Anda di halaman 1dari 13

Vol. 1 No.1.

Hal 28-40

TERAPI BERMAIN (PUZZLE) UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN AKIBAT


STRES HOSPITALISASI : LITERATUR REVIEW

Sri Mulyanti1, Nia Kurniyanti 1, Tatang Kusmana1

1
Program Studi Diploma Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya

Informasi Artikel Abstrak


Riwayat Artikel: Hospitalisasi adalah kondisi anak sakit dimana harus
Diterima : 01 Agustus 2022 menjalani perawatan di rumah sakit dan merupakan
Direvisi : 05 September 2022 kondisi krisis bagi anak yang dapat menyebabkan
Terbit : 20 Desember 2022 setress, sehingga berdampak pada kecemasan dan
ketakutan yang tidak segera ditangani akan
Kata kunci: membuat anak melakukan penolakan terhadap
Bermain, Kecemasan, tindakan perawatan yang diberikan. Salah satu
Hospitalisasi upaya mengatasi dampak hospitalisasi yaitu dengan
cara bermain puzzle. Tujuannya untuk mengetahui
Phone: (+62) 81320410388 gambaran asuhan keperawatan pada anak usia
prasekolah (3-6 tahun) dengan terapi bermain
(puzzle) untuk menurunkan kecemasan akibat
setress hospitalisasi dengan metode penelitian studi
literatur dengan penelusuran jurnal melalui google
scholar didapatkan tiga jurnal dan satu asuhan
keperawatan penerapan terapi bermain puzzle.
Analisa data dengan menggunakan PICO dan asuhan
keperawatan dengan telaah NANDA, hasil
didapatkan pengkajian keluhan utama ibu klien
mengatakan ketika klien melihat petugas rumah
sakit atau perawat pasien ketakutan dan menangis,
diagnosa ansietas berhubungan dengan hospitalisasi
yang ditandai dengan melihat perilaku anak gelisah,
kontak mata buruk, afek ketakutan, wajah tampak
tegang, peningkatan keringat, peningkatan
ketegangan, peningkatan frekuensi pernafasan,
kesulitan berkonsetrasi, dan gangguan tidur,
intervensi berikan terapi bermain puzzle,
implementasi memberikan terapi bermain puzzle,
evaluasi klien mampu berkomunikasi dengan
petugas kesehatan, ekspresi wajah tidak tegang,
tidak gelisah, tidak takut, menunjukkan adanya
penurunan skor kecemasan skala Guttman.
Diharapkan penelitian ini bisa menjadi referensi
khusunya di rumah sakit supaya antara anak dengan
petugas kesehatan tidak ada lagi ketakutan dan
menjadikan anak nyaman.

28
PENDAHULUAN 2012). Hospitalisasi adalah kondisi sakit
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik dan perawatan di rumah sakit
secara fisik, mental, spiritual, maupun merupakan kondisi krisis bagi anak dan
sosial yang memungkinkan setiap dapat menyebabkan setres, khususnya
orang untuk hidup produktif secara pada bayi dan anak usia toddler. Setres
sosial dan ekonomis karena mencegah hospitalisasi dapat disebabkan karena
lebih baik daripada mengobati perubahan kegiatan dan lingkungan,
(Undang-Undang Republik Indonesia keterbatasan mekanisme koping pada
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang anak untuk menghadapi setres,
Kesehatan Pasal 1 Ayat 1, 2009). Sehat kehilangan kontrol, dan nyeri (Nurlaila,
dalam anak yaitu dalam rentang sehat- Utami, & W, 2018). Adapun peran
sakit, apabila anak dalam rentang sehat perawat dalam mengurangi setres
maka upaya perawat untuk akibat hospitalisasi yaitu mencegah
meningkatkan derajat kesehatan atau meminimalkan dampak dari
sampai mencari taraf kesejahteraan perpisahan, terutama pada anak usia 3-
baik fisik, sosial maupun spiritual. 6 tahun, partisipasi dari orang tua,
Demikian sebaliknya apabila anak membuat ruang perawatan seperti
dalam kondisi kritis atau meninggal situasi di rumah misalnya dengan
maka perawat selalu memberikan mendekorasi dinding memakai poster
bantuan dan dukungan pada keluarga atau kartu bergambar, membantu anak
(Yuliastati & Arnis, 2016). Dukungan mempertahankan kontak dengan
keluarga yang diberikan pada anak kegiatan sekolah dengan
memberikan dampak positif, salah mendatangkan tutor khusus atau
satunya yaitu mempercepat proses melalui kunjungan teman-teman
penyembuhan. Anak adalah seseorang sekolah, surat menyurat atau melalui
yang usianya kurang dari 18 tahun telepon (Sutini, 2018). Hasil
dalam masa tumbuh kembang, dengan penelusuran yang dilansir oleh UNICEF
kebutuhan khusus yaitu kebutuhan jumlah anak usia prasekolah di 3
fisik, psikologis, sosial dan spiritual. negara terbesar dunia mencapai 148
Ada beberapa tahapan dalam tumbuh juta 958 anak dengan insiden anak
kembang anak, salah satunya yaitu yang dirawat di rumah sakit 57 juta
tahap anak pra sekolah (umur 3-6 anak setiap tahunnya dimana 75%
tahun). Pada masa ini pertumbuhan mengalami trauma berupa ketakutan
berlangsung stabil, aktivitas jasmani dan kecemasan saat menjalani
bertambah seiring dengan perawatan (James, 2010). Berdasarkan
meningkatnya keterampilan dan proses data WHO (World Health Organization)
berfikir, selain lingkungan di dalam tahun 2018 bahwa 3%-10% pasien
rumah, anak mulai diperkenalkan pada anak yang di rawat di Amerika Serikat
lingkungan di luar rumah. Anak mulai mengalami stress selama hospitalisasi,
senang bermain di luar rumah dan di Jerman juga mengalami hal yang
menjalin pertemanan dengan anak lain, serupa 5%-10% anak yang di
sehingga kurangnya pengontrolan dari hospitalisasi. Kejadian yang terjadi di
orang tua dan bisa mengakibatkan Indonesia jumlah anak usia prasekolah
anak menjadi rentan sakit. Maka resiko (3- 5 tahun) berdasarkan Survei
setres hospitalisasi pada anak pun Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun
semakin besar, selain itu juga anak 2011 sebesar 30,82% dari total
dipersiapkan untuk sekolah, panca penduduk Indonesia (Badan
indra dan sistem reseptor penerima Perencanaan Nasional, 2011) dalam
rangsangan serta proses memori harus Haryani (2012). Berdasarkan Survei
sudah siap sehingga anak mampu Kesehatan Nasional (SUSENAS) tahun
belajar dengan baik (Soetjiningsih, 2014 diketahui bahwa angka kesakitan

