Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN KOMPRES HANGAT


KAYU MANIS TERHADAP SKALA NYERI PADA PENDERITA
ARTHRITIS GOUT

DISUSUN OLEH

Mely Andriani Ritonga


NIM. P05120316 024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN BENGKULU
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019

1
2

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada ALLAH SWT atas nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul
“Pengaruh Penggunaan Kompres Hangat Kayu Manis Terhadap Skala Nyeri
Pada Penderita Arthritis Gout” Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui
bagaimana Pengaruh Penggunaan Kompres Hangat Kayu Manis Terhadap
Arthritis Gout.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini tidak


akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dari dosen pembimbing dan
dorongan dari berbagai pihak. Dalam penyelesian penulisan, penulis banyak
mendapat bantuan baik materil maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Darwis, S.Kp., M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Bengkulu.
2. Bapak Dahrizal, S.Kp., M.PH. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Bengkulu.
3. Ibu Ns. Septiyanti, S. Kep, M. Pd selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu.
4. Bapak Ns. Agung Riyadi, S. Kep, M. Kes Selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dengan penuh kesabaran kepada penulis dalam penyusunan
proposal penelitian ini.
5. Seluruh dosen dan staf Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bengkulu. yang telah memberikan bimbingan dan sumbang saran
kepada penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
memberikan bantuan dalam penelesaian proposal penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal penelitian
ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisan maupun
3

penyusunan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari
berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa
yang akan datang.

Bengkulu, Oktober 2019

Penulis
4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................. viii

DAFTAR BAGAN ................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 9

A. Konsep Arthritis Gout ............................................................... 9


1. Definisi ............................................................................. 9
2. Etiologi ............................................................................. 10
3. Klasifikasi ........................................................................ 12
4. Manifestasi Klinis ............................................................. 14
5. Patofisiologi ...................................................................... 14
6. Pemeriksaan Diagnostik ................................................... 15
7. Penatalaksanaan ............................................................... 18
B. Konsep Nyeri ............................................................................ 20
1. Pengertian .......................................................................... 20
2. Teori Nyeri ......................................................................... 21
3. Jenis-Jenis Nyeri ................................................................ 21
5

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri ......................... 22


5. Fisiologi Nyeri ................................................................... 23
6. Mengkaji Identitas Nyeri ................................................... 25
C. Kompres Hangat Kayu Manis ................................................... 25
1. Pengertian Kompres Hangat .............................................. 25
2. Tujuan Kompres Hangat .................................................... 25
3. Cara Mengatasi Kompres Hangat Dengan Kayu Manis .... 25
4. Pengertian Kompres Hangat Kayu Manis ......................... 26
BAB III KERANGKA KONSEP ......................................................... 27

A. Kerangka Konsep ...................................................................... 27


B. Hipotesis ................................................................................... 27
C. Definisi Operasional ................................................................. 28
BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................... 30

A. Desain Penelitian ..................................................................... 30


B. Waktu Penelitian Dan Tempat Penelitian ................................ 30
C. Populasi Dan Sampel Penelitian .............................................. 31
D. Pengumpulan Data .................................................................... 32
E. Instrumen Penelitian ................................................................ 33
F. Pengolahan Data ...................................................................... 33
G. Analisa Data ............................................................................. 33
H. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................... 34
I. Etika Penelitian ........................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
6

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arthritis gout adalah penyakit metabolik atau inflamasi sendi yang
paling sering ditemukan, ditandai dengan adanya penimbunan kristal
monosodium urat monohidrat di jaringan atau akibat adanya supersaturasi
asam urat di dalam cairan ekstraseluler. Secara umum gout menyerang
lutut, tumit, dan jempol kaki. Sendi yang diserang tampak bengkak,
merah, panas dan terasa nyeri di kulit. Gout arthritis lebih umum terjadi
pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun, sedangkan perempuan
presentasenya kecil dan baru muncul setelah menopasue (Soekanto, 2012).
Gout merupakan penyakit metabolik yang mana tubuh tidak dapat
mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang
menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi, sering dialami oleh
sebagian besar lansia. Gout sendiri terdiri dari dua macam yaitu gout
primer dan gout sekunder. Gout primer di sebabkan oleh faktor genetik
dan lingkungan sedangkan untuk gout sekunder disebabkan oleh adanya
komplikasi dengan penyakit lain seperti hipertensi dan penyakit lainnya.
Biasanya penderita gout akan mengalami sakit yang luar biasa pada pagi
hari setelah bangun tidur dan malam hari menjelang tidur. (Junaidi, 2013)
Setiap orang memiliki kadar asam urat di dalam tubuh, karena pada
setiap metabolisme normal menghasilkan asam urat. Pemicu terjadinya
asam urat adalah makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung
purin sedangkan tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin untuk
kebutuhan setiap hari, itu berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan
hanya sekitar 15 persen. (Soeroso, J. 2011)
Makanan yang mengandung purin yaitu tanaman berupa sayur,
buah kacang-kacangan atau hewan berupa daging, jeroan, ikan sarden,
minuman beralkohol dan makanan kaleng. Purin termasuk komponen
non-esensial bagi tubuh, artinya purin dapat di produksi oleh tubuh
7

sendiri. Apabila kita mengkonsumsi makanan yang mengandung purin


maka purin tersebut akan langsung dipecah (katabolisme) oleh usus. Urat
(bentuk ion dari asam urat) hanya dihasilkan oleh jaringan tubuh yang
mengandung xantin oxidase yaitu terutama di hati dan usus. Produksi urat
sendiri bervariasi tergantung konsumsi makanan yang mengandung purin,
kecepatan pembentukan, biosintesis dan penghancur purin di dalam
tubuh. Normalnya 2/3 –3/4urat di buang (ekskresi) oleh ginjal melalui
urin, sisanya melalui saluran cerna. Berarti semakin banyak makanan
yang mengandung tinggi purin di konsumsi maka semakin tinggi kadar
asam urat yang di serap oleh tubuh. (Soeroso, J. 201)
Secara alamiah, setiap orang memiliki asam urat tetapi tidak boleh
melebihi kadar normal. Kadar asam urat pada setiap orang memang
berbeda ,untuk kadar asam urat normal pada pria berkisar antara 3,5-7
mg/dl dan pada wanita 2,6-6 mg/dl. (Indriawan, 2009)
Komplikasi dari arthritis gout meliputi serere degenerative
arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi sitokin,
kemokin, protease dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi akut
juga berperan pada proses inflamasi kronis sehingga menyebabkan
sinovitis kronis, dekstruksi kartilago dan erosi tulang. Arthritis gout telah
lama diasosiasikan dengan peningkatan resiko terjadinya batu ginjal.
Penderita dengan arthritis gout membentuk batu ginjal karena urin
memiliki pH rendah yang mendukung terjadinya asam urat yang tidak
terlarut. Jarang arthritis gout sendiri yang menyebabkan kematian atau
fatalitas pda penderitanya. Sebaliknya, arthritis gout sering terkait dengan
beberapa penyakit yang berbahaya dengan angka mortalitas yang cukup
tinggi seperti hipertensi, dislipidemia, penyakit ginjal dan obesitas.
Penyakit-penyakit ini bisa muncul sebagai komplikasi maupun komorbid
dengan kejadian arthritis gout. (Dinesh Khanna, 2012).
Nyeri adalah mekanisme pertahanan tubuh manusia yang dapat
mengindikasikan bahwa tubuh seorang mengalami masalah. Nyeri dapat
berasal dari fisik atau psikologis. (Internasional Assosiation For The
8

