1 (2019) 1
Volume. 3 Nomor. 1
Periode: Januari – Juni 2019; hal. 1-9
p-ISSN : 2580-1112; e-ISSN : 2655-6669
Copyrighr @2019 Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi
Penulis memiliki hak cipta atas artikel ini (JIKO)
journal homepage: https://ejournal.akperfatmawati.ac.id
Abstrak
Perkembangan pada anak usia prasekolah mengalami penurunan ketika anak
mengalami sakit dan tak jarang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit
(hospitalisasi). Anak-anak akan menjadi sangat tergantung dengan orang tua atau
pengasuh, sehingga dapat mempengaruhi sikap kooperatif anak dan perkembangannya.
Apabila tidak ditangani segera maka dapat menghambat perawatan selama di rumah sakit.
Penelitian ini menganalisis penerapan terapi aktivitas bermain untuk meningkatkan
kooperatif anak selama di rumah sakit. Desain yang digunakan adalah studi kasus.
Terdapat empat kasus yang dibahas. Diagnosa keperawatan utama adalah risiko gangguan
perkembangan anak. Intervensi utama yang diterapkan adalah permainan ular tangga.
Hasil akhir penerapan terapi aktivitas bermain ular tangga menunjukkan bahwa terapi
aktivitas bermain dapat meningkatkan kooperatif anak pra sekolah selama hospitalisasi.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya kontak mata keempat subjek saat berinteraksi dengan
tenaga kesehatan, dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan dan subjek tidak sungkan
bertanya terhadap prosedur yang dilakukan terhadapnya. Terapi aktivitas bermain
berperan penting untuk memfasilitasi perkembangan anak, salah satunya adalah
kooperatif selama dirawat di rumah sakit dan mempermudah proses pengobatan juga
penyembuhan anak, sehingga pemberi an terapi aktivitas bermain perlu dilakukan secara
konsisten oleh perawat dan keluarga agar proses pengobatan dan proses keperawatan dapat
diberikan dengan optimal.
Kata Kunci: Anak Prasekolah, Hospitalisasi, Perkembangan, Terapi Bermain Ular Tangga
Abstract
The development's preschool children can be decrease when they have experiences
of pain and hospitalized. Children will become very dependent on parents or caregivers,
so that it can affect the child's cooperative attitude and development. If not treated
immediately it can effect treatment while in hospital. This study analyzes the application of
play therapy to improve children's cooperation while in hospital. The design used is a case
study. There are four cases discussed. The main nursing diagnosis is the risk of
developmental disorders in children. The main intervention applied was the snake and
ladder game. The final results showed that play therapy could be increase the
cooperatives of pre-school children during hospitalization. This is indicated by the eye
contact of the four subjects when interacting with health workers, can work together with
health workers and the subject does not hesitate to ask the procedures performed on them.
1,2,3
e-mail: ayudania@akperfatmawati.ac.id
Play therapy plays an important role to facilitate children's development, one of which is
cooperative during hospitalization and facilitates the treatment process as well as healing
children, so that the provision of play therapy needs to be consistently by nurses and
families so that the treatment process and nursing process can be optimally provided .
peran perawat sangat penting dalam maupun emosional pada anak di rumah
mengurangi masalah hospitalisasi. sakit.
Bermain dapat menjadi media terapi
yang baik bagi anak-anak bermasalah. Metode
Selain berguna untuk mengembangkan Penelitian ini menggunakan desain
potensi anak, bermain juga dapat studi kasus. Kasus yang diambil sebanyak
dilakukan untuk meningkatkan sikap 4. Tempat diadakan penelitian di ruang
kooperatif anak. Bermain adalah perawatan bedah dan penyakit infeksi
pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat anak (lantai 3 selatan dan 3 utara) RSUP
penting. Melalui bermain akan semakin Fatmawati. Penelitian dilakukan pada
mengembangkan kemampuan dan bulan April sampai dengan Juni 2018.
