Anda di halaman 1dari 23

ANATOMI FISIOLOGI CA COLON

A. ANATOMI
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon
terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon
menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu
hingga pertengahan kolon melintang sering disebut dengan "kolon kanan",
sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri"

Gambar : usus halus dan usus besar


B. FISIOLOGI
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel
yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan
mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan
gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan
pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada
semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335).
Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas
dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke
bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati). Kanker kolon dapat menyebar
melalui beberapa cara yaitu :
1. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam

kandung kemih.

2. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.

3. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah

ke system portal.

4. Penyebaran secara transperitoneal

5. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.

Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan

lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta

perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses,

serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177).


LAPORAN PENDAHULUAN
CA. COLON

I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu
pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas
(FKUI,2008 : 268).
Sedangkan Kanker adalah suatu penyakit yang di tandai dengan
pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang
jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel dan fungsi
lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal /
neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari kolon. Kanker kolon/usus
besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar
atau rektum. Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang
tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya( Brunner and Suddarth
,2001: 810 )
Dari beberapa pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa
kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan
merusak sel DNA dan jaringan sehat di sekitar kolon (usus besar).

B. ETIOLOGI
Penyebab dari kanker kolon antara lainnya :
1) Diet
Makanan yang mengandung zat kimia menyebabkan kanker pada usus
besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut, yang
mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang
tinggi lemak trutama lemak hewan dari daging merah, menyebabkan sekresi
asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker di dalam usus
besar. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah
yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dlam usus besar. Beberapa
kelommpok menyarankan diet yang mengandung sedikit lemak hewan dan
tinggi sayuran & buah-buahan (e.g Mormons, seventh Day Adventists).
 Makanan yang harus di hindari :
Daging merah, lemak hewan, makanan berlemak, daging atau ikan
goreng panggang, karbohidrat yang di saring (example: sari yang di
saring).
 Makanan yang harus di konsumsi
Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari
golongan kubis (seperti brokoli, brussels sprouts), butir padi yang utuh,
cairan cukup terutama air.
2) Kelainan kolon
Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna
karsinoma.
Kondisi ulserative : penderita colitis ulserativa menahun mempunyai
risiko terkena karsinoma kolon.
3) Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon
mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak dari pada anak-anak yang
orang tuanya sehat.

C. PATOFISIOLOGI
1) Anatomi fisiologi kolon
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia,
kolon tediri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang
transverse), kolon menurun (descending), sigmoid, dan rektum. Bagian
kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintng sering di sebut
dengan “kolon kanan”, sedangkan bagian sisanya serng di sebut dengan
“kolon kiri” .

2) Perubhan patologi
Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip.
Biasanya tumor ini tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul
secara perlahan dan tampak membahayakan. Penyakit ini menyebar
dalam beberapa metode. Tumor mungkin menyebar dalam tempat
tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan mesenterikfat,
kemudian umor ini mulai mendekat pada organ yang ada di sekitarnya,
kemudian meluas ke dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke
limfa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsumg masuk
dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui
limfa, setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi, biasanya sel
bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tampat yang jauh
kemudian metastase ke paru-paru.
Tempat metastase yang lain di antaranya :
Kelenjar Adrenalin, Ginjal, Kulit, Tulang, Otak.
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui
limfa dan sistem sirkulasi, tumor kolon juga dapat menyebar pada
bagian peritonial sebelum pembedahan tumor di lakukan. Penyebaran
terjadi ketika tumor di hilangkan dan sel kanker dari tumor pecah
menuju ke rongga peritonial.

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut:
A: Kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1: kanker telah meinfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2: kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak
satu sampai empat buah
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih
dari lima buah.
D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan
penyebaran yang luas dan tidak dapat di operasi lagi.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan
pada lokasi tumor atau melalui penyebaran metastase yang termasuk :
· Perforasi usus besar yang di sebabkan peritonitis
· Pembentukn abses
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya
yang menyebabkan perdarahan. Tumor tumbuh kedalam usus besar secara
berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akhirnya tidak bisa sama
sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ
yang berada di sekitarnya (uterus, urinary bladder, dan ureter) dan penyebab
gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

F. MANIFESTASI KLINIS KANKER KOLON


Gejala sangat di tentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah
pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan
perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.
1. Kanker kolon kanan
Isi kolon berupa cairan, cenderung teteap tersamar hingga stadium
lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus
besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi,
dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak
(suatu tes sederhana yang dapat di lakukan di klinik). Mucus jarang
terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor
kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal.
Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan
kadang-kadang pada epigatrium.
2. Kanker kolon kiri dan rectum
Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai
akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering
terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul
gangguan obstruksi. Feses bisa kecil dan berbentuk pita. Baik mucus
maupun darah segar sering terihat pada feses. Dapat terjadi anemia
karena kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum
dapat mengenairadiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan
gejala-gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang
bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai
akibat tekanan pada alat-alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul
pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkapsetelah defekasi,
konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.