29
anak di Indonesia pada daerah yang dapat dilakukan ialah melalui
perkotaan menurut kelompok usia 0-2 terapi bermain. Terapi bermain
tahun sebesar 25,8%, usia 3-6 tahun merupakan terapi pada anak yang
sebanyak 14,91%, usia 7-11 tahun menjalani hospitalisasi. Permainan anak
sekitar 9,1%, usia 12-18 tahun sebesar akan membuat anak terlepas dari
8,13%. Angka kesakitan anak usia 0-18 ketegangan dan stres yang dialaminya
tahun apabila dihitung dari keseluruhan karena dengan melakukan permainan,
jumlah penduduk adalah 14,44%. Anak anak akan dapat mengalihkan rasa
yang mendapatkan perawatan di rumah sakitnya pada permainannya dan
sakit akan berpengaruh pada kondisi relaksasi melalui kesenangannya
fisik dan psikologinya (Indonesia, 2014) melakukan permainan (Supartini,
Angka kesakitan anak di Indonesia 2012). Hasil penelitian yang dilakukan
mencapai lebih dari 45% dari jumlah oleh (Aprina, Ardiyansa, & Sunarsih,
keseluruhan populasi anak di Indonesia 2019) bahwa sebelum dilakukan terapi
(Kemenkes RI, 2018). Sehingga bermain puzzle adalah 64,30 dan
didapat peningkatan hospitalisasi pada sesudah diberikan terapi bermain
anak menurut Data Badan Pusat puzzle adalah 48,60 yang menunjukkan
Statistik (BPS) pada tahun 2018 angka adanya perbedaan pengaruh terapi
rawat inap atau hospitalisasi anak di bermain. puzzle terhadap kecemasan
Indonesia naik sebesar 13% anak. Penelitian terkait lainnya yang
dibandingkan tahun 2017 (Statistik, dilakukan oleh Hariyadi (2019) dengan
2018). Hasil survei (Kesehatan, 2013) judul pengaruh terapi bermain puzzle
angka kesakitan anak yang mengalami terhadap tingkat kecemasan
kecemasan akibat setress hospitalisasi hospitalisasi pada anak usia prasekolah
di Jawa Barat mencakup sebesar 3,4% (3-6 tahun) di RSUD Dr.Harjono
dari jumlah penduduk, jumlah ini lebih Kabupaten Ponorogo didapatkan ada
tinggi dari angka nasional yaitu sebesar pengaruh signifikan dari hasil penelitian
2,3%. Kecemasan merupakan kekuatan menunjukkan bahwa sebelum dilakukan
yang besar dalam menggerakkan terapi puzzle, yang mengalami
tingkah laku baik tingkah laku normal kecemasan sebanyak 14 responden
maupun tingkah laku yang (73,7%), sedangkan setelah dilakukan
menyimpang, atau yang terganggu, terapi tingkat kecemasan turun menjadi
kedua-duanya merupakan pernyataan, 4 responden (21.1%). Sebagai tenaga
penampilan, penjelmaan dari kesehatan seharusnya memberikan
pertahanan terhadap kecemasan itu. perhatian lebih pada anak, salah
Perbedaantingkat kecemasan satunya yaitu dengan terapi bermain
karakteristik anak usia prasekolah (Puzzle), karena pada saat dirawat
dengan anak sekolah ditinjau dari segi anak memiliki perubahan kegiatan dan
umur memang lebih menunjukkan keterbatasan untuk bermain sehingga
bahwa anak usia prasekolah lebih sangat mempengaruhi pada
cemas dibandingkan dengan anak usia perkembangan motorik anak. Walaupun
sekolah. Semakin muda usia anak di rumah sakit belum ada ruangan
semakin tinggi kecemasan khusus untuk bermain dan hospitalisasi
hospitalisasi.Namun, pada usia sekolah sangat mempengaruhi tingkat
tingkat kognitifnya lebih tinggi kecemasan pada 5 anak yang dirawat
dibandingkan dengan anak usia itu tidak menjadi penghambat untuk
prasekolah sehingga anak usia sekolah dilakukannya penerapan terapi
lebih mudahmemahami prosedur yang bermain, karena bisa dilakukan di
diberikan dibandingkan dengan usia ruang atau tempat tidurnya sendiri dan
prasekolah (Widianti, 2011). Dalam terapi bermain (Puzzle) ini bisa untuk
mengatasi kecemasan ini salah satu hal menurunkan kecemasan pada anak dan

