Anda di halaman 1dari 69

Penatalaksanaan Pasien

Dengan Karsinoma
Kolon dan Rektum

Oleh :
Leni Merdawati
A. Landasan Teoritis Kanker Kolorektal

 Defenisi :
Kanker kolorektal merupakan suatu tumor
malignant yang muncul pada jaringan
epithelial dari colon / rectum. Umumnya
tumor kolorektal adalah adenokarsinoma
yang berkembang dari polyp adenoma
 Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas.
Bisa mengenai organ apa saja di tubuh manusia. Bila
menyerang di kolon maka disebut kanker kolon, bila mengenai di
rektum, maka disebut kanker rektum. Bila mengenai kolon
maupun rektum maka disebut kanker kolorektal.
 Kanker kolon seperti sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat
tumbuh dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar
(infiltrasi) ke jaringan disekitarnya serta merusaknya, dapat
menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh
darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke
liver, paru-paru yang pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian bila tidak ditangani dengan baik.
Anatomi Saluran Pencernaan

 Mulut
 Esophagus
 Stomach (lambung)
 Usus halus
 Kolon
 Rectum dan anus
Diagram sistem pencernaan

1. Kelenjar ludah
2. Parotis
3. Submandibularis (bawah rahang)
4. Sublingualis (bawah lidah)
5. Rongga mulut
6. Tekak / Faring
7. Lidah
8. Kerongkongan / Esofagus
9. Pankreas
10. Lambung
11. Saluran pankreas
12. Hati
13. Kantung empedu
14. Usus dua belas jari (duodenum)
15. Saluran empedu
16. Usus tebal / Kolon
17. Kolon datar (tranverse)
18. Kolon naik (ascending)
19. Kolon turun (descending)
20. Usus penyerapan (ileum)
21. Sekum
22. Umbai cacing
23. Poros usus / Rektum
24. Anus
Fisiologi Pencernaan
 Makanan akan dicerna dalam mulut dg
bantuan enzim yg tdpt dlm saliva
 Makanan diolah sampai lumat
 Kmd mnj lambung mll esophagus
 Di lambung makanan akan di cerna dg cairan
gastrik
 Dg gerakan lambat menuju usus halus
( duodenum, jejenum dan ileum ± 6 mtr)
 Proses pencernaan dan penyerapan nutrisi
dimulai di usus halus
 Proses ini hampir sempurna sebelum sisa
produk melewati kolon
 Kolon dg pjg 2 mtr berakhir dg rectum
 Di kolon tjd penyerapan air dan garam,
sumber refleks ke otak utk menimbulkan
respon pengosongan lambung.
 Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan.
Sebagaimana kita ketahui sistim pencernaan dimulai dari mulut
lalu kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus (duodenum,
yeyunum, ileum), usus besar (kolon) ,rektum dan berakhir di
dubur.
 Usus besar terdiri dari kolon dan rektum. Kolon atau usus besar
adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri dari kolon
sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas
(kolon transversum) dan kolon sebelah kiri (kolon desenden).
 Setelah kolon barulah rektum yang merupakan saluran diatas
dubur Bagian kolon yang berhubungan dengan usus halus
disebut caecum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan
dengan rektum disebut kolon sigmoid.
Etiologi Kanker Kolorektal
Penyebab pasti belum diketahui, namun terdapat
factor-factor predisposisi yang terdiri dari:
 Usia lebih dari 40 tahun
 Herediter
 Riwayat kanker di bagian tubuh yang lain
 Polip Benigna, Polip Kolorektal, Polip Adematosa
atau adenoma Villus
 Kolitis ulseratif lebih dari 20 tahun
 Merokok, Obesitas.
 Diet tinggi kolesterol/lemak dan protein
(konsumsi daging) serta rendah serat /
Karbohidrat
Patofisiologi
 Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma
yang berkembang dari polyp adenoma.
 Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat,
meskipun umumnya masih terjadi di rektum dan
kolon sigmoid.
 Pertumbuhan tumor secara tipikal tidak terdeteksi,
menimbulkan beberapa gejala. Pada saat timbul
gejala, penyakit mungkin sudah menyebar kedalam
lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan organ-
organ yang berdekatan.
 Kanker kolorektal menyebar dengan perluasan langsung ke
sekeliling permukaan usus, submukosa, dan dinding luar usus.
 Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor
lambung, duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran
genitourinary, dan dinding abdominal juga dapat dikenai oleh
perluasan.
 Metastasis ke kelenjar getah bening regional sering berasal dari
penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja
kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional masih
normal (Way, 1994).
 Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui
sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder seperti
hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal. “Penyemaian” dari
tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor
meluas melalui serosa atau selama pemotongan pembedahan.
 Awalnya sebagai nodul, kanker usus sering tanpa
gejala hingga tahap lanjut. Karena pola
pertumbuhan lamban, 5 sampai 15 tahun sebelum
muncul gejala (Way, 1994).
 Manifestasi tergantung pada lokasi, tipe dan
perluasan, dan komplikasi. Perdarahan sering
sebagai manifestasi yang membawa klien datang
berobat.
 Gejala awal yang lain sering terjadi perubahan
kebiasaan buang air besar, diarrhea atau konstipasi.
 Karekteristik lanjut adalah nyeri, anorexia, dan
kehilangan berat badan. Mungkin dapat teraba
massa di abdomen atau rektum. Biasanya klien
tampak anemis akibat dari perdarahan
 Prognosis kanker kolon tergantung pada
stadium penyakit saat terdeteksi dan
penanganannya. sebanyak 75 % klien kanker
kolorektal mampu bertahan hidup selama 5
tahun. Daya tahan hidup buruk / lebih rendah
pada usia dewasa tua (Hazzard et al., 1994).
 Komplikasi primer dihubungkan dengan
kanker kolorektal :
(1) obstruksi usus diikuti dengan
penyempitan lumen akibat lesi;
(2) perforasi dari dinding usus oleh tumor,
diikuti kontaminasi dari rongga
peritoneal oleh isi usus;
(3) perluasan langsung tumor ke organ-
organ yang berdekatan.
Insiden
Ca. kolorektal
Manifestasi Klinis :
 Bervariasi dan tidak spesifik, Bisa dijumpai tanpa
keluhan sampai adanya keluhan berat dan
tergantung pada lokasi / besarnya tumor.
 Umumnya Asymptomatis atau relative bergejala
ringan pada saat penyakit ditemukan. Perdarahan
peranal merupakan keluhan penderita dengan
gejala berupa perdarahan segar bercampur atau
tanpa disertai tinja..
 Gejala tidak khas yaitu: Anemia idiopatik, Nausea,
malaisea, Haemoroid, Anoreksia, dan Perubahan
Berat badan (BB menurun) akibat iritasi dan respon
refluks.
Gejala Spesifik :

