Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

"ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA KASUS HIV
AIDS”

DISUSUN OLEH

DISUSUN OLEH:
M RIFQI HABIBILLAH

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YARSI MATARAM
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya  penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Laporan ini. Semoga
shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta
sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.

Alhamdulillah penulis telah berhasil menyelesaikan makalah Laporan Pendahuluam


tentang “HIV AIDS”. Laporan ini disusun agar dapat menambah informasi kepada para pembaca
tentang HIV AIDS.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada


:

1. Bapak Zuhdi.S,Kep.Ners. Selaku Guru IPPD Keperawatan SMK Yarsi Mataram.

2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi.

3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan Laporan ini.

Semoga Laporan ini memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
Laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, namun penulis menyadari bahwa Laporan ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan.
Semoga Laporan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah. Amin.

Sabtu, 20 februari 2021


LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTIK KLINIK
ASUHAN KEPERAWAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEN
REPRODUKSI PADA KASUS HIV AIDS DI RUANG IGD RUMAH SAKIT ISLAM
MATARAM

DIAJUKAN OLEH
M RIFQI HABIBULLAH

LAPORAN INI TELAH DISAHKAN PADA:


TANGGAL:

MENYETUJUAI:
pembimbing lahan Pembimbing Pendidikan

( ) ( )
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………
A. Latar belakang…………………………………………………………………...
B. Rumusan masalah………………………………………………………………
C.Tujuan penulis……………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………
A.Definisi…………………………………………………………………………
B.Anatomi fisiologi…………………………………………………………………
C. Etiologi…………………………………………………………………………..
D. klasifikasi………………………………………………………………………..
F. Manifestasi klinis………………………………………………………………...
G. Pemeriksaan penunjang………………………………………………………….
H. Pencegahan………………………………………………………………………
I. Penanganan………………………………………………………………………
J. Komplikasi………………………………………………………………………..
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN………………………………….
A. Pengkajian……………………………………………………………………….
B. Diagnosa keperawatan…………………………………………………………
C. Rencana asuhan keperawatan……………………………………………………
BAB IV LAPORAN KASUS……………………………………………………...
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………
A. Kesimpulan………………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency


Syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia yang menjadi wabah
internasional sejak pertama kehadirannya (Arriza, Dewi, Dkk, 2011). Penyakit ini merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV)
yang menyerang sistem kekebalan tubuh (Kemenkes, 2015).

Penyakit HIV dan AIDS menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh
sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain (Kemenkes, 2015).
Meskipun telah ada kemajuan dalam pengobatannya, namun infeksi HIV dan AIDS masih
merupan masalah kesehatan yang penting di dunia ini (Smeltzer dan Bare, 2015).

Penyakit AIDS diartikan sebagai sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau
kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar dan sebagai bentuk paling hebat
dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun dan tanpa gejala yang nyata,
hingga keadaan imunosupresi yang berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa
kematian (Padila,2012).

Proporsi orang yang terinfeksi HIV, tetapi tidak mendapat pengobatan anti HIV dan
akhirnya akan berkembang menjadi AIDS diperkirakan mencapai lebih dari 90%. Karena tidak
adanya pengobatan anti HIV yang efektif, Case Fatality Rate dari AIDS menjadi sangat tinggi,
kebanyakan penderita di negara berkembang (80-90%) mati dalam 3 sampai 5 tahun sesudah di
diagnosa terkena AIDS (Kunoloji,2012).