Studi Of Pain) mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensorik subjektif dan


pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial atau yang diarasakan dalam
kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan. Neuroregulator yang
berperan dalam transmisi stimulus syaraf dibagi dalam kelompok besar,
yaitu neurotransmiter dan neuro modulato. Neurotransmiter mengirim
inpuls-inpuls alektrik melalui rongga sinapsis antar dua serabut syaraf,
dan dapat pula mengeksitasi. Sedangkan neuro modulator bekerja untuk
memodifikasi aktivitas neuron tanpa mentransfer secara langsung sinyal-
sinyal menuju sinap (Tamsuri, 2012).
Nyeri sangatlah berpengaruh terjadinya asam urat yang ditandai
dengan kekakuan pada satu atau lebih pada sendi terjadi di pergelangan
tangan, kaki, lutut, panggul dan bahu. Merasakan nyeri pada lanjut usia
dapat mengganggu pola aktivitas sehar-hari. Hal ini dapat terjadi karena
banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi diantaranya budaya, persepsi
seseorang, perhatian dan variable-variable psikologis lain yang
mengganggu perilaku berkelanjutan. Nyeri sebagai pengalaman yang
tidak menyenangkan, baik sensori maupun emosional yang berhubungan
dengan resiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh. (Yudiyanta,
2015)
Penderita nyeri sendi diseluruh dunia telah mencapai angka 355
juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita nyeri sendi.
Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan
indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia
terserang penyakit nyeri sendi. Dimana 5-10% adalah mereka yang
berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun (Wiyono,
2010)
Pencegahan dini sangat penting untuk menghindari terjadinya nyeri
sendi. Salah satu pencegahan nyeri sendi yaitu dengan merubah gaya
hidup yang sesuai seperti tidak merokok, pola makan yang tepat,
9

menghindari makanan dan minuman penyebab nyeri sendi, olahraga rutin


dan benar, tidak meregangkan sendi jari tangan dan memeriksakan
kesehatan secara teratur. Menjaga berat badan agar tidak terjadi nyeri
sendi memang sangat penting, maka dari itu hindarilah aktivitas fisik yang
memberi tekanan yang lebih kuat pada sendi. (Rotschild, 2013).
World Health Organization (WHO, 2013) memperkirakan bahwa
penyakit asam urat tersebar secara merata diseluruh dunia, di Amerika
Serikat prevalensi asam urat mempengaruhi 43.300.000 (21%) orang
dewasa di Amerika Serikat. Studi di Amerika Serikat tahun 2011
menunjukan bahwa prevalensi asam urat sebesar 21.2% pada pria dan
21,6% pada wanita. Data tahun 2012 pada populasi Jepang menunjukan
prevalensi kejadian asam urat sebesar 30% pada pria. Suatu studi meta
analisis di Cina tahun 2011 menunjukkan prevalensi asam urat sebesar
21,6% pada pria dan 8,6% pada wanita (Liu et al, 2011).
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) indonesia tahun
2013, prevalensi penyakit sendi adalah 11,9 % dan kecenderungan
penyakit prevalensi penyakit sendi/ encok/ rematik (24,7%) lebih rendah
dibanding tahun 2007 (30,3%). Kecenderungan penurunan prevalensi
diansumsikan kemungkinan perilaku penduduk yang sudah lebih baik,
seperti berolahraga dan pola makan. Prevalensi diagnosis berdasarkan
nakes tertinggi di Bali (19,3%), Diikuti Aceh (18,3%), Jawa Barat
(17,5%), dan Papua (15,4%). Prevalensi penyakit sendi berdasarkan
diagnosis nakes atau gejala tertinggi di NTT (33,1%), diikuti jawa barat
(32,1%), dan bali (30%). Sedangkan 5 tahun berikutnya angka prevalensi
penyakit gout meningkat/menurun. Prevalensi Gout Artritis berdasarkan
diagnosis Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun 2014, angka
kesakitan karena Gout Artritis adalah 27.104 dari total penduduk provinsi
Bengkulu dan menurut dinas tenaga kesehatan kota Bengkulu merupakan
sepuluh penyakit terbesar dan jumlah penderita Gout Artritis cenderung
meningkat di kota Bengkulu. Pada tahun 2016 adalah 2.706 orang tahun
2017 menjadi 3.406 orang tahun 2018 adalah 3.915 orang (Dinkes
10

Bengkulu, 2018). Berdasarkan UPTD. Puskesmas Pasar Ikan Kota


Bengkulu, Pada Tahun 2018 didapatkan jumlah pasien Gout Arthritis 899
orang (7,1%).
Pada orang yang menderita asam urat yang tinggi terdapat
peningkatan resiko 3-5 kali munculnya penyakit jantung koroner dan
stroke (Noviyanti, 2015). Terjadinya penyakit asam urat diakibatkan
peningkatan produksi asam urat atau penurunan ekskresi atau sering
merupakan kombinasi keduanya. Sebagian besar asam urat diakibatkan
peningkatan produksi dan sebagian kecil dari pasien dengan asam urat
itupun biasanya disebabkan oleh diet tinggi purin (eksogen) ataupun
proses endogen (pemecahan asam nukleat yang berlebihan). Asam urat
masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan. Hal ini dipengaruhi
oleh semakin padatnya aktivitas yang dilakukan menjadikan orang
tersebut mengabaikan masalah berolahraga dengan alasan tidak adanya
waktu luang karena kesibukan dalam bekerja (Prasetyo, 2013). Serta
kurangnya kesdaran masyarakat untuk memperhatikan kesehatannya
seperti masih banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi makanan tanpa
memperhatikan kandungan dari makan tersebut (Damayanti, 2012).
Penatalaksanaan nyeri pada gout arthritis ini menggunakan
penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi. Adapun
penatalaksanaan farmakologi yang dilakukan adalah pemberian obat
antiinflamasi non steroid (OAINS), kolkisin dan kortikosteroid selama
masih dalam episode akut. Sedangkan untuk penatalaksanaan non
farmnakologi bisa dengan melakukan kompres hangat.
Kompres hangat merupakan meredakan nyeri dengan mengurangi
spasme otot, merangsang nyeri, menyebabkan vasodilatasi dan
peningkatan aliran darah. Pembuluh darah akan melebar sehingga
memperbaiki peredaran darah dalam jaringan tersebut. Manfaatnya dapat
memfokuskan perhatian pada sesuatu selain nyeri atau dapat tindakan
pengalihan seseorang tidak berfokus pada nyeri lagi dan dapat relaksasi.
Dengan pemberian kompres hangat pembuluh-pembuluh darah akan
11

melebar sehingga memperbaiki peredaran darah di dalam jaringan


tersebut. Dengan cara ini penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-
sel diperbesar dan pembuangan dari zat-zat yang dibuang akan diperbaiki.
Aktivitas sel meningkat akan mengurangi rasa nyeri dan akan menunjang
proses penyembuhan (Steven, 2014).
Pemberian kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada
penderita asam urat dengan menggunakan cairan yang menimbulkan
hangat pada bagian tubuh yang memerlukannya. Tujuan memperlancar
sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, memberi rasa nyaman atau hangat
dan tenang. Kompres hangat yang dapat dipercaya menurunkan nyeri
pada penderita asam urat. Kompres hangat dengan kehangatan suhu air
30c-45c.
Tanaman herbal yang bisa dikombinasikan dengan kompres hangat
yaitu tanaman kayu manis. Dalam dunia kesehatan kayu manis
merupakan salah satu obat pereda sakit pada penyakit gout arthritis yang
sering dialami oleh banyak orang dewasa. Kulit kayu manis mengandung
minyak atsiri yang dapat membantu dalam proses penyerapan kedalam
kulit dan untuk melihat manfaat kayu manis terhadap penurunan nyeri.
Minyak atsiri yang terdapat pada kulit kayu manis mengandung eugenol
yang mempunyai rasa sangat pedas dan panas sehingga mampu membuka
pori-pori dikulit. Penambahan kayu manis dalam air hangat lebih
mendorong terjadinya pembuangan produk-produk antiinflamasi
(senyawa asam urat) dan dapat memperlancar sirkulasi darah, sehingga
kadar asam urat gout arthritis dapat berkurang. Pemberian kompres
hangat kayu manis dapat mempengaruhi penurunan kadar asam urat
didalam darah. (Prasetyaningrum, 2012).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian bagaimana Pengaruh Penggunaan Kompres Hangat Kayu
Manis Terhadap Skala Nyeri Pada Penderita Arthritis Gout.
12