Karsinoma Kolon Kanan :


keluhan ada masa di abdomen kanan,
obstruksi akan timbul bila tumor sudah
besar. Biasanya terjadi nyeri dangkal
abdomen, diare dan melena
Karsinoma Kolon kiri:

 Kanker kolon kiri lebih cepat terjadi obstipasi


 tanda-tanda obstruksi (nyeri abdomen dan kram
 penipisan feses yang mengakibatkan feses berbentuk
pensil., (konstipasi dan distensi) lesi yang melingkar
pada kolon kiri mengakibatkan obstruksi,
 Adanya darah segar dalam feses
 Perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air
besar.
Komplikasi :

 Obstruksi usus parsial atau lengkap diikuti


penyempitan lumen akibat lesi.
 Haemorrhagi/ perdarahan
 Pembentukan abses akibat perforasi dinding usus
oleh tumor yang diikuti kontaminasi dari rongga
peritoneal oleh isi usus.
 Shock akibat peritonitis dan sepsis
 Mestatase ke organ lain yang berdekatan. Terjadi
fistel pada kantong kemih, vagina / usus.
Deteksi Dini

Prosedur skrining rutin


 Pemriksaan Rektal Tuse (usia > 40 th)
 Tes Guaiac utk pem. Darah dlm feses (> 50 th)
 Sigmoideskopi tiap 3 – 5 th (> 50 th)
 fecal occult blood test (FOBT), sigmoidoscopy,
colonoscopy, double-contrast barium enema,
colok dubur.
Tes Diagnostik dan Lab
 Jumlah sel-sel darah merah (evaluasi anemia)
 Test Guaiac pada feses utk melihat bekuan darah dalam
feses (perdarahan intermitten)
 CEA (carcinoembryogenic antigen)
 Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar
bilirubin (indikasi mengenai hepar)
 Tes lab lain : serum protein, kalsium dan kreatinin
 Kanker maupun polyp dapat menyebabkan perdarahan dan
FBOT dapat mendeteksi adanya darah pada tinja. FBOT ini
adalah test untuk memeriksa tinja .
Diagnostik
 Sigmoidoscopy adalah suatu pemeriksaan dengan suatu alat
berupa kabel seperti kabel kopling yang diujungnya ada alat
petunjuk yang ada cahaya dan bisa diteropong. Alatnya
disebut sigmoidoscope, pemeriksaannya disebut
sigmoidoscopy.
 Alat ini dimasukkan melalui lubang dubur ke dalam rektum
sampai kolon sigmoid, sehingga dinding dalam rektum dan
kolon sigmoid dapat dilihat.
 Bila ditemukan adanya polyp, dapat sekalian diangkat. Bila
ada masa tumor yang dicurigai kanker, dilakukan biopsi
kemudian diperiksakan ke bagian patologi anatomi untuk
menentukan ganas tidaknya dan jenis keganasannya.
 Colonoscopy , sama seperti sigmoidoscopy , namun
menggunakan kabel yang lebih panjang sehingga seluruh
rektum dan usus besar dapat diteropong dan diperiksa. Alat
yang digunakan adalah colonoscope.

 Barium enema adalah pemeriksaan radiologi dengan sinar


rontgen (sinar X ) pada kolon dan rektum. Penderita diberikan
enema dengan larutan barium dan udara yang dipompakan ke
dalam rektum. Kemudian difoto. Seluruh lapisan dinding
dalam kolon dapat dilihat apakah normal atau ada kelainan.
 Colok dubur adalah pemeriksaan yang sangat
sederhana dan dapat dilakukan oleh semua
dokter, yaitu dengan memasukkan jari yang
sudah dilapisi sarung tangan dan zat lubrikasi
ke dalam dubur kemudian memeriksa bagian
dalam rektum. Merupakan pemeriksaan yang
rutin dilakukan. Bila ada tumor di rektum akan
