Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM

THYPOID DI RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO

SEMINAR PROPOSAL
(Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Penelitian/KTI)

OLEH
NAMA : MILLENNIA J. M. SAJOW
NIM : 711440117057

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demam Thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella thypi pada usus kecil dan

aliran darah, yang menyebabkan seseorang mengalami demam, sakit kepala, nyeri

perut, anoreksia, lemas, dan nyeri otot. Secara bertahap suhu tubuh akan terus

meningkat pada minggu kedua, dan bahkan hingga minggu keempat jika tidak

diobati. Sehingga menyebabkan komplikasi seperti perdarahan dan perforasi pada

usus halus yang menyebabkan kematian didunia atau di Indonesia terus meningkat

hingga saat ini.

Menurut WHO 2018 Demam Thypoid berkisar antara 11 dan 21 juta kasus dan

sekitar 128.000-161.000 kematian setiap tahunnya. Sebuah tinjauan tentang

Demam Thypoid pada anak-anak di Asia dan Afrika menemukan bahwa perkiraan

proporsi kasus Demam Thypoid pada mereka yang usia <5 tahun berkisar antara

14% sampai 29%, dibandingkan pada mereka yang berusia 5-9 tahun sekitar 30%

sampai 44% dan 28% menjadi 52% pada mereka yang berusia 10-14 tahun.

Demam Thypoid sendiri akan sangat berbahaya jika tidak ditangani secara baik

dan benar, bahkan dapat menyebabkan kematia. Menurut data WHO (World Health

Organization) memperkirakan angka insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa

per tahun, angka kematian akibat Demam Thypoid mencapai 600.000 dan 70%

kematiannya terjadi di Asia (Depkes RI, 2013). Di Indonesia sendiri, penyakit ini

bersifat endemik. Menurut WHO 2008 angka penderita Demam Thypoid di

Indonesia mencapai 81,7 per 100.000 (Depkes RI 2013). Berdasarkan profil

2
Kesehatan Indonesia tahun 2010 penderita Demam Thypoid dan Parathypoid yang

dirawat inap di Rumah Sakit sebanyak 41.081 kasus dan 279 diantaranya meninggal

dunia (Depkes RI, 2013).

Dari survey awal yang dilakukan di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado,

diketahui jumlah penderita penyakit Demam Thypoid atau tifus pada anak yang

dirawat sejak bulan Oktober-Desember 2018 sebanyak 27 orang yang terdiri dari

anak perempuan 13 orang dan laki-laki 14 orang.

Sehingga kasus Demam Thypoid pada anak memerlukan upaya atau intervensi

untuk tindakan keperawatan, yang didalamnya terdapat peran perawat sebagai

pemberi asuhan keperawatahn (Care Giver). Sebagai pelaku/pemberi asuhan

keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung

dan tidak langsung kepada klien. Menggunakan pendekatan proses keperawatan

yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan

informasi yang benar, menegakan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis

data. Merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang

muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah. Melaksanakan tindakan

keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan

respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Dan dalam kasus

ini peran perawat pada anak dengan Demam Thypoid sangat diperlukan, untuk

membantu menurunkan angka kejadian/kematian tentang kasus tersebut. Adapun

fokus peran perawat pada kasus ini meliputi memonitor suhu tubuh, meningkatkan

intake cairan dan nutrisi, memonitoring status dehidrasi, dan monitor status nutrisi.

3
Berdasarkan observasi peneliti, intervensi tersebut belum dilaksanakan secara baik

di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado.