B. Rumusan Masalah
Arthritis gout penyakit metabolik atau inflamasi sendi yang paling
sering ditemukan, ditandai dengan adanya penimbunan kristal
monosodium urat monohidrat dijaringan atau aklibat adanya supersaturasi
asam urat didalam cairan ekstraseluler.
Nyeri sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan, baik sensori
maupun emosional yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya
kerusakan jaringan tubuh.
Kompres hangat memberikan rasa hangat pada penderita asam urat
dengan menggunakan cairan yang menimbulkan hangat pada bagian
tubuh yang memerlukannya.
Berdasarkan fenomena ini maka rumusan masalah penelitian
adalah pengaruh penggunaan kompres hangat kayu manis terhadap skala
nyeri pada penderita arthritis gout.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
penggunaan kompres hangat kayu manis terhadap skala nyeri pada
penderita arthritis gout
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik dasar responden yang meliputi
umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan.
b. Untuk mengetahui tingkat nyeri penderita arthritis gout sebelum dan
setelah dilakukan kompres hangat
c. Mengetahui pengaruh penggunaan kompres hangat kayu manis
terhadap penurunan nyeri pada penderita arthritis gout.
13

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa
a. Dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswa untuk mengetahui
lebih dalam tentang gout arthritis
b. Dapat dijadikan bahan belajar untuk peningkatan proses
pembelajaran tentang gout arthritis
2. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian tentang pengaruh penggunaan kompres hangat kayu manis
terhadap penurunan nyeri pada penderita arthritis gout
3. Bagi masyarakat
Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan untuk mengetahui lebih
dalam tentang gout arhtritis dan perawatan yang benar agar penderita
mendapat perawatan yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Arthritis Gout


1. Definisi
Penyakit gout atau arthritis gout adalah penyakit yang disebabkan
oleh tumpukan asam urat/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan
sendi (Junaidi, 2013). Ketika asupan purin masuk kedalam tubuh melebihi
15%, akan terjadi penumpukan zat purin. Akibatnya, asam urat akan ikut
menumpuk. Hal ini menimbulkan resiko penyakit asam urat.
Arthritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi). Gout juga
merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik
yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia).
(Misnadiarly, 2015).
Gout atau arthritis pirai adalah suatu peradangan sendi sebagai
manifestasi dari akumulasi endapan kristal monosodium urat, yang
terkumpul didalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di
dalam darah (hiperurisemia). Yaitu jika kadar asam urat dalam darah lebih
dari 7,5 mg/dl. (Catatan : kadar normal asam urat dalam darah untuk pria
adalah 8 mg/dl, sedangkan untuk wanita adalah 7 mg/dl). (Junaidi, 2013)
Asam urat sebenarnya memiliki fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai
antioksidan dan bermanfaat dalam regenerasi sel. Setiap peremajaan sel,
kita membutuhkan asam urat. Jika tubuh kekurangan asam urat sebagai
antioksidan maka akan banyak oksidasi atau radikal bebas yang bisa
membunuh sel-sel kita. Metabolisme tubuh secara alami menghasilkan
asam urat. Makanan yang dikonsumsi juga menghasilkan asam urat.

14
15

2. Etiologi
Dalam dunia medis dikenal dengan istilah (Hiperurisme), yaitu
suatu kondisi ketika terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah
hingga melewati batas normal. Kadar asam urat normal dalam darah
manusia adalah 2,4-6,0 mg/dL untuk wanita dan 3,0-7,0 mg/dL untuk laki-
laki. Jika kadar asam urat dalam darah sudah lebih dari 7,0 mg/dL, maka
orang tersebut dikatakan hiperurismia. Kondisi hiperurisemia ini sangat
berpontensi menimbulkan terjadinya serangan penyakit asam urat atau
Gout Arhtritis. Faktor-faktor yang berpengaruh sebagai penyebab gout
adalah:
a. Usia
Pada laki-laki penyakit Gout Arhtritis lebih banyak terjadi pada
sebelum usia 30 tahun dibandingkan wanita. Namun angka kejadian
Gout Arhtritis menjadi sama antara laki-laki dan wanita setelah usia
60 tahun. Pertambahan usia merupakan faktor resiko penting pada
laki-laki dan wanita. Hal ini kemungkinan disebabkan banyak faktor,
seperti peningkatan kadar asam urat serum (penyebab yang paling
sering adalah karena adanya penurunan fungsi ginjal), peningkatan
pemakaian obat diuretik, dan obat lain yang dapat meningkatkan
kadar asam urat serum.
b. Jenis kelamin
Laki-laki mempunyai tingkat serum asam urat lebih tinggi dari
pada wanita, yang meningkatkan resiko mereka terserang Gout
Arhtritis, namun angka kejadian Gout Arhtritis menjadi sama antara
kedua jenis kelamin setelah usia 60 tahun. Wanita mengalami
peningkatan resiko Gout Arhtritis setelah menopause, kemudian
resiko mulai meningkat pada usia 45 tahun. Dengan penurunan level
estrogen karena estrogen memiliki efek urikosurik, hal ini
menyebabkan Gout Arhtritis jarang pada wanita muda (Roddy dan
Doherty, 2010).
16

c. Riwayat medikasi
Obat diuretik adalah faktor resiko yang signifikan untuk
perkembangan Gout Arhtritis. Obat diuretik dapat menyebabkan
peningkatan reabsorpsi asam urat dalam ginjal, sehingga
menyebabkan hiperurisemia. Dosis rendah aspirin, umumnya
diresepkan untuk kardioprotektif, juga meningkatkan kadar asam urat
sedikit pada pasien usia lanjut. Hiperurisemia juga terdeteksi pada
pasien yang memakai Pirazinamid, Etambutol, dan Niasin (Weaver,
2008).
d. Obesitas
Obesitas dan indeks massa tubuh sangat berpengaruh secara
signifikan dengan resiko Gout Arhtritis. Resiko Gout Artritis sangat
rendah untuk laki-laki dengan indeks massa tubuh antara 21 dan 22
tetapi meningkat tiga kali lipat untuk laki-laki yang indeks massa
tubuh 35 atau lebih besar (Weaver, 2008).
e. Konsumsi purin dan alkohol
Konsumsi tinggi alkohol, diet kaya daging dan makanan laut
(terutama kerang dan beberapa ikan laut lainnya) meningkatkan
resiko Gout Arhtritis. Sayuran yang banyak mengandung purin, yang
sebelumnya dieliminasi dalam diet rendah purin, tidak ditemukan
memiliki hubungan terjadinya hiperurisme dan tidak meningkatkan
resiko Gout Arhtritis (Weaver, 2008).
Alkohol dapat meningkatkan asam laktat pada darah yang
menghambat eksresi asam urat. Alasan lain yang menjelaskan
hubungan alkohol dengan adalah alkohol memiliki kandungan purin
yang tinggi sehingga mengakibatkan over produksi asam urat dalam
tubuh (Doherty, 2009).
17

3. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik :
a. Stadium arthritis gout akut
Pada tahp ini penderita akan mengalami serangan arthritis yang
khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam
waktu 5-7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita
menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak menduga
terkena penyakit gout dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.
Pada serangan akut yang tidak berat, keluhan-keluhan dapat hilang
dalam beberapa jam atau hari. Pada serangan akut berat dapat sembuh
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal,
diet tinggi purin, kelelahan fisik, stres, tindakan operasi, pemakaian
obat diuretik atau penurunan dan peningkatan asam urat.
b. Stadium interkritikal
Pada keadaaan ini penderita dalam keadaan sehat selama
jangka waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan orang
lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10
tahun, tetapi rata-rata berkisar 1-2 tahun panjangnya jangka waktu
tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah menderita
serangan arthritis gout atau menyangka serangan pertama kali dahulu
tak ada hubungannya dengan penyakit gout.
Walaupun secara klinik tidak didapatkan tanda-tanda akut,
namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukan
bahwa proses peradangan tetap berlanjut, walaupun tanpa keluhan
dengan manajemen yang tidak baik, maka keadaan interkritik akan
berlanjut menjadi stadium dengan pembentukan tofi.
c. Stadium arthritis gout menahun (kronik)
Tahap ketiga disebut sebagai tahap arthritis gout kronik
bertofus. Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama
10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di
18

sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus
ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang
merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya. Pada
stadium ini kadang-kadang disertai batu saluran kemih. Pirai menahun
dan berat, yang menyebabkan terjadinya kelainan bentuk sendi.
Pengendapan kristal urat di dalam sendi dan tendon terus
berlanjut dan menyebabkan kerusakan yang akan membatasi
pergerakan sendi. Benjolan keras dari kristal urat (tofi) diendapkan di
bawah kulit di sekitar sendi. Tofi juga bisa terbentuk di dalam ginjal
dan organ lainnya. Dibawah kulit telinga atau di sekitar sikut. Jika
tidak diobati, tofi pada tangan dan kaki bisa pecah dan mengeluarkan
massa kristal yang menyerupai kapur.
Klasifikasi berdasarkan penyebabnya :
a. Gout primer
Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat
berlebihan, penurunan eksresi asam urat melalui ginjal
b. Gout sekunder
Gout sekunder disebabkan oleh penyakit maupun obat-obatan.
 Obat-obatan
Salisilat dosis rendah, diuretik, pyrazinamide (obat TBC),
levodopa (obat parkinson), asam nikotinat
 Penyakit lainnya
Insufiensi ginjal : gagal ginja adalah salah satu penyebab yang
lebih lazim hiperusemia. Pada gagal ginjal kronikadar asam urat
pada umumnya tidak akan meningkatkan sampai kretinie
clearance kurang dari 20 ml/menit, kecuali bila ada faktor-faktor
lain yang berperan. Pada kelainan ginal tertentu, seperti
nefpropati karena keracunan timbal menahun, hiperusemia
umunya telah dapat diamati bahkan dengan insufisiensi ginjal
yang minimal.
19

4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala arthritis gout secara umum adalah sebagai berikut :
a. Nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sendi pada saat tengah malam,
biasanya pada ibu jari kaki (sendi metatarsofalangeal pertama) atau
jari kaki (sendi tarsal)
b. Jumlah sendi yang meradang kurang dari empat (oligoartritis) dan
serangannya pada satu sisi (unilateral)
c. Kulit berwarna kemerahan, terasa panas, bengkak, dan sangat nyeri
d. Pembengkakan sendi umumnya terjadi secara asimetris (satu sisi
tubuh)
e. Demam, dengan suhu tubuh 38,3 ºC atau lebih, tidak menurun lebih
dari tiga hari walau telah dilakukan perawatan
f. Ruam kulit, sakit tenggorokan, lidah berwarna merah atau gusi
berdarah
g. Bengkak pada kaki dan peningkatan berat badan yang tiba-tiba
h. Diare atau muntah

5. Patofisiologi
Penyakit ini harus melalui tahapan-tahapan tertentu yang menandai
perjalanan penyakit Gout Artritis ini. Gejala awal ditandai oleh
hiperurisemia kemudian berkembang menjadi gout dan komplikasi yang
ditimbulkannya. Prosesnya berjalan cukup lama tergantung kuat atau
lemahnya faktor resiko yang dialami oleh seorang penderita
hiperurisemia.
Hiperurisemia adalah hasil dari meningkatnya produksi asam urat
akibat metabolisme purin abnormal, menurunya ekresi asam urat atau
kombinasi keduanya, jika hiperurisemia tidak ditangani dengan baik, cepat
atau lambat penderita akan mengalami serangan gout akut. Jika kadar
asam urat tetap tinggi selama beberapa tahun, penderita tersebut akan
mengalami tahap interkritikal. Setelah memasuki fase ini, tidak butuh
20

waktu lama untuk menuju fase akhir yang dinamakan dengan stadium gout
kronis (Lingga, 2012).
Faktot- faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout
Artritis. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah konsentrasi
asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout akan berlangsung
melalui beberapa tahap secara berurutan, sebagai berikut:
a. Presipitasi Kristal monosodium urat, dapat terjadi dalam jaringan bila
konsentrasi dalam plasma lebih dari 7 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, jaringan para–artikuler misalnya bursa, tendon dan
selaputnya. Krista urat yang bermuatan negatip akan dibungkus
(Coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG
akan merangsang netropi untuk berespon terhadap pembentukan
Kristal.
b. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN), pembentukan kristal
faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan
selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto konvensional (X-Ray)
a) Ditemukan pembengkakan jaringan lunak dengan klasifikasi
(tophus) berbentuk seperti topi terutama disekitar sendi ibu jari
kaki.
b) Tampak pembengkakan sendi yang asimetris dan kista arthritis
erosif
c) Peradangan dan efusi sendi

b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Asam Urat (Serum)
a) Dijalankan untuk memantau asam urat serum selama
pengobatan gout.
21

b) 3-5 ml darah vena dikumpulkan dalam tabung berpenutup


merah. Diusahakan supaya tidak terjadi hemolisis
c) Elakkan dari memakan makanan tinggi purin seperti jeroan
(hati, ginjal, otak, jantung), remis, sarden selama 34 jam
sebelum uji dilakukan
d) Nilai normal : Pria Dewasa : 3,5 – 8,0 mg/dL, Perempuan
Dewasa : 2,8 – 6,8 mg/Dl
e) Peningkatan kadar asam urat serum sering terjadi pada kasus
gout, alkoholisme, leukimia, limfoma, diabetes melitus (berat),
gagal jantung kongestif, stress, gagal ginjal, pengaruh obat :
asam askorbat, diuretic, tiazid, levodopa, furosemid, fenotiazin,
6-merkaptopurin, teofilin, salisilat.
2) Asam Urat (Urine 24 jam)
a) Untuk mendeteksi dan/atau mengonfirmasi diagnosis gout atau
penyakit ginjal
b) Sampel urine 24 jam ditampung dalam wadah besar,
ditambahkan pengawet dan didinginkan
c) Pengambilan diet makanan yang mengandung purin
ditangguhkan selama penampungan
d) Tidak terdapat pembatasan minuman
e) Nilai normal : 250 – 750 mg/24 jam
f) Peningkatan terjadi pada kasus gout, diet tinggi purin, leukemia,
sindrom Fanconi, terapi sinar-X, penyakit demam, hepatitis
virus, pengaruh obat : kortikosteroid, agens sitotoksik
(pengobatan kanker), probenesid (Benemid), salisilat (dosis
tinggi)
g) Kadar Ph urine diperiksa jika terdapat hiperuremia. Batu urat
terjadi pada pH urine rendah (asam)
c. Pemeriksaan cairan sendi
1) Tes Makroskopik
a) Warna dan kejernihan
22

(1) Normal : tidak berwarna dan jernih


(2) Seperti susu : gout
(3) Kuning keruh : inflamasi spesifik dan nonspesifik karena
leukositosis
(4) Kuning jernih : arthritis reumatoid ringan, osteo arthritis
b) Bekuan
(1) Normal : tidak ada bekuan
(2) Jika terdapat bekuan menunjukkan adanya peradangan.
Makin besar bekuan makin berat peradangan
c) Viskositas
(1) Normal : viskositas tinggi (panjangnya tanpa putus 4-6 cm)
(2) Manurun (kurang dari 4 cm : inflamatorik akut dan septik)
(3) Bervariasi : hemoragik
d) Tes mucin
(1) Normal : terlihat satu bekuan kenyal dalam cairan jernih
(2) Mucin sedang : bekuan kurang kuat dan tidak ada batas
tegas : rheumatoid arthritis
(3) Mucin jelek : bekuan berkeping-keping : infeksi
2) Tes Mikroskopik
a) Jumlah leukosit
(1) Jumlah normal leukosit : kurang 200/mm³
(2) 200 – 500/mm³ → penyakit non inflamatorik
(3) 2000 – 100 000/mm³ → penyakit inflamatorik akut. Contoh
: arthritis gout, arthritis rheumatoid
(4) 20 000 – 200 000/mm³ → kelompok septik (infeksi).
Contoh : arthritis TB, arthritis gonore
(5) 200 – 1000/mm³ → kelompok hemoragik
b) Hitung jenis sel
(1) Jumlah normal neutrofil : kurang dari 25%
(2) Jumlah neutrofil pada akut inflamatorik : arthritis gout akut
: rata-rata 83%
23