keterampilan motorik anak, kemampuan Subjek dalam penelitian adalah anak pra
kognitifnya. Melalui kontak dengan dunia sekolah, yaitu anak berumur 3-6 tahun
nyata, menjadi eksis di lingkungannya, yang memiliki masalah keperawatan
menjadi percaya diri, dan masih banyak risiko gangguan perkembangan.
lagi manfaat lainnya (Martin, 2008). Diagnosa medis dari keempat subjek
Beberapa penelitian terkait terapi adalah: Diare dengan dehidrasi berat,
aktivitas bermain yaitu penelitian yang cedera kepala ringan, dan dua kasus
dilakukan oleh Handayani dan Puspitasari prolong fever. Data didapatkan dari
(2009) memiliki adanya pengaruh terapi catatan medis, catatan keperawatan dan
bermain terhadap tingkat kekooperatifan observasi subjek selama asuhan
pada anak usia 3–5 tahun. Purwandari, keperawatan diberikan. Intervensi utama
dkk (2010) menyatakan bahwa terapi yang diterapkan adalah permainan ular
bermain berdampak terhadap penurunan tangga. Etika penelitian yang diterapkan
kecemasan perpisahan pada anak yang adalah memberikan manfaat kepada
mengalami hospitalisasi. Penelitian yang subjek, memberikan kebebasan anak dan
dilakukan oleh Nida Adilah dan Irman atau orang tua untuk memilih
Somantri (2016) menyatakan bahwa berpartisipasi atau tidak dalam penelitian,
terdapat perbedaan skor kecemasan pada menjaga privasi anak, mempertahankan
usia toddler dan prasekolah setelah kenyamanan dan bersikap adil.
pemberian terapi mendongeng.
Penelitian Suryanti dan Yulistiani Hasil
(2011) mengemukakan bahwa terdapat Kasus 1, Seorang anak laki-laki
perbedaan antara tingkat kecemasan yang berinisial A berumur 6 tahun, dibawa ke
dialami anak sebelum dilakukan terapi IGD RSUP Fatmawati dengan keluhan
bermain (mewarnai dan origami) dan utama mual muntah lebih dari 3 kali
sesudah dilakukan terapi bermain disertai darah dan sisa makanan,
(mewarnai dan origami). Dalam mengalami buang air besar (BAB) lebih
penelitian tersebut dapat ditarik dari 5 kali dengan konsistensi cair disertai
kesimpulan bahwa terapi bermain lendir dan busa sebelum masuk rumah
(mewarnai dan origami) dapat sakit. Diagnosis medis saat masuk yaitu
menurunkan tingkat kecemasan anak usia diare dehidrasi berat. Ibu subjek berumur
prasekolah, dari tingkat kecemasan 44 tahun, beragama islam, suku bangsa
sedang menjadi tingkat kecemasan jawa, pendidikan terakhir sarjana dan
ringan. Penelitian lain yang diungkapkan bekerja sebagai guru PAUD. Ayah subjek
oleh Koukourikos, Tzeha, Pantelidou dan berumur 58 tahun, beragama Islam, suku
Tsaloglidou (2015) mengemukakan bangsa betawi, pendidikan terakhir
bahwa melalui bermain secara terapeutik sarjana dan bekerja sebagai pegawai
dapat meningkatkan kesehatan fisik swasta. Sumber biaya JKN.
mengalami diare sejak 5 hari yang lalu, jaringan perifer belum teratasi,
terdapat keluhan nyeri pada seluruh tubuh kekurangan volume cairan teratasi,
terutama tangan dan kaki. Diagnosis ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
medis yaitu Prolong Fever e.c Autoimun. kebutuhan tubuh belum teratasi dan
Ibu anak berumur 36 tahun, beragama gangguan perkembangan tidak terjadi.
