Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

"ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM INTEGRUMEN PADA KASUS PENYAKIT REMATIK"

Disusun Oleh :

HAIKAL BAYAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM


SMK YARSI MATARAM
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya  penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Laporan ini. Semoga
shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta
sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.

Alhamdulillah penulis telah berhasil menyelesaikan makalah Laporan Pendahuluam


tentang “Arteri feriper”. Laporan ini disusun agar dapat menambah informasi kepada para
pembaca tentang arteri feriper.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada


:

1. Bapak Zuhdi.S,Kep.Ners. Selaku Guru IPPD Keperawatan SMK Yarsi Mataram.


2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi.

Semoga Laporan ini memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
Laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, namun penulis menyadari bahwa Laporan ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan.
Semoga Laporan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah. Amin.

Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah laporan pendahuluan dan laporan kasus dengan judul Rematik di setujui pada
tanggal 25 –September- 2020

Hari/tgl : Jumat, 25 –September- 2020

Tahun: 2020

Mengetahui,
Guru Mapel IPPD

(Zuhdi, S.Kep, Ners, CWCCA)

DAFTAR IS
COVER......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................………..iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar belakang...................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan Penulisan Laporan.......................................................................................…….

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................
A. Definisi..............................................................................................................................
B. Anatomi Fisiologi............................................................................................………......
C. Etiologi.............................................................................................................................
D. Klasifikasii........................................................................................................................
E. Patofisiologi......................................................................................................................
F. Manifestasi Klinis ............................................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................
H. Pencegahan…………………………….…….…………………………........................

I. Penanganan…………………………………………………………………………......

J. Komplikasi……………………………………………………………………………..

BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN......................................................................


A. Pengkajian.........................................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................
C. Rencana Asuhan Keperawatan..........................................................................................
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik pada sendi-sendi tubuh.
Gejala klinik rheumatoid arthritis berupa gangguan nyeri pada persendian yang disertai
kekakuan, merah, dan pembengkakan yang disebabkan karena benturan/kecelakaan dan
berlangsung kronis yang mengakibatkan kerusakan sendi yang progresif , kecacatan dan bahkan
kematian dini. Banyaknya penderita rheumatoid arthritis saat ini karena kegemukan dan gaya
hidup yang kurang sehat seperti kurang istirahat, stress, kurang olahraga, dan merokok (Anira,
2010).

Menurut hasil Riskesdas 2013 prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis nakes di
Indonesia 11,9% dan untuk wilayah DKI Jakarta sendiri terdapat 21,8% untuk penderita
Rheumatoid arthritis.

Dari hasil data kesehatan yang ada di puskesmas kemayoran pada tahun 2011 warga yang
menderita Rheumatoid Arthritis berjumlah 3.723 jiwa, sedangkan pada tahun 2012 berkisat
sekitas 6.631 jiwa itu menunjukan peningkatan yang sangat tinggi, itu karena kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap penyakit Rheumatoid Arthritis dan gaya hidup yang kurang
sehat.

Menurut badan kesehatan nasional WHO (2012) menjelaskan bahwa perkiraan sekitar 335 juta
penduduk di dunia mengidap penyakit rematik, itu berarti enam orang didunia ini satu di
antaranya adalah penyandang rematik sekitar 25% penderita rematik akan mengalami kecacatan
akibat kerusakan pada tulang dan gangguan pada persendian. Departemen Kesehatan (2012)
sekalipun belum ada angka pasti tentang jumlah penderita rematik di Indonesia, diperkirakan
hampir 80% penduduk yang berusia 40 tahun atau lebih menderita gangguan otot dan tulang.

Dampak penting dari Rheumatoid Arthritis adalah kerusakan sendi dan kecacatan. Kerusakan
sendi pada RA terjadi terutama dalam 2 tahun pertama perjalanan penyakit. Kerusakan ini bisa
dicegah atau dikurangi dengan pemberian obat golongan DMARD (Disease Modifying
AntiRheumatic Drugs), sehingga diagnosis dini dan terapi agresif sangat penting untuk
mencegah terjadinya kecacatan pada pasien Rheumatoid Artritis. Pada sisi lain diagnosis dini
sering menghadapi kendala yaitu pada masa dini sering belum di dapatkan gambaran
karakteristik RA karena gambaran karakteristik RA berkembang sejalan dengan waktu dimana
sering sudah terlambat untuk memulai pengobatan yang adekuat. Berdasarkan hal ini perlu
dipikirkan untuk membuat criteria diagnosis Rheumatoid Artritis versi Indonesia pada masa yang
akan datang berdasarkan data pola klinis Rheumatoid Artritis di Indonesia. Rheumatoid Artritis
sering mengenai penduduk pada usia produktif sehingga memberi dampak social dan ekonomi
yang besar.