Penyebaran HIV tidak mengenal umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, dan daerah tempat tinggal penderitanya (Tangadi,1996 & Budiharto,1997
dalam Desima,2013). Laporan dari Joint United Nations Programme on HIV and AIDS atau
UNAIDS pada tahun 2015 terdapat 2,1 juta infeksi HIV baru diseluruh dunia, yang banyak
tersebar di wilayah afrika dan asia. Data ini menambah total penderita HIV menjadi 36.7 juta dan
penderita AIDS sebanyak 1,1 juta orang (UNAIDS, 2016).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2017 ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan HIV AIDS
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di
IRNA Non Bedah Penyakit
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS
di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan atau intervensi pada pasien dengan HIV
AIDS

D.MANFAAT PENULISAN
1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengalaman yang berharga bagi peneliti dari
aspek aplikatif dan sebagai wujud aplikatif mata ajar riset keperawatan tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau referensi dalam
pembuatan atau pengaplikasian asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS
3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pembanding untuk penelitian selanjutnya.
4.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama
dapat menyebabkan AIDS. Sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma  penyakit
yang muncul secara kompleks  dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan bahwa diagnosa AIDS ditujukan
pada orang yang mengalami infeksi opportunistik, dimana orang tersebut mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki
antibodi positif terhadap HIV. Kondisi lain yang sering digambarkan meliputi kondisi
demensia progresif, “wasting syndrome”, atau sarkoma kaposi (pada pasien berusia lebih
dari 60 tahun), kanker-kanker khusus lainnya yaitu kanker serviks invasif atau diseminasi
dari penyakit yang umumnya mengalami lokalisasi misalnya, TB (Tubercolosis).
(Doenges, 2000).
Acquired Immune Deficiency syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV
ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina dan air
susu ibu. Virus tersebut merusak kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya
atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. (Nursalam,
2007)
B. Anatomi Virus HIV/AIDS
Virion HIV berbentuk sferis dan memiliki inti berbentuk kerucut, dikelilingi oleh
selubung lipid yang berasal dari membran sel hospes. Inti virus mengandung protein
kapsid terbesar yaitu p24, protein nukleokapsid p7/p9, dua kopi RNA genom, dan tiga
enzim virus yaitu protease, reverse transcriptase dan integrase. Protein p24 adalah antigen
virus yang cepat terdeteksi dan merupakan target antibodi dalam tes screening HIV.
Inti virus dikelilingi oleh matriks protein dinamakan p17, yang merupakan lapisan
dibawah selubung lipid. Sedangkan selubung lipid virus mengandung dua glikoprotein
yang sangat penting dalam proses infeksi HIV dalam sel yaitu gp120 dan gp41. Genom
virus yang berisi gen gag, pol, dan env yang akan mengkode protein virus. Hasil translasi
berupa protein prekursor yang besar dan harus dipotong oleh protease menjadi protein
mature.
Virus HIV termasuk virus ss RNA positif yang berkapsul, dari famili
Retroviridae. Diameternya sekitar 100 nm dan mengandung dua salinan genom RNA
yang dilapisi oleh protein nukleokapsid. Pada permukaan kapsul virus terdapat
glikoprotein transmembran gp41 dan
glikoprotein permukaan gp120. Di
antara nukleokapsid dan kapsul virus
terdapat matriks protein. Selain itu juga
terdapat tiga protein spesifik untuk
virus HIV, yaitu enzim reverse
transkriptase (RT), protease (PR), dan
integrase (IN). Enzim RT merupakan
DNA polimerase yang khas untuk
retrovirus, yang mampu mengubah
genom RNA menjadi salinan rantai ganda DNA yang selanjutnya diintegrasikan pada
DNA sel pejamu. Retrovirus juga memiliki sejumlah gen spesifik sesuai dengan spesies
virusnya, antara lain gag (fungsi struktural virus), pol (fungsi struktural dan sintesis
DNA), serta env (untuk fusi kapsul virus dengan membran plasma sel pejamu).
C. ETIOLOGI
AIDS adalah gejala dari penyakit yang mungkin terjadi saat system imun
dilemahkan oleh virus HIV. Penyakit AIDS disebabkan oleh Human Immunedeficiency
Virus (HIV), yang mana HIV tergolong ke dalam kelompok retrovirus dengan materi
genetik dalam asam ribonukleat (RNA), menyebabkan AIDS dapat membinasakan sel T-
penolong (T4), yang memegang peranan utama dalam sistem imun. Sebagai akibatnya,
hidup penderita AIDS terancam infeksi yang tak terkira banyaknya yang sebenarnya
tidak berbahaya, jika tidak terinfeksi HIV (Daili, 2005)
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
a. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
b. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
c. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
d. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari,
BB menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
e. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang
termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
a. Lelaki homoseksual atau biseks.
b. Orang yang ketagian obat intravena
c. Partner seks dari penderita AIDS
d. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
e. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
D. Klasifikasi

Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator


AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap
menderita AIDS (Zuya Urahman, 2009).
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan
dalam kategori klinis B dan C.

a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.


b. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized
Limpanodenophaty )
c. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang
menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
2. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :

a. Angiomatosis Baksilaris
b. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap
terapi
c. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
d. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5° C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
e. Leukoplakial yang berambut
f. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu
dermaton saraf.
g. Idiopatik Trombositopenik Purpura
h. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii

3. Kategori Klinis C

Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :

a. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus


b. Kanker serviks inpasif
c. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
d. Kriptokokosis ekstrapulmoner
e. Kriptosporidosis internal kronis
f.Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
g. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
h. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
i. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
j. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
k. Isoproasis intestinal yang kronis
l. Sarkoma Kaposi
m. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
n. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner
o. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
p. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
q. Pneumonia Pneumocystic Cranii
r.Pneumonia Rekuren
s. Leukoenselophaty multifokal progresiva
t. Septikemia salmonella yang rekuren
u. Toksoplamosis otak
v. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)

E. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar
limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi
sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian
yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer
penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-
stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus
dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper
tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV
didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang
menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang
asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T
sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit.
Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan
penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang
serius.
Menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru
akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang
didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah,
atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
F. Pathway
Virus HIV masuk

Permukaan limfosit CD4

Menyebar ke seluruh tubuh dan organ limfoid

Penurunan jumlah limfosit CD4

Imunosupresi menyerang sistem metabolisme tubuh

Dx.Kep : Risiko sistem respirasi sistem pencernaan


Infeksi

penurunan kekuatan otot pernafasan


Dx.Kep :
Diare

Dx.Kep : ketidakefektifan
pola nafas
G. Manifestasi Klinis
Menurut KPA (2007), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor
(umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi).
1. Gejala mayor:
 Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
 Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
 Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
 Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
 Demensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala Minor
 Batuk menetap lebih dari 1 bulan
 Dermatitis generalisata
 Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
 Kandidias orofaringeal
 Herpes simpleks kronis progresif
 Limfadenopati generalisata
 Retinitis virus Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008),
gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi
kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit
tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak
mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang
lain.
2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi
seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita
HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar
getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam,
batuk dan pernafasan pendek.
3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi,
gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit
yang disebut AIDS.
Menurut Sylvia& Wilson (2005) AIDS memiliki beragam manifestasi klinis meliputi:
1. Keganasan
Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di jumpai pada laki
-laki homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh HIV(20%),tetapi jarang pada orang
dewasa lain (kurang dari 2%) dansangat jarang pada anak. Tanda lesi berupa bercak-
bercak merahkekuningandi kulit,tetapi warna juga mungkin bervariasi dari ungutua,
merah muda, sampai merah coklat.Gejala demam, penurunan berat badan, dan keringat
malam.
2. Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP) primer mencakup nyeri
kepala, berkurangnya ingatan jangka pendek, kelumpuhan syaraf kranialis, hemiparesis,
dan perubahan kepribadian.
3. Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carini gejala: demam, batuk kering nonproduktif, rasa
lemah, dan sesak nafas.Gastro Intestinal Manifestasi gastrointestinal penyakit AIDS
mencakup hilangnya selera makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta esophagus dan
diare kronis.
4. Neurologik
Manifestasi dini nerologik penyakit AIDS ensefalopati HIV mencakup gangguan
daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, pelambatan
psikomotorik, apatis dan ataksia.
5. Integumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunis serta malignasi.
Infeksi oportunistik seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan di sertai dengan
pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit. Dermatitis seboreika akan
disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta
wajah. Penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang
disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti
exzema atau psoriasis.