teraba dan diketahui dengan pemeriksaan ini.
Penatalaksanaan

 Pendidikan mengenai diet agar individu


meningkatkan asupan buah, sayur,
makanan kasar dan padi-padian untuk
meningkatkan masa makanan menurunkan
lemak dan menyediakan antioksidant.
 Manajemen Stress
I.5.1. Penatalaksanaan Medik

 Keberhasilan pengobatan kanker kolorektal ditentukan oleh


stadium saat diagnosis dibuat. Terdapat berbagai macam
stadium penyakit kanker kolorektal. Penentuan stadium
sebelum tindakan operasi, khususnya pada kanker rectum,
berguna untuk menentukan strategi pengobatan seperti
pemberian khemoterapi ajuvan, pemilihan jenis operasi yang
akan dilakukan. Pemerikasaan Ro foto dada harus dikerjakan
untuk memastikan ada tidaknya proses metastasis di paru.
Test fungsi hati tidaklah terlalu diperlukan, Pemeriksaan CEA
kadang-kadang diperlukan untuk menilai keberhasilan
pengobatan.
 Dalam penatalaksanaan medik diberikan
terapi adjuvant, mencakup kemoterapi,
terapi radiasi, dan ataupun imunoterapi.
Terapi radiasi diberikan pada periode
praoperatif, intra operatif dan pascaoperatif.
Untuk tumor yang tidak di operasi atau di
reseksi, radiasi digunakan untuk
menghilangkan gejala.
Penatalaksanaan Medik berdasarkan
stadium:
 Pada stadium 0, Berupa polip di mukosa colon disebut
juga dengan precursor Ca. Penatalaksanaannya dengan
pemotongan polip (colonoskopi)
 Pada stadium 1, Tumor tumbuh di mukosa usus.
Penatalaksanaannya dengan pembedahan.
 Pada stadium 2, Tumor menyebar hingga lapisan
muskularis mukosa (lap Usus). Penatalaksanaanya:
pembedahan.
 Pada Stadium 3, Tumor menyebar ke
kelenjar getah bening.
 Penatalaksanaannya: pembedahan,
kemoterapi, Radiasi terapi.
 Pada Stadium 4, Tumor bermetastase.
Penatalaksanaannya: kemoterapi.
Tempat Pemasangan
Kolostomi
 Kolostomi Sigmoid:
Feses padat
 Kolostomi Desenden:
Feses semi bubur
 Kolostomi Tranversal:
Feses bubur
 Kolostomi Asenden:
Feses Cair
Penatalaksanaan Keperawatan
 Pra-Operatif
 Pastikan tanda-tanda prosedur valid. Ini berguna
bagi pasien dan keluarga memahami prosedur
dan kemungkinan risiko dan altenatif persiapan
prosedur. Penandatanganan inform consent
sebagai dokumentasi bahwa klien dan keluarga
setuju.
 Kaji pemahaman klien dan keluarga tentang
prosedur, klarifikasi dan interpretasikan sesuai
kebutuhan.
 Beri instruksi selama periode post operatif,
meliputi penanganan nyeri, latihan pernafasan,
 pemasangan NGT/IVFD, reintroduksi intake oral
makanan dan cairan.
 Persiapan klien yang adekuat selama praoperatif
biasanya tidak cemas dan mampu lebih baik
mendukung perawatan pasca operatif,
mengurangi kebutuhan analgesic dan
meningkatkan pemulihan klien.
 Pemasangan NGT. Pemasangan di kamar bedah
untuk pembedahan, NGT dipasang preoperative
untuk membuang sekresi dan mengosongkan isi
lambung.
 Prosedur persiapan usus. Antibiotok oral dan
parenteral sebaiknya kathartik dan enema/ ditelan
dapat diberikan preoperative untuk membersihkan
usus dan mengurangi risiko kontaminasi
peritoneal oleh isi usus selama pembedahan.
Tujuan Perawatan pre-operatif:

1. Menghilangkan nyeri
2. Meningkatkan toleransi Aktivitas
3. Memberikan tindakan nutrisional
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit
5. Menurunkan Ansietas
6. Mencegah Infeksi
7. Pendidikan Klien Pra-operatif
B. Pasca-Operatif

1. Monitor TTV dan intake dan output, meliputi drainase


lambung dan lainnya dari drain luka. Kaji perdarahan dari
insisi abdomen dan perineal, kolostomi, atau anus. Evaluasi
komplikasi luka yang lainya dan pertahankan integritas
psikologi.
2. Monitor bising usus dan derajat distensi abdomen.
Manipulasi pembedahan dari usus manghentikan peristaltic,
menyebabkan ileus. Adanya bising usus dan pasase flatus
indikasi kembalinya peristaltic.
3. Sediakan obat mengurangi nyeri dan pemeriksaan rasa
nyaman seperti perubahan posisi
4. Kaji status pernafasan, sangga abdomen
dengan selimut atau bantal untuk membantu
batuk
5. Kaji posisi dan Patensi NGT, persambungan
suction. Bila selang terlipat, irigasi dengan
salin steril secara hati-hati.
6. Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan
kolostomi (bila ada) catat berbagai perubahan
atau adanya bekuan atau perdarahan
berwarna merah terang.
7. Hindari pemasangan temperature rectal,
suppositoria atau prosedur rectal lain sebab
dapat merusak garis jahitan anal,
menyebabkan perdarahan, infeksi / gangguan
penyembuhan.
8. Pertahankan cairan iv saat masih dilakukan
suctionnaso gastric
9. Pemberian antacid, reseptor AH2 dan
anjurkan terapi antibiotic. Terapi antibiotic
untuk mencegah infeksi akibat kontaminasi
rongga abdomen dengan isi usus.
10. Anjurkan ambulasi untuk merangsang
peristaltic
11. Mulai pengajaran dan perencanaan pulang.
Konsultasikan dengan ahli gizi untuk instruksi
diet dan menu, beri penguatan pengajaran.
Tujuan Perawatan pasca-operatif

1. Perawatan luka
2. Pendidikan klien dan pertimbangan
perawatan di rumah
3. Citra tubuh positif
4. Pemantauan dan penatalaksanaan
Komplikasi
Proses Keperawatan

 Riwayat Kesehatan :
Pengkajian faktor Predisposisi
 Usia lebih dari 40 tahun
 Herediter
 Riwayat kanker di bagian tubuh yang lain
 Polip Benigna, Polip Kolorektal, Polip Adematosa atau
adenoma Villus
 Kolitis ulseratif lebih dari 20 tahun
 Merokok, Obesitas.
 Diet tinggi kolesterol/lemak dan protein (konsumsi daging)
serta rendah serat / Karbohidrat
Pengkajian Keluhan Utama Pasien
 bervariasi dan tidak spesifik
 Kadang tanpa keluhan sampai adanya keluhan berat
dan tergantung pada lokasi / besarnya tumor.
 Asymptomatis atau relative bergejala ringan pada
saat penyakit ditemukan.
 Perdarahan peranal /perdarahan segar bercampur
atau tanpa disertai tinja.
 Gejala tidak khas yaitu: Anemia idiopatik, Nausea,
malaisea, Haemoroid, Anoreksia, dan Perubahan
Berat badan (BB menurun) akibat iritasi dan respon
refluks.
Pengkajian Spesifik

Karsinoma Kolon Kanan :


 keluhan ada masa di abdomen kanan
 obstruksi akan timbul bila tumor sudah
besar. Biasanya terjadi nyeri dangkal
abdomen
 diare dan melena
Karsinoma Kolon Kiri :
 Terjadi obstipasi

 Nyeri abdomen dan kram

 Feses berbentuk pensil., (konstipasi dan

distensi)
 Adanya darah segar dalam feses

 Perut masih terasa penuh meskipun sudah

buang air besar.