(3) Faktor rematoid : rata-rata 46%. Arthrtitis rematoid : rata-


rata 65%
c) Kristal-kristal
(1) Normal : tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi
(2) Arthritis gout : ditemukan kristal monosodium urat (MSU)
berbentuk jarum memiliki sifat birefringen ketika disinari
cahaya polariasi
(3) Arthritis rematoid : ditemukan kristal kolesterol
d) Tes kima
(1) Tes glukosa dan mikrobiologi
(2) Laktat dehidrogenase
(Joyce LeFever, 2007)

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Diet, dianjurkan menurunkan berat badan pada pasien yang gemuk.
Hindari makanan tinggi purin (hati, ikan sarden, daging kambing,
dan sebagainya), termasuk roti manis. Meningkatkan asupan cairan
(banyak minum)
2) Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia seperti
tiazid, diuretic, aspirin, dan asam nikotinat yang menghambat
ekskresi asam urat dari ginjal
3) Mengurangi konsumsi alkohol (bagi peminum alkohol)
4) Tirah baring merupakan suatu keharusan dan diteruskan selama 24
jam setelah serangan menghilang. Arthritis gout dapat kambuh bila
terlalu cepat bergerak
5) Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat
sensitivitas reseptor nteri dan subkutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es dapat
diletakkan pada tempat cedera segera setelah cedera terjadi.
Sementara terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan
24

aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat menurunkan


nyeri dengan mempercepat penyembuhan.
6) Relaksasi, adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan
fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan
toleransi nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas
abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat
memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman.
Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan
keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan
yang meningkatkan nyeri
(Anarmoyo, 2013).

b. Penatalaksanaan medis
Obat-obat yang diberikan pada serangan akut antara lain :
1) Kolkisin
Efek samping yang ditemui antaranya sakit perut, diare, mual
atau muntah-muntah. Kolkisin bekerja pada peradangan terhadap
kristal urat dengan menghambat kemotaksis sel radang. Dosis oral
0,5 – 0,6 mg per jam sampai nyeri, mual, atau diare hialng.
Kemudian obat dihentikan biasanya pada dosis 4 – 6 mg, maksimal
8 mg.
2) Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Oain yang paling sering digunakan adalah indometasin.
Dosis awal 25-50 mg setiap 8 jam, diteruskan sampai gejala
menghilang (5-10 hari). Kontraindikasinya jika terdapat ulkus
peptikum aktif, gangguan fungsi ginjal dan riwayat alergi
terhadap Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS).

3) Kortikosteroid
Bila sendi yang terserang monoartikular, pemberian
intraartikular sangat efektif, contohnya triamsinolon 10-40 mg
25

intraartikular. Untuk gout poliartikuar, dapat diberikan secara


intravena (Metilprednisolon 40 mg/hari) atau oral (Prednisone 40-
60 mg/hari).
4) Analgesik
Diberikan jika rasa nyeri sangat hebat, Jangan diberikan
aspirin karena dalam dosis rendah akan menghambat ekskresi asam
urat dari ginjal dan memperberat hiperurisemia.
5) Preparat Colchicin (Oral atau parenteral)
Berfungsi untuk meredakan serangan akut gout.
Penatalaksanaan medis hiperurisemia, tofus, penghancuran sendi
dan masalah renal biasanya dimulai setelah proses inflamasi akut
mereda. Preparat urikosurik seperti probenesid akan memperbaiki
keadaan hiperurisemia dan melarutkan endapan urat. Allopurinol
juga merupakan obat yang efektif tetapi penggunaannya terbatas
karena terdapat resiko toksisitas. Kalau diperlukan penurunan
kadar asam urat dalam serum, preparat urikosurik merupakan
obat pilihan. Kalau pasiennya beresiko untuk mengalami insufiensi
renal atau batu ginjal (kalkuli renal), allopurinol merupakan obat
pilihan (Smeltzer, 2014).

B. Konsep Nyeri
1. Pengertian
Nyeri adalah kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,
bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam
hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
mejelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.(Tetty, 2015)
Nyeri sering sekali dijelaskan dan istilah destruktif seperti ditusuk-
tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, pada perasaan takut, mual
dan mabuk. Terlebih, setiap perasaan nyeri dengan intensitas sedang
sampai kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat untuk
melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu. Rasa nyeri merupakan
26

mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini
akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus
neyri.

2. Teori nyeri
a) Teori Intensitas (The Intensity Theory)
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor.
Setaip rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika
intensitasnya cukup kuat.
b) Teori Kontrol Pintu (The Gate Control Theory)
Menyatakan bahwa impuls nyeri dapat diatur dan dihambat oleh
mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat, dimana impuls
nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat
sebuah pertahanan ditutup.
c) Teori Pola (Pattern Theory)
Teori ini menjelaskan bahawa nyeri disebabkan oleh berbagai
reseptor sensori yang di rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini
merupakan akibat dari stimulasi reseptor yang menghasilkan pola dari
impuls saraf. Teori pola adalah rangsangan nyeri masuk melalui akar
genglion dorsal medulla spinalis dan rangsangan aktivitas sel T. Hal ini
mengakibatkan suatu respon yang merangsang bagian yang lebih tinggi
yaitu korteks serebri dan menimbulkan persepsi, lalu otot berkontraksi
sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas
respon dari reaksi sel T. (Margono, 2014)

3. Jenis – Jenis Nyeri


Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu :
1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang berlangsung dari beberapa detik
hingga kurang dari 6 bulan biasanya dengan awitan tiba-tiba dan
umumnya berkaitan dengan cidera fisik. Nyeri akut mengindikasikan
27

bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama
terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun
sejalan dengan terjadinya penyembuhan.
Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya
kurang dari satu bulan. Salah satu nyeri akut yang terjadi adalah nyeri
pasca pembedahan (Meliala & Suryamiharja, 2007)
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan
dengan penyebab atau cidera fisik. Nyeri kronis dapat tidak memiliki
awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati
karena biasanya nyeri ini sering tidak memberikan respon terhadap
pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronik ini juga
sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam
bulan atau lebih, meskipun enam bulan merupakan suatu periode yang
dapat berubah untuk membedakan nyeri akut dan nyeri kronis (Potter
& Perry, 2005).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri


Reaksi fisik seseorang terhadap nyeri yakni dalam perubahan
neurologis yang spesifik dan sering dapat diperkirakan. Reaksi pasien
terhadap nyeri dibentuk oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi
mencakup umur, sosial budaya, status emosional, pengalaman nyeri masa
lalu, sumber nyeri dan dasar pengetahuan pasien. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi reaksi nyeri tersebut antara lain:
a. Pengalaman Nyeri Masa Lalu
Semakin sering individu mengalami nyeri, makin takut pula
individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan
diakibatkan oleh nyeri tersebut. Individu ini mungkin akan lebih sedikit
mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera reda dan sebelum
28

nyeri tersebut menjadi lebih parah. Individu yang memiliki pengalaman


nyeri berulang dapat mengetahui ketakutan peningkatan nyeri dan
pengobatannya tidak adekuat (Potter & Perry, 2005).
b. Umur
Orang dewasa mengalami perubahan neurofisiologi dan mungkin
mengalami penurunan persepsi sensori stimulus serta peningkatan
ambang nyeri. Penilaian tentang nyeri dan ketepatan pengobatan harus
didasarkan pada laporan nyeri pasien dan pereda ketimbang didasarkan
pada usia (Potter & Perry, 2005).
c. Jenis Kelamin
Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya dengan sifat
keterpaparan dan tingkat kerentanan memegang peranan tersendiri.
Berbagai penyakit tertentu ternyata berhubungan erat dengan jenis
kelamin, dan berbagai sifat tertentu. Penyakit yang hanya dijumpai pada
jenis kelamin tertentu, terutama yang berhubungan erat dengan alat
reproduksi atau yang secara genetik berperan dalam perbedaan jenis
kelamin.