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi
dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut dalam tubuh
penderita :
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a) ELISA
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.

a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin
I. Pencegahan Penularan
Dengan mengetahui cara penularan HIV, maka akan lebih mudah melakukan langkah-
langkah pencegahannya. Secara mudah, pencegahan HIV dapat dilakukan dengan
rumusan ABCDE yaitu:
a. A= Abstinence, tidak melakukan hubungan seksual atau tidak melakukan hubungan
seksual sebelum menikah
b. B = Being faithful, setia pada satu pasangan, atau menghindari berganti-ganti
pasangan seksual
c. C = Condom, bagi yang beresiko dianjurkan selalu menggunakan kondom secara
benar selama berhubungan seksual
d. D = Drugs injection, jangan menggunakan obat (Narkoba) suntik dengan jarum tidak
steril atau digunakan secara bergantian
e. E = Education, pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan HIV/AIDS
J. Penanganan
a. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu
(Endah Istiqomah : 2009) :
1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk
mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2) Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah :

a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon,
maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian
dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan
keberhasilan terapi AIDS.
b. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :

1) Memberikan dukungan mental-psikologis


2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko tinggi
menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.
3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang berkaitan
dengan penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan masalah-masalah
pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang terdekat.

K. Komplikasi
a) Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat
b) Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian,
kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam
atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-
gatal dan siare.
d.  Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan,gagal nafas
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,rasa
terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
1. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri.

BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a. Riwayat saat ini : terkait dengan gejala infeksi HIV/AIDS Klien sering datang
dengan gangguan sistem pernafasan / sistem pencernaan ( diare lama )
b. Riw. Masa lalu : klien sering mengalami infeksi ( demam ) yang hilang timbul,
penyakit pernafasan, saluran pencernaan ( kandidiasis oral s.d diare )
c. Faktor pencetus : Narkoba dengan injeksi, berhubungan sexual dengan penderita,
karena tranfusi, karena proses kelahiran ( pada pasien anak/bayi )
d. Pemeriksaan fisik :
1) Keadaan umum :kesadaran : composmentis s.d coma
2) Penurunan BB yang drastis
3) TTV : adanya nilai abnormal, adanya tanda infeksi, gangguan pernafasan &
gangguan sirkulasi
4) Lakukan pemeriksaan pada semua sistem tubuh,
5) Fokus utama pada keluhan saat ini
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kekuatan otot pernafasan
B. Diare b.d proses infeksi
C. Risiko infeksi b.d imunodefisiensi seluler
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
N KRITERIA HASI INTERVENSI
O

1 - Tidak ada sesak nafas - Kaji TTV


- Tidak ada kelainan irama nafas - Kaji irama pernafasan
- Tidak ada penggunaan otot bantu - Kaji ada tidaknya penggunaan otot
nafas bantu nafas

2 Diare tidak ada - Monitor turgor kulit pasien


- Berikan cairan infuse sesuai
kebutuhan
- Ajarkan pasien untuk tidak
mengonsumsi makanan yang
bergas dan pedas

3 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Pantau tanda-tanda infeksi
dan leokosit dalam renTtang normal

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa


HIV Merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang tidak
dapat hidup di luar tubuh manusia. Kerusakan sistem kekebalan tubuh ini akan
menimbulkan kerentanan terhadap infeksi penyakit. Sedangkan AIDS atau
Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.HIV dan
virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung
antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan
tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan
intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui,
serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

B. Saran
1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara
komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu
kesatuan yang utuh yang meliputi biopsikososial kultural.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari
berbagai referensi tentangAsuhankeperawatankliendengan HIV/AIDS
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas
perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk
mengatasi masalah HIV/AIDS

DaftarPustaka

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I
Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Nursalam, M.Nurs (Hons) danNunik Dian Kurniawati, S.Kep.Ns . 2007.
AsuhanKeperawatanPadaPasienTerinfeksi . Jakarta :SalembaMedika.
SUMBER : http://pphipkabi.org

Anda mungkin juga menyukai