BAB I
PENDAHULUAN
masa peralihan. Menurut WHO (2019), batasan usia remaja adalah 10-19
tahun, tapi juga ada istilah “anak muda” dengan rentang usia 15-24 tahun.
Remaja juga dapat dibagi menjadi early (10-14 tahun), middle (15-17
tahun), dan late (18-19 tahun). Keadan emosi dan psikis anak usia remaja
sensitif, emosian dan menangis. Pada usia ini anak berada dalam masa
puncak pertumbuhan yang optimal dan sedang mencari jati diri sehinga
Aktivitas yang aktif, asupan gizi yang kurang, dan faktor lainnya dapat
1
2
sakit dan harus dirawat dirumah sakit akan mengalami masa sulit karena
merupakan sumber utama stresor, kecewa dan cemas, terutama untuk anak
didapatkan data rata-rata anak usia remaja yang menjalani rawat inap di
rumah sakit di seluruh Indonesia adalah 2,8% dari total jumlah anak 82.666
orang. Angka kesakitan anak usia remaja di Indonesia 2,1 juta atau sekitar
perawatan yang spesial dibanding pasien lain, selain itu waktu yang
terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dapat dihubungkan dengan
usia remaja antara lain ketakutan terhadap rasa nyeri atau cedera yang
dan kecemasan.
dengan teman sebaya. Kecemasan dan rasa takut dapat juga disebabkan
karena pengalaman secara dini seperti perawatan telah dilakukan sejak awal
kanak-kanak.
pada anak usia remaja ketika menalami hospitalisasi adala pada saat
psikologis yang dialami anak maupun orang tua. Atraumatic care bertujuan
melibatkan orang tua anak, agar orang tua berperan aktif dalam perawatan
anak dengan cara membolehkan mereka untuk tinggal bersama anak selama
24 jam. Jika tidak mungkin, beri kesempatan orang tua untuk melihat anak
Yang kedua melakukan modifikasi lingkungan rumah sakit, agar anak tetap
5
merasa nyaman dan tidak asing dengan lingkungan baru. Upaya yang ketiga
adalah peran dari petugas kesehatan rumah sakit (dokter, perawat), dimana
anak karena selain orang tua perawat adalah orang yang paling dekat dengan
“implementasi atraumatic care pada anak yang dirawat di rumah sakit dapat
menurunkan trauma pada anak dan orang tua akibat prosedur invasif. Alasan
hospitalisasi”.
Permen gumm atau permen jelly merupakan salah satu produk pangan
yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Permen
hidrokoloid seperti agar, gum, pektin, pati, karagenan, gelatin, dan lain lain
gelatin 14 % serta sari buah nanas sebanyak 150 mL diproleh kadar air
13,695%, asam 0,517%, gula 84,69%, kadar abu 0,71%, dan kekerasan
45,0g
atau senang mengonsumsi makanan yang manis seperti permen, cokelat, dan
permen karet. Sementara itu, hanya sebagian kecil orang yang mengetahui
kecemasan. Menurut hasil wawancara dengan orang tua anak remaja yang
menjalani perawatan, anak terlhat cemas dan ketakutan saat akan dilakukan
untuk mengalihkan rasa cemas akibat nyeri pada saat tindaka keperawatan.
Selain itu berdasarkan hasil survey pendahuluan data rekam medik dari pihak
sakit RSUD. Dr.M.Yunus Bengkulu pada tahun tahun 201 sebanyak 519 anak
dengan usia remaja 136 anak, tahun 2017 sebanyak 578 anak dengan remaja
terdapat 149 anak, pada 2018 sebanyak 613 anak dengan anak usia remaja
153 anak dan pada Januari - April 2019 jumlah anak yang mengalami
darah vena.
anak sakit.
RSUD dr. M,Yunus Kota Bengkulu. Pembatasan masalah ini diambil karena
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Dr.M.Yunus Bengkulu.
Dr.M.Yunus Bengkulu.
1. Teoritis
2. Praktis
a. Bagi Peneliti
penelitian selanjutnya.
adalah:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
bahasa Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang
kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja
melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang
bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan, dan kedua adalah hal
13
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah
disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa
memasuki masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa
masa tua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan
yakni masa 13 remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja
akhir. Adapun kriteria usia masa remaja awal pada perempuan yaitu 13-15
tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Kriteria usia masa remaja
pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-laki yaitu 17-
19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan yaitu 18-
Menurut Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012), masa remaja adalah masa
umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir
masa remaja yang lebih singkat, meskipun pada usia 18 tahun ia telah
Namun adanya status yang lebih matang, sangat berbeda dengan perilaku
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang
usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun
sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun
Menurut Ansrori (2016), status masa remaja agak kabur baik bagi
antara masa anak-anak dan masa dewasa. Masa remaja biasanya memiliki
belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak
halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku itu
sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu
laku emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis,
dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai diri sendiri dan memukul-
tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri, lebih-
berpikir terlebih dahulu. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua,
dan lebih senang pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah
(Widyastuti, 2009).
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma
darah dan sel darah. sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit,
dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan yaitu satu per dua belas
berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah,
darah. Plasma darah adalah bagian cair darah yang sebagian besar terdiri
atas air, elektrolit dan protein darah. Butir-butir darah (Blood corpuscles)
terdiri atas 3 elemen yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah
menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler, dan vena yang
kecil-kecil bersatu menjadi vena lebih besar dan membentuk batang vena,
yang makin mendekati jantung makin besar ukurannya. Vena lebih banyak
Dinding vena terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan terluar terdiri atas
jaringan fibrus disebut tunika adventisia, lapisan tengah berotot lebih tipis,
kurang kuat, lebih mudah kempes, dan kurang elastis daripada arteri, lapisan
17
dalam anggota gerak berjalan melewati gaya berat. Vena mempunyai katup
dewasa dipakai salah satu vena dalam foss cubiti dan bayi pada vena
Pengambilan darah vena yaitu suatu pengambilan darah vena yang diambil
dari vena dalam fossa cubiti, vena saphena magna / vena supervisial lain
yang cukup besar untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan
(Kusumawardhani, 2010).
1. Dengan Syringe
sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung
21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini
baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak
ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik.
untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada
tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat
sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan
kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat
mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi,
bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien
gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap
(winged needle).
buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang
lengan atas dan pasien diminta untuk mengepal dan membuka tangan
4. Menusuk kulit dengan jarum dan semprit dalam tangan kanan sampai
2.3 Kecemasan
terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan
Kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas
menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku normal maupun tingkah laku
2010).
mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
2010).
bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang
akan terjadi.
merupakan salah satu bagian terkecil dari organ dalam tubuh, tetapi
tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik (impuls saraf) (Bahrudin, 2013).
22
menjadi tiga tahap. Suatu stimulus eksternal atau internal yang mengenai
stimulus (Bahrudin,2013).
Respon emosional yang timbul ditahan oleh input dari pusat yang lebih
kecil yang berada di atas ginjal. Semakin berat stress, kelenjar adrenal akan
berbagai otot dan kelenjar tubuh. Pada saat pikiran dijangkiti rasa takut,
berdetak lebih keras, nadi dan nafas bergerak meningkat, biji mata
tidur.
Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang mengalami gangguan mental.
Lebih jelas lagi bagi individu yang mengidap penyakit mental yang parah.
dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu
2014).
berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika
terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak
bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi
kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau
25
1. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
2. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan
dengan baik, konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan
yaitu :
hari.
3. Prilaku
kecemasan.
keseimbangan
kreativitas
perhatian pada sesuatu yang lebih rinci dan spesifik serta tidak dapat
4. Panik
kehilangan pemikiran yang rasional. Jika rasa panil ini dibiarkan akan
menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating
Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang
dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan
tersinggung.
lesu.
4. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur
konsentrasi.
7. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara
mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan
panas di perut.
13. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu
dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek
dan cepat
14 – 20 = kecemasan ringan.
21 – 27 = kecemasan sedang
32
28 – 41 = kecemasan berat
dalam waktu yang lama bersama bahan pewarna dan pemberi rasa yang
permen terletak pada nilai daya tahan permen dengan kadar air minimal dan
kelompok besar yaitu permen keras dan permen lunak. Permen keras tidak
akan berubah bentuk bila ditekan bahkan akan patah bila dipaksakan.
Permen lunak adalah permen yang mudah berubah dengan hanya memberi
tekanan sedikit, misalnya permen jelly dan permen karet (Kurniawan, 2012)
Permen atau kembang gula lunak adalah jenis makanan selingan yang
berbentuk padat, dibuat dari gula atau campuran gula dengan pemanis,
diberi atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan
pangan yang diijinkan. Permen lunak memiliki tekstur yang relatif lunak
penting yang harus dimiliki oleh suatu bahan yang dapat membentuk gel
2008).
1. Diazepam
2. Alprazolam
gangguan kecemasan
makan, Mulut kering atau basah, berkeringat banyak, hilang minat pada
aktifitas seksual.
3. Propanol
gangguan kecemasan.
harus digunakan secara selektif pada pasien ini), Efek GI (N/V, diare,
4. Amitriptilin
neurotik.
1. Distraksi
gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat
2. Relaksasi
37
3. Humor
4. Terapi Spiritual
5. Aromaterapi
psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti cemas, depresi, nyeri dan
perlindungan dan tanggung jawab dari orang tua, orang tua bertanggung
jawab untuk menjaga dan mengupayakan anak dalam kondisi sehat yang
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit
dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan
keluarga. Salah satu dampak dari hospitalisasi adalah anak akan mengalmi
2012).
kecemasan pada saat di hospitalisasi peran perawat dan orang tua sangat
anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan
makanan. Organ yang membantu proses mastikasi ini antara lain gigi geligi,
menyatakan bahwa rasa (buah dan mint) dan jenis permen gummy tidak
rongga mulut dan hidung, gigi dan meninges (lapisan otak). Saraf
serat saraf sensoris wajah, dan sebagian yang lain merupakan serat saraf
Faktor-faktor yang
berhubungan dengan
kecemasan pada anak
1. Jenis kelamin
Anak masuk Rumah Sakit
2. Umur
3. Lama hari rawat
4. Lingkungan
rumah sakit Kecemasan akibat
hospitalisasi
Faktor-faktor
pencetuskecemasan Upaya untuk mengatasi kecemasan pada anak :
pada anak 1. Melibatkan orang tua dalam perawatan
1. Perpisahan 2. Modifikasi lingkungan rumah sakit
2. Kehilangan 3. Peran dari petugas kesehatan
kontrol (dokter/perawat)
5. Rasa sakit atau 4. Terapi mengunyah permen gummy
nyeri pada
tubuh
41
Keterangan :
BAB III
METODE PENELITIAN
digunakan adalah one group before after atau pre post test group design.
Rancangan ini terdiri dari satu kelompok eksperimen dalam tiap intervensi yang
Keterangan
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja yang dirawat di rumah
2. Sampel
44
Kriteria inklusi :
Kriteria Eksklusi :
Independen
1.
Mengunyah Kegiatan Mengunyah Pemen -
perme mengunyah permen gummy
gummy permen gummy gumy
45
selama
10-15
detik
Dependen
0-7=tidak ada
3 Dependen : Respon Kuisioner Check list kecemasan Rasio
Kecemasan kecemasan HARS
yang 8-15=kecemasan
ditunjukkan ringan
remaja saat
pengambilan 16-23=kecemasan
darah vena. sedang
24-31=kecemasan
berat
32-40=kecemasan
berat sekali
(Hawari, 2011)
1. Pengumpulan data
a. Observasi (Pengamatan) .
46
2. Pengolahan data
1) Editing
2) Coding
3) Entry
program SPSS.
4) Cleaning
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
variabel. Metode statistik yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini
Bengkulu
berikut:
a. Jika nilai Asymp.Sig. (2-taled) lebih kecil dari < 0,05, maka Ha
b. Jika nilai Asymp.Sig. (2-taled) lebih kecil dari > 0,05, maka Ha ditolak
BAB IV
ditempati kantor pos Bengkulu. Pada tahun 1925 pindah ke Anggut Atas di
Jl. Soekarno Hatta. Pada tahun 1977 Rumah Sakit pindah ke Padang
dan tanggal tersebut dijadikan sebagai hari jadi Rumah Sakit dengan
menjadi klasifikasi B.
48
50
organisasi tersebut :
1. Visi
2. Misi
pengeluaran
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
pelayanan prima.
rumah sakit.
4.2 Hasil
kecemasan pada saat pengambilan darah vena. Data diperoleh dari observasi
analisis univariat dan bivariat menggunakan uji paired sample t-test dengan
bantuan program aplikasi komputer yaitu SPSS yang di tampilkan pada tabel
di bawah ini.
1. Uji Normalitas
atau sampel kurang dari 50. Pada penelitian ini data yang diperoleh
normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro Wilk dimana data yang
dipakai dalam uji normalitas ini merupakan hasil dari residual nilai pretest
Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari atau sama dengan 0,05 atau 5 %.
(Sugiyono, 2013) Berikut hasil uji normalitas data skor kecemasan pretest
dan postest.
Tabel 4.1
Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Statist Statist
Kelompok ic Df Sig. ic df Sig.
Tingkat Kelompok
.264 19 .001 .885 19 .026
Kecemasan Pretest
Kelompok
.277 19 .000 .799 19 .001
Posttest
a. Lilliefors Significance
Correction
atas, diketahui bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,026 dan 0,001
< 0,05 yang berarti bahwa data variabel tidak berdistribusi normal
2. Analisis Univariat
1) Usia
1 14 4 21.1
2 15 5 26.3
3 16 3 15.8
4 17 4 21.1
5 18 2 10.5
6 19 1 5.3
19
Total 100
2) Jenis Kelamin
1 Laki-laki 6 31,6
2 Perempuan 13 68,4
Total 19
100
berat. Hal ini dapat dilihat dari nilai distribusi frekuensi tingkat
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pada Saat Pengambilan
Darah Vena Sebelum Terapi Mengunyah Permen Gummy
19
Total 100
ringan. Hal ini dapat dilihat dari nilai distribusi frekuensi tingkat
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pada Saat Pengambilan
Darah Vena Sesudah Terapi Mengunyah Permen Gummy
57
8-15 10
1 Ringan 16-23 9 52,6
2 Sedang 47,4
19
Total 100
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pada Saat Pengambilan
Darah Vena Sebelum dan Sesudah Terapi Mengunyah
Permen Gummy
Kelompok Mean Standar Deviasi Standar Error
Pre Test 24,68 2,730 0,626
Post Test 13,68 3,465 0,795
SumSSumber : Data primer yang diolah, 2021
3. Analisis Bivariat
Tabel 4.7
Pengaruh Terapi Mengunyah Permen Gummy Terhadap Tingkat
Kecemasan Remaja Pada Saat Pengambilan Darah Vena
Test Statisticsb
SkorPosttest – SkorPretest
Z -3.874a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
bernilai 0,000. Karena nilai 0,000 lebih kecil dari < 0,05 maka dapat
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Univariat
a. Usia
60
beda.
perkembangan anak. Semakin muda usia anak maka akan semakin sukar
sakit.
lebih dari separoh 61,9% responden berada pada usia remaja. Menurut
58
asumsi peneliti dari bertambahnya usia akan mengalami tingkat
kecemasan yang tidak baik terutama pasien didalam ruang rawat dengan
(Nursalam, 2013).
Usia atau umur adalah seseorang yang mempunyai usia lebih muda
mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua
b. Jenis Kelamin
karena setiap orang yang mengalami sakit dengan kondisi terpasang infus
pasti akan mengalami tidur yang kurang dan berbagai rasa cemas.
sejak bayi, secara bertahap yang banyak dipengaruhi oleh pandangan dan
(Hawari, 2013).
berat. Hal ini ditunjukkan oleh sikap ketakutan anak ketika dikunjungi
perawat atau dokter, selalu merasa gelisah, tegang dan rewel, selain itu
rawat di rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor
menjalaninya. Hal ini terbukti dari adanya responden yang merasa sulit
bernafas, bahkan perasaan subjek seperti orang tercekik dan setiap malam
subjek merasa tidak bisa tidur. Sehingga kepala menjadi pusing. Wajah
subjek pun terlihat sangat memerah, subjek selalu merasa takut akan
ambing.
kecemasan berat, hanya ada kecemasan ringan dan sedang yaitu sebanyak
berkurang. Hal ini dapat terlihat setelah diberikan terapi permen gummy,
tetapi masih takut ketika akan dilakukan tindakan. Rasa sakit yang
kecemasan.
pasaran sangat beragam bentuk, jenis, maupun rasanya, antara lain permen
66
bervariasi, ada rasa buah yang klasik, super asam, cola, dan lainnya.
5.2 Bivariat
bernilai 0,000. Karena nilai 0,000 lebih kecil dari < 0,05 maka dapat
pengambilan darah vena. Hal ini artinya dengan mengunyah permen gummy,
maka perhatian remaja yang hendak dilakukan pengambilan darah vena dapat
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian hasil penelitian Devi Iloh
Y, dkk (2017) tentang hubungan dukungan orang tua dengan kecemasan pada
anak usia sekolah pada saat akan dilakukan pemasangan infus di RSUP Prof.
yang dialami responden saat terpasang infus untuk pertama kali, dimana
nanti akan berdarah dan lepas saat responden ingin miring kiri ataupun kanan
serta takut dan sangat cemas akan dipasang kembali dan bisa akan
suntik apalagi pada pasien yang tidak mempunyai pengalaman terhadap hal-
hal yang akan dihadapi saat pengambilan darah vena. Keadaan ini
secara psikologis.
menyebabkan kadar kortisol menurun. Hal ini akan diikuti dengan penurunan
karet 2 kali sehari dalam rentang 1 bulan pada kelompok perlakuan tingkat
kecemasan responden yang menurun bertambah dengan nilai p=0,020, hal ini
ujian. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa rasa permen karet tidak
keadaan emosi tanpa objek yang spesifik dan dapat memberikan motivasi
perubahan peran, emosional dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu
Perry, 2005). Reaksi yang terjadi apabila seseorang mengalami sakit atau
dirawat di rumah sakit ada beberapa hal yang terjadi pada perubahan
Hal ini senada dengan teori (Guyton, 2007) dalam teori fisiologi
ditahan oleh input dari pusat yang lebih tinggi di forebrain. Respon
69
kelenjar kecil yang berada di atas ginjal. Semakin berat stress, kelenjar
imun.
yang memutuskan rasa takut masuknya sensorik aferent yang memicu respon
ke berbagai bagian ujung anterior kedua sisi lobus temporalis. Sistem saraf
otonom yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh. Pada saat
bereaksi secara mendalam, jantung berdetak lebih keras, nadi dan nafas
BAB VI
6.1 Simpulan
tingkat kecemasan remaja pada saat pengambilan darah vena dengan nilai
Asymp.Sig (2-tailed) bernilai 0,000. Karena nilai 0,000 lebih kecil dari < 0,05
6.2 Saran
69
72
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, Komang Ayu Henny, I., I. Made Sukarja, and Ni Komang Ayu Marini
Permata Cahyanthi. (2021). Model ‘Aksi’ Untuk Mewujudkan Gerakan
Sehat Mental Dalam Mengatasi Kecemasan Remaja. Jurnal Keperawatan
13(1):81–90
Andrew PS, Martin W. ( 2011), Effects Of Chewing Gum On The Stress And Work
Of University Students [internet]. [cited 07 Maret 2021]. Alvailable from:
www.sciencedirect.com.
Asrori, M & Ali, M., (2016). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Guyton and Hall. (2017), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 11. Jakarta:
EGC.
James, S.R. & Ashwill, J.W. (2017). Nursing care of children : principles &
practice. Third edition. St. Louis : Saunders Elsevier.
Kaplan, H.L., Saddock, B.J. (2017). Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi ke 2.
Penerjemah : Husny Muttaqin.. Jakarta : EGC
Lory. Huff et al. (2010). Atraumatic Care: Emla Cream and Application of Heat
to Facilitate Peripheral Venous Cannulation In Children . diakses
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21992091 pada tanggal 03 maret
2017
Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2016). Psikologi Abnormal. Jakarta:
Erlangga
75
Nursalam. (2013). Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : Salemba medika
Pearce, Evelyn C. (2019). Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2019). Fundamental of Nursing (7th Edition). St.
Louise, Missouri: Mosby Elsevier.
Pratiwi YS. (2012). Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Rawat Inap Dengan
Permainan Hospital Story Di RSUD Kraton Pekalongan. Jurnal Ilmiah
Kesehatan STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan; (online),
(http://journal.stikesmuh-pkj.ac.id, diakses 3 Maret 2017
Rice. (2014). Stres and Health (2nd ed). California: Brooks/Cole Publishing
Company
Rochman Kholil, Lur (2010). Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press
Setiawan dkk. (2014). Keperawatan anak & tumbuh kembang (pengkajian dan
pengukuran). Yogyakarta: Nuha Medika
Suryani, Patimah, I., & Nuraeni, A. (2012). Pengaruh Relaksasi Dzikir terhadap
Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani
Hemodialisis. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 3(April 2015), 18–24
WHO. (2015). Children's Health and the Environment. WHO Training Package
for the Health Sector. World Health Organization.
WHO, (2019). Health for the World’s Adolescents: A Second Chance in the
Second Decade. Geneva, World Health Organization Departemen of
Noncommunicable disease surveillance.
77
Wijaya, AL. (2018). Hubungan Kecemasan Pasien Anak Usia 6-13 Tahun
Terhadap Pencabutan Gigi Di Puskesmas Sumber Sari Jember. Skripsi.
Tidak Diterbitkan. Jember : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jembe