30
memotivasi diri secara nyata untuk METODE
mengalihkan rasa sakitnya pada Metode yang digunakan dalam
permainan dan relaksasi melalui penelitian ini yaitu metode studi
kesenangannya dan dapat digunakan kepustakaan atau literatur review.
untuk mengembangkan kemampuan Literatur review merupakan ikhtisar
kognitif atau kecerdasan pada anak komprehensif tentang penelitian yang
sehingga bisa menjadi daya penarik sudah dilakukan mengenai topik yang
yang kuat. Maka, berdasarkan spesifik untuk menunjukan kepada
permasalahan di atas peneliti pembaca apa yang sudah diketahui
memandang penting untuk melakukan tentang topik tersebut dan apa yang
literatur review tentang asuhan belum diketahui, untuk mencari
keperawatan pada anak usia prasekolah rasional dari penelitian yang sudah
(3-6 tahun) dengan terapi bermain dilakukan atau untuk ide penelitian
(Puzzle) untuk menurunkan kecemasan selanjutnya (Denney & Tewksbury,
akibat setress hospitalisasi. 2013).

HASIL
Berdasarkan hasil literatur review didapatkan dari tiga jurnal dapat dilihat pada
tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Telaah Jurnal


No Pene Tahun Volume, Judul Metode Hasil Penelitian Database
liti Angka (Desain, Sampel,
Variabel,
Instrumen,
Analisis)
1. Apri 2019 Volum Terapi Desain : desain yang Hasil menunjukkan file:///C:/Us
na, e Bernai digunakan quasy rata-rata skor ers/to
Novr 10, n experiment dengan kecemasan sebelum shiba/AppDa
i Nomor 2 Puzzle rancanganone
pada Anak Usia3-6 group
tahun Terhadap
dilakukanKecemasan terapi
Pra operasi
ta/L
Ardi pretest- posttest. bermain puzzle adalah ocal/Temp/1
yan 64,30 dan sesudah 561- 5423-
sa, Sampel : sampel dalam diberikan terapi 1-PB.pdf
Sun penelitian ini sebanyak bermain peran puzzle
arsi 30 orang adalah 48,60.
h Didapatkan p-value
Variabel : Terapi puzzle 0,000 yang menunjukkan
terhadap kecemasan
anak usia prasekolah

Instrumen :
Instrume
n menggunakan lembar
observasi

Analisis : Analisis yang


di gunakan adalah uji
parametik ujit test
dependent

31
2. Hariy 201 Volume Pengar Desain : desain yang Hasil uji statistik file:///C:/U
adi 9 9, uh digunakan menggunakan uji sers/tos
Nomor Terapi experimental research Wilcoxon dengan α hiba/AppDa
4 Bermai design 95% diperoleh p- ta/Lo
n value= 0.000 (p < cal/Temp/2
Puzzle Sampel : sampel 0.05) yang berarti 87- 941-1-
Terhad dalam penelitian ini H0 ditolak H1 PB.pdf
ap sebanyak 19 diterima bahwa
responden sebelum dilakukan
Tingka terapi puzzle, yang
t Variabel : terapi mengalami
Kecem puzzle terhadap ke
asan kecemasan cemasan sebanyak
Hospit hospitalisasi pada 14 responden
alisasi anak prasekolah (3-6 (73,7%), sedangkan
pada Anak
tahun) setelah dilakukan
Usia Pra Sekolah (3-6 Tahun) terapi di tingkat
RSUD Instrumen : kecemasan turun
Dr. instrume menjadi 4 responden
Har n menggunakan (21.1%) sehingga
jon lembar observasi ada pengaruh yang
o signifikan antara
Ka Analisis : analisisdata terapi bermain
bu yang digunakan puzzle terhadap
pat adalah analisis tingkat
en deskriptif dan uji kecemasa
Pon Wilcoxon n akibat hospitalisasi
oro pada anak usia pra
go sekolah di RSUD
Harjono Kabupaten
Ponorogo.
3. Tha 201 Volume Pengar Desain : desain yang Hasil penelitian file:///C:/U
lia 9 2, uh digunakan dengan rata- rata sers/tos
Kus Nomor Terapi eksperimental tingkat hiba/AppDa
mia 2 Bermai kecema ta/Lo
A.S n dengan san dengan rata-rata cal/Temp/4
ula Puzzle menggunakan tingkat kecemasan 8-
e Terhad ra sebelum terapi Article%20
ma ap ncangan penelitian pre bermain puzzle Text- 58-1-
n, Tingka eksperimental design adalah memiliki 10-
Am tKece dengan rancangan kecemasan berat 22 20200602.p
atu m asan Anak
one Usia PrasekolahAki
grup bat
(73,7%),
Hospitalisasi df
sY Di pretestpostest. kecemasan sedang
Ism Ruang 6
ant Anak Sampel : sampel (20,0%), kecemasan
o, RSUD dalam penelitian ini ringan 2
Heri Kota sebanyak 30 pasien (6,7%) sedangkan
yan Kota anak setelah diberikan
a mobag terapi puzzle tingkat
32
Ami u Variabel : terapi kecemasan anak
r bermain puzzle menjadi
terhadap tingkat sedang 22
kecemasan pada (73,3%) dan
anak usia kecemasan ringan 8
prasekolah akibat
(26,7%)
hospitalisasiyang
berarti ada
Instrumen : penurunan
instrume kecemasan setelah
n menggunakan diberikan terapi
lembar observasi bermain puzzle.

Analisis : analisis yang


digunakan
dengan Uji
Wilcoxon Signed
Ranks Test

Tabel 4.2 Hasil Telaah Asuhan Keperawatan


No Asuhan Pengka Diagno Perencana Implementa Evalua
Keperawatan jian sa an si si
1. Tri Emei Pasien Ansiet Berikan Memberika
terapi bermain
S puzzle
: Ibu pasien
Luchfiani y as n terapi mengatakan ketika
2019 ang berhu bermain melihat petugas rumah
Penerapan mengala bunga puzzle sakit atau perawat
Terapi mi n pasien ketakutan dan
Bernain kecema denga menangis
Puzzle untuk san n O: Pasien tampak
Menurunkan akibat hospit tegang, menangis, dan
Kecemasan s alisasi rewel saat di hampiri
Pada Anak etress perawat, skor
Prasekolah hospitali kecemasan 15
Akibat sasi DS A: Masalah
Hospitalisasi : ansietas belum
file:///C:/ Ibu teratasi P:
Use Lanjutkan
rs/toshiba/ klien intervensi
A mengat 1. Bantu pasien u
ppData/Loc akan 2. Berikan terapi
al/Temp/1 ketika bermain puzzle
619 36P- 3. Dorong keluarga
ns414- klien untuk menemani
156533801 melihat pasien
8. petugas
pdf rumah
s
akit
atau
pe
rawat
klien
33
ketakut
an dan
menang
is.
DO :
Klien
ta
mpak
rewel dan menangis saat melihat perawat dan ketika didekati, klien tampak
pernafa
san 26
x/menit,
suhu
37oC,
nadi
100
x/menit

34
PEMBAHASAN tampak tegang, peningkatan keringat,
Pengkajian peningkatan ketegangan, peningkatan
Pengkajian secara teoritis pada frekuensi pernafasan, kesulitan
kasus anak yang mengalami berkonsetrasi, dan gangguan tidur.
kecemasan akibat setress hospitalisasi Terdapat perbedaan kalau menurut
biasanya ditandai dengan mengeluh teori lebih ke spesific kalau dalam
pusing, anoreksia, palpitasi, merasa asuhan keperawatan tidak di
tidak berdaya, tampak gelisah, spesifican.
tampak tegang, kesulitan untuk tidur,
menolak makan, sering menangis, Perencanaan
jika berpisah dengan orang tua anak Intervensi yang dilakukan
akan sering bertanya kapan orang tua meliputi : bantuan kontrol marah,
akan datang mengunjungi dan biblioterapi, dukungan emosi,
menarik diri dari orang lain, frekuensi dukungan hpnosis diri, dukungan
napas dan nadi meningkat, tremor, kelompok, dukungan keyakinan,
suara bergetar, kontak mata buruk, dukungan memaafkan, dukungan
dan sering berkemih dan pelaksanaan ibadah, dukungan
menggunakan skor kecemasan Faces pengungkapan kebutuhan, dukungan
Anxiety Scale (FAS) (Nurlaila, Utami, proses berduka, intervensi krisis,
& W, 2018) (SDKI, 2017) (McMurtry, konseling, manajemen demensia,
C.m, Noel,M, Chambers,C.T, & persiapan pembedahan, terapi
McGrath,P.T, 2010). Menurut (Emei, distraksi, terapi hipnosis, terapi
2019) dalam asuhan keperawatannya imajinasi terbimbing, terapi
didapat pengkajian keluhan utama ibu menenangkan, terapi biofeedback,
klien mengatakan ketika klien melihat terapi diversionall, terapi musik, terapi
petugas rumah sakit atau perawat puzzle, terapi penyalahgunaan zat,
klien ketakutan dan menangis, klien terapi relaksasi otot progresif, terapi
tampak rewel dan menangis saat reminisens, terapi seni, terapi validasi
melihat perawat dan ketika didekati, (SIKI, 2018). Menurut (Emei, 2019)
klien tampak ketakutan, pasien dalam asuhan keperawatannya
tampak tegang dengan skor mengambil menurut Nurarif dan
kecemasan Guttman 15, pernafasan Kusuma, 2015 yaitu mengidentifikasi
26 x/menit, suhu 37oC, nadi 100 tingkat kecemasan pasien untuk
x/menit. Terdapat perbedaan dalam mengetahui tingkat kecemasan pasien
skor kecemasan, menurut teori dan tindakan yang akan dilakukan,
menggunakan Faces Anxiety Scale bantu pasien mengenal situasi yang
(FAS) sedangkan menurut asuhan menimbulkan kecemasan untuk
keperawatan menggunakan skor mengetahui situasi yang menyebabkan
kecemasan Guttman. pasien cemas, dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan ketakutan
untuk mempermudah dalam
Diagnosa Keperawatan pemberian tindakan keperawatan,
Diagnosa keperawatan pada berikan terapi bermain puzzle untuk
anak yang mengalami kecemasan mengurangi tingkat kecemasan anak,
akibat setress hospitalisasi adalah dorong keluarga untuk menemani
ansietas berhubungan dengan anak untuk mengurangi rasa cemas.
hospitalisasi yang ditandai dengan Perbedaan antara teori dan asuhan
anak sering menangis dan rewel keperawatan, dalam teori
(SDKI, 2017). Menurut (Emei, 2019) menggunakan SIKI sedangkan dalam
dalam asuhan keperawatannya yaitu asuhan keperawatan menggunakan
ansietas berhubungan dengan NANDA, sehingga lebih kumplit di SIKI
hospitalisasi yang ditandai dengan dibanding NANDA.
melihat perilaku anak gelisah, kontak
mata buruk, afek ketakutan, wajah Implementasi
35
Tindakan non farmakologi untuk Persiapan :
mengatasi anak yang mengalami a. Menyiapkan ruangan, b.
kecemasan akibat setress hospitalisasi Menyiapkan anak dan keluarga, c.
dari hasil telaah jurnah dan hasil telaah Menyiapkan alat-alat, 2. Pembukaan :
asuhan keperawatan yaitu terapi a. Mengucapkan salam dan
puzzle. Terapi puzzle adalah sebuah memperkenalkan diri,
permainan untuk menyatukan b. Menyampaikan maksud
pecahan kepingan untuk membentuk dan tujuan kegiatan, c. Menjelaskan
sebuah gambar atau tulisan yang telah kontrak waktu, d. Menjelaskan cara
ditentukan (Indriana, 2011). bermain menyusun puzzle, 3.
Prosedur pada terapi puzzle ini yaitu : Pelaksanaan : a. Mengajak anak
1. Persiapan pasien : anak dan bermain, b. Mendampingi anak
keluarga diberitahu tujuan bermain, bermain menyusun puzzle,
melakukan kontrak waktu, tidak c. Menanyakan kepada anak
mengantuk, tidak rewel, keadaan apakah sudah selesai bermain puzzle,
umum mulai membaik, anak dapat d. Memberikan pujian terhadap anak
mengambil posisi dengan tiduran atau yang mampu menyusun sampai
duduk, sesuai kondisi, 2. Persiapan selesai,
alat : rancangan program bermain 4. Evaluasi : a. Melakukan review
yang lengkap dan sistematis, alat pengalaman bermain menyusun
bermain sesuai dengan umur atau puzzle, b. Mengidentifikasi kejadian
jenis kelamin dan tujuan, 3. Prosedur yang berkesan selama bermain, c.
pelaksanaan : Menganalisis kesan yang dibuat oleh
a. Tahap prainteraksi : lakukan anak, d. Menyimpulkan kegiatan.
kontrak waktu, cek kesiapan anak Adapun perbedaannya dalam teori itu
(tidak mengantuk, tidak rewel, terdapat cuci tangan an di
keadaan umum membaik/kondisi yang dokumentasikan, sedangkan dalam
memungkinkan), siapkan alat asuhan keperawatan tidak ada cuci
permainan dan lingkungan bermain, tangan dan pendokumentasian.
cuci tangan, b. Tahap orientasi : Berdasarkan penelitian (Aprina,
berikan salam dan menyapa anak, Ardiyansa, & Sunarsih, 2019),
perkenalkan diri pada anak, jelaskan (Hariyadi, 2019), (Sulaeman, Ismanto,
tujuan dan prosedur tindakan, jaga & Amir, 2019), (Emei, 2019) evaluasi
privasi, c. Tahap kerja : beri petunjuk yang dilakukan pada anak yang
pada anak mengenai cara bermain, mengalami kecemasan akibat setress
persilakan anak untuk melakukan hospitalisasi yang dilakukan selama 3x
permainan secara bersama anak dalam 3 hari dengan durasi sekitar
lain/orang tua/keluarga/individu, ±45 menit sesuai SOP yang ada. Hasil
motivasi keterlibatan anak dan responden menunjukkan adanya
keluarga, beri pujian pada anak saat pengaruh terapi bermain puzzle
melakukan permainan, d. Tahap terhadap tingkat kecemasan anak usia
terminasi : minta anak menceritakan prasekolah akibat hospitalisasi.
apa yang dilakukan atau dibuatnya, Penurunan tingkat kecemasan akibat
tanyakan perasaan anak setelah setress hospitalisasi ini terjadi karena
bermain dan pendapat keluarga ada efek samping dari pemberian
tentang permainan yang dilakukan, terapi puzzle yang dapat menurunkan
lakukan evaluasi sesuai tujuan, tingkat kecemasan seperti anak
berpamitan dengan anak, bereskan menjadi ceria, tidur nyenyak, tidak
dan kembalikan alat ke tempat menangis lagi, nafsumakan
semula, cuci tangan, dokumentasikan meningkat, tidak sabaran dan
tindakan dan respon pasien (Adriana, semangat saat bermain puzzle,
2011). Menurut (Emei, 2019) dalam kadang mudah lupa bagaimana cara
asuhan keperawatannya mengambil menyusun kepingan puzzle. Pada
sumber dari Purwanintyas,2014 1. pasien anak usia prasekolah sebelum
36
diberikan terapi bermain puzzle dapat menurunkan tingkat kecemasan
memiliki kecemasan berat yaitu, 22 pada anak akibat setress
responden (73,3%), kecemasan hospitalisasi. Faktor yang
sedang sebanyak 6 responden mempengaruhi kecemasan anak
(20,0%), dan kecemasan ringan akibat hospitalisasi adalah kondisi
sebanyak 2 responden (6,7%) dan rumah sakit, lingkungan rumah sakit,
tingkat kecemasan setelah diberikan bau khas rumah sakit, obat-obatan,
terapi bermain puzzle menurun alat-alat medis, petugas kesehatan,
menjadi kecemasan sedang yaitu, 22 warna seragam dan sikap petugas
responden (73,3%), dan kecemasan kesehatan seperti dokter dan perawat,
ringan menjadi 8 responden (26,7%). serta tindakan/prosedur pengobatan
Tanda-tanda yang muncul pada yang dilakukan (Sulaeman, Ismanto, &
kasus anak yang mengalami Amir, 2019).
kecemasan akibat setress hospitalisasi Terapi puzzle ini permainan
biasanya ditandai dengan mengeluh yang membutuhkan pendamping
pusing, anoreksia, palpitasi, merasa petugas dan diupayakan puzzle yang
tidak berdaya, tampak gelisah, lebih besar agar anak mudah
tampak tegang, kesulitan untuk tidur, menyusun dan memegangnya. Pilih
menolak makan, sering menangis, gambar puzzle yang tidak asing bagi
jika berpisah dengan orang tua anak anak, sebelum gambar puzzle dipisah-
akan sering bertanya kapan orang tua pisah, tunjukkan ke anak gambar
akan datang mengunjungi dan puzzle yang dimaksud, kemudian ajak
menarik diri dari orang lain, frekuensi dan dampingi anak untuk menyusun
napas dan nadi meningkat, tremor, puzzle, seperti dimulai di pojok dahulu
suara bergetar, kontak mata buruk, atau bagian samping terlebih dahulu.
dan sering berkemih. Menurut peneliti Hal yang perlu diperhatikan dalam
tingkat kecemasan akibat setress puzzle ini adalah jumlah puzzle yang
hospitalisasi pada anak usia dipasang/susun tidak lebih dari 6
prasekolah dapat berkurang setelah potongan. Dampak yang diberikan dari
dilakukan terapi bermain puzzle terapi puzzle ini adalah menurunkan
selama ±45 menit. tingkat kecemasan pada anak akibat
Evaluasi setress hospitalisasi, meningkatkan
Terapi bermain puzzle dapat rasa nyaman, dan tubuh menjadi
menurunkan tingkat kecemasan pada rileks (Saputro & Fazrin, 2017).
anak terbukti dengan anak menjadi Berdasarkan pendapat peneliti stress
ceria, tidur nyenyak, tidak menangis hospitalisasi pada anak terutama anak
lagi, nafsu makan meningkat, tidak prasekolah akan mengakibatkan
sabaran dan semangat saat bermain kecemasan dimana anak akan
puzzle, kadang mudah lupa bagaimana mengalami penolakan baik itu dalam
cara menyusun kepingan puzzle. tindakan perawatan dan pengobatan
Mengenai terapi bermain puzzle ini yang diberikan sehingga berpengaruh
merupakan permainan yang memiliki terhadap lamanya hari rawat ataupun
nilai terapeutik didasari oleh penolakan makan, kesulitan tidur, dan
pandangan bahwa bermain bagi anak menangis. Sebagai tenaga kesehatan
merupakan aktivitas yang sehat dan kita harus lebih memperhatikan
diperlukan untuk kelangsungan kondisi anak sehingga dengan
tumbuh kembang anak. Pemberian penerapan terapi bermain (puzzle) ini
terapi puzzle ini memberikan terapi sangat efektif untuk bisa memotivasi
non farmakologi dalam membantu anak agar tidak takut pada tim
mengatasi menurunkan tingkat kesehatan dan bisa mempercepat
kecemasan pada anak. Dari hasil ke dalam proses penyembuhan.
tiga jurnal dan satu asuhan
keperawatan tentang terapi puzzle KESIMPULAN
dapat disimpulkan bahwa terapi puzzle Berdasarkan hasil telaah tiga
37
jurnal dan satu asuhan keperawatan, Saya mengucapkan banyak terima
dapat di tarik kesimpulan sebagai kasih kepada seluruh dosen yang sudah
berikut : membimbing saya dalam
1. Pengkajian yang didapatkan pada menyelesaikan penelitian ini, tidak lupa
teori dan asuhan keperawatan kepada orang tua, keluarga dan teman-
terdapat perbedaan yaitu pada teman yang selalu memberikan support
skor kecemasan, dalam teori selalu untuk tetap focus dalam
menggunakan Faces Anxiety Scale menyelesaikanpenelitian.
(FAS), sedangkan dalam asuhan
keperawatan mengunakan skor
kecemasan Guttman, dalam teori REFERENSI
juga tidak ada anak ketakutan, Adriana, D. (2011). Tumbuh
sedangkan pada asuhan Kembang dan Terapi Bermain
keperawatan klien ketakutan. pada Anak. Jakarta: Salemba
2. Masalah keperawatan yang Medika.
diangkat sebagai masalah utama Amalia, R. (2016). Gambaran
pada pasien anak yaitu sama Motivasi Hidup Pada Orang
ansietas, namun kalau dalam teori dengan HIV/AIDS Di Rumah
itu lebih spesific. Cemara Geger Kalong
3. Intervensi yang dilakukan sama Bandung. Dipetik Maret 22,
yaitu berikan terapi bermain 2020, dari
(puzzle), namun hanya beda http://repository.upi.edu/2406
dalam sumber. Kalau dalam teori 2/6/TA_JKR_1307158_Chapter
menggunakan SIKI sedangkan 3.pdf
dalam asuhan keperawatan Aprina, Ardiyansa, N., & Sunarsih.
menggunakan NANDA. (2019). Terapi Bermain
4. Prosedur terapi bermain puzzle Puzzlepada Anak Usia 3-6
sama sesuai dengan SOP meliputi tahunterhadap Kecemasan Pra
identifikasi aspek yang akan Operasi . Jurnal Kesehatan.
difokuskan dalam terapi selama Arikunto, S. (2010). Prosedur
±45 menit, terapi yang digunakan Penelitian Suatu Pendekatan
adalah terapi puzzle, modal yang Prakitik. Jakarta: Rineka Cipta.
digunakan puzzle,meja. Barokah, A. (2012). Pengaruh Terapi
Perbedaannya kalau dalam teori Bermain Puzzle Terhadap
ada cuci tangan dan di Perilaku Kooperatif Anak Usia
dokumentasikan, sedangkan Prasekolah Selama
dalam asuhan keperawatan tidak Hospitalisasi di RSUD Tugurejo
ada cuci tangan dan Semarang. Jurnal
pendokumentasian. Keperawatan.
5. Evaluasi keperawatan pada pasien Dewi, S. (2010). Etika Penelitian.
anak dengan tindakan terapi Dipetik Maret 22, 2020, dari
bermain puzzle berdasarkan telaah https://www.academia.edu/34
tiga jurnal dan satu asuhan 478334/ETIKA_PENELITIAN
keperawatan menunjukkan bahwa
rata-rata tingkat kecemasan Emei,Tri Luchfiani.(2019).Penerapan
sebelum dilakukan terapi puzzle Terapi Bermain PuzzleUntuk
memiliki kecemasan yang berat Menurunkan Kecemasan pada
dan setelah diberikan terapi Anak Prasekolah Akibat
bermain puzzle tingkat Hospitalisasi
kecemasannya menjadi sedang Fitrah, M., & Luthfiyah. (2017).
bahkan sampai ringan. Metodologi Penelitian
Penelitian Kualitatif, Tindakan
UCAPAN TERIMAKASIH Kelas dan Studi Kasus.
Sukabumi: CV Jejak.
38
Hariyadi. (2019). Pengaruh Terapi Metodologi Penelitian
Bermain PuzzleTerhadap Kesehatan. Jakarta: Rineka
Tingkat Kecemasan Cipta.
Hospitalisasi pada Anak Usia Nurlaila, Utami, W., & W, T. C.
Pra Sekolah (3-6 Tahun) di (2018). Buku Ajar
RSUD Dr. Harjono Kabupaten Keperawatan Anak Dilengkapi
Ponorogo. Tunas-Tunas Riset Dengan Soal Uji Kompetensi
Kesehatan. Perawat. Yogyakarta:
Immereta. (2019). ANALISIS Leutikaprio.
INTERVENSI TERAPI Nursalam. (2008). Proses dan
BERMAINPUZZLE TERHADAP Dokumentasi Keprawatan.
KECEMASAN PADA ANAKUSIA Jakarta: Salemba Medika.
PRASEKOLAH DI RUANG Nursalam. (2013). Asuhan
