
d) Peningkatan Universal precaution
e) Imunisasi aktif : vaksin hepatitis B, dianjurkan bagi individu yang beresiko tinggi untuk yang
terkena hepatitis B ( misal petugas kesehatan, pasien hemodialisis)
f) Imunitas fasif : imun globulin hepatitis B.preparat immunoglobulin hepatitis B ( HBIG:
hepatitis B imun globulin) memberikan imunitas pasif terhadap hepatitis B, diberikan pada
orang-orang yang terpajan virus tapi belum pernah menderita hepatirtis B, dan belum pernah
mendapat vaksin hepatitis B.




c. Hepatitis C

Perbandingan kasus yang signifikan bukan berupa hepatitis A, B, atau hepatitis D, sebagai
akibatnya diklasifikasikan sebagi hepatitis C ( dahulu disebut hepatitis non A, non B atau
hepatitis NANB).
Masa inkubasi hepatitis C bervariasi dan dapt berkisar 115 hingga 160 hari. Perjalanan hepatitis
c sama dengan hep[atitis B, gejala hepatitis C biasanya ringan. Tapi sesudah hepatitis C
frekwensi untuk menderita penyakit hati kronis termasuk sirosis atau kanker hati.

d. Hepatitis D

Hepatitis D sering dijumpai diantara pemakai obat-obat IV, pasien pasien hemodialis dan
penerima tranfusi darah dengan donor multiple. Masa ikubasi bervariasi antara 21 sampai 140
hari.gejalanya sama dengan hepatitis B, kecuali pasien lebih cenderung untuk menderita hepatitis
pulminan dan berlanjut menjadi hepatitis kronis serta sirosis hati. Terapi hepatitis D sama dengan
terapi penderita hepatitis lain, kecuali interferon karena untuk hepatitis D masih diselidiki.


e. Hepatitis E

Hepatitis E adalah jenis virus hepatitis yang baru teridentifikasi, ditularkan melalui jalur fekal-
oral. Masa ikubasi bervariasi berkisar antara 15 hingga 65 hari. Awitan dan gejalanya sama
dengan hepatitis yang lain.
Pencegahan hepatitis E diantaranya menghidari kontak dengan virus melalui hyegine yang baik.

f. Hepatitis toksik dan hepatitis yang ditimbulkan oleh obat

o Hepatitis toksik
Hepatitis toksik diakibatkan oleh karbon tetraklorida, fosfor, kloroform dan senyawa emas
memiliki efek toksik pada hati dan dapat menimbulkan nekrosis sel hati yang akut. Manifestasi
dan penatalaksanaan yaitu dengan memperhatikan gejala dan tanda diantaranya anoreksia, mual
muntah, ikterus hepatomegali.

o Hepatitis virus yang ditimbulkan oleh obat


KOLESISTITIS
(cholecystitis)

A. Definisi
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang menrupakan inflamasi akut
dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas
badan. Dikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker, 2001).
Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya
merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara
tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa (www.medicastore.com).
Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu,
yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat.
Cholesistektomy adalah bedah pengangkatan kandung empedu (biasanya untuk
relief batu empedu sakit)
B. Etiologi
Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki batu empedu.
Kadang suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya peradangan.
Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang serius dan cenderung
timbul setelah terjadinya: - cedera,
- pembedahan
- luka bakar
- sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh)
- penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang menerima makanan lewat
infus dalam jangka waktu yang lama).
Sebelum secsara tiba-tiba merasakan nyeri yang luar biasa di perut bagian
atas, penderita biasanya tidak menunjukan tanda-tanda penyakit kandung empedu.
Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis akut,
yang menyebabkan terjadinya penebalan dinding kandung empedu dan penciutan
kandung empedu.Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu menampung empedu.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya meningkat
pada usia diatas 40 tahun.
Faktor resiko terjadinya kolesistitis kronis adalah adanya riwayat
kolesistitis akut sebelumnya.
C. Patofisiologi
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan empedu dan
memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan
elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel
hati.
Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu pada saat
katup Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan
mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi
zat-zat padat. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan
supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut.
Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis
empedu, dapat menyebabkan infeksi kandung empedu.