Islam, suku bangsa jawa, pendidikan Kasus 4, seorang anak laki-laki
terakhir tamat SMA, ibu rumah tangga. berumur 4 tahun dibawa ke RSUP
Ayah berumur 36 tahun, beragama Islam, Fatmawati dengan keluhan utama demam
suku bangsa jawa, pendidikan terakhir sejak 2 minggu yang lalu dan meningkat
Diploma III, pekerjaan pegawai negri saat malam hari, batuk sejak 3 hari namun
sipil. Sumber biaya BPJS. tidak ada produksi sputum. Diagnosis
Hasil pengkajian sebagai berikut: anak saat masuk yaitu prolong fever. Ibu
kesadaran sadar penuh, berat badan anak berumur 30 tahun, beragama Islam, suku
sekarang 22 kg, berat badan sebelum bangsa betawi, pendidikan terakhir
sakit 24 kg, frekuensi nadi: 110 kali per sarjana dan ibu rumah tangga. Ayah
menit, frekuensi pernapasan: 24 kali per subjek berumur 30 tahun, beragama
menit, suhu tubuh: 39,8 ºC. Konjungtiva Islam, suku bangsa betawi, pendidikan
pucat, membran mukosa kering, turgor terakhir sarjana, pekerjaan pegawai negri
kulit tidak elastis, waktu pengisian kapiler sipil. Sumber biaya BPJS.
kurang dari 2 detik dan mendapatkan Hasil pengkajian didapatkan data-
cairan infus. An. S mengeluh sakit jika data: kesadaran sadar penuh, berat badan
kaki dan tangannya disentuh, anak rewel 20 kg, tinggi badan 110cm. Frekuensi
saat dilakukan tindakan, tampak cemas nadi 100 kali per menit, frekuensi
dan takut saat melihat perawat, kontak pernapasan 23 kali per menit, suhu tubuh
mata ada dengan perawat namun tidak 38,0 ºC, anak rewel saat dilakukan
bertahan lama. Hasil wawancara dengan tindakan, takut saat melihat perawat,
ibu subjek didapatkan data bahwa subjek kontak mata tidak ada dengan perawat,
selama dirawat menjadi pendiam, selalu tidak peduli dengan lingkungan sekitar,
rewel saat dilakukan tindakan, cemas dan dan sering bermain gadget telepon
takut dengan perawat sehingga anak seluler. Hasil wawancara dengan ibu
menjadi tidak kooperatif setiap dilakukan subjek, yaitu anak selama dirawat
tindakan. menjadi pendiam, rewel saat dilakukan
Teridentifikasi empat diagnosa tindakan, selalu bermain handphone
keperawatan, yaitu: Ketidakefektifan karena merasa bosan, cemas dan takut
perfusi jaringan perifer, kekurangan dengan perawat, anak menjadi tidak
volume cairan, ketidakseimbangan kooperatif setiap dilakukan tindakan.
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, dan Berdasarkan data-data yang
risiko gangguan perkembangan anak. didapatkan, dirumuskan tiga diagnosa
Intervensi yang diberikan yaitu keperawatan, yaitu: ketidakefektifan
mengevaluasi perkembangan dan sikap perfusi jaringan perifer,
kooperatif subjek, memberikan sentuhan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
dan sering melakukan kontak mata, kebutuhan tubuh dan risiko gangguan
menjelaskan semua prosedur menggali perkembangan. Intervensi yang diberikan
apa yang akan dirasakan selama prosedur yaitu mengevaluasi perkembangan anak,
dilakukan, memfasilitasi bermain ular menjelaskan prosedur yang akan
tangga bagi subjek dan keluarga, diberikan, memfasilitasi bermain ular
memberikan pujian kepada anak dan tangga, memeriksa laboratorium darah
keluarga setelah terapi aktivitas bermain. lengkap. Setelah 5 hari pemberian
Evaluasi keperawatan setelah lima hari intervensi, didapatkan bahwa
perawatan yaitu: ketidakefektifan perfusi ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Menurut Deslidel, Hasan, Hevrialni pun sudah minimal, hanya 1-2x per hari
dan Sartika (2011), tujuan bermain di degan durasi 15 menit.
