Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur
dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan
mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya. (Gale, 2000 : 177)
Kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan
jaringan sehat disekitar kolon (usus besar). (Brooker, 2001 : 72) Kanker kolon/usus besar adalah
tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum (Boyle &
Langman, 2000 : 805). Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh
pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).

2.2 ETIOLOGI
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran
pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang
tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi
kanker lainnya. Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :
- Usia lebih dari 40 tahun
- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.

Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan


kanker pada usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada
perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak
terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob,
menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang
juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker.Diet dengan karbohidrat murni yang
mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus
besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi
sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day Adventists ).
Makanan yang harus dihindari :
- Daging merah
- Lemak hewan
- Makanan berlemak
- Daging dan ikan goreng atau panggang
- Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
- Makanan yang harus dikonsumsi:
- Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan
kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )
- Butir padi yang utuh
- Cairan yang cukup terutama air

Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang


membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma Colon :
tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir besar kanker
Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi manigna,villous
adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna. Faktor yang menyebabkan adanya
adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat
herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan
adematus polip pada colon dan rektum.Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis
mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.Orang-orang yang telah mempunyai
ucerative colitis atau penyakit Crohn’s juga mempunyai resiko terhadap kanker Colon.
Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap
keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota
keluarga menderita penyakit tersebut.
2.3 MANIFESTASI KLINIS
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi.Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,
perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan
yang umum terjadi.
1. Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap tersamar
hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih
besar dan feses masih encer.Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samara
dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di
klinik).Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses.Pada orang yang kurus, tumor kolon
kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal.Penderita mungkin mengalami
perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium.
2. Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai
akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi.Karena lesi
kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan
berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi
anemia akibat kehilangan darah kronik.Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai
radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungakai atau
perineum.Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih
dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut.Gejala yang mungkin dapat timbul
pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare
bergantian, serta feses berdarah. .

2.4 PATOFISIOLOGI
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan
merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor
makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta
adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu
dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir. Kanker kolon dan rektum
terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus =
endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi
ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam struktur
sekitarnya.Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat
meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin).Lesi annular lebih sering terjadi
pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan
kolon asendens.

Tumor dapat menyebar melalui :


1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan
mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah
balik ke sistem portal.

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus
besar (lapisan mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah
lapisan mukosa.
3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang
banyak terdapat di sekitar usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau
bahkan ke organ-organ lain.

2.5 KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI,
2001 : 209) :
KELAS A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
KELAS B: penetrasi melalui dinding usus B1: kanker telah menginfiltrasi lapisan
muskularis mukosa. B2: kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan
propria.
KELAS C: invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional C1: kanker telah
mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat buah. C2:
kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
KELAS D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran
yang luas & tidak dapat dioperasi lagi.

2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses

Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina.Biasanya tumor menyerang


pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan. Tumor tumbuh kedalam usus
besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali.
Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya
( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

2.7 PENCEGAHAN
Pencegahan Kanker Kolon.
1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan
menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi
dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk
buang air besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.

2.8 PENATALAKSANAAN
2.8.1 Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan
nasogastrik.Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen darah dapat
diberikan.Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk
pendukung atau terapi ajufan.Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan
bedah.Pilihan mencakup kemoterapi, terapiradiasi dan atau imunoterapi.Kemoterapi yang
diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU).Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin
yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam
kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan
pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi

2.8.2 Penatalaksanaan bedah


Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal,
pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif.Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat
diangkat dengankolonoskop.Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu
prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada
beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan
dikolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan
lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk
mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif.
Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat
dilakukan.Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.Prosedur
pembedahan pilihan adalah sebagai berikut.
- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus
pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen
(pengangkatan tumor dan porsisigmoid dan semua rektum serta sfingter
anal) - Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan
anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi
yang tidak dapat direseksi)

2.8.3 Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum


Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan
pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal.Kolostomi adalah pembuatan lubang
(stoma) pada kolon secara bedah.Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau
permanen.Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh.Konsistensi
drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor
dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.

2.8.4 Penatalaksanaan Keperawatan


1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.

