Anda di halaman 1dari 41

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak adalah individu yang unik, mengalami tumbuh kembang,

mempunyai kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual yang harus

dipenuhi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa

balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaru

hi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita

ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran social,

emosional dan intelegensia berjalan sangat tepat dan merupakan landasa

n perkembangan berikutnya. Dalam perkembangan anak terdapat masa

kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar

potensi berkembang,sehingga agar mendapat perhatian (Soetjiningsih,

2003).

Periode usia anak 1 sampai 3 tahun disebut dengan toddler, dan

usia 3 sampai 6 tahun adalah usia prasekolah.pada usia ini perkembanga

n motorik yang lebih lanjut dan anak menunjukkan kemampuan aktivita

s lebih banyak bergerak, mengembangkan rasa ingin tahu,dan

eksplorasi terhadap benda yang ada di sekelilingnya. Dengan

demikian,bahaya atau resiko terjadi kecelakaan harus diwaspadai pada

periode toddler dan prasekolah. Orangtua perlu mendapatkan bimbingan

antisipasi terhadap

1
kemungkinan terjadinya bahaya atau ancaman kecelakaan tersebut (Sup

artini, 2004).

Menurut World Health Organization (WHO) kecelakaan mengak

ibatkan 5,8 juta kematian di seluruh dunia, dan lebih dari 3 juta kematia

n di antaranya terjadi di negara-negara berkembang. WHO menyebutkan

bahwa tidak kurang dari 875.000 anak dibawah 18 tahun di seluruh

dunia meninggal per tahun karena cedera, baik cedera yang disengaja

maupun cedera yang tidak disengaja (Atak, 2010).

Setiap tahun di Indonesia hampir 1 juta anak meninggal karena

kecelakaan. Kecelakaan yang biasa terjadi adalah jatuh, terbakar,dan

tenggelam. Hampir semuanya dapat dicegah dan dapat diatasi jika orang

tua tahu apa yang harus mereka lakukan untuk mencegah kecelakaan

dan jika terjadi kecelakaan (Depkes RI, 2010). Luka bakar karena

kebakaran merupakan satu dari banyak tipe luka bakar yang paling fatal

dan sering terjadi ketika anak bermain dengan korek api dan secara tidak

sengaja membuat dirisdan rumah anak terbakar (Wong, 2008).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) di Indonesia didapatkan

kasus cedera kecelakaan dan peristiwa yang sampai membuat aktifitas

keseharian terganggu sebesar 8,2%. Prevalensi tertinggi terdapat pada

Sulawesi Selatan (12,8%) sedangkan yang terendah terdapat pada Provi

nsi Jambi (4,5%). Provinsi Gorontalo menduduki peringkat keenam

dengan angka kejadian 4.001 (8,8%). Persentase 3 penyebab cedera

terbanyak adalah jatuh (40,9%), kecelakaan transportasi darat (40,6%).

2
Data Puskesmas Dungaliyo pada bulan desember 2017 sampai

februari 2018 tentang prevalensi cedera dan penyebab cedera pada anak

usia pra-sekolah adalah karena kecelakaan 15 orang, luka bakar 2 orang,

terkilir 9 orang, patah tulang 5 orang dan luka terbuka 20 orang.

kecelakaan sering terjadi karena kebanyakan orang tua yang tida

menyadari apa yang bisa dilakukan anak usia prasekolah. Pada usia ini

prasekolah sudah berjalan, berlari, memanjat, melompat dan mencoba

segala sesuatu. Semua hal yang baru yang mereka temukan bisa menjadi

sesuatu yang berbahanya untuk mereka. Ini adalah tanggung jawab oran

g tua untuk melindungi anaknya dari kecelakaan. Contohnya mengawasi

kondisi rumah dari perseptif anak-anak yaitu menghindari furniture atau

perabot-perabot lainnya yang beruncing lanjip dan tajam serta menjahui

pengharum ruangan atau obat nyamuk yang mengandung racun. Peran

orang tua (terutama ibu) yang terpenting adalah untuk menghindari kece

lakaan pada anak adalah dengan memberikan pengawasan dan perhatian

penuh dalam proses bermain dan belajar anak. Tidak adanya pengawasa

n dari orang tua pada bermain anak merupakan penyebab terjadinya kec

elakaan (World Book’s, 2006).

Pada anak usia prasekolah mempunyai karakteristik seperti sena

ng bermain, aktif bergerak, dan senang mencoba hal – hal baru. Saat

bermain anak dapat mengenal lingkungan, berinteraksi, serta mengemba

ngkan emosi dan imajinasi dengan baik (Satya, 2006 dalam Endiyono &

3
Lutasari, 2016). Akan tetapi, pada masa ini sering terjadi kecelakaan

pada anak sehingga diperlukan upaya pertolongan pertama.

Pertolongan pertama penting untuk menyelamatkan jiwa atau

mencegah kematian dengan memperhatikan kondisi dan keadaan yang

mengancam korban, serta mencari dan mengatasi pendarahan.Fraktur

terbuka harus segera diatasi karena untuk menunjang penyembuhan den

gan mengurangi rasa sakit dan rasa takut, mencegah infeksi, serta meren

canakan pertolongan medis dan transportasi korban secara tepat (Ashari,

2016). Menurut Cecep (2014) pemberian pertolongan dapat dilakukan

dengan: 1) menilai situasi ; meliputi mengenali bahaya diri sendiri dan

orang lain, memperhatikan sumber bahaya, memperhatikan jenis pertolo

ngan, memperhatikan adanya bahaya. Pertolongan pertama biasanya

diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan

menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberika

n secara cepat dan tepat, sebab penanganan yang salah dapat menimbulk

an akibat yang buruk, cacat bahkan kematian pada korban (Dinkes, 2014

). Pengetahuan dan perilaku dari manusia sendiri sangat mempengaruhi

kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pertolongan pertama pada

korban (Sudiharto & Sartono, 2011).