Berdasarkan hasil survey awal di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado inilah,

sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat kasus diatas dengan tujuan untuk

menerapkan Asuhan Keperawatan pada anak dengan demam thypoid, dikarenakan

dalam penyembuhan demam thypoid ini dibutuhkan peran perawat sebagai perawat

pelaksana dalam tindakan pemberian Asuhan keperawatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Thypoid

di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran mengenai penerapan Asuhan Keperawatan Pada Anak

Dengan Demam Thypoid di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah keperawatan

pada Anak dengan Demam Thypoid di RSU GMIM Pancaran Kasih

Manado

b. Menentukan diagnosa keperawatan di RSU GMIM Pancaran Kasih

Manado

4
c. Melakukan perencanaan (intervensi) keperawatan di RSU GMIM

Pancaran Kasih Manado

d. Menerapkan implementasi sesuai perencenaan keperawatan di RSU

GMIM Pancaran Kasih Manado

e. Menentukan evaluasi keperawatan di RSU GMIM Pancaran Kasih

Manado

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

a. Pendidikan

Sebagai referensi dalam penelitian lanjutan dan bahan pertimbangan bagi

yang berkepentingan untuk menlanjutkan penelitian sejenis.

b. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk membuat

kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan Asuhan

Keperawatan pada penderita Demam thypoid.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Anak

1. Pengertian Anak

Anak merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat, asuhan

kesehatan pada anak berpusat pada keluarga. Perubahan kesehatan pada

anak akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga begitu pula sebaliknya.

(Setiawan, 2014).

Anak sebagai klien dalam keperawatan anak adalah individu yang

berusia antara 0-18 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh kembang,

mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, social, dan

spiritual), dan berbeda dengan orang dewasa (Sujono dan Sukarmin, 2009)

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak

merupakan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang

dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/ Toodler (1-3 tahun), pra

sekolah (4-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18

tahun). Rentang ini berbeda antara satu dengan yang lain mengingat latar

belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan

pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam

proses berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola

koping dan perilaku seseorang (Sujono & Sukarmin, 2009).

6
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan (growth) adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi)

dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya

multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga disebabkan oleh

bertambah besarnya sel. Pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan

ukuran fisik seorang menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya,

misalnya pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, serta lingkar

kepala.

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dan

struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur serta

dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil proses diferensiasi sel,

jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem yang terorganisasi.

Dari dua pengertian tersebut diatas dapat kesimpulan bahwa

pertumbuhan lebih ditujukan untuk ukuran fisik seseorang, sedangkan

perkembangan ditujukan untuk fungsi dari fisik tersebut dan keduanya

sering digunakan bersama-sama karena saling berkaitan. (Setiawan, 2014).

(a) Tumbuh kembang usia sekolah (5-11 tahun)

1) Usia 7 tahun

(a) Motorik : lebih mampu menggunakan otot-otot kasar dari pada

otot halus. Misalnya melompat tali. Pada akhir masa sekolah

motorik halus lebih berkurang.

(b) Sosial Emosional : mencari lingkungan yang lebih luas.

7
(c) Pertumbuhan fisik : Berat badan meningkat 2-3 kg/tahun, tinggi

badan meningkat 6-7 cm/tahun.

3. Peran Perawat dalam Perawatan Anak

Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain, terhadap

seseorang sesuai kedudukannya, dalam suatu system peran. Secara ringkas

peran dapat diartikan sebagai tingkah laku yang diharapkan. Sedangkan

fungsi mempunyai arti dan pengertian tugas yang dilaksanakan sesuai

dengan peran perawat.

Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Anak, perawat mempunyai

peran dan fungsi perawat sebagai perawat anak, diantaranya :

a. Pemberi perawatan

Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan

anak, sebagai perawat anak pemberi pelayanan keperawatan dapat

dilakukan dengan memenuhi kebutuhan dasar anak, seperti kebutuhan

asah, asih, dan asuh.

b. Sebagai advokad keluarga

Selain melakukan tugas utama dalam merawat anak, perawat juga

mampu sebagai advokad keluarga, sebagai pembela keluarga dalam

beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai klien.

c. Pendidik

Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran

ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga

8
kesehatan lainnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam

keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku

merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat

harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

d. Konseling

Upaya perawat dalam melaksanakan perannya, dalam memberikan

waktu untuk berkonsultasi terhadap masalh yang dialami oleh anak

maupun keluarga.

e. Kolaborasi

Tindakan kerja sama dalam menentukan tindakan yang akan

dilaksanakan oleh perawat dengan tim kesehatan lain.

f. Pengambilan Keputusan Etik

Dalam pengambilan keputusan, perawat mempunyai peran yang

sangat penting sebab perawat selalu berhubungan dengan anak ±24 jam

selalu di samping anak, maka peran sebagai pengambil keputusan etik

dapat dilakukan oleh perawat, seperti tindakan pelayanan keperawatan.

g. Peneliti

Peran ini sangat penting dan harus dimiliki oleh semua perawat

anak, sebagai peneliti perawat harus melakukan kajian-kajian

keperawatan anak, yang dapat dikembangkan untuk perkembangan

teknologi keperawatan. (Hidayat, 2008).

