Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia sekolah adalah anak dalam rentang kehidupan usia 6-

12 tahun dimana anak sudah mulai masuk pada lingkungan sekolah

(Wong.dkk, 2009). Pada anak usia sekolah didapatkan banyak sekali

masalah kesehatan dari yang sederhana sampai serius dan memaksa

anak harus mengalami perawatan di rumah sakit. Di Amerika Serikat,

diperkirakan lebih dari 5 juta anak menjalani hospitalisasi karena

prosedur pembedahan dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut, anak

mengalami kecemasan dan stres. Diperkirakan juga lebih dari 1,6 juta

anak dan anak usia antara 10-12 tahun menjalani hospitalisasi

disebabkan karena injury dan berbagai penyebab lainnya (disease

control, national hospital discharge survey (NHDS), (Kain. dkk.

dalam Setyoko, 2017).

Di Indonesia, diperkirakan 35 per 1000 anak menjalani

hospitalisasi (Sumaryoko, 2008 dalam Anita, 2011). Perawatan anak

sakit selama dirawat di rumah sakit atau hospitalisasi menimbulkan

krisis dan kecemasan tersendiri bagi anak dan keluarganya. Di rumah

sakit anak harus menghadapi lingkungan yang asing dan pemberi

1
2

asuhan yang tidak dikenal. Seringkali anak harus berhadapan dengan

prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian, dan

berbagai hal yang tidak diketahui (Hockenberry & Wilson, 2009).

Seorang anak selama menjalani masa perawatannya

mengharapkan ada sosok yang menjadi pengganti ibu yang dapat

memberikan kasih sayang, mengerti minat dan aktivitas, sosok tersebut

adalah perawat (Singgih, 1995 dalam Sutrisno, 2017). Pada kondisi

tersebut, perawat memegang peranan penting dalam meminimalkan

dampak dari perawatan anak dan membantu mengurangi kecemasan

pada anak, agar anak dapat beradaptasi dengan lingkungan di rumah

sakit. Tindakan perawat untuk menurunkan kecemasan tidak dapat

terlepas dari hubungan terapeutik antara perawat dan pasien. Selain

memberikan komunikasi terapeutik pada setiap melakukan tindakan

kepada pasien, perawat juga memberikan informasi yang berhubungan

dengan perawatan pasien. Pemberian informasi yang dimaksud dapat

berupa informasi tentang masalah perawatan, tindakan perawatan, cara

mengatasi masalah serta beberapa hal yang diperlukan pasien yang

berhubungan dengan masa perawatannya.

Penilitian Kartikasari (2017) tentang hubungan perilaku caring

perawat dengan tingkat kecemasan pada anak usia toddler akibat

hospitalisasi di ruang rawat inap anak RS PKU Muhamadiyah Bantul

Yogyakarta didapatkan ada hubungan signifikan dan positif perilaku


3

caring antara perawat dengan kecemasan akibat hospitlisai pada anak

usia toddler. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peran perawat untuk

menurunkan kecemasan pada anak usia toddler. Anak-anak lebih

mudah mengalami kecemasan dari pada orang dewasa karena tingkat

emosional dan perkembangan perilaku mereka yang belum cukup

matang (Wright dan Kasch, 2009).

Menurut Nanda (2012), kecemasan adalah perasaan tidak nyaman

atau ketakutan yang disertai oleh respon autonom (penyebab sering

tidak spesifik atau tidak diketahui pada setiap individu) perasaan

cemas tersebut timbul akibat dari antisipasi diri terhadap bahaya.

Keadaan ini juga dapat diartikan sebagai tanda-tanda perubahan yang

memberikan peringatan akan adanya bahaya pada diri individu.

Menurut Freud (dalam Setyoko, 2017) mengatakan bahwa kecemasan

adalah ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan

datangnya suatu bahaya sehingga dapat disipkan reaksi adaptif yang

sesuai.

Kecemasan yang sering dialami anak anak sebelum menjalani

tindakan operasi seperti takut yang berujung menangis. Banyaknya

stressor yang dialami anak ketika menjalani hospitalisasi menimbulkan

dampak negatif yang mengganggu perkembangan anak. Lingkungan

rumah sakit dapat merupakan penyebab stress dan kecemasan pada

anak (Apriliawati, 2011).


4

Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang dilindungi ego

karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan

kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan

meningkat sampai ego dikalahkan. Cemas disebabkan oleh hal-hal

yang tidak jelas, termasuk di dalamnya pasien yang akan menjalani

operasi karena tidak tahu konsekuensi operasi dan takut terhadap

prosedur operasi itu sendiri (Mutaqin dan Kumala, 2009). Pemberian

edukasi dengan menggunakan media yang menarik mengenai

konsekuensi operasi dan bagaimana tindakan operasi dapat

menurunkan salah satu faktor penyebab kecemasan (Apriliawati,

2011).

Kain, et al. dalam (Wright dan Kasch, 2009) menjelaskan

kecemasan pre operatif pada anak sebagai fenomena umum, dimana

60% anak yang menjalani operasi dengan anestesi umum mengalami

cemas. Kecemasan merupakan salah satu faktor stres emosional anak

yang perlu diperhatikan sebelum masuk ke kamar operasi akibat pisah

dengan orang tua (Muharrami, 2013).

Pembedahan merupakan suatu stresor yang bisa menimbulkan

stres fisiologis, stres psikologis (cemas dan takut) maupun stres sosial

(Baradero,dkk, 2009). Keadaan anak yang cemas dalam menghadapi

operasi akan menghambat jalannya operasi. Hal ini disebakan akibat

respon tubuh mengalami penurunan dalam mekanisme sistem tubuh


5

anak. Akibat dari kecemasan yang sangat hebat maka ada

kemungkinan operasi tidak bisa dilaksanakan karena pada anak yang

mengalami kecemasan sebelum operasi muncul kelainan seperti

peningkatan tekanan darah cukup tinggi serta irama jantung tidak

normal sehingga kalau tetap dilakukan operasi dapat mengakibatkan

penyulit dalam menghentikan perdarahan bahkan setelah operasi pun

sangat mengganggu proses penyembuhan (Mustofa dalam Handayani,

2017). Selain itu, kecemasan menyebabkan gangguan tidur, mual,

kelelahan, dan tidak adekuatnya respon terhadap obat-obatan anestesi

dan analesis (Fortier, dkk, 2010).

Ada beberapa cara berbeda untuk membantu pasien yang akan

menjalani operasi. Beberapa tindakan yang akan mungkin dilakukan

adalah penyuluhan kesehatan, kerohanian, pendampingan pasien, dan

konsultasi dengan ahli jiwa. Pasien yang akan menjalani operasi perlu

diberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan pada

hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan

pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Harapan

yang ingin dicapai dengan adanya pesan tersebut adalah agar

masyarakat, keluarga atau individu dapat memperoleh pengetahuan

tentang kesehatan dengan lebih baik (Suiraoka & Supariasa,2012).

Hilda, (2016) menjelaskan distraksi kecemasan melalui audio

visual animasi adalah salah satu bentuk pengalihan yang efektif bagi
6

anak usia pra sekolah maupun usia sekolah, hal tersebut dikarenakan di

dalam distraksi audiovisual animasi menayangkan tokoh kartun lucu

yang memberikan edukasi kesehatan dalam bahasa yang sederhana dan

menarik, sehingga membuat anak merasa senang, terhibur dan

mendapat nilai edukasi.

Menurut Parker & Wampler, (2010) dalam penelitian Siti

Rahmah (2015) ,pada dasarnya anak tidak dapat tenang saat dilakukan

tindakan pemberian injeksi melalui intravena, hanya saja dengan

adanya distraksi melalui audiovisual dapat mengurangi respon negatif

dan menunjukan respon positif berupa penerimaan. Audiovisual yang

diberikan seperti kartun animasi. Anak usia sekolah sangat mudah

dialihkan,salah satunya dengan menonton animasi kartun sehingga

teknik distraksi dapat membantu dalam menajemen nyeri dan cemas

(Supartini, 2010).

Mekanisme untuk meningkatkan kenyamanan seorang pasien

dengan mendengarkan musik dan melihat video yaitu impuls atau

rangsangan dari video itu sendiri dapat mengesampingkan signal rasa

nyeri yang dibawa oleh serabut saraf yang lebih kecil. Selain itu suara

serta gambar visual dari video yang diperdengarkan dan ditonton, oleh

otak kanan dapat merangsang hipofisis untuk melepaskan hormone

endorfin untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu video dengan musik

latar santai dapat mengubah rasa sakit dengan persepsi melalui efek
7

afektif (yaitu dengan meningkatkan mood, meningkatkan relaksasi

distraksi dan mengurangi kecemasan), dan efek kognitif

(meningkatkan kontrol dari rasa nyeri tersebut) (Juanita, 2017).

Pre anestesi merupakan langkah lanjut dari hasil evaluasi pre

operasi khususnya anestesi untuk mempersiapkan pasien, baik psikis

maupun fisik pasien agar pasien siap dan optimal untuk menjalani

prosedur anestesi dan diagnostik atau pembedahan yang akan

direncanakan . Fungsi utama dari informasi adalah menyampaikan

pesan atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain, artinya

diharapkan dari penyebarluasan informasi itu, para penerima informasi

akan mengetahui sesuatu yang ingin diketahui (Setyoko, 2017).

Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan, media informasi

dibagi menjadi tiga yakni media cetak, elektronik dan papan

(Notoatmojo, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Setyoko (2017) tentang pengaruh distraksi film kartun terhadap

kecemasan anak usia sekolah dasar pre general anestesi dari 20

responden sebagian besar mengalami kecemasan sedang yaitu 14 anak

(70%). Adapun kecemasan paling sedikit adalah kecemasan ringan

yaitu 1 (5,0%).

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses

belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau


8

keterampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses

belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian

sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk

tujuan pembelajaran atau pelatihan (Agustania, 2014).

Menurut Humalik (dalam Listiyanto,2015), hadirnya media

pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses

pembelajaran sangat diperlukan, mengingat bahwa kedudukan media

bukan hanya sekedar alat bantu mengajar, tetapi lebih merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Media

pembelajaran memiliki potensi-potensi yang unik yang dapat

membantu anak dalam belajar.

Media video merupakan alat peraga yang bersifat dapat

didengar dan dapat dilihat yang dapat membantu siswa dalam belajar

mengajar yang berfungsi memperjelas atau mempermudah dalam

memahami bahasa yang sedang dipelajari. Hal ini sejalan dengan

penelitian Citra.Dkk, (2014) dengan judul penelitian pengaruh media

audio visual (Video) terhadap hasil belajar siswa, yang mengatakan

bahwa menggunakan metode Audio visual lebih efektif dibandingkan

dengan menggunakan metode konvensional.

Pada era globalisasi perkembangan teknologi khususnya ICT

sangatlah pesat, media elektronik sebagai sarana ICT sangatlah mudah

didapatkan dan untuk pemberian informasi akan lebih tersampaikan


9

dengan basis ICT (Ameliola & Nugraha, 2013). Dari penggunaan

media elektronik di Indonesia sendiri menurut Novitasari dan

Khotimah (2016) mengatakan penggunaan media ekeltronik khususnya

gadget terbesar ke dua setelah kalangan remaja dengan prsentase anak

usia 7-11 tahun sebesar 38,7% , usia remaja sebesar 49,3%, usia

dewasa sebesar 12%.

Sebagaimana keinginan untuk mengurangi rasa cemas yang

dialami pasien pre operasi khususnya anak-anak menggunakan media

pembelajaran berbasis ICT dalam media berbentuk video edukasi. Isi

dari media pembelajaran adalah pendidikan kesehatan, untuk anak usia

sekolah, yakni tentang informasi kamar operasi (Lee, 2012).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengadakan penelitian lebih

lanjut tentang “Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Dengan

Media Video Animasi Terhadap Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi

Usia Anak Sekolah Dengan Tindakan General Anestesi di Rumaha

Sakit Umum Daerah Muntilan”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah diatas, maka rumusan masalah yang

diperoleh: Apakah ada pengaruh pemberian edukasi kesehatan

menggunakan media video animasi terhadap tingkat kecemasan pada


10

pasien anak usia sekolah dasar pre anestesi dengan tindakan General

Anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian edukasi kesehatan

menggunakan media video animasi terhadap tingkat kecemasan

pada pasien anak usia sekolah dasar pre anestesi dengan tindakan

General Anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui tingkat kecemasan pasien anak usia sekolah dasar

sebelum pemberian edukasi video animasi.

b. Diketahui tingkat penurunan kecemasan pasien anak usia

sekolah dasar sesudah diberikan edukasi kesehatan dengan

video animasi

D. Ruang Lingkup

1. Lingkup Keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam ilmu keperawatan khususnya pada

bidang keperawatan.

2. Materi

Materi dalam penelitian ini adalah pengaruh pemberian edukasi

kesehatan dengan media video animasi pada tingkat kecemasan

khususnya pasien anak usia sekolah dasar.


11

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoristis (Bagi Ilmu Keperawatan Anestesi)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan menjadi

kajian ilmiah serta penguat dalam ilmu keperawatan anestesi

tentang pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan terhadap

Tingkat Kecemasan.

2. Manfaat Praktis

a.Bagi Perawat

Dapat digunakan sebagai media untuk intervensi

keperawatan perawat mandiri dalam rnenurunkan kecemasan

preoperatif menggunakan anestesi umum pada anak usia sekolah

dasar.

b. Bagi Mahasiswa

Dapat digunakan sebagai bahan referensi dan menambah

wawasan bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa sarjan

terapan dalam pembelajaran bagi kemajuan pendidikan terutama

yang berkaitan tentang teknik mengurangi kecemasan preoperatif

dan pendidikan kesehatan menggunakan anestesi umum pada

anak usia sekolah dasar.

c.Bagi Instansi Pendidikan

Data dan teori dapat menjadi bahan bacaan dan menambah

keilmuan dan wawasan bagi mahasiswa dalam mengatasi


12

kejadian cemas yang di alami anak usia sekolah dasar yang akan

menjalani tindakan pembedahan dengan anestesi umum.

d. Bagi Peneliti Lanjut

Peneliti dapat mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan

dengan media video animasi berbasis Information and

Communication Technology terhadap kecemasan preoperatif

menggunakan anestesi umum pada anak usia sekolah dan dapat

menciptakan ide-ide kreatif mengenai Cara-cara yang dapat

menurunkan kecemasan pada pasien anak sehingga bermanfaat

bagi kemajuan ilmu keperawatan anestesi di Indonesia.

F. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang pengaruh Edukasi Kesehatan dengan Media

Video Animasi sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan.

Penelitian yang pernah dilakukan antara lain :

Tabel 1. Tabel Keaslian Penelitian

Nama
Peneliti
N dan Desain Persamaa
Judul Perbedaan
o Tahun Penelitian n
Penelitia
n
1. Risqi Dwi Pengaruh Penelitian Variabel Variabel
Muhdita Bliblioterapi praeksperimen terikat bebas
(2018) Buku Cerita , dengan yang sama- dalam
Interaktif desain one sama penelitian
Terhadap group pre test mengambil ini adalah
13

Kecemasan and post test masalah biblioterapi


Praanestesi kecemasan buku cerita
Umum pada pada anak interaktif.
Anak Usia usia
Sekolah di RS sekolah
PKU
Muhammadiyah
Yogyakarta
2 Rohmad Pengaruh Penelitian Variabel Variabel
Adi distraksi film quasi terikat bebas
Setyoko, kartun terhadap experimental, yang sama- dalam
(2017) kecemasan anak dengan desain sama penelitian
usia sekolah one group pre- mengambil ini adalah
dasar pre general test post-test masalah distraksi
anestesi di RS kecemasan film
PKU pada anak kartun.
Muhammadiyah usia
Yogyakarta sekolah
14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Anak Usia Sekolah Dasar (6-12 tahun)

a. Pengertian

Santrock (2011) berpendapat bahwa anak usia sekolah dasar

biasa disebut anak usia pertengahan. Periode usia tengah

merupakan periode usia 6-12 tahun. Anak usia sekolah adalah anak

yang berada pada rentang usia kehidupan mulai dari 6-12 tahun

yang diawali dengan masuknya anak ke lingkungan sekolah dasar

sehingga mengalami dampak perkembangan dan hubungan dengan

orang lain (Wong, 2009). Menurut buku data penduduk yang

diterbitkan Kementrian Kesehatan tahun 2011, anak usia sekolah

adalah anak-anak yang berusia 6-12 tahun (Depkes,2011)

b. Perkembangan Anak

Tahap perkembangan anak menurut Hurlock (2011) sebagai

berikut:

1) Prenatal

2) Usia 0-2 minggu : orok(infancy)

3) Usia 2 minggu-2 tahun : bayi (babyhood)

4) Usia 2-6 tahun : anak-anak awal (early childhood)

5) Usia 6-12 tahun : anak-anak usia sekolah


14
15

6) Usia 12-14 tahun :pubertas (puberty)

7) Usia 14-17tahun : remaja awal

Usia sekolah merupakan saat dimana terjadi pertumbuhan dan

perkembangan secara bertahap dengan peningkatan yang lebih

besar pada aspek fisik dan emosional. Pertumbuhan dan

perkembangan anak usia sekolah meliputi 6 aspek

yaitu(Wong,2009):

1) Perkembangan Biologis

Perkembangan biologis pada anak usia 6 tahun adalah

sekitar 116 cm dan berat badannya sekitar 21 kg sedangkan

tinggi badan anak usia 12 tahun adalah sekitar 150 cm dan

berat badannya mendekati 40 kg. pertumbuhan tinggi badan

anak usia sekolah bertambah sekitar 5 cm per tahun untuk

mecapai tinggi badan 30 hingga 60 cm dan berat badannya

akan bertambah hamper dua kali lipat, bertambahdua

samapai tiga kilogram per tahun.

2) Perkembangan Psikososial

Tahap ini adalah tahap dimana anak siap bekerja dan

berproduksi, mereka mau terlibat dalam melaksanakan tugas

dan aktivitas hingga selesai dan menginginkan pencapaian

yang nyata. Pada masa ini anak akan belajar berkompetisi

dan bekerja sama dengan mempelajari aturan-aturan yang

akan mendorong mereka untuk memproduksi kompetensi.


16

Saat ini adalah waktu dimana anak memantapkan hubungan

sosial mereka. Rasa inferioritas dapat terjadi apabila terlalu

banyak yang diharapakan dari mereka atau jika mereka

percaya bahwa mereka tidak dapat memenuhi standar yang

ditetapkan orang lain pada mereka. Perasaan inferioritas atau

kurang berharga dapat diperoleh dari anak sendiri atau dari

lingkungan mereka. Masa usia sekolah merupakan masa

perkembangan psikoseksual yang dijelaskan oleh Freud

sebagai periode laten,yaitu periode antara fase Oedipus pada

masa kanak-kanak awal dan erotisme pada masa remaja.

3) Perkembangan Kognitif

Anak usia sekolah mulai memperoleh kemampuan untuk

menghubungkan serangkaian kejadian yang dapat

menggambarkan mental anak, dimana gambaran tersebut

dapat diungkapkan secara verbal ataupun simbolik. Tahap

ini disebut sebagai tahap operasional konkret menurut

Pieget,yaitu tahap dimana anak mampu menggunakan

proses berpikir untuk mengalami peristiwa dan tindakan,

juga merupakan tahap dimana egosentris telah digantikan

dengan proses berpikir yang memungkinkan anak melihat

sesuatu dari sudut pandang orang lain. Keterampilan yang

paling penting pada usia sekolah yaitu keterampilan

membaca yang merupakan alat paling berharga untuk


17

menyelidiki kemandirian anak. Kemampuan anak untuk

mengeksplorasi,berimajinasi dan memperluas pengetahuan

dengan kemampuan membaca.

4) Perkembangan Moral

Perkembangan psikomoral anak menurut Kohlberg

disimpulkan kembali oleh Wong (2009) dalam tiga tingkat

utama, yaitu tingkat pra konvensional, konvensional dan

konvensional, autonomi atau prinsip. Anak usia sekolah

berada pada tingkat konvensional, yaitu tahap dimana anak

terfokus pada kepatuhan dan loyalitas. Perilaku yang

disetujui atau membantu orang dianggap sebagai perilaku

yang baik.

Anak 6-7 tahun mengetahui peraturan dan perilaku yang

diharapkan dari mereka tetapi tidak memahami alasannya

sehingga penguatan dan hukuman menjadi tolak ukur

apakah suatu tindakan benar atau salah. Anak usia sekolah

yang lebih besar lebih mampu menilai suatu tindakan

berdasarkan niat dibandingkan akibat yang dihasilkannya,

menggunakan berbagai pandangan yang berbeda untuk

membuat penilaian, dan mampu memahami dan menerima

konsep memperlakukan orang lain seperti bagaimana

mereka ingin diperlakukan.

5) Perkembangan Spiritual
18

Anak pada usia sekolah berpikir dalam batasan yang sangat

konkret tetapi tetap berkemampuan besar dalam

mempelajari Tuhan. Mereka menggambarkan tuhan

sebagai manusia yang memiliki sifat penyayang dan

penolong. Anak juga tertarik terhadap konsep surga dan

neraka sebagai bentuk imbalan dari setiap perilaku. Pada

usia ini anak mulai belajar membedakan antara natural dan

supranatural tetapi mengalami kesulitan dalam memahami

simbol-simbol. Kegiatan doa dalam beribadah cenderung

menuntut balasan yang nyata.

6) Perkembangan Sosial

Salah satu agen sosialisasi terpenting dalam kehidupan anak

usia sekolah adalah kelompok teman sebaya, selain

keberadaan orang tua dan sekolah. Identifikasi dengan teman

sebaya memberi pengaruh kuat bagi anak dalam

memperoleh kemandirian dari orang tua. Selama masa awal

sekolah hanya terdapat sedikit perbedaan terkait jenis

kelamin dalam pengalaman bermain anak. Permainan dan

aktivitas dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan

bersama-sama.

Menurut Stuart dalam penelitan Setyoko (2017), kecemasan

anak dapat diekspresikan pada fase kognitif dan afektif yang

ditandai melalui perubahan fisiologis, perilaku, kognitif, dan


19

afektif. Perubahan fisiologis terhadap kecemasan, seperti nafsu

makan hilang, telapak tangan berkeringat dingin; perubahan

perilaku, seperti gelisah, menarik diri, kurang koordinasi;

perubahan kognitif seperti bingung, takut, perhatian terganggu; dan

perubahan afektif, seperti tidak sabar, tegang, mudah terganggu .

Berdasarkan kecemasan yang dialami oleh anak selama dirawat di

rumah sakit, terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan

kecemasan anak tersebut, meliputi kepribadian anak, posisi anak

dalam keluarga, pendampingan orang tua anak, dan kelas dalam

rumah sakit.

2. Kecemasan

a. Definisi

Menurut Nanda (2012), kecemasan adalah perasaan tidak

nyaman atau ketakutan yang disertai oleh respon autonom

(penyebab sering tidak spesifik atau tidak diketahui pada setiap

individu) perasaan cemas tersebut timbul akibat dari antisipasi diri

terhadap bahaya.

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai

ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari

ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa

aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak

menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai

perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman,2010).


20

Kecemasan merupakan reaktivitas emosional berlebihan,

depresi yang tumpul, atau konteks sensitif, respon emosional

(Clift,Morris,Kovacs,&Rottenberg,2011). Pendapat lain

menyatakan bahwa kecemasan merupakan perwujudan dari

berbagai emosi yang terjadi karena seseorang mengalami tekanan

perasaan dan tekanan batin. Kondisi tersebut membutuhkan

penyelesaian yang tepat sehingga individu akan merasa aman.

Namun, pada kenyataannya tidak semua masalah dapat

diselesaikan dengan baik oleh individu bahkan ada yang cenderung

di hindari. Situasi ini menimbulkan perasaan yang tidak

menyenangkan dalam bentuk perasaan gelisah, takut atau bersalah

(Supriyantini, 2010).

Menurut (Lazarus & Folkman,2010) kecemasan merupakan

suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan

dan di ikuti perasaan gelisah, khawatir, dan takut. Kecemasan

merupakan aspek subjektif dari emosi seseorang karena melibatkan

faktor perasaan yang tidak menyenangkan yang sifatnya subjektif

dan timbul karena menghadapi tegangan, ancaman kegagalan,

perasaan tidak aman dan konflik dan biasanya individu tidak

menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan ia cemas.

b. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan


21

sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup

seseorang. Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat

mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut Savitri

dalam Apriliawati (2011) menyebutkan ada beberapa faktor yang

menunjukan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu:

1) Faktor Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi

cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain.

Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak

menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,

ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut

merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

2) Faktor Emosi

Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu

menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam

hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa

marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

3) Faktor Fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan

dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat

dalam kondisi seperti misalnya kehamilan,perawatan di

rumah sakit, tindakan operasi dan sewaktu pulih dari suatu

penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-


22

perubahan perasaan lazim muncul,dan ini dapat

menyebabkan timbulnya kecemasan.

Menurut Zaiah Daradjat dalam (Rochman,2010) mengemukakan

beberapa penyebab kecemasan, yaitu:

1) Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang

mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa

takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran

2) Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena

melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau

hati nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai dalam

bentuk yang umum.gejala-gejala gangguan mental.

3) Kecemasan yang berupa penyakit. Kecemasan ini disebabkan

oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan

apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut bagi

penederitanya.

Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang

berlebihan. Selain itu keduanya mampu hadi karena lingkungan

yang menyertainya, baik lingkungan keluarga,sekolah,maupun

penyebabnya. Sedangkan Page dalam (Rufaidah, 2009)

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

adalah :

1) Faktor fisik Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi

mental individu sehingga memudahkan timbulnya


23

kecemasan.

2) Trauma atau konflik Munculnya gejala kecemasan sangat

bergantung pada kondisi individu, dalam arti bahwa

pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental yang

terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-

gejala kecemasan.

3) Lingkungan awal yang tidak baik. Lingkungan adalah faktor-

faktor utama yang dapat mempengaruhi kecemasan individu,

jika faktor tersebut kurang baik maka akan menghalangi

pembentukan kepribadian sehingga muncul gejala-gejala

kecemasan

c. Jenis-jenis Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati,

perubahan didalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam

tanpa adanya rangsangan dari luar (Mustamir Pedak, 2009)

membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu :

1) Kecemasan Rasional

Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang

memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil

ujian.Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok

normal dari mekanisme pertahanan dasariah kita.

2) Kecemasan Irrasional

Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini


24

dibawah keadaan- keadaan spesifik yang biasanya tidak

dipandang mengancam.

3) Kecemasan Fundamental

Kecemasan fundamental merupakan suatu

pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya,

dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut.

Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial

yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan

manusia.

Sedangkan Kartono Kartini dalam Hardiani, (2012)

membagi kecemasan menjadi dua jenis kecemasan, yaitu :

1) Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan dibagi menjadi 2 kategori yaitu

ringan sebentar dan ringan lama. Kecemasan ini sangat

bermanfaat bagi perkembangan kepribadian seseorang,

karena kecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan bagi

seorang individu untuk mengatasinya. Kecemasan ringan

yang muncul sebentar adalah suatu kecemasan yang

wajar terjadi pada individu akibat situasi-situasi yang

mengancam dan individu tersebut tidak dapat

mengatasinya,sehingga timbul kecemasan. Kecemasan ini

akan bermanfaat bagi individu untuk lebih berhati-hati

dalam menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian


25

hari.Kecemasan ringan yang lama adalah kecemasan

yang dapat diatasi tetapi karena individu tersebut tidak

segera mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka

kecemasan tersebutkan mengendap lama dalam diri

individu.

2) Kecemasan Berat

Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat

dan berakar secara mendalam dalam diri seseorang.

Apabila seseorang mengalami kecemasan semacam ini

maka biasanya ia tidak dapat mengatasinya. Kecemasan

ini mempunyai akibat menghambat atau merugikan

perkembangan kepribadian seseorang. Kecemasan ini

dibagi menjadi dua yaitu kecemasan berat yang sebentar

dan lama. Kecemasan yang berat tetapi munculnya

sebentar dapat menimbulkan traumatis pada individu jika

menghadapi situasi yang sama dengan situasi penyebab

munculnya kecemasan.Sedangkan kecemasan yang berat

tetapi munculnya lama akan merusak kepribadian

individu. Hal ini akan berlangsung terus menerus

bertahun-tahun dan dapat meruak proses kognisiindividu.

Kecemasan yang berat dan lama akan menimbulkan

berbagai macam penyakit seperti darah tinggi,

tachycardia (percepatan darah), excited (heboh, gempar).


26

d. Tingkat Kecemasan

Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan

tidak berdaya. Menurut Peplu dalam (Suliswati,2014) mengatakan

ada empat tingkatan kecemasan yaitu:

1) Kecemasan Ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari.

Individu masih waspada serta lapang persepsinya

meluas,menajamkan indera. Dapat memotivasi individu untuk

belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan

menghasilkana pertumbuhan dan kreatifitas.

2) Kecemasan Sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi

perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi,masih

dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

3) Kecemasan Berat

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat

perhatiannya pada detil yang kecil dan spesifik dan tidak

dapat berfikir hal-hal lain.

4) Panik

Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian

hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu

melakukan apapun.
27

e. Dampak Kecemasan

Menurut Yustinus Semiun, dalam Hardiani, (2012) dampak dari

kecemasan kedalam beberapa simtom, antara lain :

1) Simtom suasana hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan

akan adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu

sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami

kecemasan tidak bias tidur. Orang yang mengalami kecemasan

tidak bias tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat

mudah marah.

2) Simtom kognitif

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan

keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak

menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak

memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga individu

sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya dia

akan menjadi lebih merasa cemas.

3) Simtom motor

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa

tidak tenang,gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan,

misalkan jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget

terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor

merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada


28

individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa

saja yang dirasanya mengancam.

f. Alat Ukur Kecemasan

Saryono (2010) menyatakan bahwa tes kecemasan terdiri dari

beberapa instrument:

Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini

terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok

dirinci lagi dengan gejala-gejal yang lebih spesifik. Masing-masing

kelompok diberi penilaian angka antara 0-4, yang artinya adalah

nilai 0 tidak ada gejala (keluhan), nilai 1 gejala ringan, nilai 2

gejala sedang, nilai 3 gejala berat, dan nilai 4 gejala berat sekali.

Kemudian masing-masing nilai angka dari 14 kelompok gejala

tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat

diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu total nilai kurang dari

14 tidak ada kecemasan, 14-20 kecemasn ringan, 21-27 kecemasn

sedang, nilai 28-41 kecemasan berat dan nilai 42-56 kecemasan

berat sekali.

GADA (Generalized Anxiety Disorder Assesment) yang

meliputi kekuatiran berlebihan, kesulitan mengontrol cemas,

kekuatiran yang terus menerus perasaan gelisah, mudah lelah,

terganggu konsentrasi, mudah tersinggung ketegangan otot,mudah

mengantuk, tidur gelisah kecemasan mempengaruhi kehidupan

sehari-hari. Pengukuran ini dilakukan untuk gangguan kecemasan


29

umum, dengan menjwab “ya” atau “tidak”. Jawaban iya apabila

subjek merasakan gejala tersebut dalam 6 bulan terakhir.

Menurut Li dan Violeta telah membuat alat ukur kecemasan

yang lebih pendek dengan nama Chinese Version State Anxiety

Scale For Children (CSAS-C). Alat ukur ini telah dipublikasikan

dalam penelitian pada anak usia 7-12 tahun yang akan menjalani

pembedahan. Alat ukur CSAS-C terdiri dari 10 item pertanyaan

dan telah terbukti validitasnya dan reliebelitasnya dengan nilai

internal konsistensi periode pre operasi 0,84 dan periode post

operasi 0,86 berdasarkan perhitungan alfa Cronbach. Lima item

merupakan pernyataan tentang ketiadaan kecemasan, dan lima item

lainnya merupakan pernyataan tentang adanya kecemasan (Li &

Lopez, 2007). Berdasarkan hasil penilitian tersebut, CSAS-C

dinyatakan dapat digunakan dan lebih objektif untuk mengkaji

tingkat kecemasan anak, terutama di unit pelayanan yang sibuk.

g. Distraksi

1) Pengertian distraksi

Tekhnik distraksi adalah sistem aktivasi yang komplek

mengahambat stimulus sensori apabila seseorang menerima input

sensori yang cukup atau berlebih. Dengan stimulus sensori yang

cukup, seseorang dapat mengabaikan atau menyadari akan adanya

kecemasan. Seseorang yang bosan akan banyak memikirkan

tentang kecemasannya, sehingga merasakan sensasi cemas lebih


30

besar lagi. Distraksi mengarahkan klien kepada suatu hal yang

lain dari kecemasan, dengan demikian mengurangi kesadaran

akan adanya kecemasan. (Potter & Perry, 2010) Distraksi adalah

mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat

menrunkan kewaspadaan terhadap nyeri dan kecemasan, bahkan

meningkatkan toleransi terhadap nyeri dan kecemasan (Prasetyo,

2010).

2) Jenis Teknik Distraksi

a) Distraksi Visual

Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran,

melihat pemandangan, melihat film kartun (animasi) dan

gambar termasuk distraksi visual (Prasetyo,2010).

b) Distraksi Pendengaran

Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara

burung serta gemericik air, individu dianjurkan untuk

memilih musik yang disukai dan music tenang seperti

musik klasik, dan diminta untuk berkonsentrasi pada lirik

dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk

menggerakan tubuh mengikuti irama lagu (Prasetyo,2010).

c) Distraksi Pernafasan

Solehati dan Kosasih (2015) mengemukakan distraksi

pernafasan adalah bernafas ritmik dan memandang focus

suatu objek gambar atau memejamkan mata.


31

3. Animasi

a. Konsep dasar animasi

Animasi dapat menarik perhatian,serta mampu menyampaikan

suatu pesan dengan baik. Adapun pendapat para ahli mengenai

animasi sebagai berikut:

Animasi merupakan sekumpulan gambar yang disusun secara

berurutan, ketika rangkaian gambar tersebut di tampilkan dengan

kecepatan yang memadai,maka rangkain gambar tersebut akan

terlihat bergerak (Hidayatullah dkk, 2011).

Menurut (Munir,2013) “animasi berasal dari bahasa inggris,

animation dari kata to anime yang berarti “menghidupkan”.

Animasi merupakan gambar tetap (still image) yang disusun secara

berurutan dan direkam dengan menggunakan kamera.Sedangkan

menurut Vaughan dalam (Binanto, 2010) menyatakan bahwa

animasi adalah usaha untuk membuat presentasi statis menjadi

hidup.

Menurut pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa

animasi merupakan sekumpulan gambar yang disusun secara

berurutan dan direkam menggunakan kamera untuk membuat

presentasi statis menjadi hidup.


32

Karakter animasi telah berkembang yang dulu mempunyai

prinsip sederhana sekarang menjadi beberapa jenis animasi

(Munir,2013) yaitu:

1) Animasi 2D (2 Dimensi)

Animasi dua dimensi atau dwi-matra dikenal dengan nama flat

animation. Perkembangan animasi dua dimensi yang cukup

revolusioner beruapa dibuatnya film-film kartun. Kartun berasal

dari kata Cartoon,yang berati gambar lucu. Oleh karena itu,

film kartun kebanyakan film lucu,seperti Tom and

Jerry,Doraemon,Spongebob,dan lain sebagainya.

2) Animasi 3D (3 Dimensi)

Animasi 3D merupakan pengembangan dari animasi 2D (dua

dimensi). Dengan animasi 3D karakter yang diperlihatkan

tampak seperti hidup dan nyata mendekati wujud manusia

aslinya. Contohnya film Toy Story buatan Disney.

3) Stop Motion Animation.

Animasi ini dikenal sebagai Claymation,karena menggunakan

clay (tanah liat) sebagai objek yang digerakkan. Teknik ini

pertama kali diperkenalkan oleh Stuart Blaktin sepert permen

karet. Tokoh-tokoh dalam aniamsi clay dibuat menggunakan

rangka khusus untuk kerangka tubuhnya. Setelah itu, difoto

gerakan per gerakan. Foto-foto tersebut digabungkan menjadi

gambar yang bias bergerak seperti yang kita tonton di film.


33

4) Animasi Tanah Liat (Clay Animation)

Jenis animasi ini jarang kita dengar dan temukan diantara jenis

lainnya. Padahal teknik animasi ini bukan termasuk teknik baru

tetapi sudah lama sekali,bahkan biasa disebut nenek moyangnya

animasi. Animasi ini menggunakan plastisin (bahan lentur

seperti permen karet). Tokoh-tokoh dalam animasi Clay dibuat

menggunakan rangka khusus untuk kerangka

tubuhnya.Kemudian, kerangka tersebut ditutup dengan plasticin

sesuai bentuk tokoh yang ingin dibuat.

5) Animasi Jepang (Anime)

Anime merupakan sebutan tersendiri untuk film animasi jepang.

Anime mempunyai karakter yang berbeda dibandingkan dengan

animasi buatan Eropa. Anime menggunakan tokoh-tokoh

karakter dan background yang digambar menggunakan tangan

dan sedikit bantuan komputer.

6) Animasi GIF

Animasi GIF merupakan teknik animasi sederhana yang

menggunakan prinsip animasi dasar yang berupa gambara-

gambar yang saling dihubungkan.

b. Prinsip-Prinsip Animasi

Prinsip-prinsip animasi ada 12 teknis dalam pembuatan animasi

memang harus dimiliki oleh animator, tetapi animator juga harus

memiliki feeling yang kuat mengenai timing, pergerakan,


34

pengamatan, dan tingkah laku. Animator harus menjadi seorang

actor, punya perasaan, dan logika agar dapat membuat sesuatu

menjadi hidup dan alami (Chabib, 2013). Prinsip-prinsip tersebut

antara lain:

1) Timing

Timing dapat diartikan sebagai acting. Timing pergerakan

dalam satu adegan karakter disebut scene. Sehingga gerakan

animasi dapat terlihat sangat kaku atau bahkan sangat lamban.

2) Arc

Arc yaitu gerakan yang membentuk garis lengkung yang

alami dalam dunia. Tiap benda mempunyai gaya atau

kekuatan, kecuali benda yang sifatnya mekanis atau tidak

alami.

3) Squash an Stretch

Squash and Stretch yaitu dapat diimplementasikan dalam

beberapa proses perubahan bentuk pada kulit dan otot,

lompatan, morphing, pengaruh berat, simulasi objek-objek

dynamic.

4) Anticipation

Anticipation yaitu gerakan animasi selalu memiliki tahap

persiapan ketika melakukan sebuah aksi atau gerakan.

Gerakan yang menujukkan gerakan awal atau persiapan

yang dilakukan.
35

5) Easy In anad Easy Out

Esay In and Esay Out yaitu prinsip yang berhubungan dengan

akselerasi ketika objek mengalami percepatan dan

perlambatan ketika mengalami pergerakan.

6) Secondary Action

Secondary Action yaitu membuat animasi terlihat lebih alami

dan menarik. Merupakan gerakan pendukung dari gerakan

utama yang mengalami pergerakan.

7) Follow Through and Overlapping

Follow Through and Overlapping yaitu reaksi yang

terjadi atau gerakan overlap sebuah karakter animasi setelah

melakukan animasi utama atau gerakan utama.

8) Staging

Staging yaitu membuat sebuah gerakan sehingga mudah

dimengerti. Menggambarkan mood, aksi dan posisi suatu

karakter animasi.

9) Straight Ahead Action and Pose to Pose Action

Straight Ahead Action and Pose to Pose Action yaitu standar

teknik animasi dengan merencanakan struktur gerakan-

gerakan yang terjadi melalui pose- pose kunci (key pose).

Straight ahead action adalah teknik animasi dengan

menggerakan karakter untuk per framenya hingga selesai.

10) Personality/Appeal
36

Personality/Appeal yaitu karakter yang memiliki personality

atau kepribadian akan mampu menghubungkan emosi antar

karakter tersebut dengan penonton. Kompleksitas dan

konsistensi gerakan adalah dua elemen daya tarik karakter

yang dapat dengan mudah dikembangkan di dalam

komputer animasi 3D hingga mampu mendefinisikan

karakteristik utama dari kepribadian sebuah karakter.

11) Exaggeration

Exaggeration yaitu gerakaan pengembangan dari gerankan

normal. Namun, gerakan itu sebaikanya tetap berpadunan

pada gerakan natural yang dilebih- lebihkan. Gerakan dibuat

akan menimbulkan kesan yang mendukung cerita animasi.

12) Soild Drawing

Soild Drawing yaitu rasa tentang cara padang tiga

dimensi terhadap penokohan seorang karakter goresan garis,

shading serta warna.

Maka dari pengertian-pengertian dapat disimpulakan bahwa

sebuah animasi memerlukan suatu prinsip-prinsip dalam

pengerjaannya sehingga dapat dijadikan rangkain gambara yang

menjadi sebuah film.

c. Fungsi Animasi

Menurut (Munir,2013) fungsi animasi untuk anak-anak ada 3

fungsi yaitu:
37

1) Hiburan

Animasi digunakan untuk menghibur pengguna animasi

tersebut, sehingga memberikan kepuasan. Animasi sebagai

media hiburan biasanya digarap dengan sangat serius karena

animasi dipergunakan untuk mengurangi bahkan

menghilangkan tingkat cemas ataupun stress.

2) Pengetahuan

Animasi memiliki kemampuan untuk dapat memaparkan

sesuatu yang rumit untuk dijelaskan hanya hanya dengan

gambar atau kata-kata saja. Dengan kemampuan ini maka

animasi dapat digunakan untuk menjelaskan suatu materi yang

secara nyata tidak dapat terlihat oleh mata, dengan cara

melakukan visualisasi maka materi yang dijelaskan dapat

tergambarkan.

3) Media bantu

Animasi digunakan sebagai penrangkat penuntun atau

petunjuk dalam ssesuatu. Sebagi media bantu animasi akan

terlihat menonjol atau memberikan daya tarik atau

memunculkan fokus baru terhadap sesuatu yang perlu dibantu.

d. Teknik Animasi

Jenis-jenis animasi dapat berbeda tergantung dari teknik yang

digunakan. Menurut Sutopo (2010), animasi terdapat beberapa


38

teknik yang dapat digunakan yaitu:

1) Teknik Animasi Hand Drawn

Teknik animasi klasik yang mengandalkan kemampuan

tangan dalam membuat gambar frame per frame secara

manual. Baik gambar karakter maupun gambar background

digambar menggunakan tangan. Gambar karakter dan

background akan ditumpuk secara layering dalam satu scene,

setelah itu di potret satu-persatu untuk mendapatkan animasi

yang utuh.

2) Teknik Animasi Stop Motion

Animasi dibuat dengan menggerakkan model dari bahan

elastis yang terbuat dari clay/tanah liat sintetis. Obyek

digerakkan sedikit demi sedikit dan kemudian dipotret dengan

kamera satu per satu. Setelah diedit dan disusun, maka apabila

rol film dijalankan, akan memberikan efek seolah–olah model

tersebut bergerak.

3) Teknik Animasi Hand Drawn dan Komputer

Pada teknik ini, gambar sketsa kasar dibuat dengan tangan lalu

di–scan untuk kemudian diberi warna dan finishing dengan

menggunakan komputer. Penggabungan gambar foreground

dan background frame per frame juga memanfaatkan

kemampuan grafis komputer. Animasi lebih murah jika

dibandingkan dengan teknik klasik hand drawn.


39

4) Teknik Animasi Komputer (3 Dimensi)

Teknik ini sedang mengalami kemajuan pesat, hal ini

disebabkan perkembangan teknologi komputer

memungkinkan untuk membuat 3D model dari komputer

secara mudah. Komputer juga mampu menerapkan tekstur dan

material pada model 3D.

Teknik ini, proses pembuatan animasi dari awal menggunakan

komputer, baik pembuatan karakter, pengolahan gerak karakter,

pembuatan 3D background sampai penggunaan efek-efek khusus.

Teknik animasi dapat disimpulkan bahwa film animasi 2D

klasik yaitu, animasi yang menggunakan metode tangan manual.

Komputer digunakan dalam pewarnaan dan penggabungan

gambar. Teknik hand draws dan komputer merupakan perpaduan

dalam menghasilakan film animasi.

4. General Anestesi

a. Pengertian

Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilnagkan rasa

sakit ketika dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain.

Yang menimbulkan rasa sakit, dalam hal ini rasa takut perlu ikut

dihilangkan untuk menciptkan kondisi optimal bagi pelaksanan

pembedahan (Sabiston, 2011)

b. General Anestesi

General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit


40

secara sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan

general anestesi terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan

adalah general anestesi dengan teknik intravena anestesi dan

general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup

muka) dan dengan teknik intubasi yaitu pemasangan endotracheal

tube atau gabungan keduanya atau gabungan keduanya inhalasi dan

intravena (Latief ,2010).

1) Teknik General Anestesi

General anestesi menurut Mangku dan Senapathi

(2010),dapat dilakukan denagan 3 teknik, yaitu:

a) General Anestesi Intravena

Teknik general anestesi yang dilakukan dengan

jalan menyuntikkan obat anestesi parenteral langsung ke

dalam pembuluh darah vena.

b) General Anesetesi Inhalasi

Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan

memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang

berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui

alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.

c) Anestesi Imbang

Merupakan teknikanestesi dengan mempergunakan

kombinasi obat-obatan baik obat anestesi intravena

maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi teknik


41

general anestesi dengan analgesia regional untuk

mencapai trias anestesi secara optimal dan berimbang,

2) Obat-obat General Anestesi

Pada tindakan general anestesi terdapat beberapa teknik

yang dapat dilakukan adalah general anestesi dengan teknik

intravena anestesi dan general anestesi dengan

inhalasi (Omoigui, 2009).

3) Gangguan Pasca Anestesi (Potter dan Perry,2010)

a) Pernapasan

Gangguan pernapasan cepat menyebabkan kematian

karena hipoksia sehingga harus diketahui sedini

mungkin dan segera di atasi. Penyebab yang sering

dijumpai sebagai penyulit pernapasan adalah sisa

anastesi (penderita tidak sadar kembali) dan sisa

pelemas otot yang belum dimetabolisme dengan

sempurna, selain itu lidah jatuh kebelakang

menyebabkan obstruksi hipofaring. Kedua hal ini

menyebabkan hipoventilasi, dan dalam derajat yang

lebih berat menyebabkan apneu.

b) Sirkulasi

Penyulit yang sering di jumpai adalah hipotensi syok

dan aritmia, hal ini disebabkan oleh kekurangan

cairan karena perdarahan yang tidak cukup diganti..


42

c) Regurgitasi dan Muntah

Regurgitasi dan muntah disebabkan oleh hipoksia

selama anastesi. Pencegahan muntah penting karena

dapat menyebabkan aspirasi.

d) Hipotermi

Gangguan metabolisme mempengaruhi kejadian

hipotermi, selain itu juga karena efek obat-obatan yang

dipakai. General anestesi juga memengaruhi ketiga

elemen termoregulasi yang terdiri atas elemen input

aferen, pengaturan sinyal di daerah pusat dan juga

respons eferen, selain itu dapat juga menghilangkan

proses adaptasi serta mengganggu mekanisme fisiologi

pada fungsi termoregulasi yaitu menggeser batas

ambang untuk respons proses vasokonstriksi, menggigil,

vasodilatasi, dan juga berkeringat.

e) Gangguan Faal Lain

Diantaranya gangguan pemulihan kesadaran yang

disebabkan oleh kerja anestesi yang memanjang

karena dosis berlebih relatif karena penderita syok,

hipotermi, usia lanjut dan malnutrisi sehingga sediaan

anestesi lambat dikeluarkan dari dalam darah.


43

B. Kerangka teori

Tahap perkembangan anak

1) Prenatal
2) Usia 0-2 minggu : orok(infancy)
3) Usia 2 minggu-2 tahun : bayi (babyhood)
4) Usia 2-6 tahun : anak-anak awal (early childhood)
5) Usia 6-12 tahun : anak-anak usia sekolah dasar

Faktor penyebab
Pre Anestesi dan kecemasan
Anestesi dan
Pre operasi
tindakan operasi 1.Faktor Lingkungan
2.Faktor Emosi
3.Faktor fisik
a. Ada Bahaya
b. Perawatan di
Kecemasan
Tehnik Distraksi: rumah sakit
c. Tindakan
1. Distraksi Visual Operasi
(video edukasi
animasi)
2. Distraksi
Pendengaran Dampak Kecemasan
3. Distraksi Tingkat
Pernafasan Kecemasan 1. Simtom suasana hati
1. Ringan 2. Simtom kognitif
2. Sedang 3. Simtom motor
Alat Ukur 3. Berat 4. Kepanikan yang amat
1. HRS-A 4. Panik sangat
2. GADA 5. Gagal mengetahui
3. CSAS-C
pengambilan tindakan
pencegahan

Kerangka Teori Menurut : Prasetyo (2010),Depkes (2011),Hardiani (2012),


Mangku dan Senapathi (2010), Kholil Lur Rochman (2010), Saryono(2010),
Apriliawati (2014),Setyoko (2017).
44

c. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat


Pemberian edukasi Kecemasan pasien usia
kesehatan dengan sekolah pre general
media video animasi anestesi

Variabel Pengganggu

Faktor penyebab kecemasan

1. Cemas (cemas akan


bahaya,penyakit)
2. Lingkungan (keluarga, social)

Keterangan:
: yang diteliti

: yang tidak diteliti


45

d. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh edukasi

kesehatan menggunakan media video animasi terhadap kecemasan

pada pasien anak anak usia sekolah dasar dengan pre anestesi

General Anestesi di RSUD Muntilan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi

experimental atau eksperimen semu. Penelitian quasi experimental

sendiri menurut Djiwandono (2015) adalah studi dengan jenis

ekperimen namun tanpa adanya pengacakan.

2. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini adalah menggunakan desain One

Grup Pre-test and Post-test Design. One group pra -post test design

memiliki ciri tipe penelitian yaitu mengungkapkan hubungan sebab

akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok

subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian

diobservasi lagi setelah intervensi. Penguji sebab akibat dilakukan

dengan cara membandingkan hasil pre test dan pasca test. Bagan dari

desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut (Sugiono, 2010).

Berikut adalah bagan penelitian One Grup Pre-test and Post-test

Design.

46
47

Pre Test Perlakuan Post Test

O1 X O2

Desain Penelitian Sugiyono,(2010)

Keterangan :

O1 : Observasi kecemasan kelompok intervensi pre intervensi (pre-

test)

X : Intervensi edukasi video animasi

O2 : Observasi kecemasan kelompok post intervensi (post-test)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian adalah kumpulan beberapa

individu atau subjek penelitian yang merupakan sifat-sifat umum.

Menurut Sugiyono (2010)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak anak

usia sekolah dasar yang akan dilakukan tindakan operasi dengan

general anestesi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada

tanggal 11 November 2019 diperoleh data anak yang melakukan

tindakan operasi dengan general anestesi di RSUD Muntilan pada

bulan Agustus sampai Oktober 2019 sebanyak 30 anak sehingga rata-

rata tindakan operasi pada anak di RSUD Muntilan adalah 10 anak

setiap bulan.
48

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh operasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik

penentuan sampel yang peneliti gunakan consecutive sampling,

artinya pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi

kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun

waktu yang tertentu. Karena populasinya kecil/lebih kecil dari 1000,

maka untuk menghitung besarnya sampel peneliti menggunakan

formula sebagai berikut: (Nursalam, 2008)

N
n=
1 + N(d2)

keterangan :

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

d : tingkat signifikan (0,05)

N
n=
1 + N(d2)

30
n=
1 + 30(0,052)

30
n=
1 + 0,075
49

30
n=
1,075
n = 27,90 sampel

n dibulatkan menjadi 28 anak. Jadi dari populasi anak yang akan

menjalani operasi dengan General Anestesi sebanyak 28

anak,dibutuhkan 28 anak sebagai sampel penelitian.

3. Kriteria Sampel

a) Kriteria Inklusi

1) Pasien anak anak usia sekolah (6-12 tahun)

2) Direncanakan menjalani pembedahan elektif

3) Direncanakan menggunakan jenis anestesi general

4) Penanggung jawab pasien menyetujui menjadi responden

penelitian

5) Status fisik ASA I dan II

b) Kriteria Eksklusi

1) Pasien anak dengan gangguan visual pendengaran

2) Pasien dengan masalah autisme

C. Waktu dan Tempat

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Februari sampai dengan 13

Maret 2020.
50

2. Tempat penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di ruang perawatan bedah RSUD

Muntilan.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2017).

1. Variabel Bebas (Variabel Independent )

Menurut Sugiyono (2017), variabel independen adalah variabel yang

sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, anteceden.

Variabel bebas mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau

timbulnya variabel dependen (terikat). Pada penelitian ini yang

menjadi variabel bebas adalah pemberian edukasi kesehatan dengan

media animasi.

2. Variabel Terikat (Variabel Dependent)

Menurut Sugiyono (2017) variabel dependent sering disebut sebagai

variabel output, kriteria, konsekuen. Variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah

kecemasan pasien usia sekolah dasar pre general anestesi.


51

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah bagian yang mendefinisikan sebuah

konsep atau variabel agar dapat diukur (Noor, 2016).

Tabel 2. Definisi Operasional

Skala
No Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur
ukur
1. Pemberian Suatu tindakan Perlakuan
edukasi menayangkan video dengan
kesehatan edukasi animasi untuk pedoman
dengan mengurangi tingkat pemutaran
media video kecemasan berdurasi 4 video
animasi menit tentang prosedur edukasi
dan informasi yang akan
dilakukan sebelum dan
saat dikamar operasi yang
akan diberikan 2 kali saat
pre visit dan 1 jam
sebelum operasi Berikan
waktu istirahat pada
responden setelah
melihat pemutaran
video animasi sekitar 1
jam. Setelah pasien
beristirahat selama
sekitar 1 jam setelah
pemutaran video
animasi kemudian
responden dilakukan
pengukuran
menggunkan CSAS-C
2 Kecemasan Kecemasan adalah CSAS-C Berdasarka Ordinal
pasien usia respon psikologis pasien (Chinese n
sekolah pre Version
ditandai dengan perasaan State Anxiety
Skor :
general khawatir, gelisah, tidak Scale for
anestesi
tenang serta Childern) Ringan
kebingungan pada pasien (skor20-30)
yang akan dilakukan
operasi atau pembedahan Sedang
dengan anestesi umum.
Pengukuran kecemasan (skor 31-40)
dilakukan dua kali, di Berat
ruang perawatan untuk
52

pre test sebelum (skor41-50)


dilakukan edukasi
dengan menggunakan Panik
media video animasi, (skor51-60)
dan untuk post test
diruang persiapan ruang
operasi diukur.

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data

primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil observasi

intervensi oleh peneliti atau pun asisten peneliti pada subjek,

sedangkan data sekunder adalah data dari penelitian, literatur, buku,

dan jurnal yang sudah ada.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh asisten

peneliti dengan cara observasi langsung setelah memberikan

intervensi dan mengisi pada instrument atau kuisioner yang telah

disediakan sesuai waktu yang ditentukan oleh peneliti.

G. Instrumen dan Bahan Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data untuk mempermudah hasil penelitian dan hasilnya

lebih baik sehingga data dapat lebih mudah untuk diperoleh

(Saryono,2011). Peneliti menggunakan 2 instrumen penelitian yang terdiri

dari :
53

1. Instrumen A

Instrumen 1 berbentuk kuesioner (CSAS-C) yang digunakan untuk

mengukur tingkat kecemasan anak sekolah yang akan menjalani

tindakan pembedahan dengan general anestesi. Kuesioner ini terdiri

dari 20 pertanyaan yang dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian

pengamatan dan bagian pertanyaan. Bagian pengamatan akan dinilai

berdasarkan pengamatan peneliti atau asisten peneliti dan untuk

bagian pertanyaan akan dinilai melalui pertanyaan yang diberikan

langsung kepada pasien jika pasien kooperatif atau kepada keluarga

terdekat pasien jika pasien tidak kooperatif. Setiap pertanyaan

memiliki tiga tingkatan jawaban yang digolongkan dalam gejala

berat, gejala ringan, dan tidak ada gejala dimana setiap golongan

memiliki penialian yang berbeda, yaitu sebagai berikut:

a) Gejala berat setiap jawaban akan dikalikan 3

b) Gejala ringan setiap jawaban akan dikalikan 2

c) Tidak ada gejala akan dikalikan 1.

Nilai minimal yang diperoleh adalah 20 dan nilai maksimal yang

diperoleh adalah 60. Penilaian kecemasan akan digolongan menjadi 4

tingkatan kecemasan yang mengacu pada nilai yang diperoleh

saat dilakukan penghitungan dengan pembagian tingkatan dan

rentang skor sebagai berikut:

a) Kecemasan ringan(skor20-30),
54

b) Kecemasan sedang (skor 31-40),

c) Kecemasan berat (skor 41-50), dan

d) Panik (skor 51-60).

2. Instrumen B

Instrumen B adalah alat bantu video animasi yang berisi informasi dan

edukasi mengenai kamar operasi, tujuan operasi,dan pengenalan

beberapa alat medis dengan durasi 4 menit yang akan diberikan

melalui smartphone android dengan lebar layar minimal 5 inch.

H. Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas

Uji ahli atau validasi instrumen media dilakukan dengan responden

para ahli untuk menilai produk awal dan memberikan masukan

untuk perbaikan. Pada penelitian pengembangan ini uji ahli

dilakukan terhadap ahli materi dan ahli media. Data hasil dari uji

ahli materi dan ahli media berupa isian angket dihitung untuk

mengetahui hasil kelayakan media menurut ahli materi dan ahli

media (Cheppy Riyana dalam Agustania, 2014).

Instrumen kelayakan tampilan media video edukasi animasi ini

ditinjau dari aspek desain layar, pengoperasian program, dan

kaidah, dapat dilihat pada tabel di bawah ini


55

Tabel 3. Kisi-kisi instrumen kelayakan tampilan media


video edukasi animasi
Aspek
No No
Indikator
. Penilaian Butir

1. a) Bentuk tulisan 1,2

b) Warna tulisan 3

c) Ukuran tulisan 4

d) Komposisi warna tulisan 5

e) Bentuk gambar 6

f) Pemilihan gambar 7,8

g) Warna dengan
9,10
Pembuatan tulisan background

h) Musik pengiring 11,12

i) Tampilan video 13,14

j) Keefektifan video 15

2 a) Kemudahan penggunaan
16
media

Tata laksana b) Kemudahan


17
penyimpanan media

3 a) Proses belajar lebih


18
menarik

b) Isi video mudah 19


dipahami
Kaidah
c) kemudahan dalam proses
20
pembelajaran
56

Instrumen kelayakan pemahaman materi dalam video edukasi animasi

pada anak anak usia sekolah ini ditinjau dari aspek kualitas materi dan

kemanfaatan,dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4. Kisi-kisi instrumen kelayakan materi media


video edukasi animasi
Aspek
No No
Indikator
. Penilaian Butir

a) Kesesuaian materi dengan


silabus 1

b) Kesesuaian materi dengan


tujuan pembelajaran 2

c) Kesesuaian materi dengan


standar kompetensi 3,4,5

d) Kelengkapan materi 6

e) Urutan materi 7,8

f) Format penulisan 9

g) Ketepatan pemilihan
10,11,12
gambar

1. h) ilustrasi musik 13

Relevansi i) Gambar komponen mudah


materi dimengeti 15

j) ketepatan animasi dalam


16
menjelaskan materi

k) keruntutan materi 17

2 Manfaat a) Mempermudah proses 18,19


57

Instrumen kecemasan menggunakan the short form of CSAS – C versi

Indonesia yang telah dilakuklan uji validitas dan reliabilitas oleh

Desak (2013) dengan hasil valid (r hasil > 0,514) dan reliable dengan r

Alpha 0,888.

Validasi media oleh ahli media meliputi pengisian kuesioner untuk

kelayakan media, pengisian kesimpulan validasi media, pengisian

saran untuk perbaikan media video edukasi animasi pada anak anak

usia sekolah Validasi materi dengan pengisian kuesioner untuk

kelayakan materi dan media dapat dilihat pada perhitungan

dibawah ini :

Kelayakan Media

210 210
Rerata = = = 3,5
20 x 3 60

Kelayakan Materi
213 213
Rerata = = = 3,55
20 x 3 60

Hasil dari penilaian kelayakan media video animasi edukasi

kesehatan oleh ahli materi yaitu kurang baik 0,00%, cukup baik

0,94%, baik 35,21%, dan sangat baik 63,85%. Total jumlah skor

hasil penilaian dari validasi ahli materi adalah 213 dengan rerata

3,55. Dan hasil dari penilaian kelayakan media video animasi

edukasi kesehatan oleh ahli media yaitu kurang baik 0%, cukup

baik 1,90%, baik 37,14% dan sangat baik 60,95%.Total jumlah


58

skor hasil penilaian dari validasi ahli media adalah 210 dengan

rerata 3,50. Skor rerata yang diperoleh bila dikonversasikan,maka

hasil penilaian dari para ahli media dan materi untuk mengukur

kelayakan video animasi edukasi kesehatan dikategorikan dalam

kriteria layak

I. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahap sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

a. Melakukan konsultasi terkait masalah yang ada di lapangan dengan

dosen pembimbing I dan II.

b. Mengajukan judul penelitian, pengumpulan data, penelusuran

pustaka, artikel dan jurnal sebagai keaslian dan referensi

penyusunan proposal penelitian

c. Mengajukan perizinan untuk melaksanakan studi pendahuluan

kepada Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Yogyakarta.

d. Melakukan studi pendahuluan di RSUD Muntilan.

e. Membuat proposal penelitian dengan bimbingan pembimbing I dan

pembimbing II.

f. Melaksanakan ujian proposal penelitian.

g. Melakukan perbaikan proposal penelitian.

h. Mengurus izin penelitian dan etical clearance di Komisi Etik

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.


59

i. Menentukan asisten penelitian sejumlah dua orang dari perawat

bangsal bedah RSUD Muntilan dengan kriteria sebagai berikut:

1) Satu orang perawat yang bekerja di bangsal bedah RSUD

Muntilan melakukan observasi kecemasan sebelum dan

sesudah diberikan intervensi video animasi dan mengirimkan

hasil observasi ke peneliti melalui aplikasi whatsapp.

2) Satu orang perawat lainnya yang bekerja di bangsal bedah

RSUD Muntilan untuk membantu serta mengumpulkan

kuisioner yang sudah di isi oleh wali atau orang tua pasien.

j. Peneliti melakukan apersepsi kepada asisten tentang kapan dan

cara memberikan intervensi menggunakan file video edukasi

kesehatan animasi serta cara mengobservasi kecemasan anak anak

usia sekolah dasar pre operasi menggunakan lembar yang telah

disediakan agar data yang didapatkan sesuai dengan keinginan

peneliti.

2. Tahap pelaksanaan

a. Pelaksanaan pengambilan data kecemasan pasien anak usia sekolah

dasar pre operasi

1) Peneliti/asisten penelitian mencari data untuk satu sampai dua

kali shift di bangsal bedah, data yang dimaksud adalah:

a) Jumlah pasien anak usia sekolah dasar yang akan

menjalani operasi elektif saat pengukuran


60

b) Jumlah pasien anak usia sekolah dasar dengan status

ASA I dan II saat pengukuran

c) Waktu rawat inap pasien anak sebelum operasi

d) Respon pasien sebelum dan sesudah diberikan intervensi

2) Asisten penelitian harus memiliki perangkat komunikasi

(smartphone) untuk mengirimkan data kecemasan pasien anak

anak usia sekolah dasar sebelum operasi kepada peneliti

3) Asisten peneliti mengirimkan data setiap hari setelah

melakukan observasi dan pengukuran.

b. Pelaksanaan pengambilan data kecemasan pada pasien anak anak

usia sekolah dasar di RSUD Muntilan dalam pengumpulan data

akan dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1) Pengumpulan data akan dilakukan oleh peneliti atau asisten

peneliti yang telah menandatangi surat persetujuan menjadi

asisten peneliti dan telah menjalani apersepsi tentang

penelitian yang akan dilakukan

2) Peneliti atau asisten peneliti akan memberikan penjelasan

kepada calon orang tua pasien atau penanggung jawab pasien

yang akan menjadi responden penelitian

3) Peneliti atau asisten peneliti meminta persetujuan kepada

penanggung jawab responden setelah mendapat penjelasn

tentang penlitian. Permintaan persetujuan tanpa adanya

paksaan dari peneliti atau asisten peneliti


61

4) Setelah penanggung jawab dari responden memahami tentang

penelitian dan telah berkenan menjadi responden dengan

menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi

responden maka responden akan dimulai untuk dilakukan

penelitian dengan mengukur tingkat kecemasan awal pada

responden selama 4 menit sebelum dilakukan perlakuan

berupa pemutaran video animasi edukasi pada responden

untuk mengurangi tingkat kecemasan pada responden

menggunakan alat ukur kecemasan CSAS-C.

5) Responden selanjutnya dilakukan perlakuan berupa mengajak

responden melihat video animasi dengan durasi sekitar 4

menit.

6) Berikan waktu istirahat pada responden setelah melihat

pemutaran video animasi sekitar 1 jam.

7) Setelah pasien beristirahat selama sekitar 1 jam setelah

pemutaran video animasi kemudian responden dilakukan

pengukuran tingkat kecemasan setelah perlakuan dengan

menggunakan alat ukur kecemasan CSAS-C

8) Semua data pengukuran kecemasan selanjutnya direkap dalam

lembar rekap data mentah.

3. Tahap Penyelesaian

a. Mengolah dan menganalisa data.

b. Menyusun dan menyajikan hasil penelitian.


62

c. Penulisan laporan akhir.

4. Penyusunan Laporan Penelitian

Tahap akhir dari penelitian ini adalah mengolah dan menganalisis data

menggunakan program komputer yaitu Statistical Package for the

Social Sciense (SPSS).

Selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah:

a. Menyusun laporan hasil penelitian

b. Revisi laporan

J. Pengelolaan Data

1. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan program komputer dengan langkah-langkah sebagai

berikut: (Arikunto, 2010)

a. Editing/ memeriksa. Tahap ini merupakan tahap kegiatan

penyuntingan data yang telah terkumpul, yaitu dengan cara

memeriksa kembali kelengkapan data.

b. Coding/ memberi tanda kode. Peneliti memberi tanda atau kode

pada data untuk memudahkan klasifikasi atau pengelompokan.

Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-masing

jawaban dengan kode berupa angka kemudian dimasukkan ke

dalam lembaran tabel kerja guna mempermudah membacanya.

1) Jenis Kelamin

a) Kode 1 : Laki-laki
63

b) Kode 2 : perempuan

2) Umur

a) Kode 1 : 6-8 tahun

b) Kode 2 : 8-10 tahun

c) Kode 3 : 11-12 tahun

3) ASA (The American Society of Anesthesiologist)

a) Kode 1 : ASA I

b) Kode 2 : ASA II

4) Pengalaman operasi

a) Kode 1 : Pernah operasi

b) Kode 2 : Belum pernah operasi

5) Tingkat kecemasan

a) Kode 1 : Cemas ringan

b) Kode 2 : Cemas sedang

c) Kode 3 : Cemas berat

d) Kode 4 : Panik

c. Entry/ memindahkan atau memasukkan data dari data yang

diperoleh dari lembar observasi ke dalam komputer untuk

diproses. Analisis data menggunakan komputerisasi.

d. Cleaning/ memeriksa kembali data yang telah masuk dalam

komputer, apakah ada kesalahan-kesalahan yang terjadi

didalamnya. Pemeriksaan tetap diperlukan dan harus dilakukan

meskipun dalam memasukkan data telah menggunakan atau


64

memperhatikan kaidah-kaidah yang benar.

e. Tabulating/ dilakukan ketika masing-masing data sudah diberi

kode, kemudian untuk memudahkan dalam pengolahannya, dibuat

tabel-tabel sesuai tujuan penelitian.

2. Analisa data

a. Analisa univariate (analisa deskriptif)

Penelitian ini menggunakan jenis analisa data univariate

terlebih dahulu untuk menggambarkan karakteristik setiap variabel

dari penelitian yang menghasilkan distribusi presentasi dari tiap

variabel (Notoatmodjo, 2010). Anilisa univariate dilakukan terhadap

tiap variabel melalui distribusi frekuensi dan presentase yang

ditampilkan dalam bentuk tabel.

b. Analisa bivariate

Analisis bivariat yaitu analisis data untuk mengetahui


pengaruh edukasi menggunakan media video animasi terhadap tingkat
kecemasan praanestesi umum pada anak sekolah di bangsal anak
RSUD Muntilan. Analisa bivariat yang digunakan untuk
menghasilkan hubungan antara dua variabel yang bersangkutan, yaitu
variabel independen dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2010). Uji
hipotesa yang digunakan adalah uji non parametrik menggunakan
Wilcoxon Rank Test. Ho diterima bila nilai probabilitas > 0,05 dan Ho
ditolak bila nilai probabilitas < 0,05.

K. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting

pelaksanaan sebuah penelitian, mengingat penelitian keperawatan akan


65

berhubungan langsung dengan manusia. Oleh karena itu, dari segi etika

penulisan harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam

kegiatan penlitian. Menurut Hidayat (2014) masalah etika dalam penelitian

meliputi:

1. Informed Consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed

consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya

akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu

2. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self d etermination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak,

tanpa adanya sangsi apa pun atau akan berakibat terhadap

kesembuhannya, jika mereka seorang klien.

3. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencatumkan nama

responden,tetapi akan diberikan kode atau inisial pada lembar tersebut.

4. Confidentiality (kerahasian)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity)

dan rahasia (confidentiality).

Anda mungkin juga menyukai