Menurut Kuschiawati et al (2007), tindakan pertolongan pertama

pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : (1) Orang

tua, peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan anak yang mempunyai

rasa ingin tahu yang tinggi memperngaruhi tindakan pencegahan dan

4
penangan pertolongan pertama, (2) Pengetahun, dapat mempengaruhi

hasil dari tindakan pertolongan pertama yang dilakukan tertangani atau

tidak, (3) motorik kasar dan motorik halus anak, dapat membuat anak

menjadi rentan terhadap cedera karena aktifitas yang tinggi.

Orang tua yang memiliki pengetahuan tentang pencegahan terha

dap bahaya, akan menilai atau bersikap terhadap pengetahuan tersebut

(Notoatmodjo, 2007: 147). Selain itu juga orang tua mampu melakukan

tindakan pencegahan dan penanganan pertolongan pertama dari pengeta

huan yang dimiliki terhadap anak yang mengalami cedera. Tindakan

pencegahan yang diberikan kepada anak berupa pengawasan, karena

dalam beraktivitas anak tidak memperhatikan bahaya (Nursalam, 2008:

37).

Penelitian yang dilakukan oleh Muyassaroh S (2015) dengan

judul Hubungan Self Efficacy Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam

Penanganan Pertama Luka Bakar Pada Anak Usia Pra-Sekolah Di Desa

Jombor Bendosari Sukoharjo. Jenis penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif non eksperimental dengan rancangan penelitian korelasional

dan desain penelitian cross sectional. Hasil uji statistik menggunakan uji

Spearman Rank Correlation , yang diperoleh nilai sebesar 0,716, hal ini

menandakan adanya hubungan yang kuat antara self efficacy dengan

tingkat pengetahuan ibu, sedangkan nilai p-value sebesar 0,000 < 0,05.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Desa

Ayuhula Kecamatan Dungaliyo terdapat 335 KK dengan jumlah pendud

5
uk laki-laki sebanyak 589 orang dan wanita sebanyak 596 orang serta

jumlah penduduk usia pra sekolah sebanyak 90 orang. Hasil wawancara

dengan 10 orang tua sebanyak 7 orang (70%) mengatakan bahwa pertol

ongan pertama yang dilakukan saat anaknya kecelakaan yaitu dengan

mengoleskan ramu-ramuan tradisional pada area luka kecelakaan

sedangkan 3 orang (30%) mengatakan bahwa pertolongan pertama pada

anak kecelakaan yaitu dengan segera membawa ke tempat pelayanan

kesehatan terdekat.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti bermin

at untuk meneliti “Gambaran Pengetahuan Ibu terhadap Pertolongan

Pertama pada Kecelakaan (P3K) pada Anak Usia Prasekolah di Desa

Ayuhula Kecamatan Dungaliyo”.

1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Setiap tahun di Indonesia hampir 1 juta anak meninggal karena

kecelakaan. Provinsi Gorontalo menduduki peringkat keenam dengan

angka kejadian 4.001 (8,8%).

1.2.2 Data Puskesmas Dungaliyo pada bulan desember 2017 sampai

februari 2018 tentang prevalensi cedera dan penyebab cedera pada anak

usia pra-sekolah adalah karena kecelakaan 15 orang, luka bakar 2 orang,

terkilir 9 orang, patah tulang 5 orang dan luka terbuka 20 orang.

1.2.3 Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Desa

Ayuhula Kecamatan Dungaliyo didapatkan hasil wawancara dengan 10

orang tua sebanyak 7 orang (70%) mengatakan bahwa pertolongan perta

6
ma yang dilakukan saat anaknya kecelakaan yaitu dengan mengoleskan

ramu-ramuan tradisionalpada area luka kecelakaan sedangkan 3 orang

(30%) mengatakan bahwa pertolongan pertama pada anak kecelakaan

yaitu dengan segera membawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka dapat

dirumuskan “bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu terhadap Pertolongan

Pertama pada Kecelakaan (P3K) pada Anak Usia Prasekolah di Desa Ayuhula

Kecamatan Dungaliyo”?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian untuk mengidentifikasi Gambaran

Pengetahuan Ibu terhadap Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)

pada Anak Usia Prasekolah di Desa Ayuhula Kecamatan Dungaliyo.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Memberikan wawasan dan tambahan informasi mengenai

Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) pada Anak Usia Prasekolah.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Pendidikan Kesehatan

Dapat memberikan informasi dan data dasar untuk penelitian

selanjutnya mengenai Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) pada

Anak Usia Prasekolah.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

7
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi orangtua terhadap

Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) pada Anak Usia

Prasekolah.

3. Bagi Orangtua

Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti

tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) pada Anak

Usia Prasekolah

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Anak Usia Pra-sekolah

2.1.1 Definisi

Anak pra -sekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai

lima tahun (Wong, 2008). Anak pra sekolah adalah pribadi yang mempuny

ai potensi berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan

dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal.

Usia prasekolah diantara usia 3 (tiga) sampai 5 (lima) tahun bertujuan me

mbantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketra

mpilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak dalam menyesuaikan di

ri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan sela

njutnya.

2.1.2 Ciri-ciri Anak Usia Anak Pra-sekolah

Ciri-ciri anak usia anak pra-sekolah menurut Wong (2008):

1. Ciri-ciri fisik

Anak prasekolah mempergunakan ketrampilan gerak dasar (berlari,

berjalan, memanjat, melompat, dan sebagainya) sebagai bagian dari perma

inan mereka. Mereka masih sangat aktif, tetapi lebih bertujuan dan tidak

terlalu mementingkan untuk bisa beraktivitas sendiri.

2. Ciri sosial

9
Pada umumnya anak dalam tahapan ini memiliki satu atau dua

sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti. Kelompok bermainnya cenderun

g kecil dan tidak terlalu teroganisir secara baik, tetapi mereka mampu

berkomunikasi lebih baik dengan anak lain. Anak lebih menikmati

permainan situasi kehidupan nyata, dan dapat bermain bersama dengan

saling memberi serta menerima arahan.

3. Ciri emosional

Anak terdorong mengekspresikan emosinya dengan bebas dan

terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan dan iri hati pada anak pra

-sekolah sering terjadi.

4. Ciri kognitif

Anak pra -sekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian

besar dari mereka senang berbicara dan sebagian lagi menjadi pendengar

yang baik. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat,

kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. Anak mampu menangani secar

a lebih efektif dengan ide idenya melalui bahasa, dan mulai mampu mende

skripsikan konsep-konsep yang lebih abstrak.

2.1.3 Perkembangan Anak Pra-sekolah

1. Perkembangan biologis

Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembanga

n berikutnya. Pertumbuhan tubuh yang meningkat baik menyangkut ukura

n berat dan tinggi memungkinkan anak untuk lebih mengembangkan ketra

mpilan fisiknya.

10
2. Perkembangan psikososial

Pada tahap ini anak belajar, bermain, hidup, dan merasa mampu

menyelesaikan terhadap aktifitas mereka. Beberapa jenis emosi yang ada

pada masa ini adalah takut, cemas, marah, cemburu, gembira, kasih saying,

ingin tahu, dan phobi.

3. Perkembangan kognitif

Pada tahap ini anak belum mampu menyelesaikan kegiatan secara

mental yang logis. Mereka hanya dapat berpikir satu ide pada satu waktu.

4. Perkembangan spiritual

Pada tahap ini pengetahuan anak tentang kepercayaan dan ketuhana

n dipelajari dari kenyataan yang ada dilingkungan mereka. Biasanya terben

tuk dari orang tua mereka.

5. Perkembangan sosial

Pada tahap ini perkembangan sosial menjadi lebih luas karena

mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya.

2.2 Konsep Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

2.2.1. Pengertian Pertolongan pertama pada Kecelakaan (P3K)

Pertolongan pertama merupakan pertolongan atau bantuan pertama

yang diberikan oleh tim medis terhadap orang atau korban yang tiba-tiba

mengalami kecelakaan atau sakit sebelum mendapatkan perawatan.

Pemberian pertolongan pertama harus dilakukan secara cepat dan tepat

kepada korban sehingga sakit yang dialami korban dapat berkurang.

Pertolongan pertama pada kecelakaan bertujuan untuk memberikan

11
perawatan darurat bagi korban, sebelum ditangani oleh dokter (Susilowati,

2015).

Pertolongan pertama pada kecelakaan atau yang disingkat P3K

adalah pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang mend

erita sakit atau kecelakaan sebelum mendapatkan pertolongan dari dokter

(Mashoed dan Djonet Sutatmo,).

Sedangkan menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi pertolongan perta

ma pada kecelakaan adalah pertolongan yang segera diberikan kepada

korban kecelakaan sebelum mendapatkan pertolongan dokter. Berdasarkan

berbagai pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pertolongan perta

ma pada kecelakaan adalah suatu bentuk pertolongan sementara terhadap

korban yang dilakukan secepat dan setepat mungkin sebelum mendapatkan

pertolongan dari dokter agar korban tidak menjadi lebih parah.

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya pertolo

ngan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mend

apat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik (Suharni

, 2011).

Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat dengan mengg

unakan sarana dan prasarana yang ada di tempat kejadian. Tindakan P3K

yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau penderitaan

dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian, tetapi bila tindakan P3

K dilakukan tidak baik malah bisa memperburuk akibat kecelakaan bahkan

menimbulkan kematian (Andryawan, 2013).

12
2.2.2 Tujuan

a. Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian

b. Mencegah cacat yang lebih berat (mencegah kondisi memburuk)

c. Menunjang penyembuhan dengan mengurangi rasa sakit, takut dan men

cegah infeksi.

2.2.3. Prinsip Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.

Prinsi yang harus ditanamkan pada Petugas P3K dalam melaksanakan tuga

s menurut Margareta (2012), Andryawan dan amin (2013) adalah.

Penolong mengamankan diri sendiri lebih dahulu sebelum menolong.

1) Bersikaplah tenang, jangan pernah panik.

2) Teliti, tanggap dan melakukan gerakan dengan tangkas dan tepat tanpa

menambah kerusakan.

b. Amankan korban sehingga bebas dari bahaya.

c. Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu ada kecelakaan disitu.

d. Usahakan menghubungi ambulan, petugas medis atau dokter, rumah sak

it atau yang berwajib (polisi/keamanan setempat).

e. Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang paling tepat

Perhatikan keadaan penderita apakah pingsan, ada perdarahan dan

luka, patah tulang, merasa sangat kesakitan dll.

2.2.4 Sistematika Pelaksanaan P3K

Langkah-langkah pemeriksaan korban kecelakaan menurut Margareta

(2012 adalah :

13
a. Periksa kesadaran

Apakah korban sadar atau tidak, pingsan, gelisah, acuh tak acuh.

Hilangkan penyebab gangguan kesadaran, istirahatkan dan tenangkan korb

an yang gelisah, bila korban tidak sadar selama 30 menit ia langsung

diangkut ke dokter atau puskesmas/ rumah sakit.

b. Periksa pernafasan

Apakah pernafasan korban berhenti, cepat, lambat, tidak teratur,am

ati korban. Tindakan awal adalah membebaskan jalan nafas dan memperta

hankan saluran pernafasan.

c. Periksa tanda-tanda perdarahan. Apakah teraba denyut jantung.

Pendarahan yang keluar dari pembuluh darah besar dapat menyeba

bkan kematian. Tindakan yang harus dilakukan dengan segera adalah men

ghentikan perdarahan. Kalau lokasi luka memungkinkan,meletakkan

bagian perdarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.

d. Periksa keadaan lokal apakah ada patah tulang, luka dan perhatikan apa

keluhannya.

Apakah korban ada rasa nyeri, linu, sakit. Minta korban tunjukkan 

tempat yang sakit. Beritahu korban bahwa ia akan ditolong dan ajaklah

bercakap-cakap.

e. Korban tidak boleh dipindahkan dari tempatnya sebelum dapat dipastika

n jenis dan keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelaka

an tidak memungkinkan.

14
Bila korban hendak dipindahkan, perdarahan harus dihentikan dahu

lu dan tulang yang patah dibidai. Dalam memindahkan korban usahakan

supaya kepala korban tetap terlindung dan perhatikan jangan sampai salura

n pernafasan tersumbat oleh kotoran atau muntahan.

f. Segera transportasikan korban ke pusat pengobatan, puskesmas atau

rumah sakit.

Perlu diingat bahwa pertolongan pertama hanyalah sebagai life sav

ing dan mengurangi kecacatan, bukan terapi. Serahkan keputusan tindakan

selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang berkompeten.

2.2.5. Peralatan P3k.

Ada beberapa bahan dan alat yang harus tersedia dalam kotak P3K, yaitu :

a. Bahan yang minimal harus tersedia

1) Bahan untuk membersihkan tangan misalnya : sabun, alkohol.

2) Obat untuk mencuci luka misalnya : air bersih, boorwater, Providone

iodine.

3) Obat untuk mengurangi rasa nyeri misalnya parasetamol.

4) Bahan untuk menyadarkan misalnya moniak, parfum.

b. Alat minimal yang disediakan

1) 10 pembalut cepat

2) Pembalut gulung

3) Pembalut segitiga

4) Kapas

5) Plester

15
6) Kassa steril

7) Gunting

8) Pinset

2.2.6 Cara Pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.

Pertolongan pertama pada kecelakaan atau PPPK dapat menolong

jiwa seseorang, jika pertolongan itu dilakukan sebagaimana mestinya.

Namun apabila pertolongan dilakukan dengan tidak benar akan membahay

akan korban .

1. Pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Perawatan Luka.

Luka adalah terputusnya/terkelupasnya jaringan kulit yang disebab

kan oleh benda tajam atau tumpul, benda panas, bahan kimia dan lain-

lain (Andryawan, 2013).

b. Tujuan Perawatan Luka :

1) Menjaga luka dari trauma.

2) Mencegah timbulnya infeksi.

3) Meningkatkan kenyamanan.

c. Penanganan korban dengan luka menurut Kusyati (2003) dan Murwani

(2008) adalah :

1) Mencuci tangan sebelum merawat luka

2) Mengatur posisi korban hingga luka terlihat jelas

3) Membuka peralatan

4) Memakai sarung tangan steril

5) Membersihkan sekitar luka dengan cairan fisiologis

16
6) Membersihkan luka dengan cairan fisiologis mengalir

7) Mengeringkan luka dengan kasa steril

8) Melakukan oles obat luka

9) Menutup luka dengan kassa steril.

10) Menutup luka dengan cara membalutnya menggunakan plester

11) Melepas sarung tangan

12) Mencuci tangan setelah merawat luka

d. Beberapa jenis luka

Menurut Adryawan (2013), Titin (2010) dan Murwani (2008)

Beberapa jenis luka beserta penangannya :

1) Luka Iris (sayat) karena irisan benda tajam, penanganan :

a) Bersihkan luka dengan air

b) Taburkan antiseptik luka

c) Pasang plester steril pada luka agar mulut luka rapat

d) Kalau perlu pembalut tekan

2) Luka Lecet karena tergesek benda keras dan kasar sehingga kulit

ari terkelupas, penanganan :

a) Bersihkan luka dengan air

b) Taburkan antiseptik dan balut

3) Luka Memar karena terbentur benda keras hingga jaringan bawah kulit,

penanganan :

a) Bersihkan luka dengan air

b) Taburkan antiseptik luka

17
c) Balut dengan pembalut tekan

4) Luka Tusuk karena tertusuk benda tajam/runcing dan Luka Robek karen

a tergesek benda tidak terlalu tajam (mulut luka tidak rapi) dan Luka

Tembak Diterjang peluru, penanganan :

a) Tutup luka dengan kasa steril

b) Taburkan antiseptik dan balut.

Pencegahan agar tidak terjadi luka bakar pada anak-anak dapat

dilakukan dengan menjauhkan korek api, steker listrik, dan termos air

panas dari anak-anak, serta tidak menyimpan bahan bakar atau bahan yang

mudah terbakar di dalam rumah (Lucy dan Endang, 2011).

Menurut Swasanti & Putra (2014) Luka bakar dapat berakibat fatal,

mulai dari kehilangan cairan tubuh, shock, kerusakan jaringan atau organ,

gangguan pernafasan, dan trauma psikologis. Pada orang dewasa luka

bakar 20% dapat menyebabkan shock, sedangkan pada anak 10%.

Pedoman untuk menentukan luas luka bakar: kepala dan leher 9%, lengan

kiri 9%, lengan kanan 9%, badan bagian depan 18% (punggung 9%,

pinggang 9%), tungkai kiri 18% (paha 9%, betis 9%), tungkai kanan 18%

(paha 9%, betis 9%), genetalia 1%. Tindakan pertolongan pertama pada

luka bakar dilakukan dengan cara berikut:

a) Luka bakar ringan

Segera rendam dengan air dingin, luka bakar dibersihkan dengan m

enggunakan air dan sabun tetapi harus dilakukan dengan sangat hati-hati,

setelah luka benar-benar bersih dapat diberikan krim antibiotic seperti

18
sulfadiazine, tutup luka dengan pembalut atau perban, ketika istirahat

bagian tubuh yang luka diletakkan lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya

(lebih tinggi dari jantung).

Tindakan pertolongan pertama pada luka bakar dilakukan dengan

cara berikut:

a) Luka bakar ringan

Segera rendam dengan air dingin, luka bakar dibersihkan dengan m

enggunakaair dan sabun tetapi harus dilakukan dengan sangat hati-hati,

setelah luka benar-benar bersih dapat diberikan krim antibiotic seperti

sulfadiazine, tutup luka dengan pembalut atau perban, ketika istirahat

bagian tubuh yang luka diletakkan lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya

(lebih tinggi dari jantung).

b) Luka bakar sedang (kurang dari 20%)

Rendam bagian yang luka dengan air dingin sampai rasa nyeri

reda, jangan mengupas bagian luka yang melepuh, biarkan saja, bersihkan

luka dari kotoran, setelah luka bersih dapat diberikan krim antibiotic, jika

diperlukan dapat diberikan antibiotic per oral untuk mencegah dan atau

meminimalkan dampak infeksi.

c) Luka bakar berat (lebih dari 20%)

Berikan bantuan pernafasan (masker oksigen) kepada korban,

segera mungkin bawa korban ke rumah sakit untuk mendapatkan penanga

nan medis.

d) Luka bakar karena agen kimia berbahaya

19
Siram bagian tubuh yang terkena bahan kimia (asam/ basa kuat)

dengan menggunakan air mengalir, bila zat kimia merupakan basa kuat, air

yang digunakan untuk membasuh atau menyiram dapat ditambahkan

dengan asam cuka, bila bahan kimia merupakan asam kuat dapat diberikan

soda kue, bila ada tandatanda luka bakar akibat bahan kimia membahayaka

n keselamatan korban, segera bawa korban ke rumah sakit agar mendapatk

an penanganan yang tepat.

2.3 Konsep Pengetahuan

2.3.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindera manusia, yakni: indra penglihatan, endengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2014).

2.3.2 Proses Mengadopsi Pengetahuan

Proses Mengadopsi Pengetahuan dan Sikap (Notoadmodjo, 2014):

1. Awaneress (kesadaran), Kesadaran adalah dimana seseorang menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

3. Evaluation (menimbang-nimbang). Seseorang akan mempertimbangkan

atau menilai baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial (mencoba), dimana seseorang mulai mencoba melakukan sesuatu

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

20
5. Adaption, dimana seseorang telah berpengetahuan, bersikap dan mempuny

ai keterampilan dan sikapnya terhadap stimulus.

2.3.3 Domain Pengetahuan

Pengetahuan Mengenai Domain Kognitif Mempunyai 6 (Enam)

Tingkat (Notoatmodjo, 2014) yaitu :

1. Tahu ( know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami ( comprehension )

Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang suatu materi yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar. Orang yang telah memahami terhadap suatu objek

atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh dan menyimpul

kan materi yang dipelajari.

3. Aplikasi ( application )

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum. Rumus, metode, prinsip

dan sebagainya.

21
4. Analisis ( analysis )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja:

dapat meggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis ( synthesis )

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi ( evaluation )

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifi

kasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian

itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria yang ditemukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan (Wawan&Dewi,

2011) yaitu:

1. Faktor Internal

a. Pendidikan

22
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berpera

n serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan

makin mudah menerima informasi.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

c. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998 dalam Wawan

&Dewi, 2011) mengatakan semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam dalam berfikir dan bekerja.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

orang atau kelompok.

b. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaru

hi dari sikap dalam menerima informasi.

23
2.3.5 Konsep Kecelakaan

1. Kecelakaan pada Anak Usia Prasekolah

Anak usia balita di bagi menjadi 2 golongan yaitu usia 1- 3 tahun

dinamakan usia toodler, dan usia 3-5 tahun di namakan anak usia pra

sekolah, dimana usia-usia tersebut merupakan masa keemasan. Pada masa

toddler anak akan semakin mandiri dan kognitif yang mulai meningkat.

Anak semakin menyadari kemampuannya untuk melakukan kendali dan

puas dengan hasil yang di capai melalui ketrampilan yang baru tersebut,

keberhasilan yang didapat akan membuat mereka mengulanginya

dan mulai mengendalikan lingkungan mereka.Usaha yang gagal dapat men

yebabkan timbulnya tingkah laku yang negatif dan tempramen yang tinggi,

tingkah ini muncul saat orang tua mulai menghentikan tindakan mandiri

tersebut.

Perkembangan motorik mulai berkembang cepat anak akan mulai

bisa melakukan perawatan diri seperti makan, memakai baju, dan kegiatan

toilet. Keterampilan motorik lainnya juga mencakup berlari, melompat,

berdiri pada satu kaki dalam beberapa detik dan menendang bola. Sebagia

n besar dapat mengendarai sepeda roda tiga, memanjat tangga dan berlari c

epat beusia 3 tahun. Pada usia 2 tahun anak mulai mengalami peningkatan

kognitif untuk mengingat peristiwa, menuangkan pikiran ke dalam kata-

kata dan membangun alasan berdasarkan pengalamannya terhadap suatu

perisitwa (Potter & Perry, 2010).

24
Usia prasekolah koordinasi otot besar dan halus akan meningkat.

Anak usia ini sudah dapat berlari, naik dan turun tangga dengan mudah,

serta belajar melompat. Keterampilan motorik halus pada usia ini berperan

pada kegiatan sekolah. Pematangan otak mengalami pertumbuhan tercepat

pada area lobus frontalis yang berfungsi dalam perencanaan dan penyusun

an kegiatan baru dan mempertahankan perhatian terhadap tugas. Anak usia

ini dapat berpikir secara kompleks dengan mengkategorikan objek berdasa

rkan ukuran, warna atu dengan pertanyaan. Pada anak usia ini resiko

kecelakaan jatuh menjadi lebih kecil dengan semakin tingginya kemampua

n motorik anak. Pedoman pencegahan cedera pada balita juga diterpkan

pada anak prasekolah. Anak harus mempelajari keamanan di rumahnya

dan orangtua harus memonitor ketat kegiatan anak, di usia ini anak

merupakan peniru yang baik sehingga orang tua harus memberikan contoh

yang baik seperti memakai helm saat mengendarai sepeda motor (Potter &

Parry, 2010).

Cedera adalah dampak dari suatu agen eksternal yang menimbulka

n kerusakan, baik fisik maupun mental (Dewi. R, indarwati, 2011). Cedera

pada anak biasanya berawal dari rasa ingin tahu anak yang tinggi dan mela

kukan sesuatu yang tidak sesuai kemampuan yang dapat menyebabkan

bahaya. World Health Organization (WHO) menggambarkan cedera

sebagai suatu peristiwa yang di sebabkan oleh dampak dari suatu agen

eksternal secara tiba-tiba dan dengan cepat menyebabkan kerusakan baik

fisik maupun mental. Cedera tersebut meliputi terkena air panas, terpeleset

25
,terkena pisau, keracunan, tenggelam, tersedak, jatuh, biasanya karena

kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya.

Pengaruh utama yang dapat menyebabkan cedera atau kecelakaan

pada anakialah pada usia ini anak sedang mengmbangkan keterampilan

motorik kasarnya yang membuat mereka bergerak terus. Praktik pencegah

an cedera merupakan tindakan untuk meminimalkan tingkat kecelakaan

yang di derita anak akibat kurangnya pengawasan orang tua (Kusbiantoro.

D, 2014). Cedera pada anak bisa di sebabkan karena benda benda yang ada

di dalam rumah (Atak, 2010). Kemampuan perkembangan berhubungan

dengan risiko cedera menurut Wong (2008) yaitu:

a. Bayi sampai 1 tahun

Mulai bertambahnya mobilitas, meningkatnya koordinasi mata,

tangan dan refleks, bisa menggenggam volunteer berguling, mulai terlihat

bermain mulut, merangkak dan menarik benda-benda. Resiko cedera yang

mungkin pada anak usia ini adalah aspirasi,tenggelam, jatuh, keracunan,

luka bakar, kecelakaan, kendaraan bermotor, kerusakan tubuh.

b. Masa usia bermain 1-3 tahun (toddler)

Di usia ini anak belajar jalan, berlari, memanjat, mereka bisa

membuka pintu dan gerbang, menjelajah segala sesuatu dengan mulut, di

usia ini rasa ingin tau anak sangat besar, anak naik turun tangga, mereka

tidak mewaspadai potensi bahaya yang di timbulkan oleh orang asing atau

orang lain. Resiko cedera pada usia ini ialah kecelakaan kendaraan bermot

or, tenggelam, luka bakar, keracunan. Jatuh, tersedak, kerusakan tubuh.

26
Pemahaman tentang tingkat perkembangan anak perlu diikuti dengan

pemahaman pentingnya antisipasi terhadap bahaya yang dapat muncul

karena aktivitas dari anak usia toddler, yaitu tidak bisa diam dan bergerak

terus. Oleh karena itu, orang tua harus diberi pengertian tentang bahaya

yang dapat terjadi pada anak (Kusbiantoro. D, 2014).

c. Masa kanak –kanak awal 3-5 tahun (preschool)

Usia prasekolah ini anak akan mulai tertarik dengankecepatan dan

gerakan, semakin terlibat dalam aktivitas- aktifitas yang jauh dari rumah,

anak akan dapat bekerja keras untuk menyempurnakan suatu keterampilan,

mempunyai aktivitas motorik kasar yang bersifat waspada tetapi bukan

takut, mereka menikmati danmencoba hal baru, mobilitas menjurus ke

peningkatan kemandirian. Resiko cedera yang mungkin pada usia ini ialah

kecelakaan kendaraan bermotor, tenggelam, luka bakar, keracunan cedera

tubuh.

Menurut Nugrahatmaja, A.S (2011), faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi terjadinya kecelakaan pada anak dapat dikatagorikan menja

di tiga bagian, yaitu:

a. Karakterisitik anak

Karakteristik ini merupakan hal yang sangat penting untuk mengeta

hui insidensi, tipe dan resiko cidera yang dialami anak. Karakteristik anak

meliputi umur dan tingkat perkembangan, jenis kelamin, kemampuan

kognitif, afektif dan motorik serta tingkat aktivitas anak. Secara naluri

27
anak mempunyai rasa ingin tahu dan mereka akan belajar dari apa yang

mereka lihat, sentuh, dengar, cium dan mereka rasakan.

b. Karakteristik agen penyebab

Agen penyebab kecelakaan yang penting untuk diketahui adalah

air, api, mainan, tempat bermain dan bahan beracun. Menghindari kemung

kinan kecelakaan dapat dilakukan dengan melibatkan anak dengan membe

rikan pemahaman terhadap agen penyebab danbahaya yang bisa terjadi

sehingga anak mengerti dan dapat menghindarinya.

c. Karakteristik lingkungan

Lingkungan fisik dan sosiokultural dapat mempengaruhi terjadinya

kecelakaan pada anak. Lingkungan fisik meliputi lingkungan rumah dan

lingkungan luar rumah. Lingkungan sosiokultural meliputi pola asuh,

respon keluarga dan kepedulian dari pemerintah atau masyarakat sekitar.

Strategi pencegahan menurut National Safety council (2006) dalam Dewi.

R, indarwati (2011) yaitu strategi yang pertama adalah dengan peraturan

yang mewajibkan penggunaan sabuk pengaman dan pengikat tempat

duduk anak di dalam mobil, dan juga upaya mengurangi pengemudi yang

mabuk dan yang menggunakan telepon saat berkendara. Strategi yang ke

dua yaitu dengan pemeriksaan keamanan produk untuk anak yang terbukti

telah mengurangi cedera pada anak. Strategi yang ketiga yaitu kesadaran

masyarakat untuk memasang alarm kebakaran untuk mengurangi cedera

kematian akibat kebakaran. Strategi keempat menggunakan pelindung

kepala saat bersepeda. Dan strategi kelima yaitu dengan mengadakan

28
mengadakan program pendidikan untuk anak-anak tentang pencegahan

kebakaran, keracunan, penggunaan sabuk, keselamatan, dan keamanan air.

2. Pencegahan oleh Orang tua

Orang tua menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ayah dan

ibu kandung. Peran orang tua terhadap anak usia prasekolah yaitu

memahami tumbuh kembang anak, memenuhi kebutuhan gizi, membeikan

kebebasan agar mereka dapat melakukan berbagai hal yang tidak

membahayakan, mengnyimpan benda–benda yang dapat membahayakan

anak, mengawasi setiap yang dilakukan anak (Potter & Perry, 2010).

Pemahaman orang tua terhadap perkembangan anak sangat penting untuk

menghindari cedera pada anak (Kusbiantoro.D,2014), selain itu pengawasa

n orang tua juga sangat penting untuk mengurangi cedera pada anak.

Pencegahan cedera pada prasekolah menurut Kusbiantoro.D (2014)

yang dapat dilakukan petugas kesehatan angtara lain memberikan

informasi dan pengetahuan pada orang tua serta selalu waspada pada gerak

gerik yang dilakukan oleh anak. Upaya pencegahan yang dapat di lakukan

orang tua di rumah yaitu dengan:

a. Menyimpan benda tajam di dalam laci yang dapat di kunci.

b. Membuat lemari khusus untuk zat yang berbahaya. Orang tua

menyimpan harus menyimpan semua racun potensial, termasuk tumbuhan,

subtansi pembersih dan obat obatan ini di lakukan agar menciptakan

lingkungan yang aman bagi anak (Potter & Perry, 2010)

29
c. Menjaga lantai tetap bersih dan kering. Menghindari tumpahan air

minum di lantai agar mengurangi kejadian jatuh pada anak (Atak, 2010)

d. Memberikan alat bermain yang sesuai dengan usia anak

e. Melakukan pengawasan terhadap anak dengan cara memberikan

perhatian pada anak. Pengawasan saat anak beraktifitas sendiri karena

anak suka memasukan benda ke dalam mulutnya untuk mencegah

keracunan pada anak (Amal.AI,2013).

Pencegahan cedera penurut Wong (2008) berdasarkan klasifikasi

tipe kecelakaan yang bisa terjadi sebagai berikut:

a. Kendaraan bermotor

Gunakan restrain mobil yang tersedia atau gunakan sabuk

pengaman, awasi anak saat bermain diluar, jangan biarkan anak bermain di

pinggir jalan atau belakang mobil yang sedang parkir, awasi saat bermain

sepeda roda tiga, kunci pagar pintu bila tidak bisa mengawasi anak secara

langsung dan ajarkan anak untuk mematuhi peraturan keamanan pejalan

kaki.

b. Tenggelam

Awasi anak dengan ketat ketika berada dekat sumber air. Termasuk

ember, jaga pintu kamar mandi dan toilet agar tetaptertutup, pasang pagar

disekeliling kolam renang dan kunci gerbangnya, dan ajari berenang dan

keamanan dalam air.

c. Luka bakar

30
Putar pegangan teko kearah kompor, simpan korek api dan pematik

api rokok di daerah yang terkunci atau tidak dapat di jangkau, letakan lilin

dan obat nyamuk bakar yang menyala, makanan panas dan rokok di luar

jangkauan, tutup soket listrik dengan penutup plastik pengaman, letakan

kabel listrik secara tersembunyi dan tidak dapat di jangkau, jangan

mengizinkan anak bermain dengan peralatan listrik,kabel atau korek api,

tekankan bahaya api yang terbuka, ajari tentang apa artinya panas, dan

selalu periksa suhu air mandi, atau suhu air 48.9̊ C, atau lebih rendah,

jangan biarkan anak bermain keran air. Mengatur suhu air mandidengan

thermometer, memastikan makanan dan minuman agar tidak terlalu panas,

jauhkan anak dari dapur saat memasak (Zou.K, 2015).

d. Keracunan

Letakan semua bahan yang berpotensi beracun diluarjangkauan

atau di dalam lemari terkunci, waspada terhadap makanan, bahan makanan

yang tidak bisa dikunyah seperti tanaman, letakan kembali obat atau bahan

beracun setelah dipakai dengan segera, pasang penutup obat bertakaran

secara tepat, berikan obat sebagai obatbukan permen, ajarkan anak agar

tidak bermain–main dalam wadah sampah, jangan lepaskan label dari

wadah beracun dan cari tau nomor dan lokasi pengendalian racun terdekat.

e. Jatuh

Pasang jaring-jaring pada jendela, paku dengan aman, dan pasang

terali pelindung, pasang gerbang di atas dan bawah tangga, ganti karpet

yang sudah robek atau tidak aman, jaga pintu pagar tetap terkunci agar

31
tidak bisa terbuka oleh anak, pasang karpet dibawah tempat tidur dan di

kamar mandi, awasi tempat bermain, pilih tempat bermain dengan lantai di

lapisi bahan yang lembut dan aman dan yang terakhir kenakan pakaian

yang aman.

f. Tersedak atau asfikasi

Hindari potongan daging yang besar dan bulat, hindari buah yang

ada bijinya, ikan berduri, buncis kering, permen keras, permen karet,

kacang, popcorn dan anggur, dan pilihlah mainan yang besar dan kuat

tanpa tepi yang tajam atau bagian kecil yang bisa di lapisi.

g. Kerusakan tubuh

Hindari benda tajam atau runcing seperti pisau, gunting atau tusuk

gigi terutama jika belajar atau berlari, ajarkan tindakan kewaspadaan

keamanan, simpan semua peralatan berbahaya, peralatan berkebun dalam

tempat yang terkunci, waspada terhadap bahaya dari binatang yang di

awasi dan binatang peliharaan, ajarinama, alamat, dan nomor telepon serta

minta bantuan dari orang yang benar jika tersesat, pasang indentifikasi

pada anak, ajari tindakan keamanan terhadap orang asing, jangan pergi

bersama orang asing dan selalu mendengarkan kekhawatiran anak mengen

ai perilaku orang lain.

2.3.6 Konsep Ibu

1. Pengertian

Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa

yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan

32
mengawasi perkembangan anaknya ke arah yang lebih baik (Nurul, 2008).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa Ibu adalah seorang

perempuan yang telah mengandung selama sembilan bulan dan telah

melahirkan seorang anak serta merawat dengan penuh kasih sayang.

2. Tugas-tugas Ibu

Arwanti (2009) mengatakan ibu memiliki tugas sebagai berikut:

1) Ibu Sebagai Pendamping Suami

Dalam keluarga dimana suami berbahagia dengan istrinya,

demikian pula sang istri berbangga terhadap suaminya, kebahagian

nya pasti kekal abadi.

2) ibu Sebagai Pengatur Rumah Tangga

Ibu sebagai pengatur didalam keluarganya untuk menuju

keharmonisan antara semua anggota keluarga secara lahir dan

batin.

3) Ibu Sebagai Penerus Keturunan Sesuai kodratnya

Seorang Ibu merupakan sumber kelahiran manusia baru, yang akan

menjadi generasi penerusnya.

4) Ibu Sebagai Pembimbing Anak

Peranan Ibu menjadi pembimbing dan pendidik anak dari sejak

lahir sampai dewasa khususnya dalam hal beretika dan susila untuk

bertingkah laku yang baik.

33
3. Peranan Ibu

Peranan adalah suatu tugas yang diemban seseorang yang akan

dipertanggung jawabkan hasilnya dikemudian hari. Peranan merupakan

aspek dinamis dari status (kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan

hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya, maka

dapat dikatakan telah menjalankan peranannya. Maka peranan yang

merupakan bentuk tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki

kedudukan atau status. Antara kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahk

an. Tidak ada peranan tanpa kedudukan. Kedudukan tidak berfungsi tanpa

peranan Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan

adalah tugas yang diemban seseorang dalam menjalankan kewajiban dari

tugasnya tersebut. Peranan erat kaitannya dengan hubungan sebab akibat,

karena apabila tugas berjalan baik maka hasil yang akan didapatkan juga

baik.

2.4 Kajian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Azizah Khoiriyati ID (2016) dengan

judul Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Orang Tua

dalam Pencegahan Cidera pada Balita di Dusun Ngebel Tamantirto

Kasihan Bantul Yogyakarta. Tujuan untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan dan perilaku orang tua dalam pencegahan cedera pada Balita

di dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. Penelitian ini

merupakan penelitian deskrptif korelasional, dengan pendekatan cross

sectional. Pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

34
total sampling, Dengan jumlah 40 responden. Alat pengumpulan data

untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku orang tua dalam pencegahan

cedera pada balita menggunakan kuisioner. Pengambilan data dilakukkan

dengan cara door to door, dengan membagikan kuisioner dan langsung

diisi oleh responden kemudian di kembalikan lagi ke peneliti. Analisa data

dalam penelitian ini menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian

yaitu terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua dalam

pencegahan cedera pada balitadi dusun Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul

Yogyakarta dengan nilai p value 0,00<0,05

Penelitian yang dilakukan oleh Muyassaroh S (2015) dengan judul

Hubungan Self Efficacy Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam

Penanganan Pertama Luka Bakar Pada Anak Usia Pra-Sekolah Di Desa

Jombor Bendosari Sukoharjo. Tujuan untuk menganalis hubungan self

efficacy dengan tingkat pengetahuan ibu dalam penanganan pertama luka

bakar pada anak usia pra-sekolah di desa Jombor Bendosari Sukoharjo.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan

rancangan penelitian korelasional dan desain penelitian cross sectional.

Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik sampling jenuh dengan

jumlah 43 responden. Hasil uji statistik menggunakan uji Spearman Rank

Correlation , yang diperoleh nilai sebesar 0,716, hal ini menandakan

adanya hubungan yang kuat antara self efficacy dengantingkat pengetahua

n ibu, sedangkan nilai p-value sebesar 0,000 < 0,05.

35
2.5 Kerangka Teori

Kecelakaan

Anak pra-sekolah Ditangani oleh Pengetahuan


Orang tua

Faktor-faktor yang
Penanganan mempengaruhi pengetahuan:
Kecelakaan tepat 1. Faktor internal (Pendidikan,
Pekerjaan dan umur)
2. Faktor eksternal (Lingkungan
dan Budaya)

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Wawan&Dewi, 2011, Feist, 2010)

2.6 kerangka konsep

Pengetahuan Ibu P3K

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

36
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Ayuhula Kecamatan Dungaliyo.

3.1.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan November 2018.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif yaitu penelitian

yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara umum masalah yang

diteliti yang dalam penelitian ini adalah gambaran pengetahuan orangtua

tentang p3k pada anak usia pra-sekolah (Notoatmodjo, 2012).

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang memiliki atau didapatkan oleh satuan tentang suatu konsep

penelitian tertentu (Notoatmodjo, 2012). Variabel dalam penelitian adalah

satu variabel (variabel tunggal) yaitu gambaran pengetahuan orangtua

tentang p3k pada anak usia pra-sekolah.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan mendefinisikan variabel yang akan

diteliti secara operasional di lapangan. Definisi operasional bermanfaat

untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabe

37
l-variabel yang akan di teliti serta untuk mengembangkan instrument.

Dengan definisi operasional yang tepat maka ruang lingkup atau pengertia

n variabel-variabel yang diteliti menjadi terbatas dan peneliti akan lebih

fokus (Suyanto, 2011).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

Skala
Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur
ukur
Pengetahuan ib Pengetahuan ibu untu Kuisioner Baik : ≥50 % Ordi

u tentang p3k  k pertolongan pertama 15 pernyataan nal

pada anak pra- pada saat kecelakaan dengan 2 piliha Kurang :

sekolah pertama. n jawaban,ben <50%

ar dan salah.

Benar = 1

Salah = 0

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu di desa Ayuhula

yang memiliki anak usia pra-sekolah dengan jumlah 42 ibu.

3.5.2 Sampel penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia

prasekolah. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan pendekatan

secara Total Sampling yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan

populasi dengan jumlah 42 ibu.

38
3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Data primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh peneliti melalui

lembar kuisioner pengetahuan ibu yang terdiri dari 15 item pernyataan.

3.6.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti melalui data

dokumentasi yang ada di Desa dan Puskesmas.

3.6.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner

pengetahuan ibu.

3.7 Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2011), setelah data dikumpulkan, kemudian

data diolah dengan tahapan sebagai berikut :

1 Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan.

2 Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting

bila pengolahan dan analisis data menggunakan computer.

3 Data Entry

39
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulk

an ke dalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

4 Melakukan analisis data

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian

akan menggunakan ilmu statistic terapan yang disesuaikan dengan tujuan

yang hendak dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif maka akan

menggunakan analsis statistic deskriptif analisis univariat bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

dalam bentuk persentase distribusi frekuensi dalam hal ini variabel kualitas

hidup (Hidayat, 2014).

3.8 Etika Penelitian

MenurutSugiyono (2011), dalam etika penelitian ini ada 3 (tiga)

prinsip yang harus dijalankan dalam penelitian yaitu :

1. Lembar persetujuan (Informed Concent)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (Informed Concent).

Informed Concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informe

d Concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, jika

subjek bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan.

2. Tanpa nama (Anonymity)

40
Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan

cara tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur, hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil

penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua inform

asi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

41

Anda mungkin juga menyukai