2.8.5 Penatalaksanaan Diet


1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat
melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan
kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama
mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yang terdapat pada daging hewan.
4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut
dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

2.8 Pemeriksaan penunjang


1. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada
endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada dan
foto kolon (barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas
keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya
kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang
kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum
dilakukan setelah sigmoidoscopy dancolonoscopy. Computer Tomografi (CT) membantu
memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat
menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis. pemeriksaan foto dada berguna selain
untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan
tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu
tempat atau suatu striktura.
3. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis
kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
4. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat
untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi
karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.
5. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian
setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor)
yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan
karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan
untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml
hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu
diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
6. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik,
identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.
7. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan
pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
8. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia,
perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang.
9. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
BAB III
Konsep Askep
3.1 PENGKAJIAN
a. Amnesa
- Identitas Pasien, Nama, Umur, Jenis Kelamin, No. Register, Alamat, Status
Perkawinan, Keluarga Terdekat, Diagnosa Medis
b. Riwayat keperawatan
- Riwayat kesehatan sekarang :
Keluhan Utama : sudah 1 bulan ini BAB nya selalu berlendir dan darah, dan 1
minggu terakhir ini BAB nya darah segar dan sering juga mengalami obstipasi,
kadang juga mengalami distensi abdomen
c. Riwayat Kesehatan masa lalu :
- Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan) Klien tidak pernah
mempunyai riwayat alergi obat,makanan,binatang,lingkungan.
d. Riwayat kecelakaan
- klien tidak pernah/pernah mengalami riwayat kecelakaan sebelumnya
e. Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama)
- klien baru pertama kali datang ke rumah sakit pada tanggal
f. Riwayat pemakaian obat
- klien tidak pernah memakai obat dalam jangka waktu yang lama.
g. Riwayat trauma kepala.
- Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta
riwayat adanya terkena radiasi
h. Sejak kapan keluhan dirasakan.
- Buang air besar 6 kali sehari sudah terjadi selama 2 hari belakangan ini.
i. Kaji TTV dasar.
- Untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.
j. Kaji pertumbuhan klien.
- Timbang dan ukur BB, TB klien.
k. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Keluarga klien tidak pernah ada riwayat penyakit seperti ini sebelumnya
1) Pemeriksaan Fisik Umum
Berat badan sekarang :
Berat badan sebelum sakit :
Tinggi badan :
Tekanan darah :
Nadi :
Frekuensi nafas :
Suhu tubuh :

2) Pemeriksaan Fisik
- Aktivitas/istirahat
Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada
abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan
pengkajian terhadap pola istirahat dan tidur.
- Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan: perubahan pada
tekanan darah.
- Integritas ego
Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress
( misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/ spiritual)
- Eliminasi
Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi
pasien, konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah
yaitu: frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara pengeluarannya, apakah
dengan bantuan alat atau tidak adakah keluhan yang menyertainya. Apakah
kebiasaan di rumah sakit sama dengan di rumah.
Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan fisik dengan
observasi adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces.Massa tumor di
abdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites, pembesaran kelenjar
inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula, pengukuran tinggi
badan dan berat badan, lingkar perut, dan colok dubur.
- Makanan/cairan
Gejala: kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan
komposisi setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu makanan, ada
keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah, nyeri ulu hati sehingga
menyebabkan berat badan menurun. Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor
kulit; edema
- Neurosensori
- Gejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur sehingga
sirkulasi darah ke otak tidak lancar.
- Nyeri/kenyamanan Gejala
Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
- Pernapasan
Gejala Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok).
- Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari
lama/berlehihan. Tanda: Demam. Ruam kulit, ulserasi
- Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan perubahan pada tingkat
kepuasan. Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun Multigravida, pasangan
seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital.
- Interaksi social
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Konstipasi b/d lesi obstruktif.


2. Nyeri b/d kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual dan muntah.
4. Risiko kekurangan volume cairan b/d muntah dan dehidrasi.
5. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang penyakit dan pengobatannya.

3.3 INTERVENSI

1. Konstipasi b/d lesi obstruktif.


Tujuan : Pola eliminasi sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketetapan jumlah
dan konsistensi.
Intervensi :
1) Selidiki pelambatan awitan atau tak adanya keluaran. Auskultasi bising usus.
R/ Ileus paralitik pasca operasi biasanya membaik dalam 48-72 jam. Pelambatan
dapat menandakan ileus atau obstruksi statis menutup.
2) Tinjau ulang pola diet dan jumlah atau tipe masukan cairan.
R/ Masukan adekuat dari serat dan makanan kasar memberikan bulk, dan cairan atau
faktor penting dalam menentukan konsistensi feses.
3) Libatkan pasien dalam perawatan secara bertahap.
R/ Rehabilitasi dapat dipermudah dengan mendorong pasien mandiri.
4) Berikan unit TENS bila diindikasikan.
R/ Stimulasi listrik telah digunakan pada beberapa pasien untuk merangsang
peristaltik.