9
4. Reaksi Hospitalisasi Anak Usia Sekolah

Reaksi hospitalisasi pada anak usia sekolah sudah sedikit menerima

perpisahan dengan orang tua dan sudah dapat membentuk rasa percaya

dengan orang lain yang lebih berarti ataupun teman sebaya, selalu ingin

tahu alasan tindakan, akan tetapi anka usia sekolah tetap masih

membutuhkan perlindungan dari orang tua. Anak usia sekolah merasa

cemas karena tidak bisa masuk sekolah, lingkungan rumah sakit yang

sangat terpencil, kesepian, asing, dan rumah sakit sangat bisa sangat

membosankan. Dari reaksi-reaksi yang timbul diatas akan memunculkan

kecemasan dan ketakutan anak dirumah sakit (Padila, 2013)

5. Terapi Bermain Anak Usia Sekolah

Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan

salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau

mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan. Kegiatan bermain

dirumah sakit efektif untuk memantau tingkat perkembangan seorang anak.

Permainan yang dilaksanakan dirumah sakit dapat membantu anak

mengekspresikan perasaan cemas, takut, sedih, dan sters.

Untuk anak sekolah terapi bermain yaitu :

a. Pada anak laki-laki jenis permainan mekanik misalnya mobil-mobilan

b. Pada perempuan lebih tepat diberikan permainan yang dapat

menstimulasinkan untuk mengembangkan perasaan, pemikiran dan

10
sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan,

misalnya alat untuk memasak (Padila, 2013)

B. Konsep Teori Demam Thypoid

1. Pengertian

Dendam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang mengenai

saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih 1 minggu, biasanya

terjadi gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (Sodikin, 2011).

Demam thypoid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi

salmonella thypi pada usus kecil dan aliran darah. Bakteri ini tercampur

didalm air yang kotor atau susu dan makanan yang terinfeksi. Pada usus

kecil akan timbul tukank, dan kemudian bakteri masuk ke dalam aliran

darah. Masa tular antara 1-2 minggu (Koes Irianto , 2014).

2. Etiologi

Salmonela thypi sama dengan salmonela yang lain adalah gram –

negatif mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora,

fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) ang terdiri dari

oligofakarida, flagellar antigen (H) yang terdiri dari protein dan

envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai

makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar

dari dinding sel yang dinamakan endotoksin. Salmonella thypi juga

11
dapat memperoleh plasmede faktor yang berkaitan dengan resistensi

terhadap multiple antibiotik. (Nuratif dkk , 2015).

3. Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara

yang dikenal dengan 5 F : food (Makanan), fingers (Jari tangan/kuku),

fornitus (Muntah), fly (lalat), dan melalui fases.

Fases dan muntah pada penderita thypoid dpat menularkan kuman

salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan

melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan

dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang

memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan

yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ketubuh orang yang sehat

melalui mulut. Kemudian kuman masuk kedalam lambung, sebagian

kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk

ke usus halus bagian distal dan mencapai limpoid. Didalam jaringan

limpod ini kuman berkembangbiak, lalu masuk ke aliran darah dan

mencapai sel-sel retikuloendotelial. Retikuloendotelial ini kemudian

melepaskan kuman kedalam sirkulasi darah dan menimbulkan

bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung

empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada thypoid

disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian

disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama

12
demam pada thypoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis thypoid,

karena mmbantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam

disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang

sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang

meradang (Padila, 2013)

4. Pathway

Menurut NANDA NIC NOC 2018

Kuman Salmonella
Thypi yang masuk ke Lolos dari asam lambung
saluran gastrointstinal
Penurunan Malaise,perasaan tidak enak
Baktrei masuk usus halus badan,nyeri abdomen

Pembuluh limfe Inflamasi Komplikasi perdarahan usus,


perfonasi usus (Bagian distal
ifesses),
Peredaran darah Masuk retikulo
(Bakteremia endothelial(RES)
primer) terutama hati dan
limfa

Inflamasi pada hati Masuk ke aliran darah


Empedu
dan limfe

Rongga usus pada kel.limfoid halus Endokrin

Endotoksis
Hepatomegali Pembesaran limfa

Terjadi kerusakan sel


Nyeri tekan-Nyeri akut Splenomegali

Mempengaruhi melepas
Lase plak peyer Penurunan Motilitas epirogen oleh leukosit

Erosi Penurunan Peristaltik Ketidakefektifian


termoregulasi 13
Konstipasi
Peningkatan asam lambung
Perubahan Nyeri
Resiko kekurangan
masif Anoreksia
volume cairan

Komplikasi Ketidakseimbangan
perforasi dan nutrisi kurang dari
perdarahan usus kebutuhan tubuh

5. Manifestasi Klinis

a. Gejalah pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata – rata 10-

14 hari.

b. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama

c. Demam turun pada minggu ke empat , kecuali demam tidak

tertangani akan menyebabkan syok , stupor dan koma

d. Ruam muncul pada hari ke tujuh sampai hari ke sepuluh dan

bertahan selam 2-3 hari.

e. Nyeri kepala , nyeri perut.

f. Kembung, mula, muntah, diare, konstipasi.

g. Pusing , bradikardi , nyeri otot.

h. Batuk

i. Epistaksis (keluar darah dari hidung)

j. Lidah yang berselaput (kotor di tengah , ujung lidah merah serta

tremor)

14
k. Hepatomegali (hati yang membesar), splenomegali (pembesaran

limpa), meteroismus (perut kembung)

l. Gangguan mental berupa sopnolen

m. Delirium atau pikosis

n. Dapat timbul dengan gejala yang tipikal terutama pada bayi sebagi

penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia (Nurarif,

2015)

Keluhan dan gejala demam thypoid :

1) Minggu pertama

- Keluahan : panas berlangsung insidious, tipe panas stepladder

yang mencapai 39-40°C, menggigil dan nyeri kepala

- Gejala : gangguan saluran cerna akibat komplikasi Demam

Thypoid

- Patologi : bakterimia

2) Minggu kedua

- Keluhan : rash , nyrei abdomen, diare atau kontipasi delirium

- Gejala : splenomigali (pembesaran limpa), hepatomegali

(pembesaran hati)

- Patologi : Vaskulitis (peradangan), hiperplasi pada peyers

patches nodul typoid pada limpa dan hati

3) Minggu ketiga

- Keluhan : komplikasi, pendarahan saluran cerna, perforasi, syok

15
- Gejala : melena , ilius (penumpukan zat makanan pada saluran

pencernaan), ketegangan abdomen,koma

- Patologi : perserasi pada patches, nodul typoid pada limpa dan

hati

4) Minggu keempat

- Keluhan : keluhan menurun , relaps, penurunan BB

- Gejala : kaheksia (keadaan kronis yang disebabkan karena

malnutrisi)

- Patologi : kolelitiasis, carrier kronik . (Nurarif, 2015).

6. Komplikasi

Deman thypoid yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan

komplikasi seperti kejang, penurunan kesadaran, syok, perforasi usus,

pneumonia, myocarditis, hepatitis, enchepalomatis, meningitis,

bronchitis, focal abcess, pharyngitis, chronic carrier, anemia,

peritonitis, dan keguguran.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, leukusitosis atau kadar leukosit normal.

Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.

16
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal

setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak

memerlukan penangan khusus.

c. Pemeriksaan Uji Widal

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap

bakteri salmonella thypi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan

adanya agultinin dalam serum penderita demam thypoid akibat

adanya infeksi akibat salmonella thypi maka penderita membuat

antibodi (algutinin).

d. Pemeriksaan Kultur

Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama

Kultur urin : bisa positif pada akhir minggu kedua

Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga

e. Pemeriksaan Anti salmonela thypi IgM

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut

salmonella thypi, karena antibodi IgM muncul pada hari ketiga dan

hari keempat terjadinya demam

8. Penatalaksaan

a. Non farmakologi

1) Bedrest

17
2) Diet : diberikan bubur sari, kemudian bubur kasar dan akhirnya

nasi dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan

yang rendah serat.

b. Farmakologi

1) Kloramfenikol, dosis 50 mg/kg BB/hari terbagi dalam tiga

sampai 4 kali pemberian, oral atau iv selama 14 hari

2) Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin

dengan dosis 200 mg/kg BB/hari, terbagi dalam tiga sampai

empat kali. Pemberian, oral atau intrvena selama 21 hari

kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kg BB/hari terbagi

dalam 2 sampai 3 kali. Pemberian, oral, sampai 14 hari.

3) Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50

mg/kg BB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg

BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5 sampai 7 hari.

4) Pada kasus yang di duga mengalami MDR, maka pilihan

antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon

9. Pencegahan

a. Pola makan yang sehat

b. Konsumsi air minum yang sudah di masak

c. Menjaga kebersihan makanan yang kita makan seperti mencuci

tangan dengan sabun sebelum makan. Mencuci tangan dengan sabun

18
setiap tangan kotor, sebelum menyiapkan makanan, dan setelah

buang air besar.

d. Menghindari konsumsi makanan mentah dan hanya makan makanan

yang sudah di masak matang.

e. Menghindari mengkonsumsi makanan yang dijual di pinggir jalan.

f. Menjaga kebersihan sanitasi, seperti buang air besar dijamban.

g. Vaksinisasi ( Prihaningtyas, 2014).

C. Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan Demam Thypoid

Berdasarkan tanda dan gejala penyakit demam Thypoid, maka asuhan

keperawatan yang prioritas ditegakkan adalah berisikan tentang pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Langkah awal pada proses keperawatan melalui kegiatan

pengumpulan data yang akurat dari pasien untuk mengetahui berbagai

permasalahan yang ada. Perawat harus dapat menciptakan hubungan

saling membantu, membangun kepercayaan dalam melakukan

pengkajian atau melakukan pemeriksaan fisik keperawatan (Hidayat,

2012)

Adapun data yang diambil dari pengkajian Asuhan Keperawatan

pada anak adalah sebagai berikut :

19
1. Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan,

suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor

rekam medik.

2. Identitas orang tua/ penanggung jawab

- Ayah

Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa,

alamat

- Ibu

Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa,

alamat.

Demam thypoid pada umumnya menyerang anak-anak dan anak

muda antara usia 5-19 tahun. Pada anak usia 5 tahun keatas

merupakan masa anak mulai mengenal lingkungan dan

mengonsumsi makanan serta minuman yang belum diketahui

kebersihannya secara jelas.

3. Riwayat penyakit :

1) Keluhan utama : Pada umumnya klien dengan demam thypoid

mengeluh tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, kurang

semangat serta nafsu makan menurun (Pada masa inkubasi)

2) Riwayat kesehatan sekarang : Apa yang dirasakan atau dialaimi

pasien hingga masuk Rumah sakit (Perjalanan penyakit)

20
3) Riwayat kesehatan dahulu : Apakah sudah pernah mengalami

sakit demam thypoid sebelumnya dan pernah di rawat sakit

dengan penyakit yang sama.

a) Riwayat kehamilan dan kelahiran :

Keadaan ibu saat hamil, gizi dan obat-obatan yang pernah

dikonsumsi

b) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :

Pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai usia.

c) Imunisasi :

Apakah anak mendapat imunisasi secara lengkap sesuai

dengan usianya dan jadwal pemberian serta efek smapingnya

seperti panas dan alergi

d) Riwayat kesehatan keluarga :

Apakah didalam keluarga pasien ada yang pernah

mengalami demam Thypoid

e) Riwayat psikososial

Psikososial sangat mempengaruhi terhadap psikologi pasien,

dengan timbul gejala-gejala yang dialami. Apakah pasien

dapat menerimanya

4. Aktivitas sehari-hari (Kebutuhan dasar)

a. Pola nutrisi dan metabolisme

Terjadi penurunan nafsu makan karena terjadi gangguan pada

usus halus

21
b. Pola eliminasi dan urine (BAB dan BAK)

Penderita mengalami konstipasi karena tirah baring dan diare.