D. Gejala
Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak. Gejala bisa berupa:
- Tanda awal dari peradangan kandung empedu biasanya berupa nyeri di perut kanan
bagian atas.
- Nyeri bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan sering menjalar ke
bahu kanan.
- Biasanya terdapat mual dan muntah.
- Nyeri tekan perut
- Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku.
- Pada mulanya, timbul demam ringan, yang semakin lama cenderung meninggi.
- Serangan nyeri berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang dalam 1 minggu.
- Gangguan pencernaan menahun
- Nyeri perut yang tidak jelas (samar-samar)
- Sendawa.

E. KOMPLIKASI
Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya gerakan
usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung
empedu.
Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke
dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh batu
empedu atau oleh peradangan.
Jika pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzim amilase, mungkin
telah terjadi peradangan pankreas (pankreatitis) yang disebabkan oleh penyumbatan
batu empedu pada saluran pankreas (duktus pankreatikus).

F. Pemeriksaan penunjang
- CT scan perut
- Kolesistogram oral
- USG perut.
- blood tests (looking for elevated white blood cells)

G. Penatalaksanaan medis
- Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan.
- Kolesistektomi bisa dilakukan melalui pembedahan perut maupun melalui
laparoskopi.
- Penderita yang memiliki resiko pembedahan tinggi karena keadaan medis lainnya,
dianjurkan untuk menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat badan.
- Bisa diberikan antasid dan obat-obat antikolinergik.













KARSINOMA HEPATOLCELLULAR

Definisi Kanker Hati (hepatocellular carcinoma, HCC)
Definisi Kanker Hati

Kanker Hati - Hepatocellular Carcinoma
Kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker
yang timbul dari hati. Ia juga dikenal sebagai kanker hati
primer atau hepatoma. Hati terbentuk dari tipe-tipe sel yang
berbeda (contohnya, pembuluh-pembuluh empedu,
pembuluh-pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak).
Bagaimanapun, sel-sel hati (hepatocytes) membentuk
sampai 80% dari jaringan hati. Jadi, mayoritas dari kanker-
kanker hati primer (lebih dari 90 sampai 95%) timbul dari
sel-sel hati dan disebut kanker hepatoselular (hepatocellular
cancer) atau Karsinoma (carcinoma).

Ketika pasien-pasien atau dokter-doter berbicara tentang
kanker hati, bagaimanapun, mereka seringkali merujuk pada kanker yang telah menyebar ke hati,
yang telah berasal dari organ-organ lain (seperti kolon/usus besar, lambung, pankreas, payudara,
dan paru). Lebih spesifik, tipe kanker hati ini disebut penyakit (kanker) hati metastatik atau
kanker hati sekunder. Jadi, istilah kanker hati sebenarnya dapat merujuk pada kanker hati
metastatik atau kanker hepatoselular. Subyek dari artikel ini adalah hepatocellular carcinoma,
yang akan saya rujuk sebagai kanker hati.

Tanda-tanda

Asimtomatik
Untuk beberapa orang dengan kanker hati, tidak ada gejala akan terwujud sama sekali, bahkan
pada tahap akhir dari penyakit. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh tumor kanker tidak
pernah benar-benar mempengaruhi fungsi keseluruhan organ. Namun, itu juga sangat mungkin
bahwa gejala orang yang mengalami begitu halus sehingga mereka tidak pernah menyebabkan
alarm apapun. Hal ini tidak sampai pemeriksaan rutin bahwa kondisi ini didiagnosis.

Nyeri
Salah satu gejala yang lebih umum dari kanker hati adalah rasa sakit. Nyeri ini biasanya
terisolasi ke dada, tetapi juga dapat berdifusi ke daerah tetangga tubuh. Ketika tumor tumbuh,
terutama di sepanjang dinding perikardium, dapat menyebabkan cairan menumpuk dalam
kantung perikardial, yang merupakan lapisan pelindung yang mengelilingi jantung. Seiring
waktu, cairan dapat mempengaruhi cara jantung memompa darah sebenarnya dan meminta
beberapa tingkat nyeri dada.

Sesak Nafas
Sebagai fungsi keseluruhan jantung dipengaruhi oleh pertumbuhan sel-sel kanker, akhirnya dapat
mengambil tol pada sirkulasi darah, membatasi jumlah oksigen melewati seluruh tubuh. Dengan
penurunan elemen dalam sistem, respirasi dapat menjadi diubah, memicu sesak napas atau
perasaan sensasi dijelaskan tele. Jika kondisi ini berlanjut, orang tersebut bisa menjadi lebih
mudah lelah atau kelelahan, tidak hanya dari tenaga yang sangat fisik, tetapi juga sehari-hari
kegiatan.