G. STADIUM KLINIS
Tabel : stadium pada ca. Kolon yang di temukan dengan system TMN
STADIUM TINGKAT PENYEBARAN
TIS Carsinoma in situ
T1 Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler
T2 Sudah mengenai otot dinding
T3 Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke
sekitar
T4 Sama dengan T3 dengan fistula
N Limfonodus terkena
M Ada metastasis

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi.
2) Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah
foto dada dan foto kolon ( barium enema). Pemeriksaan dengan enema
barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan
mengidentifikasikan letaknya. Tes ini menggambarkan adanya
kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor
pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan
tes ini. Enema barium secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy
dan colonoscopy.
3) Computer Tomografi (CT)
Membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit. Chest X-
ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang
sudah metastasis.
4) Histopatologi
Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar
histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu
ditentukan diferensiansi sel.
·5) Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien
mengalami perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya
turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult
blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus
menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase
(tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam
sebelum diberikan feces spesimen.
·6) Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan
untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah
bening di abdomen dan hati.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah
sebagai berikut ;
a. Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor
yang diketahui lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi tidak
menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah
biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang
mengelilingi sekitar kanker.
b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi
misalnya sinar X, atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah
yang di tumbuhi tumor, merusak genetik sehingga membunuh kanker.
Terapi radiasi merusak se-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara lain
sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah.. Kerusakan
sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu
makan.
c. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anikanker yang kuat, dapat masuk ke
dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah
menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di
injeksi atau di makan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena
digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang
dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding
abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.

Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah.


Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi
usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum
karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar
sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan
kembali usus (sebagai stoma sementara).

Jenis-Jenis Kolostomi.
1. Jenis kolostomi berdasarkan sifatnya:
a. Sementara
Indikasi untuk kolostomi sementara :
1). Hirschprung disease
2). Luka tusuk atau luka tembak
3). Atresia ani letak tinggi
4). Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis distal usus
setelah tindakan operasi (mengistirahatkan usus).
5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum
dilakukan tindakan operasi anastomosis.
b. Permanen
Indikasi untuk kolostomi permanen :
Penyakit tumor ganas pada kolon yang tidak memungkinkan
tindakan operasi reseksi-anastomosis usus.

2. Jenis kolostomi berdasarkan letaknya :


Colostoy Colostomy Colostomi
Asendens Transversal Desendens
Lokasi Colon Asendens Colon Colon
Tansversum Desendens
Konsistensi Cair atau lunak Lunak Padat
feses
Iritasi kulit Mudah terjadi, Mungkin terjadi Kadang terjadi
karena kontak karena lembab
dengan enzim terus menerus
pencernaan
Komplikasi Striktur atau
retraksi stoma

3. Jenis kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan :


a. Single Barreled Colostomy
b. Double Barreled Colostomy
c. Loop Colostomy
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CA COLON

1. Pengkajian
A. Identitas
Meliputi nama, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, no reg.
B. Pemeriksaan fisik
a) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien,
kemudian diit rendah serat, selain itu juga perlu dikaji mengenai
kebiasaan klien tentang minum kurang dari 1.000 cc/hari minimal.
b) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai
berat badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga
perlu dikaji apakah klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian
mengenai diit rendah serat (kurang makan sayur dan buah) juga penting
untuk dikaji.
c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien
apakah sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai
nyeri waktu defekasi, duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai
keluar darah segar dari anus. Tanyakan pula mengenai jumlah dan
warna darah yang keluar. Kebiasaan mengejan hebat waktu defekasi,
konsistensi feces, ada darah/nanah.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya
aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi
banyak duduk atau berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai
kebiasaan mengangkat barang-barang berat.
e) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan
nyeri pada anus.
f) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami
gangguan pola tidur karena nyeri atau tidak.
g) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap penyakit. Koping yang
digunakan dan alternatif pemecahan masalah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan kimia misalnya
penggunaan obat-obat farmasi, hipoksia, lingkungan terapeutik yang
terbatas misalnya stimulus sensori yang berlebihan ; stress fisiologis.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan tubuh secara oral, pengeluaran integritas
pembuluh darah
c. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma
muskuloskletal, kehancuran yang terus-menerus (misalnya
lokalisasi)
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual / muntah
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker
kolon.
g. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri,
ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap
pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis stuasi atau krisis
maturasi.

3. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dari Rencana Rasional


o keperawatan kriteria hasil Tindakan
1. Perubahan Tujuan : - Orientasikan R : karena pasien
proses piker meningkatkan kembali telah meningkat
berhubungan tingkat pasien secara kesadarannya, maka
dengan kesadarn. terus-menerus dukungan dan
gangguan Criteria hasil: setelah keluar jaminan akan
aktivitas dan pasien mampu dari pengaruh membantu
kerja kognitif mengenali anastesi ; menghilangkan
(misalnya, keterbatasan diri nyatakan ansietas.
pikiran sadar, dan mencari bahwa
orientasi realita, sumber bantuan operasi telah
pemecahan sesuai selesai
masalah, dan kebutuhan. dilakukan
penilaian yang
terjadi pada - Bicara R : tidak dapat di
individu) dengan pasien tentukan kapan pasien
dengan suara akan sadar penuh,
yang jelas namun sensori
dan normal pendengaran
tanpa merupakan
membentak, kemampuan yang
sadar penuh pertama kali akan
akan apa pulih
yang di
ucapkan R : berikan keamanan
bagi pasien selama
- Gunakan tahap darurat,
bantalan pada mencegah terjadinya
tepi tempat cedera pada kepala
tidur, lakukan dan ekstermits bila
pengikatan pasien melakukan
jika perlawanan selama
diperlukan masa disorientasi

2. Kekurangan Tujuan : - Ukur dan R : dokumentasi yang


volume cairan keseimbangan catat akurat akan
berhubungan cairan tubuh pemasukan membantu dalam
dengan adekuat dan mengidentifikasi
pembatasan Criteria hasil : pengeluaran. pengeluaran
pemasukan tidak ada tanda- Tinjau ulang cairan/kebutuhan
cairan tubuh tanda dehidrasi catatan intra penggantian dan
secara oral (tanda-tanda operasi. pilihan yang
vital stabil, mempengaruhi
kualitas denyut intervensi
nadi baik, turgor
kulit normal, - Kaji R : mungkin akan
membrane pengeluaran terjadi penurunan
mukosa lembab urinarius, ataupun penghilangan
dan pengeluaran terutama setelah prosedur pada
urine yang untuk tipe sistem genitourinarius
sesuai) prosedur dan struktur yang
operasi yang berdekatan
di lakukan mengindikasikan
malfungsi ataupun
obstruksi sistem
urinarius
R : hipotensi,
- Pantau tanda-
takikardi,
tanda vital
peningkatan
pernapasan
mengindikasikan
kekurangan cairan
- Pantau suhu
kulit, palpasi
R : kulit yang
denyut
dingin/lembab,
perifer.
denyut yang lemah
mengindikasikan
penurunan sirkulasi
perifer dan di
butuhkan untuk
penggantian cairan
tumbuhan.

3. Nyeri Tujuan : pasien - Evaluasi rasa R : sediakan


berhubungan mengatakan sakit secara informasi mengenai
dengan insisi bahwa rasa reguler, catat kebutuhan/efektivitas
pembedahan, nyeri telah karakteristik, intervensi
trauma terkontrol atau lokasi dan
musculoskeletal hilang. intensiltas (0-
Criteria hasil : 10) R : dapat
pasien tampak mengindikasikan rasa
rileks, dapat - Kaji tanda- sakit akut dan
beristirahat / tanda vital, keidaknyamanan
tidur dan perhatikan
melakukan takikardi,
pergerakan yang hipertensi dan
berarti sesuai peningkatan
toleransi. pernapasan,
bahkan jika
pasien
menyangkal R : pahami penyebab
adanya rasa ketidaknyamanan ,
sakit. sedangkan jaminan
emosional
- Berikan
iinformasikan
mengenai R : respirasi mungkin
sifat menurun pada
ketidaknyama pemberian narkotik,
nan, sesuai dan mungkin
kebutuhan menimbulkan efek-
efek sinergestik
- Observasi dengan zat-zat
efek analgetik anastesi.

4. Kerusakan Tujuan : - Kaji kulit dan R : mengetahui


integritas kulit mencapai identifikasi sejauh mana
berhubungan penyembuhan pada tahap perkembangan luka
dengan luka pada waktu perkembanga mempermudah dalam
perubahan yang sesuai. n luka melakukan tindakan
keadaan kulit Criteria hasil : yang tepat.
yang tidak di - tidak ada - Kaji lokasi,
inginkan tanda-tanda ukuran, R : mengindentifikasi
infeksi seperti warna, bau, tingkat keparahan
pus serta jumlah luka akan
- luka bersih dan tipe mempermudah
tidak lembab cairan luka intervensi.
dan tidak kotor
- tanda-tanda - Pantau
vital dalam peningkatan R : suhu tubuh yang
batas normal suhu tubuh meningkat dapat
atau dapat di diidentifikasikan
toleransi. sebagai adanya proses
- Jika peradangan
pemulihan R : agar benda asing
tidak terjadi atau jaringan
kolaborasi terinfeksi tidak
tindakan menyebar luas pada
lanjutan, area kulit normal
misalnya lainnya.
debridement.

- Setelah
debridement, R : balutan dapat di
ganti balutan ganti satu atau dua
sesuai dengan kali sehari tergantung
kebutuhan. kondisi
parah/tidaknya luka,
- Kolaborasi agar tidak terjadi
pemberian infeksi
antibiotik
sesuai R : antibiotik berguna
indikasi untuk mematikan
mikroorganisme
patogen pada daerah
yang beresiko terjadi
infeksi

5. Perubahan Tujuan : klien- Kaji sejauh R : menganalisa


nutrisi kurang mampu mana penyebab
dari kebutuhan mempertahanka ketidakadeku melaksanakan
tubuh n& atan nutrisi intervensi.
berhubungan meningkatkan pasien
dengan mual / intake nutrisi. R : mengawasi
muntah Criteria hasil :- Timbang berat kefektifan secara diet
- klien akan badan sesuai
memperlihatkan indikasi
perilaku R : tidak memberi
mempertahanka
- Anjurkan rasa bosan dan
n atau makan sedikit pemasukan nutrisi
meningkatkan tapi sering dapat di tingkatkan
berat badan R : dapat mengurangi
dengan nilai mual dan
laboratorium - Tawarkan menghilangkan gas.
normal. minum saat
- Klien makan bila R : Menstimulasi
mengrti dan toleran nafsu makan dan
mengikuti mempertahankan
anjuran diet - Kolaborasi intake nutrisi yang
- Tidak ada dengan ahli adekuat.
mual / muntah. gizi
pemberian
makanan
yang
bervariasi
6. Konstipasi Tujuan : pola - kaji warna R : penting untuk
berhubungan eliminasi dalam dan menilai keefektifan
dengan rentang yang di konsistensi intervensi, dan
penurunan harapkan : feses feses, memudahkan rencana
frekuensi lembut dan frekuensi, selanjutnya.
defekasi yang berbentuk. keluarnya
normal pada Criteria hasil flatus, bising R : keadaan ini dapat
seseorang di - klien akan usus dan menjadi penyebab
sertai dengan menunjukkan nyeri tekan kelemahan otot
kesulitan pengetahuan abdomen abdomen dan
keluarnya feses akan program - pantau tanda penurunan peristaltik
yang tidak defekasi yang di gejala rupture usus, yang dapat
lengkap atau butuhkan usus. menebabkan
keluarnya feses - melaporkan konstipasi.
yang keras dan keluarnya feses R : mengetahui
kering dengan dengan jelas faktor
berkurangnya - Kaji faktor penyebab
nyeri dan penyebab memudahkan pilihan
mengejan konstipasi intervensi yang tepat
7. Ansietas Tujuan : - Kaji dan R : memudahkan
berhubungan ansietas dokumentasik intervensi
dengan perasaan berkurang atau an tingkat
ketidaknyamana terkontrol. kecemasan
n yang tidak Criteria hasil : pasien.
mudah atau - klien mampu
dread yang di merencanakan- Kaji R : mempertahankan
sertai dengan stategi koping mekanisme mekanisme koping
respons untuk situasi koping yang adaftif, meningkatkan
autonomis yang membuat di gunakan kemampuan
stress. pasien untuk mengontrol ansietas
- Klien mampu mengatasi
mempertahanka ansietas di
n penampilan masa lalu
peran
- Klien - Lakukan
melaporkan pendekatan R : pendekatan dan
tidak ada dan berikan motivasi membantu
gangguan motivasi pasien untuk
persepsi sensori kepada pasien mengeksternalisasika
- Klien untuk n
melaporkan mengungkapk
tidak ada an pikiran
manisfestasi dan perasaan.
kecemasan
secara fisik.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.


Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.


(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.


Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media


Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
FESES TETAP

KONSTIPASI GAS PECAH


DIIT SERAT,KONSUMSI
PENCAHAR, MINUM

KOLOSTOMI KEMBUNG
BAB BERCAMPUR

RESIKO KERUSAKAN RESIKO DEFISIT


INFEKSI INTEGRITAS VOLUME
KULIT
PATHWAY

FAKTOR

STADIUM I TERAPI

STADIUM II
DIIT TINGGI LEMAK-ALKOHOLIK-
KURANG PENGETUHAN
<AKTIVITAS STADIUM III
CEMAS
STADIUM IV

JINAK NEOPLASMA

KOLONOSKOPI,BEDA RAWAT LUKA,


ASCENDEN H,KHEMOTERAPI PENKES
GANAS KHEMOTERAPI
(DIARE)

OBSTRUKSI
DESCENDEN ALIRAN BALIK KE
VENA
(KONSTIPASI)

PENUMPUKAN DISTENSI
VASODILATASI
SIGMOID DAN
RECTUM
KOMPENSASI PERUT
(FESES HEMOROID
LENDIR,DARAH,NYERI
BAWAH PINGGUL) MERANGSANG NYERI
SYARAF
TEKANAN

Anda mungkin juga menyukai