Sedangkan urine atau BAK tidak mengalami gangguan

c. Pola istirahat tidur

Selama sakit penderita merasa tidak dapat istirahat karena pasien

merasa nyeri perut dan mual

d. Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas pasien terganggu karena tirah baring total, agar tidak

terjadi komplikasi maka segala kebutuhan pasien dibantu

e. Pola kognitif

Apakah pasien mengalami keluhan tentang panca indera

5. Pemeriksan fisik

a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital :

Biasanya pasien dengan demam thypoid mengalami penurunan

kesadaran, badan lemah, suhu meningkat antara 37,5-38°C,

tekanan darah mengalami penurunan, dan penurunan frekuensi

nadi.

b. Mulut :

Tercium nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan

pecah-pecah (Ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor

(coated tongue), sementara ujung dan tepinya berwarna

kemerahan dan kadang disertai tremor.

c. Abdomen :

22
Dapat ditemukan keadaan perut kembung (Meteorismus). Bisa

terjadi konstipasi, atau mungkin diare.

d. Hati dan limpa :

Hati dan limpa membesar disertai dengan nyeri pada perabaan

(Nursalam, 2008)

6. Data fokus

a. Suhu tubuh lebih dari normal sekitar 39°C-40°C

b. Nyeri perut

c. Anoreksia

d. Diare

e. Gangguan saluran cerna

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat

profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status

kesehatan pasien, baik aktual maupun potensial yang ditetapkan

berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian.

Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Nurarif. H dan

Kusuma. H (2015) yaitu :

1. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan fluktuasi suhu

lingkungan, proses penyakit.

2. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan

23
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intek yang

tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh

5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktur

gastrointestinal (penurunan mutilitas usus)

C. Perencanaan keperawatan

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses

keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan

keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan

masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien. (Setiadi, 2011).

Perencanaan merupakan suatu proses penyususan berbagai

intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan,

atau mengurangi masalah-masalah klien.

Perencanaan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada anak

dengan deman thypoid adalah :

1. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan fluktuasi suhu

lingkungan, proses penyakit.

Noc :

- Hidration

- Adherence behavior

- Immune status

24
- Risk control

- Risk detektion

Kriteria hasil :

- Keseimbangan antara produksi panas yang diterima dan

kehilangan panas

- Temperatur stabil (36,5 - 37◦C)

Intervensi

- Monitor vital sign terutama suhu tubuh minimal 2 jam

- Monitor warna kulit

- Anjurkan untuk menggunakan baju yang tipis dan menyerap

keringat

- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

- Kolaborasi dalam pemberian antipiretik

Rasional

- Mengidentifikan keadaan umum pasien serta masalah yang

terjadi

- Untuk mengetahui status dehidrasi

- Suhu tubuh tidak turun apabila menggunakan bahan-bahan tebal

- Mengganti cairan tubuh yang hilang

- Menurunkan suhu tubuh

25
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan

Noc :

- Pain level

- Pain control

- Comfort level

Kriteria hasil

- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan)

- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda

nyeri)

- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi

- Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi dan kualitas nyeri

- Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti

suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

- Kolaborasi dalam pemberian analgetik

26
Rasional

- Mengetahui tingkat nyeri dan untuk menentukan tindakan

selanjutnya

- Respon non verbal membantu mengevaluasi derajat nyeri dan

perubahannya

- Memberi ketenangan kepada pasien

- Mengurangi rasa nyeri

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

Noc :

- Nutritional status : Food ang fluid intake

- Nutritional status : Nutrient intake

- Weight control

Kriteria hasil

- Berat badan stabil : pada anak usia 7-12 tahun

Usia Laki-laki Perempuan

7 Tahun 23 kg 20 kg

8 Tahun 26 kg 23 kg

9 Tahun 29 kg 26 kg

10 Tahun 32 kg 29 kg

11 Tahun 36 kg 33 kg

12 Tahun 41 kg 42 kg

27
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi : Nafsu makan meningkat dan

asupan gizi terpenuhi.