Palpitasi
Ini juga tidak jarang menderita jantung berdebar periodik selama hidup dengan sarkoma jantung.
Ketika tumor berkembang dalam setiap bagian dari hati, cara di mana otot rileks dan kontrak
dapat menjadi terpengaruh, memicu perubahan dalam irama. Hal ini dapat dirasakan sebagai
denyut jantung tidak teratur atau tidak rata, serta denyut nadi cepat atau berdebar-debar.

Pembengkakan
Gejala lain potensi kanker hati adalah pembengkakan dalam ekstremitas luar tubuh. Ini biasanya
merupakan indikasi dari beberapa jenis obstruksi dalam hati, baik membatasi asupan atau output
darah dari pembuluh khusus. Seiring dengan berjalannya waktu, cairan mungkin mulai
menumpuk di dalam kaki, pergelangan kaki atau kaki bagian bawah. Bagi yang lain, bahkan
mungkin menyebabkan beberapa distensi (atau pembengkakan) di wilayah perut.

Pukulan
Meskipun tidak harus sebagai umum sebagai gejala lain dari kondisi ini, orang mungkin juga
menderita dari akibat stroke untuk suatu sarkoma jantung. Dalam situasi ini, gejala sebenarnya
adalah hasil dari sebagian dari tumor melepaskan diri dari dirinya sendiri dan menciptakan
penyumbatan dalam pembuluh darah yang membawa darah ke otak. Hal ini membatasi mencret
darah, oksigen dan nutrisi ke daerah ini dari tubuh, menyebabkan otak untuk bereaksi dengan
cara ini.

Gejala lain
Sementara ini mungkin beberapa dari tanda-tanda yang lebih umum dari kanker hati, beberapa
orang mungkin mengembangkan gejala lain dari kondisi yang akan dianggap tidak spesifik
untuk penyakit. Untuk beberapa, sarkoma jantung mungkin menimbulkan keringat malam atau
kehilangan berat badan. Orang lain mungkin mulai mengalami elevasi suatu suhu tubuh,
sehingga demam periodik. Beberapa bahkan mungkin pergi ke gagal jantung karena
pertumbuhan kanker. Bagaimana gejala nyata tergantung pada individu, lokasi dari jaringan
ganas dan tahap penyakit.


Diagnosis kanker

Beragam cara dapat digunakan untuk membantu dalam menegakkan diagnosis kanker/tumor.
Pemeriksaan yang paling sederhana sekaligus paling awal adalah dengan metode anamnesis,
kemudian berlanjut ke pemeriksaan klinik menggunakan berbagai metode yang telah ditemukan.

1. Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)

Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan mengenai sakit yang
dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang akan dicatat dalam rekam medik. Selain itu
hal-hal seperti rekam medik yang terdahulu, kepribadian, dan aspek psikososial pasien juga harus
dicatat. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat digolongkan menjadi
pemeriksaan kepala, mata, telinga, hidung, tenggorokan (kelimanya lazim disingkat HEENT),
sistem pernapasan, urogenital, dan sistem lainnya. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan
subjektif dan objektif Pemeriksaan subjektif merupakan pemeriksaan yang menggunakan metode
seperti melihat atau palpasi untuk menentukan ukuran dan lokasi suatu kelainan tertentu. Adapun
pemeriksaan objektif menilai hal-hal seperti tekanan daarah, detak jantung, temperatur, dan lain-
lain. Semua data yang didapat harus dicatat dalam rekam medik.

2. Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di mana kadar
ALP yang
Fecal Occult Blood Test
tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu atau
kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau tulang.
Blood Urea Nitrogen (atau disingkat BUN), yaitu tes
yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal dalam
spektrum yang luas, membantu mendiagnosis kelainan
pada ginjal, dan memantau pasien dengan
kelainan/kegagalan ginjal yang akut/kronik
Complete Blood Count (atau disingkat CBC), merupakan tes menganalisis darah secara
keseluruhan, meliputi sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin, dan hematokrit.
Tujuannya adalah untuk membantu diagnosis mengenai penyakit-penyakit darah,
termasuk di antaranya kanker darah.
Fecal Occult Blood Test (atau disingkat FOBT), yaitu tes untuk mendeteksi dini adanya
kanker kolon. Selain itu juga dapat digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda dari
penyakit anemia.
Urinalisis, yaitu alat diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi substansi
asing/material sel yang terdapat pada urin terkait dengan abnormalitas metabolik atau
kelainan ginjal.
3. Penanda tumor (tumor marker).
Acid phospatase. Enzim ini mengalami peningkatan sekitar 6% pada penderita kanker
prostat jinak.
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), yaitu indikator kortisol di dalam tubuh.
Kelebihan kortisol di dalam jaringan mengindikasikan adanya tumor pada kelenjar
hipofisis.
-fetoprotein (AFP). Peningkatan kadar AFP dapat berarti kanker hati (hepatokarsinoma),
kanker ovarium, tumor testis dan ovarium, serta kanker lainnya (perut, kolon, paru,
limfoma)
Bcl-2. Bcl-2 merupakan gen yang memiliki peran dalam menghambat terjadinya
apoptosis. Peningkatan kadar Bcl-2 menunjukkan adanya sel ganas (sel kanker) dihambat
apoptosisnya dalam jumlah besar.
Cancer antigen 15-3 (CA 15-3). Peningkatan kadar CA 15- 3 menunjukkan adanya
kanker payudara, sirosis, dan kanker ovarium jinak.
Cancer antigen 19-9 (CA 19-9). CA 19-9 merupakan antibodi monoklonal yang
digunakan untuk melawan kanker kolon. Peningkatan kadar CA 19-9 ditemukan pada 21-
42% penderita kanker lambung, 20-40% penderita kanker kolon, dan 71-93% penderita
kanker pankreas.
Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium sering ditemukan
peningkatan kadar CA 125.
Cancer antigen 195. CA 195 digunakan sebagai penanda kanker gastrointestinal.
Cancer antigen 549. CA 549 digunakan sebagai penanda kanker payudara.
Kalsitonin. Peningkatan jumlah kalsitonin menunjukkan adanya hiperplasia sel-C atau
kanker medula tiroid. Namun demikian pemeriksaan lain seperti scan, biopsi, atau
ultrasound tetap diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
Catecholamines. Catecholamines digunakan untuk membedakan tipe sel tumor; sangat
berguna dalam mendeteksi tumor adrenal.
Carcinoembryonic Antigen (CEA). CEA merupakan indikator yang mampu mendeteksi
adanya kanker kolorektal. Selain itu juga dapat digunakan untuk mendeteksi kanker
medula tiroid (MTC)
C-erb B-2. C-erb B-2 sering diasosiasikan dengan perbesaran tumor, waktu kambuh yang
semakin singkat, serta peluang untuk bertahan hidup yang semakin sedikit.
Chromogranin A. Dalam keadaan normal, konsentrasi Chromogranin A selalu rendah.
Sehingga peningkatan kadar Chromogranin A dapat digunakan sebagai penanda tumor,
namun tidak dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan letak dan jenis tumor
tersebut.
Epidermal Growth Factor Receptor (EFGR). Hasil EFGR yang negatif menunjukkan