2. Nyeri b/d kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi.


Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol.
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik dan intensitas (skala 1-10).
R/ Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik.
2) Yakinkan pasien bahwa perubahan posisi tidak akan mencederai stroma.
R/ Menurunkan ketegangan otot, menaikkan relaksasi dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.
3) Bantu penggunaan teknik relaksasi.
R/ Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian
sehingga menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan.
4) Bantu pasien melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dini, hindari
duduk lama.
R/ Menurunkan kekakuan otot/sendi.Ambulasi mengembalikan organ ke posisi normal
dan meningkatkan kembali fungsi ke tingkat normal.Ambulasi dan perubahan posisi
menurunkan tekanan perianal.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi (narkotik, analgesik).
R/ Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan, khususnya setelah pemberian AP.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual dan muntah.


Tujuan : Mempertahankan berat badan atau menunjukkan peningkatan berat badan dan
bebas dari tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi :
1) Kaji status nutrisi.
R/ Mengidentifikasi kekurangan atau kebutuhan untuk membantu memilih intervensi.
2) Auskultasi bising usus.
R/ Kembalinya fungsi usus menunjukkan kesiapan untuk memulai makan lagi.
3) Mulai makan dengan makanan cairan perlahan.
R/ Menurunkan insiden kram abdomen, mual.
4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan penggunaan yogurth dan mentega.
R/ Membantu menurunkan pembentukan bau.
5) Kolaborasi perencanaan diet yang sesuai.
R/ Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan dan perencanaan
dan fungsi usus.
6) Kolaborasi pemberian makanan parenteral bila diindikasikan.
R/ Tidak toleran pada pemasukan peroral, hiperalimentasi digunakan untuk menambah
kebutuhan komponen pada penyembuhan dan mencegah status katabolisme.
4. Risiko kekurangan volume cairan b/d muntah dan dehidrasi.
Tujuan : Mempertahankan hidrasi adekuat, dengan membran mukosa lembab, turgor kulit
baik, pengisian kapiler baik, tanda vital stabil.
Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran dengan cermat, timbang BB tiap hari.
R/ Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan.
2) Observasi tanda vital, catat hipotensi postural, takikardia, evaluasi turgor kulit,
pengisian kapiler dan membran mukosa.
R/ Menunjukkan status hidrasi/kemungkinan kebutuhan untuk peningkatan
penggantian cairan.
3) Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (Ht dan elektrolit).
R/ Mendeteksi homeostasis atau ketidakseimbangan dan membantu menentukan
kebutuhan penggantian

5. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang penyakit dan pengobatannya.


Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan pengobatan.
Intervensi :
1) Instruksikan pasien/orang terdekat dalam perawatan stroma.
R/ Meningkatkan penatalaksanaan positif dan menurunkan risiko ketidaktepatan
perawatan.
2) Anjurkan peningkatan masukan cairan.
R/ Kehilangan fungsi normal kolon untuk cadangan air dan elektrolit dapat
menimbulkan dehidrasi dan konstipasi.
3) Diskusikan kemungkinan kebutuhan untuk menurunkan masukan garam.
R/ Garam dapat meningkatkan haluaran ileal, potensial risiko dehidrasi dan
meningkatkan frekuensi kebutuhan/ ketidaknyamanan pasien.
4) Tekankan pentingnya mengunyah makanan dengan baik, masukan cairan adekuat dan
makanan tinggi serat dan hindari selulosa.
R/ Menurunkan risiko obstruksi usus.
5) Diskusikan tentang melakukan aktivitas seperti sebelum pembedahan.
R/ Menikmati aktivitas seperti sebelumnya dan pada beberapa kasus meningkatkan
tingkat aktivitas.
6) Konsulkan pasien mengenai penggunaan obat-obatan dan masalah berkenaan dengan
pengobatan fungsi usus.
R/ Beberapa obat-obatan yang oleh pasien direspon berbeda, meliputi laksatif, salisilat,
antibiotik, dan diuretik.

3.4 EVALUASI

1. Pola eliminasi sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketetapan jumlah dan
konsistensi.
2. Nyeri hilang atau terkontrol.
3. Mempertahankan berat badan atau menunjukkan peningkatan berat badan dan bebas dari
tanda-tanda malnutrisi.
4. Hidrasi adekuat, dengan membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler
baik, tanda vital stabil.
5. Memahami tentang kondisi dan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Ester, Monica. 2001. Keperawatan Medikal Bedah: Pendekatan Sistem Gastrointestinal. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 2.Media Aesculapius. Jakarta.

http://www.ilmukeperawatan.info/2011/10/asuhan-keperawatan-kanker-
kolon.html#ixzz4zsOuFaDA

Anda mungkin juga menyukai