CEMPAKA ANAKRUMAH SAKIT Keperawatan Bayi dan Anak
PELNI JAKARTA. Jurnal untuk Perawat dan Bidan Edisi
JKFT: Universitas Muhamadiyah 2. Jakarta: Salemba Medika.
Tangerang. Nursalam. (2014). Manajemen
Indonesia, K. K. (2014). Survey Keperawatan Aplikasi Dalam
kesehatan nasional. Dipetik Praktik Keperawatan
Maret 06, 2020, dari Profesional. Jakarta: Salemba
(http://www.litbang.depkes.go Medika.
.id/surkesnas) Olfah, Y. (2016). Modul Bahan Ajar
Indriana, D. (2011). Ragam Cetak Kebidanan. Jakarta:
Alat Bantu Media Pengajaran. Kementrian Kesehatan
Yogyakarta: Diva Pres. Republik Indonesia.
Katinawati. (2011). Pengaruh Terapi PPNI. (2019). Standar Diagnosis
Bermain Dalam Menurunkan Keperawatan Indonesia.
Kecemasan Pada Anak Usia PPNI, T. P. (2016). Diagnosis
Prasekolah (3-5tahun) yang Keperawatan Indonesia (SDKI)
Mengalami Hospitalisasi di Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
RSUD Tugurejo Semarang. Purwaningtyas, D.S, Hidayah,N,
Semarang: Jurnal P.Riftiyanto,C,et al.(2014).
Keperawatan. Proposal Terapi Bermain Puzzle
Kesehatan, K. R. (2013). Riset di Ruang Anak Bona 1 RSUD
Kesehatan Dasar. Jakarta: Dr.Soetomo Surabaya
adan Penelitian Dan Rahardjo, S., & Gudnanto. (2011).
Pengembangan Kesehatan Pemahaman Individu Teknin
Departemen Kesehatan Non Tes. Kudus: Nora Meda
Republik Indonesia. Enterprise.
Kurdaningsih, S. V. (2015). Pengaruh Saputro, H., & Fazrin, I. (2017).
Terapi Bermain Puzzle Anak Sakit Wajib Bermain di
Terhadap Tingkat Kecemasan Rumah Sakit Penerapan Terapi
Anak Yang Menjalani Bermain Anak Sakit Proses,
Hospitalisasi Di Ruang Manfaat dan Pelaksanaannya.
Madinah Rumah Sakit Islam Ponorogo: Forum Ilmiah
Siti Khadijah Palembang. Kesehatan.
McMurtry, C.m, Noel,M, SDKI. (2017). Standar Diagnosis
Chambers,C.T, & McGrath,P.T. Keperawatan Indonesia.
(2010). Children’s Fear during Jakarta: Dewan pengurus
procedural pain: preminary pusat.
investigation of the children’s Setiawan, D., Prasetyo, H., Santuso,
fear scale. Journal of american H., Muhsi, F. I., Anwar, H. C.,
psychological association,. Alfian, et al. (2014).
Notoatmodjo, S. (2010). Keperawatan Anak dan
39
Tumbuh Kembang (Pengkajian Keperawatan Anak. Jakarta:
dan Pengukuran). Yogyakarta: Asosiasi Institusi Pendidikan
Nuha Medika. Vokasi Keperawatan Indonesia
SIKI. (2018). Standar Intervensi (AIPViKI).
Keperawatan Indonesia. Tsai C. (2007). The Effect of Animal
Jakarta: Dewan pengurus Assisted Therapy on Children's
pusat. Setress During Hozpitalization.
Situmorang M.A. (2012). Doctoral disertasi of
Meningkatkan Kemampuan phylosopy.
Memahami Wacana Melalui Undang-Undang Republik Indonesia
Media Pembelajaran Puzzle. Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Jurnal Bahasa. Kesehatan Pasal 1 Ayat 1.
Small L, Melynk, B. M, & Arcoleo, (2009). Dipetik Maret 06,
K.S. (2009). The Effect of 2020, dari
Gender On the Coping https://jdih.kemenkeu.go.id/fu
Outcomes of Young Children llText/2009/36TAHUN2009UU.
Following an Unanticipated htm
Critical Care Hozpitalization. Widianti. (2011). Pengaruh Senam
Journal for specialists of Otak Terhadap Kecemasan
pediatcric Nursing. Akibat Hospitalisasi Pada Anak
Soetjiningsih. (2012). Usia Prasekolah Di Rumah
Pertumbuhan dan Sakit Pantih Rapih Yogyakarta.
Perkembangan Anak. Jakarta: Fakultas Keperawatan :
EGC. Universitas Indonesia.
Statistik, B. P. (2018). Statistik Wijaya, A. L. (2015). Digital
Indonesia. Dipetik Maret 06, Respiratory Universitaas
2020, dari Jember. Dipetik Maret 22,
https://www.bps.go.id/publicat 2020, dari Hubungan
ion/2015/08/12/.../statistik- Kecemasan Pasien Anak Usia
indonesia- 2018.html 6-13 TahunTerhadap
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pencabutan Gigi di Puskesmas
Kuantitatif, Kualitatif R&D. Sumbersari Jember:
Bandung: Alfabeta. http://repository.unej.ac.id/bit
Sulaeman, T. K., Ismanto, A., & stream/handle/123456789/656
Amir, H. (2019). PENGARUH 12/Ayu%20Le
TERAPI BERMAIN ila%20Wijaya%20-
PUZZLETERHADAP TINGKAT %20111610101031.pdf?seque
KECEMASAN ANAK USIA nce=1
PRASEKOLAH AKIBAT Yuliastati, & Arnis, A. (2016). Modul
HOSPITALISASI DI RUANG Bahan Ajar Cetak Keperawatan
ANAK Keperawatan Anak.
RSUD KOTA KOTAMOBAGU. Kementrian Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Republik Indonesia.
Graha Medika Kotamobagu.
Supartini. (2012). Buku Ajar
Konsep Keperawatan Anak.
Jakarta: EGC.
Susilaningrum, R., Nursalam, &
Utami, S. (2013). Asuhan
Keperawatan Bayi dan
Anak:untuk Perawat dan Bidan
Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Sutini, T. (2018). Modul Ajar
40

Anda mungkin juga menyukai