- Tidak terjadi penurunan berat badan

Intervensi

- Kaji adanya alergi makanan

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan

- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intek yang

tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh

Noc :

- Fluid balance

- Hydration

- Nutritional status : Food and fluid intake

Kriteria hasil

- Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat

badan

- Tanda-tanda vital dalam batas normal

Usia Sistolik Diastolik


6-9 Tahun 95-110 60-73
10-11 Tahun 100-119 65-76
12-15 Tahun 110-124 70-80

28
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor baik,

membran mukosa lembab tidak ada rasa haus yang berlebihan.

Intervensi

- Monitor vital sign minimal 2 jam

- Monitor status dehidrasi ( kelembababan membran mukosa, nadi

adekuat)

- Monitor masukan makanan/cairan

- Monitor status nutrisi

- Kolaborasi pemberian cairan IV

Rasional

- Mengidentifikasi keadaan umum klien serta masalah yang

terjadi

- Mengetahui tanda-tanda dehidrasi

- Mengetahui keseimbangan cairan

- Memantau perkembangan status gizi pasien dan mencegah

terjadinya malnutrisi

- Membantu mengatasi kehilangan cairan tubuh

5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktur

gastrointestinal (penurunan mutilitas usus)

29
Noc :

- Bowel Elimination

- Hydration

Kriteria hasil

- Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari

- Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi

- Mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi

- Feses lunak dan berbentuk

Intervensi

- Monitor tanda dan gejala konstipasi

- Monitor feses : frekuensi. Konsistensi dan volume

- Pantau tanda dan gejala konstipasi

- Kolaborasi pemberian laksatif

Rasional

- Mencegah konstipasi

- Mengetahui ada atau tidaknya tanda-tanda konstipasi

- Mengetahui perkembangan selama perawatan

- Melunakan feses yang keras sehingga pasien dapat defekasi

dengan mudah

(Amin Huda Nurarif & Hardi Kusuma, 2015)

30
D. Implementasi keperawatan

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesifik.

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan

yang telah detetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Pendekatan yang

dilakukan untuk tindakan keperawatan meliputi : tindakan independen yaitu

kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari

dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tindakan dependen berhubungan

dengan pelaksanaan rencana tindakan medis, tindakan tersebut menandakan

suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan. Dan interdependen yaitu

kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan

lainnya, misalnya tenaga social, ahli gizi, fisioterapi, dan dokter. (Nursalam,

2008).

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan keperawatan dan pelaksanaannya sudah berhasil

dicapai. Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien

dalam mencapai tujuan.

31
Ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini, yaitu :

a. Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan. Pada

keadaan ini, perawat akan mengkaji masalah klien lebih lanjut atau

mengevaluasi outcomes yang lain.

b. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan.

c. Klien tidak mencapai hasil yang telah ditentukan. Pada situasi ini,

perawat harus mencoba untuk mengidentifikasi mengapa keadaan atau

masalah ini timbul.

Setelah evaluasi dilakukan, dilanjutkan dengan dokumentasi evaluasi

Progres Notes (catatan perkembangan) yang terdiri dari SOAP (subjektif,

objektif,analisa/assessment dan plan).

Format yang dipakai adalah format SOAP

S : Data subjektif

Adalah perkembangan, keadaan yang didasarkan pada apa yang

dirasakan, yang dikeluhkan, dan dikemukakan kien.

O : Data objektif

Adalah perkembangan yang bisa diamati dan rawat atau tim

kesehatan lain.

A : Analisis

Adalah penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun

objektif) apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunduran.