5. Fisiologi Nyeri
Saat terjadinya stimulus yang menimbulkan kerusakan jaringan
hingga pengalaman emosional dan psikologis yang menyebabkan nyeri,
terdapat rangkaian peristiwa elektrik dan kimiawi yang kompleks, yaitu
transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi adalah proses
dimana stimulus noksius diubah menjadi aktivitas elektrik pada ujung saraf
sensorik (reseptor) terkait. Proses berikutnya, yaitu transmisi, dalam proses
ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang
meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang
meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla
spinalis ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik
antara thalamus dan cortex. Proses ketiga adalah modulasi yaitu aktivitas
saraf yang bertujuan mengontrol transmisi nyeri. Suatu senyawa tertentu
29

telah diternukan di sistem saraf pusat yang secara selektif menghambat


transmisi nyeri di medulla spinalis. Senyawa ini diaktifkan jika terjadi
relaksasi atau obat analgetika seperti morfin (Prasetyo, 2010).
Proses terakhir adalah persepsi, proses impuls nyeri yang
ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama
sekali belum jelas. Bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi
tersebut juga tidak jelas. Sangat disayangkan karena nyeri secara mendasar
merupakan pengalaman subyektif yang dialami seseorang sehingga sangat
sulit untuk memahaminya. Nyeri diawali sebagai pesan yang diterima oleh
saraf-saraf perifer. Zat kimia (substansi P, bradikinin, prostaglandin)
dilepaskan, kemudian menstimulasi saraf perifer, membantu mengantarkan
pesan nyeri dari daerah yang terluka ke otak. Sinyal nyeri dari daerah yang
terluka berjalan sebagai impuls elektrokimia di sepanjang nervus ke bagian
dorsal spinal cord (daerah pada spinal yang menerima sinyal dari seluruh
tubuh). Pesan kemudian dihantarkan ke thalamus, pusat sensoris di otak di
mana sensasi seperti panas, dingin, nyeri, dan sentuhan pertama kali
dipersepsikan. Pesan lalu dihantarkan ke cortex, di mana intensitas dan
lokasi nyeri dipersepsikan. Penyembuhan nyeri dimulai sebagai tanda dari
otak kemudian turun ke spinal cord. Di bagian dorsal, zat kimia seperti
endorphin dilepaskan untuk mengurangi nyeri di daerah yang terluka
(Potter & Perry, 2005).
Di dalam spinal cord, terdapat gerbang yang dapat terbuka atau
tertutup. Saat gerbang terbuka, impuls nyeri lewat dan dikirim ke otak.
Gerbang juga bisa ditutup. Stimulasi saraf sensoris dengan cara menggaruk
atau mengelus secara lembut di dekat daerah nyeri dapat menutup gerbang
sehingga rnencegah transmisi impuls nyeri. Impuls dari pusat juga dapat
menutup gerbang, misalnya motivasi dari individu yang bersemangat ingin
sembuh dapat mengurangi dampak atau beratnya nyeri yang dirasakan
(Potter & Perry,2005).
30

6. Mengkaji Identitas Nyeri


Skala Penilaian Numerik (NRS)
Skala penilaian numerik atau numeric rating scale (NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Klien menilai nyeri
dengan menggunakan sakal 0-10 (Meliala & Suryamiharja, 2007).

Gambar 2 Numerical Rating Scale (Potter & Perry, 2006)

C. Kompres Hangat Kayu Manis


1. Pengertian kompres hangat
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada penderita
asam urat dengan menggunakan cairan yang menimbulkan hangat pada
bagian tubuh yang memerlukannya.
2. Tujuan Kompres hangat
Tujuan dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa,
membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan rasa nyeri, dan
memperlancar pasokan aliran darah dan memberikan ketenangan pada
klien. Kompres hangan yang digunakan berfungsi untuk melebarkan
pembuluh darah, menstimulasi sirkulasi darah, dan mengurangi kekakuan
(Perry & Potter, 2005). Tujuan memperlancar sirkulasi darah, mengurangi
rasa sakit, memberi rasa nyaman atau hangat dan tenang. Kompres hangat
yang dapat dipercaya menurunkan nyeri pada penderita asam urat.
Kompres hangat dengan kehangatan suhu air 30c-45c.
3. Cara mengatasi kompres hangat dengan kayu manis
Kayu manis (Cinnamomum Burmani) adalah rempah-rempah
dalam bentuk kulit kayu yang biasa dimanfaatkan masyarakat sebagai
31

penambah rasa dalam masakan. Dalam kesehatan kayu manis merupakan


salah satu obat pereda sakit pada penyakit rematik yang sering dialami
oleh lanisa.
Kulit kayu manis mengandung minyak atsiri yang dapat membantu
dalam proses penyerapan kedalam kulit dan untuk melihat manfaat kayu
manis terhadap penurunan nyeri. Minyak atsiri yang terdapat pada kulit
kayu manis mengandung eugenol yang mempunyai rasa sangat pedas dan
panas sehingga mampu membuka pori-pori dikulit. Penambahan kayu
manis dalam air hangat lebih mendorong terjadinya pembuangan produk-
produk antiinflamasi (senyawa asam urat) dan dapat memperlancar
sirkulasi darah, sehingga kadar asam urat gout arthritis dapat berkurang.
4. Pengertian kompres hangat kayu manis
Kompres hangat kayu manis adalah memberikan rasa hangat pada
penderita asam urat. Kompres hangat kayu manis juga digunakan sebagai
terapi alternatif untuk menurunkan skala nyeri tanpa menggunakan obat-
obatan kimia. Teknik penggunaan kompres hangat kayu manis ini yaitu
dengan cara meletakkan serbuk kayu manis ke dalam air hangat
secukupnya, kemudian ditunggu selama 15 sampai 20 menit. Sebelum
dilakukan kompres hangat kayu manis, skala nyeri diukur terlebih dahulu.
Kemudian diukur kembali setelah dilakukan kompres hangat kayu manis.
Kerangka teori

Alkohol Obesitas Makanan (kepiting, Jenis Penyakit &


seafood, dll) kelamin obat-obatan

Kelebihan berat
Kadar laktat Kadar Pada pria
badan akan Menghambat
dalam darah menghambat protein kadar asam
eksresi asam
eksresi urat tinggi
urat di
tubulus ginjal

Sekresi asam Gangguan Produksi


urat metabolisem asam urat
purin

Penumpukan purin

Kompres hangat
Gout
kayu manis

Menstimulasi sirkulasi
darah

Aliran darah

Menstransmisi
impuls nyeri

Memberi sinyal ke
hipotalamus melalui
sumsum tulang belakang

Menurunkan nyeri

32
33

BAB III
KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI
OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan landasan berfikir untuk melakukan
penelitian dan dibuat berdasarkan tinjauan pustaka. Kerangka konsep
menunjukan jenis serta hubungan antara variabel yang diteliti. Kerangka
konsep pada penelitian ini digambarkan seperti pada skema 3.1

Variebel Independen Variabel Dependen

Kompres Hangat Kayu Skala Nyeri Pada


Manis Penderita Arthritis Gout

Variebel Perancu

- Obat analgetik

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :
: area yang diteliti
: diteliti

B. Hipotesis
Ha : Ada pengaruh penggunaan kompres hangat kayu manis terhadap
skala nyeri pada penderita Arthritis Gout
34

C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan
bagaimana cara menentukan variabel dan mengukur variabel. (Setiadi,
2007)

Variabel Definisi Operasional Cara Alat Hasil Skala


Ukur Ukur Ukur Ukur
Variabel
Independen
Kompres Memberikan rasa Obser Termo Ya Nominal
Hangat hangat kepada vasi meter dilakukan
Kayu penderita arthritis
Manis gout yang terkena Lembar Tidak
nyeri dibagian tubuh. obser tidak
Yang di letakkan vasi dilakukan
handuk kedalam air
yang berisikan air
hangat yang
dicampurkan oleh
serbuk kayu manis
yang dilakukan
selama 15-20 menit
dengan frekuensi
2x1 hari selama 7
hari

Variabel
Dependen
Skala nyeri Kondisi berupa Wawa Nume Dinyata Interval
pada perasaan yang tidak ncara ric kan 0-10
penderita menyenangkan Rating
35

Arthritis seperti ditusuk- Scale


Gout tusuk, panas terbakar (NRS)
pada penderita
arthritis gout
36

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan desain
penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan dengan desain Non-
equivalent Control Group Design. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan
perlakuan kepada kelompok eksperimen dan menyediakan kelompok kontrol
sebagai pembanding dan kelompok lainnya diberikan perlakuan lain sebagai
pembanding (Sugiyono, 2012).