Untuk itu penulis mengambil judul karya tulis ilmiah rheumatoid arthritis untuk mempelajari
lebih jauh tentang “Asuhan Keperawatan Keluarga Ny.K khususnya Ny.K dalam memenuhi
kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Rheumatoid Arthritis
di wilayah Rt 12 Rw 02 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat”

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimanakah penerapan Asuhan Keperawatan terhadap pasien lansia yang

mengalami Rheomatoid Arthritis di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri

Samarinda?

1.3 Tujuan penulisan laporan

1. Tujuan Umum Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan


kebutuhan rasa nyaman pasa sistem Muskuloskeletal rheumatoid arthritis.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada keluarga dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman nyeri
rheumatoid arthritis.

b. Mampu menganalisa data untuk merumuskan masalah pada keluarga dengan gangguan
kebutuhan rasa nyaman nyeri rheumatoid arthritis.

c. Mampu menyusun diagnosa pada keluarga dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman nyeri
rheumatoid arthritis.

d. Mampu memprioritaskan masalah keperawatan dengan cara scoring. e. Mampu


merencanakan tindakan keperawatan pada keluarga dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman
nyeri rheumatoid arthritis.

f. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan keluarga pada gangguan kebutuhan rasa nyaman
nyeri rheumatoid arthritis.

g. Mampu melakukan evaluasi pada keluarga dengan gangguan kebutuhan dasar rasa nyaman
nyeri rheumatoid arthritis.

h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi.

i. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta dapat mencari solusinya.


j. Mampu memberikan sumbang saran untuk meningkatkan asuhan keperawatan keluarga.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI

Rheumatoid Arthritis merupakan salah satu kelainan multisistem yang etiologinya belum
diketahui secara pasti dan dikarateristikkan dengan destruksi sinovitis (Helmick, 2008).

Penyakit Rheumatoid Arthritis ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi
sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis) (Pradana, 2012).
Reumathoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik,
progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
(Chairudin, 2003).

2.2. Anatomi Fisiologi

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung


jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah jaringan
ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, dan struktur pendukung lainnya ( tendon,
kartilago, ligament, fasia, dan bursae ). (Noer S, 1996)

1. Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal
dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses “osteogenesis” menjadi
tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya
tulang akibat menimbunya garam kalsium.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut:

a.       Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.

b.      Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak.

c.       Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan)

d.      Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis).

e.       Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :


·         Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis. Batang
dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone (Cacellous
atau trabecular )

·         Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan
suatu lapisan luar dari tulang yang padat.

·         Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang cancellous.

·         Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.

·         Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal patella
(kap lutut)

2. Otot

Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk
menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri
dari:

1.      Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk
memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan menghasilkan panas

2.      Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan
dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan kontraksinya tidak
dibawah control keinginan.

3.      Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.

Fungsi sistem muskuler/otot:

a.       Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat
dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.

b.      Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya
gravitasi.

c.       Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mepertahankan suhu tubuh normal.

Ciri-ciri sistem muskuler/otot:


a.       Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak
melibatkan pemendekan otot.

b.      Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls
saraf.

c.       Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi


panjang otot saat rileks.

d.      Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau meregang.

3.        Tendon

Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat
dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot
dengan otot.

4.        Kartilago

Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago
sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago
dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium
(fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada
kartilago.

5. Ligamen

Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan


elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan
tulang yang diikat oleh sendi.

6. Bursae

Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat,
dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan tulang,
antara tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian
yang bergerak seperti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan kulit.

7. Fasia

Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung
dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan
penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh
darah.

8. Sendi
Persendian adalah hubungan antar dua tulang sedemikian rupa, sehingga
dimaksudkan untuk memudahkan terjadinya gerakan.

Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:

1.      Synarthrosis (suture) Hubungan antara dua tulang yang tidak dapat digerakkan,
strukturnya terdiriatas fibrosa. Contoh: Hubungan antara tulang di tengkorak.