rumah sakit adalah untuk melanjutkan Reaksi anak setelah diberikan terapi
pertumbuhan dan perkembangan secara bermain, sejalan dengan hasil penelitian
optimal, mengekspresikan perasaan, Levy dan Alan (2009) yang
keinginan dan fantasi serta ide-idenya, mengemukakan bahwa melalui bermain
mengembangkan kreativitas anak secara terapeutik dapat meningkatkan
sehingga anak dapat beradaptasi lebih kesehatan fisik maupun emosional pada
efektif terhadap stres. Adapun manfaat anak di rumah sakit. Penelitian Ningrum
dari bermain menurut Wong (2009) dan Nasrudin (2015) menyatakan bahwa
adalah memberikan sarana untuk ada pengaruh bermain kolase kartun
melepaskan diri dari ketegangan dan stres terhadap tingkat kooperatif anak
yang dihadapi di lingkungan. prasekolah selama prosedur nebulizer di
Kooperatif berarti bersifat kerja Rumah Sakit Airlangga. Wiguna,
sama, bersedia membantu. Kooperatif Kusumaningsih dan Sumarni (2015)
adalah sikap yang menunjukkan kerja dalam penelitiannya juga
sama, tidak melakukan penentangan mengungkapkan bahwa terdapat
terhadap suatu sikap individu maupun pengaruh penggunaan elastic bandage
golongan tertentu. Dalam hal ini kerja bermotif (stiker) terhadap tingkat
sama yang dimaksud adalah kerja sama kooperatif anak usia prasekolah selama
yang ditunjukkan anak selama menjalani prosedur injeksi IV preset di Rumah Sakit
perawatan di rumah sakit (KBBI, 2013). Umum Daerah Klungkung. Begitu pula
Sikap kooperatif pada anak sangat dengan Handayani dan Puspitasari (2010)
dipengaruhi oleh adanya faktor dukungan dalam penelitiannya mengatakan bahwa
keluarga, yakni kehadiran keluarga di ada pengaruh terapi bermain terhadap
rumah sakit, keterlibatan keluarga dalam tingkat kooperatif pada anak usia 3 – 5
pemberian asuhan keperawatan dan tahun di Ruang CB2 Anak Rumah Sakit
hubungan keluarga dengan perawat dan Panti Rapih Yogyakarta.
tim kesehatan lain. Peran perawat dalam
mengoptimalkan tingkat kooperatif anak, Kesimpulan
salah satunya adalah dengan menyusun Terapi aktivitas bermain
perencanaan keperawatan terapi aktivitas menggunakan ular tangga dapat menjadi
bermain untuk mengurangi dampak pilihan intervensi untuk mengatasi
hospitalisasi masalah kecemasan, dampak hospitalisasi
Selama penelitian dilaksanakan, dan risiko gangguan perkembangan pada
peneliti mengobservasi sikap dan perilaku anak pra sekolah, namun dibutuhkan
subjek sebelum dan setelah diberikan komitmen oleh perawat agar dapat
intervensi terapi aktivitas bermain setiap diterapkan secara rutin dan terstruktur
hari selama 5 hari. Hari ke-5 pemberian sehingga dapat memberikan manfaat.
intervensi, keempat subjek menunjukkan
adanya kontak mata dengan tenaga Ucapan Terima Kasih
kesehatan yang datang ke tempat Akademi Keperawatan Fatmawati
tidurmya, tidak lagi rewel, subjek yang telah membantu pembiayaan dan
menyebutkan namanya, subjek mau pendanaan penelitian. Pihak RSUP
diajak bermain, menyatakan senang Fatmawati tempat penelitian dilaksanakan
setelah bermain, tidak menangis apabila terutama staf lantai 3 utara (ruang ruang
ditinggal ibu, dapat mengajukan bertanya perawatan bedah) dan 3 selatan (ruang
tentang prosedur yang akan diberikan, perawatan penyakit infeksi) yang telah
frekuensi berinteraksi dengan handphone memberikan banyak bantuan terlibat
penelitian dan seluruh perawat yang