Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sirkumsisi merupakan suatu tindakan invasif atau bedah minor yang
biasanya dilakukan pada anak-anak usia prasekolah. Sirkumsisi merupakan
tindakan bedah ringan yang telah dikenal dalam budaya manusia sejak lama,
tindakan Sirkumsisi (Khitan) ini biasanya dilakukan dengan memotong kulit penis
untuk tujuan tertentu, baik medis, sosial maupun religious. Sirkumsisi itu sendiri
berasal dari bahasa latin, circum (sekeliling), dan caeder (memotong), sedangkan
di Indonesia sendiri sirkumsisi lebih dikenal dengan istilah sunat atau khitan
(Prasetyono, 2009). Menurut (Hana, 2008) Sirkumsisi (Khitan) merupakan
tuntunan syariat Islam yang sangat mulia dan disyariatkan baik untuk laki-laki
maupun perempuan dan tidak hanya orang islam tetapi orang-orang Yahudi,
Nasrani dan agama lainnya sekarang juga banyak yang menjalaninya karena
terbukti memberikan manfaat terhadap banyak masalah kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa sirkumsisi
merupakan salah satu tindakan medis yang dimana tindakan ini salah satu cara
untuk mencegah faktor terjadinya penyakit-penyait.
Menurut Data World Health Organization (WHO, 2015) angka kejadian
sirkumsisi di berbagai negara sangat bervariasi sesuai dengan agama, etnis, status
soial-ekonomi dengan tujuan agama, sosial dan budaya. WHO memperkirakan
bahwa secara global, 30% dari laki-laki di dunia ini melakukan sirkumsisi dengan
hampir 70%-Nya merupakan muslim. Sedangkan di indonesia sendiri prevalensi
sirkumsisi diperkirakan mencapai 75% yang mayoritas agama muslim dan 25%
sisanya bukan muslim.
Menurut penelitian bahwa sirkumsisi ini sangat bermanfaat bagi
kesehatan manusia namun sirkumsisi ini juga mempunyai efek terutama untuk
anak-anak antara lain kecemasan. Saat melangsungkan khitan pada anak-anak
tidak semudah yang dibayangkan. Sebagian masyarakat pada umumnya

1
2

menganggap, tindakan khitan merupakan tindakan yang biasa saja tanpa


memperhatikan aspek psikologi anak. Jika hal ini tidak tertangani dengan baik
maka proses khitan tidak akan berjalan dengan baik, sehingga anak akan
menangis, memberontak dan menolak untuk melanjutkan proses khitan
(Prasetyono, 2009).
Sebuah studi di Circumcision Resource Center, Boston, Massachusetts,
USA menyatakan sirkumsisi dapat menyebabkan trauma pada anak. Penelitian
pada anak usia prasekolah, menyatakan bahwa sirkumsisi dipresepsikan oleh anak
sebagai sebuah serangan agresif pada tubuh yang merusak dirinya (Goldman,
1999). Kecemasan adalah suatu pengalaman ketidak nyamanan seseorang yang
penyebabnya dapat timbul karena berbagai macam faktor. Faktor kecemasan ini
bisa berupa tindakan-tindakan kesehatan baik itu tindakan Invasif maupun
Noninvasif.
Kecemasan merupakan sesuatu yang menimpa hampir semua orang pada
waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan suatu reaksi normal
terhadap kondisi yang sangat menekan kehidupan seseorang, dan karena itu
berlangsung hanya sementara (Ramainah, 2003). Ketakutan dan kecemasan itu
sediri timbul karena proses sirkumsisi yang akan dijalani melibatkan rasa nyeri
saat anestesi (Suddarth & Brunner, 2002).
Kecemasan dapat diartikan sebagai kondisi normal untuk merespon
tuntutan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Pada kondisi seimbang, tubuh akan
segera beradaptasi menghilangkan kecemasan dan mengembalikan kenyamanan
tersebut dengan mekanisme koping adaptif. Adaptasi terhadap stres berkaitan
dengan psikofisik yang kemudian diperluas dalam ilmu sosial dan perilaku.
Menurut penelitian yang dilakukan (Yuliani, 2009) Kecemasan pada anak dapat
timbul oleh beberapa faktor, salah satunya yakni tindakan medis baik invasif
maupun non invasif seperti injeksi, pemeriksaan gigi, dan hospitalisasi.
Kecemasan merupakan suatu yang sering terjadi pada semua orang yang
akan menjalani tindakan pembedahan, apalagi yang menejalani pembedahan itu
adalah anak-anak. Pembedahan yang kecilpun bisa menyebabkan kecemasan yang
berarti terutama pada anak-anak. Kecemasan yang ekstrim bisa mengakibatkan
3

peningkatan resiko komplikasi yang cukup besar (Kozier and Erb, 1991). Hingga
saat ini terdapat sekitar 200 percobaan pra Operatif, termasuk pemberian
dukungan oleh orang-orang terdekat dan juga lingkungan untuk mengurangi
kecemasan baik sebelum pembedahan, selama pembedahan maupun setelah
pembedahan.
Menurut World Health Organization (WHO, 2014) memperkirakan
bahwa jumlah anak di dunia saat ini mencapai 2,2 miliyar, dari jumlah tersebut
10-20% menderita salah satu gangguan mental, salah satunya yaitu masalah
kecemasan pada anak yang di akibatkan oleh tindakan medis yang berupa invasif
maupun non invasif. Sedangkan di indonesia sendiri merupakan negara dengan
tingkat kecemasan anak yang tinggi yaitu mencapai sekitar 65% dari total anak di
indonesia mengalami kecemasan baik pada saat di lakukan tindakan invasif
maupun non invasif.
Sebagian besar anak-anak yang menjalani sirkumsisi tersebut
menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang tidak ringan. Hal ini ditunjukkan
dengan sebagian dari anak-anak tersebut memperlihatkan wajah yang pucat
ketakutan, menangis, berkeringat, ekstremitas yang kaku dan denyut nadi yang
meningkat.
Kecemasan umumnya disebabkan karena kurangnya pemberian
dukungan sehingga akan berpengaruh pada tingkat kecemasan anak. Kecemasan
pada anak usia prasekolah yang akan menjalani sirkumsisi dikenali sebagai bagian
dari trauma atau pengalaman yang tidak menyenangkan yang dialami anak akibat
tindakan yang dianggap membahayakan bagi dirinya. Dengan pemberian
dukungan keluarga yang berupa nasehat, saran ataupun petunjuk kepada anak
meningkatkan kepercayaan anak pada dirinya sendiri sehingga mempunyai
mekanisme koping yang baik dalam mengatasi kecemasan. Penelitian ini penting
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana dukungan keluarga dapat
mempengaruhi kecemasan sebelum khitan pada anak.
Menurut Friedman (2010) dukungan keluarga merupakan suatu sikap
atau tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, dukungan ini
berupa dukungan informasional, dukungan instrumental, dukungan penilaian, dan
4

dukungan emosional. Sedangkan menurut murniasih (2007) dukungan keluarga


merupakan sikap dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya.
Dukungan keluarga khususnya orang tua merupakan unsur yang penting
dalam perawatan sehingga menjadi salah satu terapi untuk anak yang sedang
mengalami kecemasan. Pada saat menjelang tindakan dukungan keluarga
sangatlah penting terutama dukungan orang tua yang selalu memberikan
motivator sehingga anak tidak memngalami kecemasan, selain itu juga dengan
adanya dukungan keluarga ini anak bisa kooperatif saaat menjalani tindakan dan
dapat mempelancar jalannya tindaan sehingga resiko terjadinya kesalahan atau
komplikasi dari tindakan ini bisa di minimalisir.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Astutik Dan Dewi
Anggitasari Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Anak Yang
Hospitalisasi Di Rsud Dr Wahidin Sudiro Husodo menunjukan bahwa dukungan
keluarga sangat penting dalam menurunkan kecemasan anak. Sedangkan menurut
penelitian Farida Juanita (2015) tentang teknik distraksi audio visual menurunkan
tingkat kecemasan anak usia pra sekolah yang menjalani sirkumsisi menunjukan
bahwa kecemasan merupakan faktor utama yang dirasakan oleh anak. Dari hasil
penelitian ini menunjukan bahwa kecemasan anak mengalami penurunan yang
signifikan. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiatama (2014)
mengenai dukungan keluarga dalam menurunkan kesemasan anak usia prasekolah
menunjukan bahwa dengan adanya dukungan keluarga yang baik dapat
menurunan tingkat kesemasan pada anak prasekolah. Sedangkan menurut Erni
Murniasih dan Andhika Rahmawati dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak
Usia Prasekolah Di Bangsal L Rsup Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten menunjukan
bawha dukungan keluarga sangat berperan dalam menurunkan tingka kecemasan
anak.
Berdasarkan beberapa pernyataan yang telah diuraikan diatas maka
dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan sesuatu permasalahan yang
sering terjadi pada anak yang menjalani sirkumsisi dan menurut berbagai
penelitian di atas kecemasan anak dapat dipengaruhi oleh dukungan keluarga.
5

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakuakan penelitian tentang hubungan
dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang
menjalani sirkumsisi di Klinik Khitan Kota Mas Cimahi.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Madya Sulisno (2015)
Hubungan Dukungan Keluarga Tehadap Penurunan Tingkat Kecemasan Anak
Usia Prasekolah menyatakan ada penurunan yang signifikan dari tingkat
kecemasan anak. Menurut Widiatama (2014) mengenai dukungan keluarga dalam
menurunkan kesemasan anak usia prasekolah menunjukan bahwa dengan adanya
dukungan keluarga yang baik dapat menurunan tingkat kesemasan pada anak usia
prasekolah. Sedangkan menurut penelitian Farida Juanita (2015) tentang teknik
distraksi audio visual menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang
menjalani sirkumsisi menunjukan bahwa kecemasan merupakan faktor utama
yang dirasakan oleh anak. Menurut penelitian lainnya juga yang dilakukan oleh
Febrianan Sertika Sari (2012) pada penelitian ini menunjuan bahwa adanya
hubungan antara dukungan keluarga terhadap anak yang sedang mengaami
kecemasan.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, rumusan masalah
penelitian ini adalah “Adakah hubungan antara dukungan keluarga terhadap
kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani sirkumsisi di Klinik
Khitan Kota Mas Cimahi?”

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga terhadap kecemasan pada anak usia prasekolah yang menjalani
sirkumsisi di Klinik Khitan Kota Mas Cimahi.
6

1.4.2 Tujuan Khusus


1.4.2.1 Untuk mengetahui dukungan keluarga pada anak usia prasekolah yang
dilakukan sirkumsisi.
1.4.2.2 Untuk mengetahui tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang dilakukan
sirkumsisi.
1.4.2.3 Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pada anak usia prasekolah yang menjalani sirkumsisi.

1.5 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan dukungan
keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang menjalani
sirkumsisi.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tim kesehatan bahwa mengenai dukungan keluarga
dapt mengatasi kecemasan pada anak usia prasekolah yang menjalani sirkumsisi.
1.6.2 Manfaat Praktis
Memberikan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk menurunkan kecemasan pada anak usia prasekolah.
1.6.3 Manfaat Untuk Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dalam mengatasi kecemasan anak usia
prasekolah yang menjalani sirkumsisi.

Anda mungkin juga menyukai