2.      Amphiarthrosis Hubungan antara dua tulang yang sedikit dapat digerakkan,
strukturnya adalahkartilago. Contoh: Tulang belakang.

3.      Diarthrosis Hubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan, yang
terdiri daristruktur sinovial. Contoh: sendi peluru (tangan dengan bahu), sendi
engsel(siku), sendi putar (kepala dan leher), dan sendi pelana (jempol/ibu jari).

2.3 ETIOLOGI

Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi
yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009).

Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab reumathoidatritis, yaitu: a. Infeksi
streptokokus hemolitikus dan streptokokus nonhemolitikus b. Endokrin c. Autoimun d.
Metabolic e. Factor genetic serta factor pemicu lingkungan (gaya hidup dan mandi malam).

Pada saat ini, reumathoid atritis diduga disebabkan oleh factor autoimun dan infeksi. Autoimun
ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; factor infeksi mungkin disebakan oleh virus dan organisme
mikroplasma atau group difteroid yang menghasilkan antigen kolagentipe II dari tulang rawan
sendi penderita.

Kelainan yang dapat terjadi pada suatu atritis rheumatoid yaitu:

1)Kelainan pada daerah artikuler a) Stadium I (stadium sinovitis) b) Stadium II (Stadium


destruksi) c) Stadium III (stadium deformitas) 2) Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler
Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstraartikuler adalah: a) Otot : terjadi
miopati b) Pembuluh darah perifer : terjadi proliferasi tunika intima, lesi pada pembuluh darah
arteriol dan venosa c) Kelenjar limfe : terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aliran limfe,
sendi, hiperplasi folikuler, peningkatan aktivitas system retikulo endothelial dan proliferasi yang
mengakibatkan splenomegaly d) Saraf : terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi
leukosit e) Visera.

2.4 KLASIFIKASI
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut
merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6
bulan dan ditandai

adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-
lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Hal ini
termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri
psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, di
antaranya nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis Pengalaman sumber Satu kejadian. Sebab eksternal atau
penyakit dari dalam. Satu situasi. Tidak diketahui atau pengobatan yang terlalu lama. Serangan
Mendadak Bisa mendadak, berkembang, dan terselubung. Waktu Sampai enam bulan. Lebih
dari enam bulan sampai bertahuntahun. Pernyataan Nyeri Daerah nyeri tidak diketahui dengan
pasti Daerah nyeri sulit dibedakan intensitasnya, sehingga sulit di evaluasi (perubahan perasaan).
Gejala-gejala klinis Pola respon yang khas dengan gejala yang lebih jelas. Pola respon yang
bervariasi dengan sedikit gejala (adaptasi)

Pola perjalanan Terbatas. Biasanya berkurang setelah beberapa saat. Berlangsung terus, dapat
bervariasi. Penderita meningkat setelah beberapa saat.

Selain klasifikasi nyeri diatas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antaranya nyeri somatic,
nyeri visceral, nyeri menjalar (referent pain), nyeri psikogenik, nyeri fantom dari ekstermitas,
nyeri neurologis, dal lain-lain.

Nyeri somatic dan nyeri visceral ini umumnya bersumber dari kulit dan jaringan dibawah kulit
(superficial) pada otot dan tulang. Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh
yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ visceral. Nyeri psikogenik
adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbulakibat psikologis. Nyeri phantom
adalahn hyeri yang disebabkan karena salah satu ekstermitas diamputasi. Nyeri neurologis adalah
bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau dibeberapa jalur syaraf.
2.5 PATOFISIOLOGI

Pada arthritis rheomatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial. Proses
fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah
kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus.

Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya
menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena
serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas otot dan
kekuatan kontraksi otot.
2.6 PATHWAY

2.7 MANISFESTASI KLINIS


Manifestasi klinis ditentukan oleh stadium dan tingkat keparahan penyakit. a. Nyeri,
pembengkakan, sensasi hangat, eritema, dan kurangnya fungsi pada sendi adalah gejala
klasik. b. Palpasi sendi mengungkapkan adanya jaringan yang menyerupai spons atau lunak.
c. Cairan biasanya dapat di aspirasi dari sendi yang meradang (inflamasi).