Tabel 4.1 Rancangan Penelitian


R1 O1 X1 O1a
R2 O2 X2 O2a

Keterangan :

R1 = Responden Kelompok Kontrol


R2 = Responden Kelompok Intervensi
O1 = Melakukan kompres hangat terhadap skala nyeri pada
penderita arthritis gout
O2= Melakukan kompres hangat kayu manis terhadap skala nyeri
pada penderita arthritis gout
O1a = Pengukuran skala nyeri pada kelompok kontrol
O1a= Pengukuran skala nyeri pada kelompok intervensi

B. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai maret 2020 di Puskesmas
Pasar Ikan Kota Bengkulu.
37

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi adalah responden yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2014). Populasi yang akan diambil dari penelitian ini adalah semua
penderita arthritis gout. Populasi arthritis gout di wilayah Puskesmas Pasar Ikan
Kota Bengkulu sebanyak 899 orang pada tahun 2018
2. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan
diambil (Notoatmojo, 2010). Perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini
ditentukan berdasarkan rumus beda 2 mean seperti dibawah ini.
𝛼
2 𝜎²(𝑍1 − 2 + 𝑍1 − 𝛽)²
𝑛=[ ]
(µ1 − µ2)²

Keterangan :
n = besar sampel
𝛼
Z1- 2 = standar normal deviasi untuk α (standar deviasi α = 0,05 = 1,96)

Z1-β = standar normal deviasi untuk β (standar deviasi β = 1,64)


µ1 = nilai mean kelompok kontrol yang didapat dari literatur
µ2 = nilai mean kelompok intervensi yang didapat dari literatur
σ2 = estimasi standar deviasi dari beda-2 mean pretest dan post test
Berdasarkan literatur (Dharma, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hafiza, dkk (2019) yang berjudul


Perbedaan efektivitas kompres hangat kayu manis dan kompres hangat jahe
putih terhadap skala nyeri kadar asam urat suhu lokal gout arthritis.
Nilai mean kelompok kontrol (μ=2,12), nilai mean kelompok intervensi
(μ=2,75), perbedaan standar deviasi dari beda mean yang ditetapkan = 0,48625.
Besaran sampel yang diperoleh :

2.0,48625(1,96+0,84)²
𝑛=
(2,12−2,75)²

𝑛 = 19,2 20 orang
38

Berdasarkan perhitungan jumlah sampel pada masing-masing kelompok


adalah 20 orang, sehingga jumlah seluruh sampel penelitian adalah 40 orang
kriteria sampel bersedia menjadi responden. Sampel yang digunakan adalah
responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Kriteria inklusi :
1. Bersedia menjadi responden
2. Usia 40 ke-atas yang memiliki penderita penyakit arthritis gout
Kriteria ekslusi :
1. Orang dewasa yang mengkonsumsi obat medis, obat analgesik, penurun
kadar asam urat darah seperti NSAID

D. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti mengenai
(umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan). Dalam penelitian ini data
primer diperoleh dengan lembar observasi.
2. Data Sekunder
Data tentang penderita arthritis gout di wilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi yang berisi
pertanyaan-pertanyaan, SOP kompres hangat kayu manis dan pengukuran skala
nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS).

F. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari yaitu editing, coding,
processing dan cleaning. Tahap editing dilakukan dengan mengecek data yang
sudah terkumpul diperikaa kembali untuk memastikan kelengkapan, kesesuaian
dan kejelasan. Tahap Coding merupakan tahap pengkodean setiap data huruf
menjadi angka, 0= dan 1 Tahap proccessing yaitu memasukkan data dari lembar
observasi ke dalam komputer dengan menggunakan salah satu program
komputer. Tahap terakhir yaitu proses pembersihan data dilakukan dengan
39

mengecek kembali data yang sudah di entry, pengecekan ini untuk melihat
apakah ada data yang hilang (missing) dengan melakukan list, koreksi kembali
apakah data yang sudah di entry benar atau salah dengan melihat variasi data
atau kode yang digunakan.

G. Analisa Data
Analisa data dengan univariat yang dilakukan pada setiap variabel hasil
penelitian dan analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berpengaruh (Notoadmojo, 2006).
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendeskripsikan variabel karakteristik
responden. Analisa menggunakan distribusi frekuensi dan presentase meliputi
(usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan). Serta rata-rata skala nyeri
sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat kayu manis pada kelompok
intervensi, rata-rata skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat
pada kelompok kontrol. Variabel dianalisis dengan tendensi sentral mean,
median, standar deviasi, serta nilai minimal dan maksimal pada 95% confidence
interval (CI). Penyajian data dari masing-masing variabel menggunakan tabel
dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui pengaruh kompres hangat kayu manis
terhadap penurunan skala nyeri pada penderita arthritis gout. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data yang menjadi
syarat untuk menentukan jenis statistik yang digunakan dalam analisis
selanjutnya. Karena data yang digunakan untuk uji normalitas ini bukan data
metah maka uji normalitas ini menggunakan Kolmogorov Smirnov. Pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol data berdistribusi normal maka uji
bivariat yang digunakan adalah uji wilcoxon
40

H. Prosedur pengumpulan data


1. Prosedur pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan langkah langkah
sebagai berikut :
a) Memperoleh data penderita Arthritis Gout dari tempat penelitian
b) Melihat kriteria inklusi dan eksklusi Arthritis Gout
c) Jika memenuhi kriteria inklusi maka yang bersangkutan akan menjadi calon
responden
d) Memberikan informed consent kepada calon responden dan mengisi lembar
ceklis
e) Menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur pengumpulan data pada calon
responden.
f) Melakukan pengisian lembar ceklis observasi kepada calon responden
g) Setelah menerima persetujuan maka 20 responden pertama yang didapat oleh
peneliti akan dijadikan sebagai responden kelompok intervensi
h) Kegiatan yang sama akan di ulang kembali dari point 1-6 sampai jumlah
sample yang di butuhkan untuk kelompok intervensi tercukupi.
i) Kegiatan yang sama akan di ulang kembali dari point 1-5 sampai jumlah
sample yang di butuhkan untuk kelompok kontrol tercukupi dan dilanjukan
dengan kegiatan kompres hangat pada responden kelompok kontrol
2. Alur Penelitian
Sebelum dilakuakan pengambilan data penelitian, peneliti melakukan
tahapan penelitian yang dimulai dari seleksi sampling untuk menentukan
kelompok intervensi ataupun kelompok kontrol. Untuk pelaksanaan kompres
hangat kayu manis pada penderita arthritis gout dapat dilihat dari bagan berikut :
41

Seluruh responden Arthritis Gout dikumpulkan

Inform concent, Pengumpulan data

Responden sesuai dengan kriteria penelitian

Random alokasi

Kelompok Intervensi Kelompok kontrol

Pre Intervensi : pengukuran skala Pre : pengukuran skala


nyeri menggunakan NRS nyeri menggunakan
NRS

Melakukan intervensi kompres Melakukan kompres


hangat kayu manis hangat

Post: mengukur kembali skala Post : mengukur


nyeri setelah 20 menit dilakukan kembali skala nyeri
intervensi

Merecord data
Merecord data

Analisis Data
Analisis Data

Bagan 4.1 Alur Penelitian


42

I. Etika Penelitian
Peneliti akan mempertimbangkan etik dan legal penelitian untuk
melindungi responden agar terhindar dari segala bahaya serta ketidaknyamanan
fisik dan psikologis. Ethical clearence mempertimbangkan hal-hal dibawah ini:
1. Self determinan
Dalam penelitian ini dijaga dengan memberikan kebebasan pada responden
untuk memilih dan memutuskan berpartisipasi dan menolak dalam penelitian ini
tanpa ada paksaan.
2. Tanpa nama (anonimity)
Nama responden tidak perlu dicantumkan pada lembar observasi. Penggunaan
anonimity pada penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan kode dan
alamat responden pada lembar observasi dan mencantumkan tanda tangan pada
lembar persetujuan sebagai responden.
3. Kerahasiaan (confidentialy)
Kerahasiaan ini diartikan sebagai semua informasi yang didapat dari responden
tidak akan disebarluaskan ke orang lain dan hanya peneliti yang mengetahuinya.
Informasi yang telah terkumpul dari subjek dijamin rahasia. Kelompok data
tertentu yang telah disajikan pada hasil penelitian. Peneliti menggunakan nama
samaran (anonim) sebagai pengganti identitas responden.
4. Keadilan (justice)
Prinsip keadilan memenuhi prinsip kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian.
Responden harus di perlakuan secara adil awal sampai akhir tanpa ada
diskriminasi, sehingga jika ada yang tidak bersedia maka harus dikeluarkan.
Peneliti memberikan penghargaan kepada semua responden, jika telah
mengikuti penelitian dengan baik.
5. Asas kemanfaatan (beneficiency)
Asas kemanfaatan harus memiliki tiga prinsip yaitu bebas penderitaan, bebas
eksploitasi dan bebas risiko. Bebas penderitaan bila ada penderitaan pada
responden. Bebas eksploitasi bila didalam pemberian informasi dan pengetahuan
tidak berguna, sehingga merugikan responden. Risiko yang dimaksudkan adalah
peneliti menghindarkan responden dari bahaya dan keuntungan kedepannya.
43