Diagnosa Keperawatan Pre-Operasi

 Nyeri Akut.b.d aktifitas proses penyakit Kanker.


 Ansietas b.d rencana pembedahan dan diagnosa
kanker
 Risiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anoreksia / gangguan intake,
hipermetabolik, diare,
 Kekurangan Volume Cairan b.d obstruksi, kanker,
muntah, diare, BAB berdarah
 Konstipasi b.d obstruksi sal carna
Diagnosa Keperawatan Pasca-operasi
 Risiko Infeksi b.d Kerusakan Integritas Kulit.
Tidak ada sfingter stoma,
Karakteristik/aliran feses dan flatus dari
stoma.
 Gangguan Citra Tubuh. b.d adanya stoma;
kehilangan kontrol usus eliminasi.
Gangguan struktur tubuh, proses penyakit
dan berhubungan dengan program
pengobatan (misalnya: kanker)
 Nyeri Akut. B.d kerusakan integritas kulit
dan jaringan.
 Kerusakan Integritas Kulit/ jaringan: b.d Invasi
struktur tubuh (reseksi perineal). Tertahannya
Sekresi/ drainase). Gangguan sirkulasi, edema
dan malnutrisi
 Risiko tinggi terhadap kekurangan Volume cairan
b.d pemasangan selang NG/Usus, selang
drainase luka perineal. Keluaran Ileostomi dengan
Volume tinggi. Pembatasan masukan secara
medik. gangguan absorbsi cairan misalnya
kehilangan fungsi kolon.
 Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d status hipermetabolik,
inflamasi, proses penyembuhan. Pembatasan bulk
dan makanan mengandung sisa.
A. Pre-Operasi

Nyeri b.d kompresi jaringan sekunder akibat


obstruksi aktifitas proses penyakit Kanker

Kriteria Hasil:
 Menyatakan nyeri hilang/ terkontrol
 Menunjukkan nyeri hilang, mampu tidur/ istirahat
dengan tepat
 Menunjukkan penggunaan, keterampilan relaksasi
dan kenyamanan umum sesuai indikasi situasi
individu.
Intervensi:
 Kaji nyeri , catat lokasi, karakteristik, intensitas
(skala 0-10)
 Dorong klien menyatakan masalah.
Mendengarkan dengan aktif pada masalah tsb
 Selidiki dan laporkan adanya kekakuan otot
abdominal , kehati-hatian yang tidak disengaja
dan nyeri tekan.
 Dorong penggunaan tekhnik relaksasi misanya
membimbing imajinasi, visualisasi. Berikan
aktifitas senggang.
Kekurangan Volume Cairan b.d obstruksi, kanker, muntah,
diare

Intervensi:

 Catat intake dan output setiap hari


 Batasi makanan oral dan cairan mencegah muntah.
Berikan antiemetik bila diresepkan
 Pasang selang nasogastrik untuk mengalirkan akumulasi
cairan dan mencegah distensi abdomen
 Pantau pemberian cairan i.v dan elektrolit
 Pantau kadar elektrolit serum untuk
mendeteksi hipokalemia dan hiponatremia
 Kaji Tanda-tanda vital
 Kaji status dehidrasi dan penurunan turgor
kulit, membran mukosa kering, urin pekat
 Laporkan peningkatan berat jenis urin
B. Pasca-operasi