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laju endap darah (LED) meningkat (80-100 mm/h) kembali (v) sewaktu gejala-gejala
meningkat.

b. Protein c-reaktif: positif

c. Sel darah putih: positif meningkat pada waktu timbul proses inflamasi sampai 500-50.000
mm/h dan tampak keruh

d. Reaksi-reaksi aglutinasi: positif lebih pada 50%

e. Ig (Ig M dan E): peningkatan besar menunjukan proses autoimun sebagai penyebab
Rheumatoid Arthritis.

f. Sinar X dari sendi yang sakit: menunjukan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi,
dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi
kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoarthritis yang terjadi
secara bersamaan.

g. Scan radio nuklida: identifikasi peradangan sinovium

h. Artroposi langsung, aspirasi cairan synovial

i. Biopsy membrane synovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.

2.9 PENCEGAHAN REMATIK

1. Olahraga rutin

2. menjaga nutrisi

3. mengurangi stress

4. jangan memposisikan sendi dalam satu posisi terlalu lama


2.9 CARA PENANGANAN

Adapun cara penangannya:

1. cukup tidur

2. olahraga teratur

3. yoga

4. pijat

5. meditasi mindfulness

6. atur pola makan

7. suplemen probiotik

8. suplemen minyak ikan


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

Menurut Suprajitno (2004) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian
merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan
bahasa ibu (bahasa yang digunakan seharihari), lugas dan sederhana (Suprajitno, 2004).

Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan, mengingat pengkajian


sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga (Santun
setiawati, 2008).

a. Tahap pengkajian Tahap ini merupakan pengumpulan informasi secara terus menerus terhadap
anggota keluarga yang dibinanya. Data yang dikumpulkan meliputi : 1) Data umum Data ini
mencakup kepala keluarga (KK), umur, alamat dan telepon, pekerjaan dan pendidikan KK, dan
komposisi keluarga. Selanjutnya komposisi keluarga dibuat genogramnya. 2) Genogram Aturan
yang harus dipenuhi dalam pembuatan genogram : a) Anggota keluarga yang lebih tua berada
disebelah kiri

b) Umur anggota keluarga ditulis pada symbol laki-laki atau perempuan

c) Tahun dan penyebab kematian ditulis disebelah symbol lakilaki atau perempuan

d) Penggunaan symbol dalam genogram 3) Kebutuhan sehari-hari a) Kebutuhan nutrisi


Menjelaskan tentang hasil identifikasi makanan sehari-hari pada keluarga, meliputi pengadaan
makanan, komposisi makanan, penyajian makanan, diit/pantangan dalam keluarga, pengelolaan
makanan, pengelolaan air minum, pemenuhan nutrisi keluarga. b) Istirahat tidur Menjelaskan
tentang pola istirahat tidur sehari-hari pada keluarga meliputi lamanya keluarga dalam
beristirahat, kebiasaan keluarga dalam pemenuhan istirahat tidur, dan lingkungan sekitar rumah
yang mempengaruhi istirahat tidur.

c) Aktivitas dan olahraga Menjelaskan tentang kegiatan olahraga dalam keluarga dan aktifitas
keluarga dalam sehari-hari.
d) Status lingkungan (1) Karakteristik rumah Menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah
yang dihuni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, sarana
pembuangan air, limbah dan kebutuhan MCK (mandi, cuci, kakus), saran air bersih dan minum
yang digunakan. (2) Karakteristik tetangga dengan komunitas Menjelaskan tentang karakteristik
dari tetangga dan komunitas setempat, yaitu keadaan sekitar tempat tinggal keluarga, meliputi
kebiasaan, seperti lingkungan fisik, nilai dan norma serta aturan dan budaya setmpat yang
mempengaruhi kesehatan (3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan
keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
(4) System pendukung keluarga Yaitu jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas
kesehatan yang menunjang kesehatan (bpjs, askes, jamsostek, kartu sehat, asuransi, atau yang
lain). Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga (peralatan kesehatan), dukungan psikologis
anggota keluarga atau masyarakat, dan fasilitas social yang ada disekitar keluarga dapat
digunakan untuk meningkatkan kesehatan. (5) Struktur keluarga Nilai atau norma keluarga,
struktur peran, pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga. (6) Tugas keluarga dalam
pemeliharaan kesehatan Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan Keluarga mampu
mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang sakit Keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang sakit Keluarga mampu memodifikasi lingkungan Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan.