32
P : Perencanaan

Adalah rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil

analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya

apabila keadaaan atau masalh belum teratasi.

(Setiadi, 2012).

33
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan jenis penelitian

studi kasus dengan menggunakan Asuhan Keperawatan yaitu menjelaskan

tentang Demam Thypoid

Metode yang digunakan untuk penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :

1. Studi kepustakaan

Yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku / literatur yang ada

kaitannya dengan Demam Thypoid yang dibahas sebagai dasar teoritis

yang digunakan pada pembahasan karya tulis ilmiah

2. Studi kasus

Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup

pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien,

keluarga, kelompok, komunitas atau institusi, meskipun jumlah subjek

terlalu sedikit namun jumlah variable yang diteliti sangat luas

(Nursalam, 2008)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pasien Anak dengan Demam Thypoid di RSU

GMIM Pancaran Kasih Manado.

34
C. Definisi Operasional

Variable Definisi Parameter Skala Alat Ukur Hasil


Oprasional Ukur Ukur
Asuhan Asuhan Masalah Nomina Formulir -
Keperawata Keperawatan teratasi : jika l pengkajian Teratasi
n Anak pada Anak pasien Asuhan -
pasien merupakan menunjukka Keperawata Teratasi
dengan seluruh n perubahan n Anak sebagia
Demam rangkaian dengan n
Thypoid proses standar yaitu - Tidak
keperawatan sesuai teratasi
yang dengan
diberikan tujuan dan
kepada kriteria yang
pasien telah
dengan ditetapkan.
Demam Tidak
Thypoid teratasi : jika
menggunaka pasien tidak
n metode menunjukka
proses n perubahan
keperawatan dan
yaitu, kemajuan
pengkajian, sama sekali
pelaksanaa dan bahkan
dan evaluasi timbul
dalam usaha masalah
meperbaiki baru.
ataupun
memelihara
derajat
kesehatan
yang
optimal.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Ester RSU GMIM Pancaran Kasih

Manado

35
2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2019.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah format

pengkajian Asuhan Keperawatan Anak (terlampir)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Dengan tanya jawab guna memeperoleh data selengkap mungkin

dari pasien dan keluarga, di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado

2. Observasi

Melakukan pengamatan pada pasien mulai dari pengkajian,

diagnosa keperawata, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

3. Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaaan fisik pada pasien dengan teknik

pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

4. Dokumentasi

Melihat dan mengetahui data dari status pasien, serta bukti laporan

yang ada diruangan. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan diagnosa

dan pemeriksaan penunjang lainnya.

36
G. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu :

a. Tahap Persiapan

1) Kegiatan yang dilakukan meliputi survey awal bulan Janurai 2019,

pengajuan pembuatan judul, pembuatan proposal, konsultasi dan

izin penelitian

2) Seminar Proposal

b. Tahap Pelaksaan

1. Mengajukan surat tanda izin penelitian di RSU GMIM Pancaran

Kasih Manado

2. Melakukan Asuhan Keperawatan pada anak dengan Demam

Thypoid di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado

c. Tahap Penyajian Hasil

Hasil pelaksanaan Asuhan Keperawatan Anak mulai pengkajian,

diagnosa, inteervensi dan evaluasi disajikan dalam bentuk narasi.

H. Etika Penelitian

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (inform concent)

Peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan peneliti yang akan

dilaksanakan. Jika responden bersedia diteliti maka diberi lembar

persetuan menjdai responden yang harus ditantangani, tetapi jika

menolak peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghargai keputusan.

37
2. Tanpa Nama (Anonimity)

Kepada responden dalam hal nama responden tidak di terangkan

terlebih dahulu bahwa penulis nama akan disingkat dengan huruf

depannya saja, hal tersebut bertujuan untuk menghormati dan menjaga

kerahasiaan pasien.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Informasi dari responden dijamin oleh peneliti kerahasiaannya

dengan cara informasi tersebut hanya akan di ketahui oleh peneliti dan

pemimpin atas persetujuan responden dan hanya kelompok data tertentu

yang disajikan sebagai hasil penelitian.

38

Anda mungkin juga menyukai