 Risiko Infeksi b.d Kerusakan Integritas Kulit. Tidak


ada sfingter stoma, Karakteristik/aliran feses dan
flatus dari stoma. .
 Kriteria hasil::
 Klien akan Mempertahankan integritas kulit
 Mengidentifikasi factor Risiko individu.
 Menunjukan perilaku/ teknik peningkatan
penyembuhan / mencegah kerusakan kulit.
 Intervensi Mandiri:
 Bersihkan stoma dengan air dan keringkan. Catat
iritasi, kemerahan (warna gelap, kebiru-biruan),
kemerahan.
 Ukur stoma secara periodic, misalnya: tiap
perubahan kantong selama 6 minggu pertama,
kemudian 1 kali sebulan selama 6 bulan
 Berikan pelindung kulit yang efektif misalnya: Wafer
stomahesive, karaya gum, Reliaseal (Davol)
 Kosongkan , irigasi, dan bersihkan
 Sokong kulit sekitar bila mengangkat kantong
dengan perlahan. Lakukan pengangkatan
kantong sesuai indikasi, kemudian cuci.
 Selidiki keluhan rasa terbakar/gatal/melepuh
sekitar stoma
 Evaluasi produk perekat dan kecocokan kantung
secara terus-menerus, bersihkan kantong ostomi
rutin dengan alat yang tepat
Gangguan Citra Tubuh. b.d adanya stoma;
kehilangan kontrol usus eliminasi. Gangguan
struktur tubuh. Proses penyakit dan berhubungan
dengan program pengobatan (misalnya: kanker)

Kriteria hasil:
 Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi
 Perubahan kedalam konsep diri tanpa harga diri
rendah
 menunjukkan penerimaan dengan melihat/
menyentuh stoma dan berpartisipasi dalam
perawatan diri
 Menyatakan perasaan tentang stoma/ penyakit:
mulai menerima situasi secara konstruktif.
 Intervensi Mandiri:
 Dorong klien untuk menyatakan perasaan tentang
ostomi. Akui kenormalan perasaan marah, depresi
dan kehilangn.
 Kaji ulang alasan pembedahan dan harapan yang
akan datang
 Catat perilaku menarik diri. peningkatan
ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada
perawatan
 Berikan kesempatan pada klien untuk memandang
dan menyentuh stoma, gunakan kesempatan untuk
memberikan tanda positiftentang penyembuhan.
Penampialan normal dan sebagainya. Ingatkan
klien bahwa penerimaan memerlukan waktu, baik
secara fisik dan emosi
 Berikan Kesempatan pada klien untuk menerima
ostomi melalui partisipasi pada perawatan diri.
 Rencanakan / jadwalkan aktivitas perawatan
dengan klien.
 Pertahankan Pendekatan positif selama aktifitas
perawatan. Hindari ekspresi menghina atau reaksi
berubah mendadak. Jangan perlihatkan rasa marah
secara pribadi
 Diskusikan Kemungkinan kontak dengan
pengunjung ostomi dan buat perjanjian untuk
kunjungan bila diperlukan
Pasien kanker kolon post operasi
Laparatomi dan kolostomi
Case Study
 Ny.y (62 th). TB = 162 dg BB = 48 Kg
Masuk ke RS tgl 19 maret 2008 dg alasan
masuk BAB encer bercampur darah sejak 2
bulan yang lalu. Nyeri pada abdomen. Mual
dan muntah tidak ada.
Saat pengkajian oleh mahasiswa tgl 26
Maret 2008 didapatkan hasil pemeriksaan
TTV :
TD = 180/ 70 mmHg S= 35,20C
N = 90 x/ menit RR = 29x/mnt

Keluhan lain : BAB encer bercampur darah


dan lendir, nyeri dan dan distensi pada
abdomen, klien tampak pucat , akral dingin,
teraba masa pada abdomen.
Hasil pemeriksaan penunjang :
 USG abdomen

 Bronkoskopi

Laboratorium :
Hb = 7,6 gr/dl
Leukosit = 5600/mm3
Trombosit = 636.000/mm3
Ht = 24
Pasien direncanakan op. tgl 10-4-2008
 Apa analisa saudara dengan data dan kasus
diatas
 Persiapan pre op apa saja yang harus
disiapkan perawat
 Identifikasi masalah keperawatan yang dapat
dirumuskan.
 Buatlah 1 buah Rencana Keperawatan

(Nanda, NOC dan NIC)


Diagnosa – NANDA
Nyeri Akut (Acute pain)
- Defenition :

- Defening Characteristic :

(Defenisi karakteristik)
- mengungkapkan rasa nyeri
- menunjukkan distraksi
- gangguan tidur, anoreksia
NOC : Nursing Out Comes (kriteria hasil) :
1. Suggested out comes :

- comfort level
- melaporkan penurunan nyeri
1. Additional out comes

NIC : Nursing Intervention Classification


1. Suggested Intervention :

1. Pain Management
2. Positioning
3. Medication
4. ect…,

Anda mungkin juga menyukai