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul

Kemungkinan masalah keperawatan yang akan muncul pada penyakit rematik yang dialami
lansia adalah :

1. Nyeri, berhubungan dengan agen pencendra distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau
proses inflamasi, destruksi sendi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi dan penurunan
integritas tulang
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi
4. Gangguan citra tubuh atau perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas tugas umum, peningkatan penggunaan
energy,keseimbangan mobilitas.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,terbangun lebih
awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yang di tandai dengan
penuaan perubahan pola dan semua.

Tujuan rencana keperawatan

Pencernaan keperawawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan


dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah
ditentukan.tujuan perencanaan keperawatan adalah terpenuhinya kebutuhan klien.
A.mengidentifikasi focus keperawatan: klien ( individu) atau kelompok.

Intervensi dan Rasional

1. DIAGNOSA ; Intoleran aktivitas b\d perubahan otot .


Kriteria Hasil; klien manpu berpartisipasi pada aktivitas yg di inginkan

INTERVENSI RASIONAL
-pertahkan istirahat tirah baring/duduk jika -untuk mencegah dan menpertahankan
Diperlukan kekutan.
-bantu bergerak dengan bantuan seminimal -meningkatkan fungsi sendi kekuatan otot
mungkin. dan stamina umun
-Dorongan klien mempertahankan postur -meningkatkan fungsi sendi dan
tegak duduk tinggi berdiri dan berjalan mempertahankan mobilitas
-Berikan lingkungan yang aman dan -memghindari cedera akibat kecelakan
menganjurkan untuk menggunakan alat seperti jatuh
bantu
- Berikan obat-obatan -untuk menekan inflamasi sistemik akut
1.DIAGNOSA3; Resiko tinggi cedera b\d penurunan fungsi tulang.

Kriteria Hasil; klien dapat mempertahankan keselamatan fisik.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
-Kaji keluhan nyeri ,Catat lokasi dan intesitis -membantu dalam mentukan kebutuhan
(Skala 0-10). Catat faktor-faktor yang managamen nyeri dan keefektifan program
mempercepat dan tanda tanda rasa sakit non
verbal
-Berikan matras atau kasur kasar bantal -matras yang keras.bantal yang kecil akan
kecil.Tinggikan linen tempet tidur sesuai melihara kesejajaran tubuh yang tepat
kebutuhan meninpatkan setres pada sendi yang sakit.
-Berikan pasien mengambil posisi yang Penninggian linen tempat tidur menurunkan
nyaman pada waktu tidur atau duduk di tekanan pada sendi yang terinflamasi\nyeri
kursi.Tingkatan istirahat di tempet tidur sesuai
indikasi -pada penyakit berat tirah baring mungkin di
-Dorongan untuk sering mengubah posisi.bantu perlukan untuk menbatasi nyeri atau cedere
pasien untuk bergerak sendi.

-mencegah terjadinya kelelahan umun dan


kelakuan sendi. Menstabilikan sendi
1.DIAGNOSA 4 : perubahan pola tidur b\d nyeri.

Kriateria Hasil : klien dapet memenuhi kebutuhan istriahat atau tidur

INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
-Tentukan kebiasaan tidur biasanya yang -mengkaji perlunya dan mengdentifikasi yang
terjadi. tepat
-berikan tempet tidur yang nyaman -meningkatkan kenyamanan tidur serta
dukungan
-buat rutinnitas tidur yang baru yang -bila rutinitas baru mengadung aspek sebanyak
dimasukan dalam pola lama dan lingkungan kebiasa lama stress dan ansientas yang
baru berhubungan membantu mengginduksi tidur
-tingkatan regimen kenyamanan waktu -meningkatkan efek relaksi
tidur.misalnya mandi hangat dan massage.
-gunakan pagar tempet tidur sesuai indikasi -dapat merasakan takut jatuh Karena
rendahkan tempet tidur bila mungkin. perubahan ukuran tinggi tempet tidur , pagar
tempat tidur memberikan keamanan untuk
membantu mengubah posisi.
-berikan sedative hipnotik sesuai indikasi -mungkin di berikan untuk membantu pasien
tidur atau istirahat.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, lilik ma’ripatul. Keperawatan lanjut usia.Edisi 1. Garaha ilmu,

Yogyarkata. 2011

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta


Kushariyadi. Asuhan keperawatan pada klien lanjut usia. Selemba medical Jakarta.2010

