Anda di halaman 1dari 14

Volume 09, Nomor 01, November 2018

Hal. 113-128

102
VISUAL SUPPORT MENURUNKAN KECEMASAN ANAK YANG
MENGALAMI HOSPITALISASI PADA PEMBERIAN INJEKSI

(Visual Support Reduce Children's Anxiety Who Experienced Hospitalization


In Injection)

Lina Madyastuti R*, Pessy Sipora Kusuma Dewi**

* Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik Jl. A.R.
Hakim No. 2B Gresik, email: nerslinamadya@gmail.com
** Puskesmas Alon-Alon Gresik

ABSTRAK

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang


tampak pada anak. Anak akan mengalami stress akibat perubahan baik terhadap
kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari – hari. Untuk
mengurangi kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi pada pemberian
injeksi dapat dilakukan visual support. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh
visual support terhadap kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi pada
pemberian injeksi.
Metode penelitian ini menggunakan quasi experimental design. Populasi
yang diteliti seluruh anak toddler dan prasekolah usia 2 – 5 tahun. Jumlah sampel
sesuai kriteria inklusi 21 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner
State-Trait Inventory for Children (STAIC) dari Spielberger (1973) dengan 20
item subskala karakter kecemasan (A-Trait) yang dimodifikasi. Analisis
menggunakan uji statistik Paired T.Test
Hasil penelitian sebelum dilakukan visual support didapatkan rata-rata
tingkat kecemasan anak pada skoring 42.09. Setelah dilakukan visual support rata
– rata tingkat kecemasan 32.85. Hasil analisa data menggunakan uji statistik
Paired T.Test dengan tingkat kemaknaan 95% (α=0.05) didapatkan nilai p value =
0.000 < α = 0.05, artinya ada pengaruh visual support terhadap kecemasan anak
yang mengalami hospitalisasi pada pemberian injeksi.
Visual support dapat menurunkan kecemasan pada anak yang dilakukan injeksi
saat hospitalisasi, sehingga visual support dapat digunakan dalam meningkatkan
komunikasi therapeutik pada anak dalam meningkatkan mutu pelayanan yang ramah
anak.

Kata kunci: Kecemasan, Hospitalisasi, Visual Support, Anak (Todler dan Pra
Sekolah)

ABSTRACT

103
Pain and hospitalization are major crises seen in children. The child will
experience stress due to changes to both his health and his environment in daily
habits. To reduce the anxiety of children who experience hospitalization on the
injection can be done visual support. The purpose of this study to know the effect
of visual support on anxiety of children who experience hospitalization on the
injection.
This research method has used quasi experimental design. The population
has been studied all toddler and preschool children ages 2 - 5 years. The number
of samples has match the inclusion criteria of 21 respondents. Data collection has
used the State-Trait Inventory for Children (STAIC) questionnaire from
Spielberger (1973) with 20 items of characterized A-Trait characteristic subscales.
The analysis has used the Paired T.Test statistical test.
The results of the research before the visual support has been found the
average anxiety level of children on score 42.09. After doing visual support the
average anxiety level of children on score 32.85.