prognosis yang semakin baik.
Estrogen Receptor Assay (ERA). ERA merupakan penentu apakah suatu tumor dapat
diobati dengan terapi endokrin atau pengangkatan jaringan.
Ferritin, yaitu suatu marker untuk mengetahui kadar besi dalam darah
Gastrin. Peningkatan kadar gastrin dapat menunjukkan adanya gastrinoma, namun
tidak mampu menunjukkan besaran dan jumlah tumor. Bahkan tumor yang kecil
sekalipun dapat meningkatkan produksi gastrin dalam jumlah yang besar.
Glucagon. Glucagon digunakan untuk membedakan tumor sel-. Kadar di atas 900
menunjukkan adanya glucagonoma.
5-Hydroxy-Indol Acetic Acid (5-HIAA). Digunakan dalam menganalisis urin. Hasil tes
yang menunjukkan kadar di atas 15 mg/24 jam menunjukkan adanya tumor karsinoid
ganas yang bisa terdapat di sistem pencernaan.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG). HCG merupakan suatu glikoprotein yang
diproduksi oleh sel syncytiotropoblastik dan digunakan sebagai penanda tumor. Semua
tumor tropoblas gestatik memproduksi HCG. Selain itu, peningkatan kadar HCG juga
ditemukan pada kanker paru dan kanker gastrointestinal. Namun hal ini jarang terjadi.
subunit HCG. Digunakan sebagai penanda koriokarsinoma.
Homovanilic Acid (HVA). Kadar HVA yang tinggi memicu terjadinya tumor pensekresi
Catecholamine seperti neuroblastoma, ganglioneuroma, atau feokromositoma.
Lactic Dehydrogenase (LDH). Setiap tumor memproduksi LDH. Beragam kadar dari
isoenzim LDH dapat digunakan untuk mengetahui lokasi tumor terjadi.
Liver Function Test (LFT). Digunakan untuk mengukur enzim yang disekresikan oleh
liver terkait dengan metastasis, sumbatan, dll.
Neuron Specific Enolase (NSE). NSE merupakan isoenzim yang ditemukan di otak dan
jaringan neuroendokrin. NSE merupakan penanda imunohistokimia untuk tumor sistem
saraf pusat, neuroblastoma, dan tumor APUD.
Pancreatic Polypeptide. Digunakan untuk mendiagnosis tumor sel pankreas.
Philadelphia chromosome (Ph1). Kehadiran kromosom abnormal Ph1 di sumsum tulang
merupakan dasar untk mendiagnosis leukemia myelogenik kronik.
Placenta Alkaline Phospatase (PLAP). PLAP digunakan untuk membedakan tumor yang
berasal dari liver, tulang, atau sel germinal.
Parathyroid hormeone like protein (PLP). Peningkatan kadar PLP merupakan penanda
kanker sel skuamosa dan kanker payudara.
Progesterone Receptor Assay (PRA). PRA digunakan untuk menentukan terapi hormon
atau pengangkatan jaringan pada kanker payudara.
Proinsuline C-peptide. Digunakan untuk membedakan tumor sekresi endokrin, apakah
insulinoma atau tumor sel pulau Langerhans.
Prostate Specific Antigen (PSA). PSA merupakan antigen yang sensitif terhadap
keberadaan kanker prostat. Pertambahan kadar PSA berkorelasi dengan stage dan ukuran
tumor.
Vanilyllmandelic Acid (SMA). Digunakan untuk mendeteksi tumor pensekresi
Catecholamine seperti neuroblastoma atau ganglioneuroma.
Squamous Cell Carcinoma (SCC). Digunakan untuk mendeteksi kanker kepala, leher,
atau paru.
Thyroglobulin. Peningkatan kadar thyroglobulin digunakan untuk mendeteksi tumor pada
penderita kanker tiroid.
Terminal Deoxynucleotidal Transferase (TDT). TDT digunakan untuk membedakan
leukimia limfosit akut dari leukimia non limfosit, serta membedakan limfoma
limfoblastik dari limfoma non-Hodgkin lainnya.
Tissue Polypeptida Antigen (TPA). TPA digunakan untuk penanda kanker di daerah
ginekologik, kandung kencing, atau paru.
Alpha subunit Thyroid Stimulating Hormone (-TSH). -TSH digunakan sebagai
pembeda tumor pankreatik dari tumor-tumor lainnya.