Mubaraq, Chayatin, santoso.Ilmu kepewatan komunitas konsep dan aplikasi. Selemba


medika.jakarta 2011

Stanley, mickey.buka anjar keperwatan gerontik. Alih bahasa :Nety juniarti Sari
kurnianingsih.editor eny monica ester. Edisi 2 EGK JAKARTA. 2006

Tamher S Noorkasiani. Kesehatan usia langit dengan pendekatan asuh Keperawatan. Selebah
medika. Jakarta 2011
LAPORAN KASUS “REMATIK”
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama Inisial : Tn. F
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Pendidikan : Sma
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Bogor

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. C
Umur : 47 tahun
Pendidikan : Sma
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Bogor
c. Alasan Berobat Ke Puskesmas Tn. F meengeluh sakit pada kakinya. Tn. F
mengatakan tangan dan kakinya sering pegal-pegal. Klien mengatakan tangan dan
kakiknya seperti di tusuk tusuk jarum. Tn. F megatakan sakit pada tangan dan kakinya
sering kambuh pada saat pagi hari setelah bangun dari tidur.
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang Pada saat di lakikan pengkajian, Tn. F
mengatakan tangan dan kakinya terasa pegal pegal dan sakit seperti di tusuk jarum. Kaki
kanannya terasa lebih sakit. Tn. F mengatakan sakit pada tangan dan kakinya sangat
mengganggu karena datang secara tiba tiba. Tn. F mengatakan sakit pada tangan dan
kakinya sering kambuh pada saat pagi hari setelah bangun dari tidur.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu Tn. F mengatakan sudah menderita penyakit ini
sekitar tahun 2013 yang lalu. Biasanya klien berobat ke puskesmas.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga Tn. F mengatakan keluarganya juga ada yang
memiliki sakit sama seperti dirinya.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda Tanda Vital
Td : 120/70 mmHg
1/3
S : 37o C
N : 84 x/menit
P : 20 x/menit
2) Kepala/ Rambut Kepala : Tidak ada pembengkakan
Rambut : Rambut bewarna hitam beruban, rambut bersih dan tidak mudah
rontok
3) Mata
Inspeksi : Sklera tampak putih, konjungtiva tidak anemis, reflek pupil +/+
Palpasi : Tidak ada pembengkakan palpebra, nyeri tekan (-)
4) Hidung Inspeksi : Septum tampak di tengah, cuping hidung (-), hiudng
tampak bersih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan sinusitis
5) Telinga
Inspeksi : Telinga simetris kiri dan kanan
6) Mulut Inspeksi : bibir klien tampak lembab, karies (+), gigi tidak
lengkap, lidah bersih
7) Leher Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening.
8) Dada / thorax -
Paru paru I : Simetris kiri dan kanan
P: Tidak di lakukan pemeriksaan
P: Tidak di lakukan pemeriksaan
A: Tidak di lakukan pemeriksaan -
Jantung Tidak di lakukan pemeriksaan -
Abdomen Tidak di lakukan pemeriksaan
9) Genita urinaria Tidak dilakukan pemeriksaan
10) Ekstermitas -
Tn. A mengatakan sakit pada kedua kaki dan tangannya
- Kaki kanan sedikit udem
11) Data psikologis -
Data emosional : baik -
Kecemasan : klie tampak sedikit gelisah -
Pola Koping : Efektif -
Gaya Komunikasi : Baik -
Konsep Diri : Tn. F dapat menerima keadaannya -
Sosial : Baik
12) Riwayat Alergi Tn. A mengatakan tidak ada alergi
2. Analisa Data
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. - Tn. F mengatakan sakit proses inflamasi nyeri -klien tampak
pada kakinya meringis dan
-kaki kanannya terasa lebih menahan sakit
sakit -klien tampak
- Tn. F mengatakan memijat-mijat kaki
kakinya seperti tusuk-tusuk dan tangannya
jarum -skala nyeri 6
2. -Tn. F mengatakan sakit Kekakuan sendi , - klien
pada kaki dan tangannya gangguan mobilitas fisik tampak
datang secara tiba-tiba cemas

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d proses inflamasi
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan Sendi
4. Intervensi Keperawatan

INTERVENSI
IMPLEMENTASI

EVALUASI

PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai