DISUSUN OLEH
1
2
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada ALLAH SWT atas nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul
“Pengaruh Penggunaan Kompres Hangat Kayu Manis Terhadap Skala Nyeri
Pada Penderita Arthritis Gout” Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui
bagaimana Pengaruh Penggunaan Kompres Hangat Kayu Manis Terhadap
Arthritis Gout.
penyusunan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari
berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa
yang akan datang.
Penulis
4
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 9
LAMPIRAN
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arthritis gout adalah penyakit metabolik atau inflamasi sendi yang
paling sering ditemukan, ditandai dengan adanya penimbunan kristal
monosodium urat monohidrat di jaringan atau akibat adanya supersaturasi
asam urat di dalam cairan ekstraseluler. Secara umum gout menyerang
lutut, tumit, dan jempol kaki. Sendi yang diserang tampak bengkak,
merah, panas dan terasa nyeri di kulit. Gout arthritis lebih umum terjadi
pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun, sedangkan perempuan
presentasenya kecil dan baru muncul setelah menopasue (Soekanto, 2012).
Gout merupakan penyakit metabolik yang mana tubuh tidak dapat
mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang
menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi, sering dialami oleh
sebagian besar lansia. Gout sendiri terdiri dari dua macam yaitu gout
primer dan gout sekunder. Gout primer di sebabkan oleh faktor genetik
dan lingkungan sedangkan untuk gout sekunder disebabkan oleh adanya
komplikasi dengan penyakit lain seperti hipertensi dan penyakit lainnya.
Biasanya penderita gout akan mengalami sakit yang luar biasa pada pagi
hari setelah bangun tidur dan malam hari menjelang tidur. (Junaidi, 2013)
Setiap orang memiliki kadar asam urat di dalam tubuh, karena pada
setiap metabolisme normal menghasilkan asam urat. Pemicu terjadinya
asam urat adalah makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung
purin sedangkan tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin untuk
kebutuhan setiap hari, itu berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan
hanya sekitar 15 persen. (Soeroso, J. 2011)
Makanan yang mengandung purin yaitu tanaman berupa sayur,
buah kacang-kacangan atau hewan berupa daging, jeroan, ikan sarden,
minuman beralkohol dan makanan kaleng. Purin termasuk komponen
non-esensial bagi tubuh, artinya purin dapat di produksi oleh tubuh
7
B. Rumusan Masalah
Arthritis gout penyakit metabolik atau inflamasi sendi yang paling
sering ditemukan, ditandai dengan adanya penimbunan kristal
monosodium urat monohidrat dijaringan atau aklibat adanya supersaturasi
asam urat didalam cairan ekstraseluler.
Nyeri sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan, baik sensori
maupun emosional yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya
kerusakan jaringan tubuh.
Kompres hangat memberikan rasa hangat pada penderita asam urat
dengan menggunakan cairan yang menimbulkan hangat pada bagian
tubuh yang memerlukannya.
Berdasarkan fenomena ini maka rumusan masalah penelitian
adalah pengaruh penggunaan kompres hangat kayu manis terhadap skala
nyeri pada penderita arthritis gout.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
penggunaan kompres hangat kayu manis terhadap skala nyeri pada
penderita arthritis gout
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik dasar responden yang meliputi
umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan.
b. Untuk mengetahui tingkat nyeri penderita arthritis gout sebelum dan
setelah dilakukan kompres hangat
c. Mengetahui pengaruh penggunaan kompres hangat kayu manis
terhadap penurunan nyeri pada penderita arthritis gout.
13
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa
a. Dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswa untuk mengetahui
lebih dalam tentang gout arthritis
b. Dapat dijadikan bahan belajar untuk peningkatan proses
pembelajaran tentang gout arthritis
2. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian tentang pengaruh penggunaan kompres hangat kayu manis
terhadap penurunan nyeri pada penderita arthritis gout
3. Bagi masyarakat
Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan untuk mengetahui lebih
dalam tentang gout arhtritis dan perawatan yang benar agar penderita
mendapat perawatan yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
15
2. Etiologi
Dalam dunia medis dikenal dengan istilah (Hiperurisme), yaitu
suatu kondisi ketika terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah
hingga melewati batas normal. Kadar asam urat normal dalam darah
manusia adalah 2,4-6,0 mg/dL untuk wanita dan 3,0-7,0 mg/dL untuk laki-
laki. Jika kadar asam urat dalam darah sudah lebih dari 7,0 mg/dL, maka
orang tersebut dikatakan hiperurismia. Kondisi hiperurisemia ini sangat
berpontensi menimbulkan terjadinya serangan penyakit asam urat atau
Gout Arhtritis. Faktor-faktor yang berpengaruh sebagai penyebab gout
adalah:
a. Usia
Pada laki-laki penyakit Gout Arhtritis lebih banyak terjadi pada
sebelum usia 30 tahun dibandingkan wanita. Namun angka kejadian
Gout Arhtritis menjadi sama antara laki-laki dan wanita setelah usia
60 tahun. Pertambahan usia merupakan faktor resiko penting pada
laki-laki dan wanita. Hal ini kemungkinan disebabkan banyak faktor,
seperti peningkatan kadar asam urat serum (penyebab yang paling
sering adalah karena adanya penurunan fungsi ginjal), peningkatan
pemakaian obat diuretik, dan obat lain yang dapat meningkatkan
kadar asam urat serum.
b. Jenis kelamin
Laki-laki mempunyai tingkat serum asam urat lebih tinggi dari
pada wanita, yang meningkatkan resiko mereka terserang Gout
Arhtritis, namun angka kejadian Gout Arhtritis menjadi sama antara
kedua jenis kelamin setelah usia 60 tahun. Wanita mengalami
peningkatan resiko Gout Arhtritis setelah menopause, kemudian
resiko mulai meningkat pada usia 45 tahun. Dengan penurunan level
estrogen karena estrogen memiliki efek urikosurik, hal ini
menyebabkan Gout Arhtritis jarang pada wanita muda (Roddy dan
Doherty, 2010).
16
c. Riwayat medikasi
Obat diuretik adalah faktor resiko yang signifikan untuk
perkembangan Gout Arhtritis. Obat diuretik dapat menyebabkan
peningkatan reabsorpsi asam urat dalam ginjal, sehingga
menyebabkan hiperurisemia. Dosis rendah aspirin, umumnya
diresepkan untuk kardioprotektif, juga meningkatkan kadar asam urat
sedikit pada pasien usia lanjut. Hiperurisemia juga terdeteksi pada
pasien yang memakai Pirazinamid, Etambutol, dan Niasin (Weaver,
2008).
d. Obesitas
Obesitas dan indeks massa tubuh sangat berpengaruh secara
signifikan dengan resiko Gout Arhtritis. Resiko Gout Artritis sangat
rendah untuk laki-laki dengan indeks massa tubuh antara 21 dan 22
tetapi meningkat tiga kali lipat untuk laki-laki yang indeks massa
tubuh 35 atau lebih besar (Weaver, 2008).
e. Konsumsi purin dan alkohol
Konsumsi tinggi alkohol, diet kaya daging dan makanan laut
(terutama kerang dan beberapa ikan laut lainnya) meningkatkan
resiko Gout Arhtritis. Sayuran yang banyak mengandung purin, yang
sebelumnya dieliminasi dalam diet rendah purin, tidak ditemukan
memiliki hubungan terjadinya hiperurisme dan tidak meningkatkan
resiko Gout Arhtritis (Weaver, 2008).
Alkohol dapat meningkatkan asam laktat pada darah yang
menghambat eksresi asam urat. Alasan lain yang menjelaskan
hubungan alkohol dengan adalah alkohol memiliki kandungan purin
yang tinggi sehingga mengakibatkan over produksi asam urat dalam
tubuh (Doherty, 2009).
17
3. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik :
a. Stadium arthritis gout akut
Pada tahp ini penderita akan mengalami serangan arthritis yang
khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam
waktu 5-7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita
menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak menduga
terkena penyakit gout dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.
Pada serangan akut yang tidak berat, keluhan-keluhan dapat hilang
dalam beberapa jam atau hari. Pada serangan akut berat dapat sembuh
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal,
diet tinggi purin, kelelahan fisik, stres, tindakan operasi, pemakaian
obat diuretik atau penurunan dan peningkatan asam urat.
b. Stadium interkritikal
Pada keadaaan ini penderita dalam keadaan sehat selama
jangka waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan orang
lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10
tahun, tetapi rata-rata berkisar 1-2 tahun panjangnya jangka waktu
tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah menderita
serangan arthritis gout atau menyangka serangan pertama kali dahulu
tak ada hubungannya dengan penyakit gout.
Walaupun secara klinik tidak didapatkan tanda-tanda akut,
namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukan
bahwa proses peradangan tetap berlanjut, walaupun tanpa keluhan
dengan manajemen yang tidak baik, maka keadaan interkritik akan
berlanjut menjadi stadium dengan pembentukan tofi.
c. Stadium arthritis gout menahun (kronik)
Tahap ketiga disebut sebagai tahap arthritis gout kronik
bertofus. Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama
10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di
18
sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus
ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang
merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya. Pada
stadium ini kadang-kadang disertai batu saluran kemih. Pirai menahun
dan berat, yang menyebabkan terjadinya kelainan bentuk sendi.
Pengendapan kristal urat di dalam sendi dan tendon terus
berlanjut dan menyebabkan kerusakan yang akan membatasi
pergerakan sendi. Benjolan keras dari kristal urat (tofi) diendapkan di
bawah kulit di sekitar sendi. Tofi juga bisa terbentuk di dalam ginjal
dan organ lainnya. Dibawah kulit telinga atau di sekitar sikut. Jika
tidak diobati, tofi pada tangan dan kaki bisa pecah dan mengeluarkan
massa kristal yang menyerupai kapur.
Klasifikasi berdasarkan penyebabnya :
a. Gout primer
Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat
berlebihan, penurunan eksresi asam urat melalui ginjal
b. Gout sekunder
Gout sekunder disebabkan oleh penyakit maupun obat-obatan.
Obat-obatan
Salisilat dosis rendah, diuretik, pyrazinamide (obat TBC),
levodopa (obat parkinson), asam nikotinat
Penyakit lainnya
Insufiensi ginjal : gagal ginja adalah salah satu penyebab yang
lebih lazim hiperusemia. Pada gagal ginjal kronikadar asam urat
pada umumnya tidak akan meningkatkan sampai kretinie
clearance kurang dari 20 ml/menit, kecuali bila ada faktor-faktor
lain yang berperan. Pada kelainan ginal tertentu, seperti
nefpropati karena keracunan timbal menahun, hiperusemia
umunya telah dapat diamati bahkan dengan insufisiensi ginjal
yang minimal.
19
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala arthritis gout secara umum adalah sebagai berikut :
a. Nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sendi pada saat tengah malam,
biasanya pada ibu jari kaki (sendi metatarsofalangeal pertama) atau
jari kaki (sendi tarsal)
b. Jumlah sendi yang meradang kurang dari empat (oligoartritis) dan
serangannya pada satu sisi (unilateral)
c. Kulit berwarna kemerahan, terasa panas, bengkak, dan sangat nyeri
d. Pembengkakan sendi umumnya terjadi secara asimetris (satu sisi
tubuh)
e. Demam, dengan suhu tubuh 38,3 ºC atau lebih, tidak menurun lebih
dari tiga hari walau telah dilakukan perawatan
f. Ruam kulit, sakit tenggorokan, lidah berwarna merah atau gusi
berdarah
g. Bengkak pada kaki dan peningkatan berat badan yang tiba-tiba
h. Diare atau muntah
5. Patofisiologi
Penyakit ini harus melalui tahapan-tahapan tertentu yang menandai
perjalanan penyakit Gout Artritis ini. Gejala awal ditandai oleh
hiperurisemia kemudian berkembang menjadi gout dan komplikasi yang
ditimbulkannya. Prosesnya berjalan cukup lama tergantung kuat atau
lemahnya faktor resiko yang dialami oleh seorang penderita
hiperurisemia.
Hiperurisemia adalah hasil dari meningkatnya produksi asam urat
akibat metabolisme purin abnormal, menurunya ekresi asam urat atau
kombinasi keduanya, jika hiperurisemia tidak ditangani dengan baik, cepat
atau lambat penderita akan mengalami serangan gout akut. Jika kadar
asam urat tetap tinggi selama beberapa tahun, penderita tersebut akan
mengalami tahap interkritikal. Setelah memasuki fase ini, tidak butuh
20
waktu lama untuk menuju fase akhir yang dinamakan dengan stadium gout
kronis (Lingga, 2012).
Faktot- faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout
Artritis. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah konsentrasi
asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout akan berlangsung
melalui beberapa tahap secara berurutan, sebagai berikut:
a. Presipitasi Kristal monosodium urat, dapat terjadi dalam jaringan bila
konsentrasi dalam plasma lebih dari 7 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, jaringan para–artikuler misalnya bursa, tendon dan
selaputnya. Krista urat yang bermuatan negatip akan dibungkus
(Coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG
akan merangsang netropi untuk berespon terhadap pembentukan
Kristal.
b. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN), pembentukan kristal
faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan
selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto konvensional (X-Ray)
a) Ditemukan pembengkakan jaringan lunak dengan klasifikasi
(tophus) berbentuk seperti topi terutama disekitar sendi ibu jari
kaki.
b) Tampak pembengkakan sendi yang asimetris dan kista arthritis
erosif
c) Peradangan dan efusi sendi
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Asam Urat (Serum)
a) Dijalankan untuk memantau asam urat serum selama
pengobatan gout.
21
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Diet, dianjurkan menurunkan berat badan pada pasien yang gemuk.
Hindari makanan tinggi purin (hati, ikan sarden, daging kambing,
dan sebagainya), termasuk roti manis. Meningkatkan asupan cairan
(banyak minum)
2) Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia seperti
tiazid, diuretic, aspirin, dan asam nikotinat yang menghambat
ekskresi asam urat dari ginjal
3) Mengurangi konsumsi alkohol (bagi peminum alkohol)
4) Tirah baring merupakan suatu keharusan dan diteruskan selama 24
jam setelah serangan menghilang. Arthritis gout dapat kambuh bila
terlalu cepat bergerak
5) Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat
sensitivitas reseptor nteri dan subkutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es dapat
diletakkan pada tempat cedera segera setelah cedera terjadi.
Sementara terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan
24
b. Penatalaksanaan medis
Obat-obat yang diberikan pada serangan akut antara lain :
1) Kolkisin
Efek samping yang ditemui antaranya sakit perut, diare, mual
atau muntah-muntah. Kolkisin bekerja pada peradangan terhadap
kristal urat dengan menghambat kemotaksis sel radang. Dosis oral
0,5 – 0,6 mg per jam sampai nyeri, mual, atau diare hialng.
Kemudian obat dihentikan biasanya pada dosis 4 – 6 mg, maksimal
8 mg.
2) Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Oain yang paling sering digunakan adalah indometasin.
Dosis awal 25-50 mg setiap 8 jam, diteruskan sampai gejala
menghilang (5-10 hari). Kontraindikasinya jika terdapat ulkus
peptikum aktif, gangguan fungsi ginjal dan riwayat alergi
terhadap Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS).
3) Kortikosteroid
Bila sendi yang terserang monoartikular, pemberian
intraartikular sangat efektif, contohnya triamsinolon 10-40 mg
25
B. Konsep Nyeri
1. Pengertian
Nyeri adalah kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,
bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam
hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
mejelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.(Tetty, 2015)
Nyeri sering sekali dijelaskan dan istilah destruktif seperti ditusuk-
tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, pada perasaan takut, mual
dan mabuk. Terlebih, setiap perasaan nyeri dengan intensitas sedang
sampai kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat untuk
melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu. Rasa nyeri merupakan
26
mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini
akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus
neyri.
2. Teori nyeri
a) Teori Intensitas (The Intensity Theory)
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor.
Setaip rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika
intensitasnya cukup kuat.
b) Teori Kontrol Pintu (The Gate Control Theory)
Menyatakan bahwa impuls nyeri dapat diatur dan dihambat oleh
mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat, dimana impuls
nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat
sebuah pertahanan ditutup.
c) Teori Pola (Pattern Theory)
Teori ini menjelaskan bahawa nyeri disebabkan oleh berbagai
reseptor sensori yang di rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini
merupakan akibat dari stimulasi reseptor yang menghasilkan pola dari
impuls saraf. Teori pola adalah rangsangan nyeri masuk melalui akar
genglion dorsal medulla spinalis dan rangsangan aktivitas sel T. Hal ini
mengakibatkan suatu respon yang merangsang bagian yang lebih tinggi
yaitu korteks serebri dan menimbulkan persepsi, lalu otot berkontraksi
sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas
respon dari reaksi sel T. (Margono, 2014)
bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama
terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun
sejalan dengan terjadinya penyembuhan.
Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya
kurang dari satu bulan. Salah satu nyeri akut yang terjadi adalah nyeri
pasca pembedahan (Meliala & Suryamiharja, 2007)
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan
dengan penyebab atau cidera fisik. Nyeri kronis dapat tidak memiliki
awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati
karena biasanya nyeri ini sering tidak memberikan respon terhadap
pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronik ini juga
sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam
bulan atau lebih, meskipun enam bulan merupakan suatu periode yang
dapat berubah untuk membedakan nyeri akut dan nyeri kronis (Potter
& Perry, 2005).
5. Fisiologi Nyeri
Saat terjadinya stimulus yang menimbulkan kerusakan jaringan
hingga pengalaman emosional dan psikologis yang menyebabkan nyeri,
terdapat rangkaian peristiwa elektrik dan kimiawi yang kompleks, yaitu
transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi adalah proses
dimana stimulus noksius diubah menjadi aktivitas elektrik pada ujung saraf
sensorik (reseptor) terkait. Proses berikutnya, yaitu transmisi, dalam proses
ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang
meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang
meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla
spinalis ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik
antara thalamus dan cortex. Proses ketiga adalah modulasi yaitu aktivitas
saraf yang bertujuan mengontrol transmisi nyeri. Suatu senyawa tertentu
29
Kelebihan berat
Kadar laktat Kadar Pada pria
badan akan Menghambat
dalam darah menghambat protein kadar asam
eksresi asam
eksresi urat tinggi
urat di
tubulus ginjal
Penumpukan purin
Kompres hangat
Gout
kayu manis
Menstimulasi sirkulasi
darah
Aliran darah
Menstransmisi
impuls nyeri
Memberi sinyal ke
hipotalamus melalui
sumsum tulang belakang
Menurunkan nyeri
32
33
BAB III
KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan landasan berfikir untuk melakukan
penelitian dan dibuat berdasarkan tinjauan pustaka. Kerangka konsep
menunjukan jenis serta hubungan antara variabel yang diteliti. Kerangka
konsep pada penelitian ini digambarkan seperti pada skema 3.1
Variebel Perancu
- Obat analgetik
Keterangan :
: area yang diteliti
: diteliti
B. Hipotesis
Ha : Ada pengaruh penggunaan kompres hangat kayu manis terhadap
skala nyeri pada penderita Arthritis Gout
34
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan
bagaimana cara menentukan variabel dan mengukur variabel. (Setiadi,
2007)
Variabel
Dependen
Skala nyeri Kondisi berupa Wawa Nume Dinyata Interval
pada perasaan yang tidak ncara ric kan 0-10
penderita menyenangkan Rating
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan desain
penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan dengan desain Non-
equivalent Control Group Design. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan
perlakuan kepada kelompok eksperimen dan menyediakan kelompok kontrol
sebagai pembanding dan kelompok lainnya diberikan perlakuan lain sebagai
pembanding (Sugiyono, 2012).
Keterangan :
Keterangan :
n = besar sampel
𝛼
Z1- 2 = standar normal deviasi untuk α (standar deviasi α = 0,05 = 1,96)
2.0,48625(1,96+0,84)²
𝑛=
(2,12−2,75)²
𝑛 = 19,2 20 orang
38
D. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti mengenai
(umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan). Dalam penelitian ini data
primer diperoleh dengan lembar observasi.
2. Data Sekunder
Data tentang penderita arthritis gout di wilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi yang berisi
pertanyaan-pertanyaan, SOP kompres hangat kayu manis dan pengukuran skala
nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS).
F. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari yaitu editing, coding,
processing dan cleaning. Tahap editing dilakukan dengan mengecek data yang
sudah terkumpul diperikaa kembali untuk memastikan kelengkapan, kesesuaian
dan kejelasan. Tahap Coding merupakan tahap pengkodean setiap data huruf
menjadi angka, 0= dan 1 Tahap proccessing yaitu memasukkan data dari lembar
observasi ke dalam komputer dengan menggunakan salah satu program
komputer. Tahap terakhir yaitu proses pembersihan data dilakukan dengan
39
mengecek kembali data yang sudah di entry, pengecekan ini untuk melihat
apakah ada data yang hilang (missing) dengan melakukan list, koreksi kembali
apakah data yang sudah di entry benar atau salah dengan melihat variasi data
atau kode yang digunakan.
G. Analisa Data
Analisa data dengan univariat yang dilakukan pada setiap variabel hasil
penelitian dan analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berpengaruh (Notoadmojo, 2006).