4. X-ray

X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan gelombang lalu
mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang diperiksa. Hasil pengukuran akan
memberikan warna yang berbeda-beda pada bidang dua dimensi bergantung kepada objek yang
diukur: tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan memberikan warna keabuan,
sedangkan udara memberikan warna hitam.
Pencegahan

Diseluruh dunia, mayoritas kaker hati dikaitkan dengan infeksi virus hepatitis B kronis. Sekarang,
bagaimanapun, semua bayi-bayi yang baru lahir divaksinasi terhadap hepatitis B di China dan negara-
negara Asia lainnya. Oleh karenanya, frekwensi virus hepatitis B kronis di generasi masa depan akan
berkurang. Akhirnya, mungkin dalam tiga atau empat generasi, virus hepatitis B akan dibasmi secara
total, dengan demikian mengeliminasi faktor risiko yang paling umum untuk kanker hati.

Beberapa studi-studi retrospektif (melihat kebelakang dalam waktu) menyarankan bahwa pasien-pasien
dengan hepatitis C kronis yang dirawat dengan interferon lebih tidak mungkin mengembangkan kanker
hati darpada pasien-pasien yang tidak dirawat. Menarik, pada studi-studi ini, perawatan interferon
tampaknya menyediakan manfaat ini , bahkan pada pasien-pasien yang mempunyai lebih sedikit dari
suatu respon antivirus yang optimal pada interferon. Meski demikian, tetap perlu dilihat apakah risiko
mengembangkan sirosis dan kanker hati dikurangi secara signifikan pada pasien-pasien yang diikuti
secara prospektif yang merespon pada interferon.

Satu studi Jepang telah melaporkan bahwa suatu retinoid derivative (suatu senyawa yang berhubungan
dengan vitamin A) adalah efektif dalam pencegahan kekambuhan kanker hati setelah pengangkatan
kanker hati secara operasi ( resection of the liver). Sekarang ini, senyawa ini tidak tersedia di Amerika.
Itu akan menjadi minat yang besar untuk mempelajari penggunaan senyawa ini dalam hubungan dengan
terapi yang meredakan/meringakan kanker hati lainnya.








POLIP RECTI
Polip Di Usus Besar & Rektum

DEFINISI

Polip adalah pertumbuhan jaringan dari dinding usus yang menonjol ke dalam ususdan biasanya
tidak ganas.Polip bisa tumbuh dengan atau tanpa tangkai dan ukurannya bervariasi.Polip paling
sering ditemukan di rektum dan bagian bawah usus besar (kolon), dan jarang ditemukan di kolon
bagian atas.Sekitar 25% penderita kanker usus besar juga memiliki polip di tempat lain di
usus besar.Jika polip
adenomatosa
di kolon tidak diangkat, kemungkinan akan menjadi ganas.Makin besar ukurannya, makin besar
resiko terjadinya keganasan.
GEJALA

Kebanyakan polip tidak menyebabkan gejala, tapi gejala paling sering terjadi adalah perdarahan
dari rektum.Polip yang besar bisa menyebabkan kram, nyeri perut atau penyumbatan usus.Polip
yang bertangkai panjang jarang turun ke bawah melalui anus.Polip besar dengan bentuk seperti
jari (adenoma vilus)
bisa mengeluarkan air dangaram, menyebabkan diare cair yang bisa menyebabkan menurunnya
kadar kaliumdarah (hipokalemia).
Jenis polip ini lebih sering berkembang menjadi keganasan(kanker).

DIAGNOSA

Pada pemeriksaan colok dubur akan dapat dirasakan oleh jari tangan adanya polip
direktum.Selain itu, polip biasanya ditemukan pada pemeriksaan rutin
sigmoidoskopi
.Bila pada sigmoidoskopi ditemukan polip, maka dilakukan
kolonoskopi
untuk memeriksa keseluruhan usus besar. Pemeriksaan ini dilakukan, karena seseorangsering
memiliki polip lebih dari satu dan karena polip bisa bersifat ganas.Pada kolonoskopi juga
dilakukan pengambilan contoh jaringan untuk
biopsi
daridaerah yang kelihatannya ganas.

PENGOBATAN

Penderita diberi obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus. Lalu polipdiangkat selama
kolonoskopi dengan menggunakan pisau bedah atau lingkaran kawatyang dialiri arus listrik. Bila
polip tidak memiliki tangkai atau tidak dapat diambilselama kolonoskopi, mungkin perlu
dilakukan pembedahan perut.Ahli patologi memeriksa polip yang telah diambil.Bila polip
bersifat ganas, pengobatan tergantung kepada faktor-faktor tertentu.Contohnya, resiko
penyebaran kanker lebih tinggi jika kanker sudah mencapai tangkai polip atau lebih dekat ke
tempat pemotongan. Resiko penyebaran kanker juga bisadidasarkan pada hasil pemeriksaan ahli
patologi terhadap penampakan polip di bawahmikroskop.Bila resikonya rendah, tidak diperlukan
pengobatan lebih lanjut. Bila resikonya tinggi, bagian usus besar yang terkena diangkat melalui
pembedahan dan potongannyadisambungkan lagi.


























Tugas patologi anatomi


NAMA : JERDAN ILHAMPRATAMA
Npm : 10310203

Universitas malahayati fakultas
kedokteran umum 2014

Anda mungkin juga menyukai