Keywords: puzzle therapy, fine motor development, cognitive development,


preschool children

104
PENDAHULUAN Visual Support. Selama ini perawat
Respon anak terhadap sakit dan maupun tenaga kesehatan lainnya
dirawat di rumah sakit bervariasi dari hasil pengamatan hanya
dipengaruhi oleh berbagai faktor menggunakan tehnik komunikasi
seperti usia perkembangan anak, langsung (direct) berupa instruksi
pengalaman sakit dan dirawat di sederhana maupun modeling. Sampai
rumah sakit, support sistem serta saat ini pengaruh tehnik komunikasi
ketrampilan koping dalam visual support terhadap kecemasan
menangani stress. Sakit dan anak yang mengalami hospitalisasi
hospitalisasi menimbulkan krisis pada tindakan pemberian injeksi
pada kehidupan anak. Di rumah belum dapat dijelaskan.
sakit, anak harus menghadapi The National Centre for Health
lingkungan yang asing. Pemberi Statistic memperkirakan bahwa 3-5
asuhan yang tidak dikenal, dan juta anak dibawah usia 15 tahun
gangguan terhadap gaya hidup menjalani hospitalisasi setiap tahun
mereka. Seringkali mereka harus (Severo, 2014). Angka kesakitan
mengalami prosedur yang anak di Indonesia yang dirawat di
menimbulkan nyeri, kehilangan rumah sakit cukup tinggi yaitu
kemandirian dan berbagai hal yang sekitar 35 per 100 anak, yang
tidak diketahui (Wong 2009). Salah ditunjukkan dengan selalu penuhnya
satu tehnik komunikasi pada anak ruangan anak baik rumah sakit
yang dapat digunakan untuk pemerintah ataupun rumah sakit
memberi petunjuk dan informasi swasta (Sumaryoko, 2008). Sebagian
kepada anak adalah Visual Support besar anak yang dirawat mengalami
(Kunari 2006). Visual Support atau kecemasan tingkat sedang sebesar
dukungan visual mengacu pada 53,3 %, 43,3 % anak memiliki
penggunaan gambar atau item visual kecemasan tingkat tinggi, dan 3,3 %
lainnya untuk berkomunikasi dengan anak mengalami kecemasan ringan
anak yang memiliki kesulitan (Ardiningsih 2005). Pre survey pada
memahami atau menggunakan bulan Juni - Juli 2017 di ruang
bahasa. Dukungan visual bisa berupa perawatan anak RS Semen Gresik
foto, gambar, benda, kata – kata Provinsi Jawa Timur didapatkan 15
tertulis, atau daftar. Penelitian telah pasien anak usia pra sekolah yang
menunjukkan bahwa dukungan akan dilakukan tindakan pemberian
visual bekerja dengan baik sebagai injeksi dan pengambilan sampel
cara untuk berkomunikasi (Autism darah didapatkan 10 orang (66%)
Spekas Network 2011) Di Ruang menangis ketika melihat perawat
Perawatan / Rawat Inap Rumah Sakit yang akan memberikan tindakan
Semen Gresik pada saat melakukan medis, 3 orang (20%) menangis
tindakan pemberian injeksi di mana meminta pulang ketika didatangi
menjadi salah satu faktor pencetus perawat dan 2 orang (14%) selalu
munculnya kecemasan hospitalisasi, minta ditemani orangtuanya karena
berdasarkan hasil pengamatan di RS takut ditinggal orangtuanya.
Semen Gresik sebagian besar anak Berdasarkan data rekam medis di
mengalami kecemaan saat akan ruang perawatan anak RS Semen
dilakukan tindakan injeksi dan belum Gresik, selama 2 bulan terakhir dari
pernah dilakukan implemetasi bulan Juni sampai dengan Juli 2017
berkomunikasi dengan anak dengan didapatkan data jumlah pasien anak

105
yang dirawat 184 pasien anak dan merasa cemas, ketakutan, tidak
anak yang berusia 3-5 tahun yakin, kurang percaya diri, atau
sebanyak 57 pasien anak. 100% dari merasa tidak cukup terlindungi dan
jumlah tersebut anak mendapatkan merasa tidak aman. Anak yang
terapi injeksi intravena (IV), 75 % dirawat dirumah sakit akan
mendapatkan terapi oral dan injeksi mengalami kecemasan yang
IV. tinggi,memiliki kecenderungan
Kecemasan merupakan kekuatan hiperaktif dan tidak kooperatif.
yang besar dalam menggerakkan Upaya mengatasi masalah yang
tingkah laku. Baik tingkah laku timbul pada anak dalam upaya
normal maupun tingkah laku yang perawatan di rumah sakit, difokuskan
menyimpang, atau yang terganggu, pada intervensi keperawatan dengan
kedua-duanya merupakan cara meminimalkan stresor,
pernyataan, penampilan, penjelmaan memaksimalkan manfaat
dari pertahanan terhadap kecemasan hospitalisasi dan memberi dukungan
itu (Gunarsa dkk 2012). Bagi anak, psikologis pada anggota keluarga.
sakit dan dirawat di rumah sakit oleh Beberapa tindakan yang dilakukan
karena suatu alasan yang berencana untuk menurunkan stres hospitalisasi
atau darurat, mengharuskan anak pada anak antara lain: aktivitas
untuk tinggal di rumah sakit, bermain (bermain boneka,clay,
menjalani terapi dan perawatan puzzle), aktivitas ,mewarnai, dan
sampai pemulangannya kembali ke terapi music (audio imajinasi Media
rumah merupakan krisis utama yang yang paling efektif dalam
tampak pada anak. Penyebab dari memberikan informasi kepada anak
kecemasan ini dipengaruhi oleh melalui berkomunikasi non verbal ,
banyak faktor, baik faktor dari yaitu visual support (Kunari 2006).
petugas (perawat, dokter dan tenaga Gambar yang ditangkap melalui mata
kesehatan lainnya), lingkungan baru anak akan diolah oleh otak bagian
maupun keluarga yang Lobus Occipital yang berperan
mendampinginya selama perawatan. dalam mengolah informasi melalui
Anak yang sakit dan harus dirawat vision dan berperan dalam
dirumah sakit akan mengalami masa memberikan perception. Dalam
sulit karena tidak dapat melakukan melakukan komunikasi pada anak
kebiasaan seperti biasanya. perawat perlu memperatikan
Lingkungan dan orang-orang asing, berbagai aspek diantaranya adalah
perawatan dan berbagai prosedur usia tumbuh kembang anak, cara
yang dijalani oleh anak merupakan berkomunikasi dengan anak, metode/
sumber utama stres, kecewa dan tehnik dalam berkomunikasi pada
cemas, terutama untuk anak yang anak tahapan atau langkah – langkah
pertama kali dirawat dirumah sakit. dalam melakukan komunikasi
Apabila masalah tidak teratasi, maka dengan anak sehingga perawat dapat
hal ini akan menghambat proses memberikan informasi ataupun
perawatan anak dan kesembuhan sebaliknya mendapat informasi.
anak itu sendiri Dampak hospitalisasi Visual support dapat meningkatkan
pada anak yaitu sering menolak kemampuan berbahasa dan
makan, sering bertanya, menangis berkomunikasi anak secara reseptif
perlahan, tidak kooperatif terhadap (Tinarbuko 2012). Untuk mengajak
petugas kesehatan, anak sering anak menjadi lebih kooperatif terlibat

106
dalam kegiatan tindakan medis untuk anak meningkatkan
pemberian injeksi. Melalui informasi pemahaman reseptif anak. Lembar
yang disampaikan dengan visual kuesioner kecemasan khusus untuk
akan mempengaruhi penurunan anak yang diadopsi dari State-Trait
tingkat kecemasan anak yang Anxiety Inventory for Children
mengalami hospitalisasi pada (STAIC) (Apriliawati, 2011). Uji
tindakan pemberian injeksi. Di mana statistik menggunakan “ Paired T.
komunikasi visual memiliki beberapa Test”. Dengan taraf kemaknaan α ≤
fungsi, diantaranya sebagai sarana 0,5 apabila ρ ≤ α maka H1 diterima
informasi dan instruksi, bertujuan yang berarti ada pengaruh Visual
menunjukkan hubungan antara suatu Support terhadap kecemasan anak
hal dengan hal yang lain dalam yang mengalami hospitalisasi pada
petunjuk, arah, posisi dan skala, pemberian injeksi.
contohnya peta, diagram, simbol dan
penunjuk arah (Jamieson 2007). HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan uraian di atas, untuk 1. Kecemasan Anak yang
membuktikan dugaan tersebut, maka Mengalami Hospitalisasi pada
perlu dilakukan pengukuran untuk Pemberian Injeksi Sebelum
menurunkan kecemasan pada anak. Dilakukan Visual Support.
Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk Tabel 1. Kecemasan Anak Yang
melakukan penelitian mengenai Mengalami Hospitalisasi
pengaruh Visual Support terhadap Pada Pemberian Injeksi
kecemasan anak yang mengalami Sebelum Dilakukan Visual
hospitalisasi pada pemberian injeksi Support.
Komponen Kecemasan
METODE DAN ANALISA Variabel Mean Std. Min-
Penelitian ini merupakan Deviasi maks
Quasi-experimental studies dengan Kecemasan 42,09 5,204 32,00
pendekatan one group pre test dan Sebelum –
post test Kelompok subjek
diobservasi sebelum dilakukan 50,00
intervensi, kemudian diobservasi lagi
N 21
setelah diintervensi (Nursalam,
2014). Populasi dalam penelitian ini
Tabel 1 menunjukkan bahwa
adalah seluruh anak yang mengalami
hasil penelitian sebelum dilakukan
kecemasan hospitalisasi pada
visual support pada pemberian
pemberian injeksi di Ruang Anak
injeksi pada 21 responden berada
Rumah Sakit Semen Gresik sebanyak
pada tingkat kecemasan dengan nilai
30 anak. Sampel dalam penelitian ini
skor minimal 32,00 dan nilai skor
sebanyak 21 anak sesuai dengan
paling tinggi atau maksimal 50,00.
kriteria inklusi. Variabel independen
Adapun rata – rata nilai skoring dari
adalah visual support. Variabel
seluruhnya adalah 42.09.
dependen adalah kecemasan
Anak prasekolah adalah
hospitalisasi.
mereka yang berusia antara dua
Instrumen yang digunakan
sampai lima tahun. Anak prasekolah
adalah visual support yaitu berupa
adalah pribadi yang mempunyai
gambar dan tulisan yang merupakan
berbagai macam potensi. Potensi –
salah satu media bantuan visual
potensi itu dirangsang dan

107
dikembangkan agar pribadi anak anak laki-laki (Mahat & Scoloveno,
tersebut berkembang secara optimal. 2003).
Masa pra sekolah menurut Munandar Hasil penelitian ini juga
merupakan masa – masa untuk berlawanan dengan hasil penelitian
bermain dan mulai memasuki masa yang dilakukan oleh Tsai (2007)
taman kanak – kanak. Waktu tentang pengaruh Animal Assisted
bermain merupakan sarana untuk Therapy (AAT) terhadap stress
tumbuh dalam lingkungan dan hospitalisasi anak usia 7-12 tahun.
kesiapan dalam belajar formal Tsai (2007), menyatakan terdapat
(Gunarsa 2008). Bahkan dalam hubungan karakteristik personal yang
memahami bentuk informasi kita meliputi umur, jenis kelamin, dan
bisa menggunakan tehnik permainan. pengalaman hospitalsisasi
Demikian juga dengan visual support sebelumnya dengan stress
dengan cara bermain dan hospitalisasi anak. Perkembangan
menggunakan media gambar psikososial anak usia pra sekolah
diharapkan anak lebih bisa menerima dalam tahap laten atau peralihan
informasi yang diberikan oleh Oedipus pada kanak-kanak awal dan
petugas. erotisme pada saat remaja
Faktor –faktor yang (Hockenbery & Wilson, 2009).
mempengaruhi kecemasan pada anak Oedipus artinya anak laki-laki
: umur, jenis kelamin, pengalaman akan dekat dengan ibunya atau
hospitalisasi dan lama rawat inap. sebaliknya anak perempuan lebih
Beberapa penelitian menyatakan dekat dengan ibunya. Responden
bahwa semakin muda usia anak, dalam penelitian ini didominasi oleh
maka kecemasan hiospitalisasi anak anak laki-laki dan sebagian besar
akan semakin tinggi (Tsai 2007). selama perawatan anak didampingi
Menurut Bossert (2008) jenis oleh ibunya.
kelamin dapat mempengaruhi Rata-rata lama rawat saat
kecemasan dan stress pada anak, pengambilan data pada kelompok
dimana anak perempuan pra sekolah intervensi, masing-masing 2 hari
yang menjalani hospitalisasi (52%) dan 3 hari (24%). Berdasarkan
memiliki tingkat kecemasan yang uji korelasi menunjukan bahwa tidak
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. ada hubungan antara lama rawat
Penelitian ini didominasi oleh anak dengan tingkat kecemasan anak
laki-laki sebanyak 15 orang (71%). (p=0,221). Hal ini dimungkinkan
Hasil uji t-independen menujukan karena rata-rata lama rawat anak saat
bahwa tidak ada hubungan antara pengambilan data hanya 2 hari. Hasil
jenis kelamin dengan tingkat ini sesuai dengan yang penelitian
kecemasan (p=0,948). Hasil tersebut dilakukan oleh Stubbe (2008) yang
sesuai dengan teori yang menyatakan menyatakan tingkat kecemasan anak
bahwa tidak ada hubungan antara akan tetap tinggi hingga anak
jenis kelamin anak dengan tingkat menjalani hospitalisasi lebih dari 2
kecemasan (Bossert, 1994), hari. Selama pengambilan data, rata-
walaupun dalam penelitian lain rata lama rawat anak kurang dari 7
menyatakan bahwa anak perempuan hari. Jenis penyakit anak usia pra
yang menjalani hospitalisasi sekolah yang dirawat di RS Semen
memiliki tingkat kecemasan yang Gresik adalah DBD, febris, typoid,
lebih tinggi dibandingkan dengan pneumonia, post op appendictomy.

108
Dari kasus tersebut hanya kasus rendah dibanding pada anak yang
bedah yang membutuhkan waktu belum memiliki pengalaman
perawatan lebih dari tujuh hari. hospitalisasi (Tsai 2007 dalam Anita
Distribusi pengalaman dirawat A 2014). Pada anak yang pernah
dalam penelitian ini didominasi oleh dirawat sebelumnya, memungkinkan
anak yang sebelumnya tidak pernah anak lebih mudah beradaptasi dengan
dirawat dirumah sakit sebanyak 12 situasi lingkungan ruang rawat dan
anak (57%). Pengalaman dirawat kemungkinan tindakan perawatan
sebagian besar disebabkan oleh yang akan didapat. Kecemasan ini
penyakit infeksi seperti DBD, typoid akan semakin berkurang hingga anak
, pneumonia atau diare. Hasil keluar dari rumah sakit. Berdasarkan
penelitian ini sesuai dengan apa yang pengamatan penelitian, dua orang
disampaikan oleh Judarwanto (2005) responden dengan sakit astma yang
yang menyatakan masalah kesehatan menyatakan sudah terbiasa dengan
umum anak usia pra sekolah di tindakan yang akan dilakukan dan
Indonesia yang masih tinggi akibat menyatakan tidak merasa khawatir.
permasalahan lingkungan seperti Kecemasan pada anak yang belum
Demam Berdarah Dengue (DBD), memiliki pengalaman dirawat
diare, cacingan, infeksi saluran sebelumnya akan tetap tinggi hingga
pernafasan akut, serta reaksi simpang anak menjalani hospitalisasi lebih
terhadap makanan akibat buruknya dari satu minggu.
sanitasi dan keamanan pangan. Rata-rata usia responden pada
Berdasarkan uji t-independen cluster pra sekolah yaitu 4 tahun. Hal
menunjukan tidak terdapat hubungan ini menunjukan karakteristik usia
antara pengalaman dirawat dengan adalah homogen. Pada anak usia
tingkat kecemasan anak (p=0,164), tersebut, anak sudah duduk dikelas
walaupun berdasarkan analisa PAUD / KOBER. Tahap
multivariate menggambarkan bahwa perkembangan kognitif pada anak
setiap anak yang dirawat dirumah usia pra sekolah telah memiliki
sakit,maka tingkat kecemasan anak kemampuan untuk menghubungkan
akan berkurang 2,239. Hasil ini serangkaian kejadian yang dapat
sesuai dengan penelitian yang diungkapkan secara verbal ataupun
menyatakan bahwa pengalaman simbolik (Hockenbery &Wilson
hospitalisasi tidak berpengaruh 2009). Anak usia 4 tahun
terhadap tingkat kecemasan anak memungkinkan untuk dapat
(Coyne & Dip, 2006 dalam Stubbe, menerima pemberian visual support,
2008). Hal ini dimungkinkan terkait karena pada anak usia tersebut telah
dengan tindakan atau prosedur medis memiliki kemampuan memahami
yang pernah didapat sebelumnya (Hockenbery & Wilson 2009).
mungkin menyebabkan trauma Pada penelitian lain yang
sehingga walaupun anak pernah dilakukan oleh Thompson (2009),
dirawat tetapi memiliki pengalaman visual support sudah dapat diberikan
tidak menyenangkan sehingga anak pada anak usia pra sekolah usia 2
tetap mengalami kecemasan. tahun sehingga memungkinkan lebih
Penelitian lain menyebutkan mudah dalam memberikan visual
bahwa anak yang memiliki support karena pada usia tersebut,
pengalaman menjalani hospitalisasi anak sudah memiliki kemampuan
memiliki tingkat kecemasan lebih memahami dengan baik.

109
Visual support sebenarnya sudah Visual Support sebagai sarana
dilakukan pada beberapa ruang area informasi dan instruksi, bertujuan
perawatan di rumah sakit, semisal menunjukkan hubungan antara suatu
gambar visual cuci tangan. Akan hal dengan hal yang lain dalam
tetapi gambar – gambar tersebut petunjuk, arah, posisi dan skala,
hanya ditempelkan saja tanpa ada contohnya peta, diagram, simbol dan
interaksi antara petugas dengan penunjuk arah. Selain itu Visual
pasien. Akan lebih baik lagi ketika support sebagai sarana presentasi
petugas menjelaskan tentang cuci dan promosi untuk menyampaikan
tangan dengan disertai gambar atau pesan, mendapatkan perhatian
visual support nya dari cuci tangan. (atensi) dari mata (secara visual) dan
Berdasarkan hasil penelitian dan membuat pesan tersebut dapat
teori yang dijelaskan terdapat diingat; contohnya poster, leaflet.
keselarasan yang mana tingkat Visual support juga sebagai sarana
maturasi individu pada anak akan identifikasi. Identitas seseorang dapat
mempengaruhi tingkat kecemasan. mengatakan tentang siapa orang itu,
Pada anak prasekolah, kecemasan atau dari mana asalnya.
berhubungan dengan usia, Berdasarkan hasil penelitian dan
kemungkinan bisa menyebabkan teori di atas maka dapat disimpulkan
anak lebih cemas. bahwa anak usia prasekolah dengan
berkomunikasi menggunakan media
2. Kecemasan Anak yang visual support adalah sebuah proses
Mengalami Hospitalisasi pada yang akan membentuk imajinasi
Pemberian Injeksi Sesudah pada anak, memberikan kesempatan
Dilakukan Visual Support. pada anak untuk lebih menangkap
Tabel 2. Kecemasan Anak Yang informasi yang diberikan oleh
Mengalami Hospitalisasi petugas. Selain itu dengan visual
Pada Pemberian Injeksi support anak diberi kesempatan
Sesudah Dilakukan untuk mengekspresikan perasaannya
Visual Support. atau memberikan pada anak suatu
Komponen Kecemasan cara untuk berkomunikasi tanpa
Variabel Mean Std. Min- menggunakan kata dan kalimat.
Deviasi maks
Kecemasan 32,85 3.837 25,00
Sesudah – 3. Pengaruh Visual Support
41,00 terhadap Kecemasan Anak.
Tabel 3. Pengaruh Visual Support
N 21 Terhadap Kecemasan
Anak Yang Mengalami
Tabel 2 menunjukkan bahwa Hospitalisasi Pada
hasil penelitian sesudah dilakukan Pemberian Injeksi
visual support pada pemberian Variabel n Mean Std. p value
Kepuasan Deviasi
injeksi pada 21 responden berada
pada tingkat kecemasan dengan nilai Sebelum 21 42.09 5.204 p=0,000
skoring minimal 25,00 dan nilai skor Sesudah 32.85 3.837
paling tinggi atau maksimal 41,00.
Nilai rata-rata dari keseluruhan Hasil Uji analisa Paired T.Test
adalah skor 32.85. didapatkan p = 0.000 dimana α < 0.005

110
maka Hₒ ditolak dan H1 diterima bahwa pada lingkungan rumah sakit untuk
ada ada pengaruh Visual Support mendapatkan pertolongan dalam
terhadap kecemasan anak yang
mengalami hospitalisasi pada pemberian perawatan atau pengobatan sehingga
injeksi di Ruang Anak Rumah Sakit dapat mengatasi atau meringankan
Semen Gresik penyakitnya (Wong 2009)
Komunikasi visual, sesuai Hospitalisasi pada anak dapat
namanya, adalah komunikasi melalui menyebabkan kecemasan dan stress
penglihatan. Komunikasi visual (Nursalam 2005). Hospitalisasi juga
merupakan sebuah rangkaian proses dapat menimbulkan ketegangan dan
penyampaian kehendak atau maksud ketakutan serta dapat menimbulkan
tertentu kepada pihak lain dengan gangguan emosi atau tingkah laku
penggunaan media penggambaran yang mempengaruhi kesembuhan
yang hanya terbaca oleh indera dan perjalan penyakit anak selama
penglihatan. Komunikasi visual dirawat di rumah sakit (Posted 2009).
mengkombinasikan seni, lambang, Sakit dan dirawat di rumah
tipografi, gambar, desain grafis, sakit merupakan krisis utama yang
ilustrasi, dan warna dalam tampak pada anak, karena anak
penyampaiannya. Dengan melihat mengalami stress akibat perubahan
secara visual anak –anak bisa lingkungan , perubahan status
medapatkan lebih nyata terhadap kesehatannya, dan anak mempunyai
sesuatu. Visual support merupakan sejumlah keterbatasan dalam
salah satu strategi berkomunikasi mekanisme koping untuk mengatasi
pada anak (Hodgdon 2006). masalah maupun kejadian – kejadian
Dukungan visual mengacu pada yang bersifat menekan (Wong 2006).
penggunaan gambar atau item visual Hal ini menggambarkan bahwa
lainnya untuk berkomunikasi dengan perpisahan dengan orang tua
anak yang kesulitan memahami atau merupakan aspek yang paling
menggunakan bahasa. Dukungan menimbulkan cemas dan
visual bisa berupa foto, gambar, menimbulkan efek bagi anak dan
benda, kata-kata tertulis , atau daftar. orang tua. Anak usia pra sekolah
Penelitian telah menunjukan bahwa adalah anak yang berusia antara 2 – 4
dukungan visual bekerja dengan baik tahun (Supartini 2006). Kelompok
sebagai cara untuk berkomunikasi ini juga mempunyai kebutuhan
(Autism Treatment Network 2011) khusus misalnya menyempurnakan
Dengan bantuan visual dalam banyak ketrampilan yang telah
berkomunikasi adalah satu cara diperoleh, mengekplorasi lingkungan
untuk meningkatkan rencana sekitarnya. Pada usia ini anak
pelajaran dan memberi anak cara membutuhkan lingkungan yang
tambahan untuk memproses nyaman untuk proses tumbuh
informasi subjek (Kunari 2006). kembangnya, biasanya lingkungan
Hospitalisasi merupakan bermain dan teman sepermainan
keadaan dimana orang sakit berada yang menyenangkan.

111
Berdasarkan hasil penelitian diperkirakan berada pada tingkat
dan teori diatas maka dapat kecemasan sedang. Anak dengan
disimpulkan bahwa anak usia kecemasan sedang memungkinkan
prasekolah. Perawatan di rumah sakit anak berfokus pada hal yang penting
sering kali dipersepsikan sebagai dan mengesampingkan hal yang lain
hukuman sehingga anak anak merasa (Stuart 2002). Respon emosional
malu, bersalah, dan cemas atau takut. dari stress anak dapat disebabkan
Anak yang sangat cemas dapat karena perpisahan, lingkungan asing
bereaksi agresif dengan marah dan dan prosedur yang menyakitkan (Li
berontak. Kecemasan pada anak & Lopez, et all 2006).
biasanya muncul karena berbagai Anak usia pra sekolah yang
perubahan yang muncul menjalani hospitalisasi dapat
disekililingnya, baik fisik maupun bereaksi terhadap perpisahan dengan
emosional. Dapat juga akibat menunjukan kesendirian, kebosanan,
kurangnya support system yang ada isolasi dan depresi (Muscari 2001).
di sekitarnya. Anak akan mencari Respon fisiologis kecemasan anak
dukungan yang ada dari orang lain akibat perpisahan akan menunjukan
untuk melepaskan tekanan akibat sakit perut, sakit kepala, mual,
penyakit yang dideritanya. Anak muntah, gelisah, sulit berkonsentrasi
biasanya akan minta dukungan dan mudah marah (King & Bernstein
kepada orang terdekatnya misalnya 2001 dalam Pott & Modleco 2007).
orang atau saudaranya. Perilaku ini Respon psikologis kecemasan
biasanya ditandai dengan permintaan diantaranya adalah gelisah, gugup,
anak untuk ditunggui selama dirawat tegang, ketakutan, khawatir,
di rumah sakit, didampingi saat waspada, merasa bersalah atau malu
dilakukan treatment padanya, minta (Stuart 2002).
dipeluk saat merasa takut dan cemas Berdasarkan tabel 5.3.2 rata-
bahkan saat merasa kesakitan. Sistem rata tingkat kecemasan anak setelah
pendukung yang mempengaruhi diberikan visual support pada
reaksi anak selama masa perawatan responden adalah 32.85.
termasuk didalamnya adalah Berdasarkan persamaan garis linier,
keluarga dan pola asuh yang didapat setiap anak yang mendapatkan visual
anak dalam keluarganya. Pola asuh support maka tingkat kecemasan
keluarga yang terlalu protektif dan anak akan menurun sebesar 0,005
selalu memanjakan anak juga dapat setelah dikontrol oleh variabel
mempengaruhi reaksi takut dan tingkat kecemasan sebelum
cemas anak dirawat di rumah sakit. intervensi, pengalaman rawat dan
Dengan rentang nilai 20-60, usia anak. Perubahan respon
tingkat kecemasan responden kecemasan baik respon psikologis
sebelum intervensi berada pada nilai maupun fisik antara sebelum dan
pertengahan 44.381 dan rata – rata sesudah pemberian visual support
berada pada nilai skoring 44.38 dan ditunjukkan dengan penurunan nilai

112
tingkat kecemasan pada respon (2002), dalam pandangan
perasaan marah, perasaan tidak interpersonal,kecemasan
senang, tidak tenang, tidak bahagia, berhubungan dengan perkembangan
sulit tidur dan merasa lemah pada trauma seperti akibat perpisahan dan
responden. kehilangan. Apabila pemahaman
Seorang perawat yang anak tentang penyakit,perpisahan dan
memberikan pelayanan dirumah sakit cidera tubuh selama dirawat
harus memberikan pelayanan yang meningkat, diharapkan akan
komprehensif yang menunjang menurunkan ancaman terhadap
kebutuhan personal dan kebutuhan integritas fisik dan sistem dalam diri
tumbuh kembang anak (Stubbe anak. Dengan berkurangnya ancaman
2008). Hospitalisasi dapat integritas fisik maka akan
menimbulkan respon yang kurang mengurangi stimulasi syaraf otonom
menyenangkan bagi anak, baik mengeluarkan adrenalin sehingga
menimbulkan stres ataupun takut respon fisik dan psikologis
(Tsai 2007). Pada anak usia sekolah kecemasan akan menurun. Apabila
yang menjalani hospitalisasi, tingkat kecemasan anak selama
seringkali kebutuhan untuk menjalani hospitalisasi menurun,
mengekspresikan sikap permusuhan, maka anak akan menjadi lebih
marah atau perasaaan negatif lainnya kooperatif dalam menjalani
muncul dengan cara lain seperti perawatan, dan anak menjadi lebih
irritabilitas dan agresi terhadap orang nyaman sehingga diharapkan akan
tua, menarik diri dari petugas mempercepat penyembuhan pasien
kesehatan, tidak mampu dan mengurangi lama rawat dirumah
berhubungan dengan teman sebaya, sakit.
menolak sibling atau masalah Beberapa intervensi
perilaku sekolah (Hockenbery & keperawatan telah dilakukan
Wilson 2009). penelitian untuk menurunkan tingkat
Melalui aktivitas visual kecemasan selama anak menjalani
support yang diberikan oleh perawat hospitalisasi, seperti dengan terapi
diharapkan dapat membantu anak seni, terapi kreatifitas seni, terapi
dalam mengatasi permasalahan pijat, terapi relaksasi progresif,
dengan meminta mereka ikut terlibat aroma terapi, biofeedback , terapi
tentang kegiatan atau tindakan medis tari, terapi sentuh terapi humor
injeksi yang diberikan oleh petugas ataupun terapi binatang kesayangan
sehingga dapat membantu (Pott & Mandleco 2007).
membangun pikiran dan Berdasarkan penelitian yang
kemungkinan dapat menyelesaikan dilakukan oleh Gharaei (2008)
masalah yang berhubungan dengan tentang pengaruh intervensi bermain
penyakit, perpisahan selama dirawat, preoperatif terhadap kecemasan anak
kecacatan dan keterasingan (Davies menunjukkan adanya penurunan
2010; Bens 2004). Menurut Stuart tingkat kecemasan sebesar 6,9%.

113
Penelitian Gharaei (2008), Dibandingkan dengan hasil
menggunakan alat ukur kecemasan penelitian ini, dimana rata – rata
dari children manifest anxiety score tingkat kecemasan setelah pemberian
yang terdiri dari 37 item pertanyaan. visual support turun sebesar 9,04
Penelitian lain yang dilakukan oleh atau sebesar 15%, maka visual
Purwandari (2008) tentang pengaruh support memungkinkan untuk
terapi seni terhadap tingkat diterapkan dalam menurunkan
kecemasan anak usia sekolah yang tingkat kecemasan anak usia pra
menjalani hospitalisasi menunjukkan sekolah selama menjalani
saat sebelum di berikan intervensi hospitalisasi pada saat pemberian
53,3% responden mengalami injeksi.
kecemasan rendah dan 46% SIMPULAN
responden mengalami kecemasan Visual support dapat
rata-rata. Setelah diberikan terapi menurunkan kecemasan anak yang
mengalami hospitalisasi pada
seni penelitian yang dilakukan oleh
pemberian injeksi. Hasil penelitian
Purwandari (2008) menunjukkan ini diharapkan dapat digunakan
73,3% mengalami kecemasan rendah sebagai acuan untuk penelitian lebih
dan 26,7% mengalami kecemasan lanjut tentang tehnik komunikasi
rata-rata. visual support pada anak yang
mengalami hospitalisasi pada
tindakan medis lainnya

DAFTAR PUSTAKA
Apriliawati,A. (2011). Pengaruh
biblioterapi terhadap tingkat
kecemasan anak usia Hockenberry, M.J & Wilson, D.
sekolah yang menjalani (2009). Essential of Pediatric
hospitalisasi di Rumah Sakit Nursing. St. Louis Missoury:
Islam Jakarta. Thesis.Depok: Mosby
Universitas Indonesia V
Hockenberry, Marilyn J., & Wilson,
Ardiningsih, Yektiningtyastuti., David. (2008). Wong’s
&Purwandari. (2006). Clinical Manual of Pediatric
“Hubungan antara Dukungan Nursing 7th Ed. USA : Mosby
Informasional Dengan Elsevier
Kecemasan Perpisahan
Akibat Hospitalisasi Pada
Anak Usia Prasekolah”. Nursalam. (2008). Konsep dan
Jurnal Keperawatan Penerapan Metodologi
Soedirman (The Soedirman Penelitian Ilmu
Journal of Nursing), 1(1), Juli Keperawatan Edisi 2.
2006 Jakarta : Salemba Medika

114
Tinarbuko, Sumbo. (2012).
Potts, Nicki L., & Mandleco, Barbara Semiotika Komunikasi Visual.
L. (2012). Pediatric Nursing : Yogyakarta : Jalasuntra
Caring for Children and Their
Families. USA : Delmar Thompson, R.A. & Lagattuta, K.H.
(2008). Feeling and
Stuart, Gail W, dan Sundeen,SJ. understanding: Early
(2008). Buku Saku emotional development.
Keperawatan Jiwa. Jakarta : Blackwell Handbook of Early
EGC childhood 178

Supartini, Yupi. (2005). Buku Ajar Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Anak. Jakarta : Keperawatan Pediatrik Vol 1
EGC Edisi 6. Jakarta: EGC

115

Anda mungkin juga menyukai