Tujuan dari penelitian untuk mengetahui adakah pengaruh penggunaan kompres


hangat kayu manis terhadap skala nyeri pada penderita arthritis gout.
6. Malbeneficience
Menjamin bahwa penelitian ini tidak menimbulkan ketidaknyamanan,
menyakiti, atau membahayakan responden baik secara fisik atau psikologis
44

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, D. (2012). Mencegah dan mengobati asam urat. Yogyakarta: Araska


Depkes RI.(2013). Riset Kesehatan Dasar, Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Dewanti, Sri. (2010). Buku Pintar Kesehatan Kolesterol & Asam Urat Cetakan I.
Klaten: Kawan Kita.
Dinesh Khanna,Puja P. Khanna, John D. Fitzgerald, Manjit K. Singh, Sangmee Bae,
Tuhina Neogi, Michael H. Pillinger. 2012 American College of Rheumatology
Guidelines for Management of Gout. Part 2: Therapy and Antiinflammatory
Prophylaxis of Acute Gouty Arthritis. Arthritis Care & Research Vol. 64.
Doherty, M 2009, New Insight Into The Epidemiology of Gout, Oxford Journals, pp.
ii2-ii8
Indriawan, (2009).Penyakit asam urat. Jakarta
Junaidi. (2013). Rematik dan Asam Urat. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer
Lee, Joyce le Fever (ed). (2007). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik.
Diahli bahasakan oleh : Sari Kurnianingsih. Jakarta : EGC
Lingga, L. (2012). Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
Meliala, L. Dan Suryamiharja, A., 2007; Penuntun Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik;
Edisi 2, Medikagama Press, Yogyakarta, hal. 40.
Misnadiarly. (2015). Rematik : Asam Urat- Hiperurisemia, Arthritis Gout. Pustaka
Obor. Jakarta
Notoadmojo, S. (2006).Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta
Prasetianingrum (2012) Aktivitas Antioksidan, Total Fenol dan Antibakteri Pada
Minyak Atsiri dan Oleoresin Kayu Manis (Cinnamomun burmni).
Presetyo, S.N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu. Yogyakarta
Perry & Potter. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan keperawatan: konsep,
proses, dan praktik (Fundamental of nursing: consept, process, and practice),
eds. Ester, M, Yulianti D, & Parulian I, vol. 2, edk 4. Jakarta: EGC
45

Roddy, E dan Doherty, M 2010, Epidemiology of Gout, Arthritis Research and


Therapy, diakses 4 Agustus 2013Tamsuri. A. 2012. Konsep &
Penatalaksanaan Nyeri, Jakarta: EGC
Rotschild, BM 2013, Gout and Pseudogout, Emedicine Medscape, diakses 2 August
2013
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC
Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Ketujuh, Bandung: CV.
Alfabeta
Soeroso, J. Agistrian. H. (2011) Asam Urat, Jakarta, Penebar Ilmu
Soekanto. 2012. Asam Urat. Jakarta: Penebar Plus
Steven, (2014). Ilmu Keperawatan (Edisi 2. Vol) Jakarta : EGC.
Weaver, AL 2008, Epidemiology of Gout, Cleveland Clinic Journal of Medicine, Vol.
75, No. 5, pp. S9-S10
Yudiyanta, dkk (2015). Assesment Nyeri. CDK-226/ vol42 no 3 Departemen Neurologi,
Fakultas Kedokteran. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Indonesia.
46

STANDAR OPERASIONAL
KOMPRES HANGAT KAYU MANIS

JUDUL Kompres Hangat Kayu Manis

1. PENGERTIAN Kompres hangat adalah memberikan rasa


hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.
2. TUJUAN 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa nyeri
4. Memberi rasa hangat, nyaman dan
tenang pada klien
3. INDIKASI 1. Klien yang mempunyai penyakit
peradangan, seperti radang persendian.
2. Spasme otot.

3. PERSIAPAN PASIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan


identifikasi pasien dengan memeriksa
identitas pasien secara cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien sehingga merasakan
aman dan nyaman.
6. PERSIAPAN ALAT: 1. Air panas
2. Handuk
3. Sarung tangan
4. NRS (Numeric Rating Scale)
5. Serbuk Kayu Manis
47

6. Baskom

7. CARA KERJA:
1. Beri tahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Atur posisi pasien dengan nyaman
3. Cek alat-alat yang akan digunakan
4. Dekatkan alat-alat ke sebelah pasien
5. Siapkan air hangat kedalam baskom
6. Masukan serbuk kayu manis ke dalam baskom yang berisi air hangat
7. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
8. Mengukur skala nyeri pasien
9. Kompres hangat kayu manis diletakkan di bagian sendi yang memerlukan
10. Minta pasien untuk mengungkapkan ketidaknyamanan saat dilakukan
kompres.
11. Pengompresan dihentikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
12. Kaji kembali skala nyeri disekitar pengompresan
13. Rapikan pasien ke posisi semula
14. Beri tahu bahwa tindakan sudah selesai
15. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan lepas sarung tangan
16. Kaji respon pasien
17. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
18. Akhiri kegiatan dengan baik

HASIL:

Dokumentasikan nama tindakan/tanggal/jam tindakan, hasil yang diperoleh,


respon pasien selama tindakan, nama dan paraf perawat
42

INSTRUMEN PENGUKURAN NYERI (NRS)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Sangat

Nyeri Berat

Tidak nyeri klien mengatakan angka 0

Nyeri ringan klien mengatakan angka 1-3

Nyeri sedang klien mengatakan angka 4-6

Nyeri berat klien mengatakan angka 7-9

Sangat berat klien mengatakan angka 10


42

LEMBAR OBSERVASI DEMOGRAFI

No Usia Pekerjaan Pendidikan Lama Menderita sebelum dilakukan sesudah dilakukan


res kompres hangat kompres hangat
Kayu Manis Kayu Manis
1 3 4 3 Ya 7 5
1 4 3
2 2 5 5 Ya 3 2
1 2 2
3 2 4 3 Ya 5 3
1 3 2
4 4 1 3 Ya 6 5
2 3 3
5 2 4 3 Ya 6 3
1 3 2
6 4 1 1 Ya 8 7
2 4 4
7 3 5 5 Ya 6 4
2 3 2
8 3 1 3 Ya 6 5
2 3 3
9 4 1 1 Ya 8 7
2 4 4
10 2 4 3 Ya 4 2
1 3 2
11 2 3 5 Ya 3 2
1 2 2
12 3 4 3 Ya 7 5
1 4 3
13 3 5 5 Ya 3 2
1 2 2
14 3 5 3 Ya 5 1
2 3 2
15 3 1 3 Ya 6 5
2 3 3
16 3 4 3 Ya 4 2
1 3 2
17 3 4 2 Ya 7 5
2 4 3
18 3 5 5 Ya 6 3
1 3 2
43

19 3 1 2 Ya 7 3
2 4 2
20 2 1 5 Ya 3 2
1 2 2
44

Anda mungkin juga menyukai