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendeskripsikan variabel karakteristik
responden. Analisa menggunakan distribusi frekuensi dan presentase meliputi
(usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan). Serta rata-rata skala nyeri
sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat kayu manis pada kelompok
intervensi, rata-rata skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat
pada kelompok kontrol. Variabel dianalisis dengan tendensi sentral mean,
median, standar deviasi, serta nilai minimal dan maksimal pada 95% confidence
interval (CI). Penyajian data dari masing-masing variabel menggunakan tabel
dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui pengaruh kompres hangat kayu manis
terhadap penurunan skala nyeri pada penderita arthritis gout. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data yang menjadi
syarat untuk menentukan jenis statistik yang digunakan dalam analisis
selanjutnya. Karena data yang digunakan untuk uji normalitas ini bukan data
metah maka uji normalitas ini menggunakan Kolmogorov Smirnov. Pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol data berdistribusi normal maka uji
bivariat yang digunakan adalah uji wilcoxon
40
Random alokasi
Merecord data
Merecord data
Analisis Data
Analisis Data
I. Etika Penelitian
Peneliti akan mempertimbangkan etik dan legal penelitian untuk
melindungi responden agar terhindar dari segala bahaya serta ketidaknyamanan
fisik dan psikologis. Ethical clearence mempertimbangkan hal-hal dibawah ini:
1. Self determinan
Dalam penelitian ini dijaga dengan memberikan kebebasan pada responden
untuk memilih dan memutuskan berpartisipasi dan menolak dalam penelitian ini
tanpa ada paksaan.
2. Tanpa nama (anonimity)
Nama responden tidak perlu dicantumkan pada lembar observasi. Penggunaan
anonimity pada penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan kode dan
alamat responden pada lembar observasi dan mencantumkan tanda tangan pada
lembar persetujuan sebagai responden.
3. Kerahasiaan (confidentialy)
Kerahasiaan ini diartikan sebagai semua informasi yang didapat dari responden
tidak akan disebarluaskan ke orang lain dan hanya peneliti yang mengetahuinya.
Informasi yang telah terkumpul dari subjek dijamin rahasia. Kelompok data
tertentu yang telah disajikan pada hasil penelitian. Peneliti menggunakan nama
samaran (anonim) sebagai pengganti identitas responden.
4. Keadilan (justice)
Prinsip keadilan memenuhi prinsip kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian.
Responden harus di perlakuan secara adil awal sampai akhir tanpa ada
diskriminasi, sehingga jika ada yang tidak bersedia maka harus dikeluarkan.
Peneliti memberikan penghargaan kepada semua responden, jika telah
mengikuti penelitian dengan baik.
5. Asas kemanfaatan (beneficiency)
Asas kemanfaatan harus memiliki tiga prinsip yaitu bebas penderitaan, bebas
eksploitasi dan bebas risiko. Bebas penderitaan bila ada penderitaan pada
responden. Bebas eksploitasi bila didalam pemberian informasi dan pengetahuan
tidak berguna, sehingga merugikan responden. Risiko yang dimaksudkan adalah
peneliti menghindarkan responden dari bahaya dan keuntungan kedepannya.
43
DAFTAR PUSTAKA
STANDAR OPERASIONAL
KOMPRES HANGAT KAYU MANIS
6. Baskom
7. CARA KERJA:
1. Beri tahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Atur posisi pasien dengan nyaman
3. Cek alat-alat yang akan digunakan
4. Dekatkan alat-alat ke sebelah pasien
5. Siapkan air hangat kedalam baskom
6. Masukan serbuk kayu manis ke dalam baskom yang berisi air hangat
7. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
8. Mengukur skala nyeri pasien
9. Kompres hangat kayu manis diletakkan di bagian sendi yang memerlukan
10. Minta pasien untuk mengungkapkan ketidaknyamanan saat dilakukan
kompres.
11. Pengompresan dihentikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
12. Kaji kembali skala nyeri disekitar pengompresan
13. Rapikan pasien ke posisi semula
14. Beri tahu bahwa tindakan sudah selesai
15. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan lepas sarung tangan
16. Kaji respon pasien
17. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
18. Akhiri kegiatan dengan baik
HASIL:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nyeri Berat
19 3 1 2 Ya 7 3
2 4 2
20 2 1 5 Ya 3 2
1 2 2
44