Anda di halaman 1dari 5

PENGAJUAN JUDUL

Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang Cara Pencegahan Cedera Dengan


Kejadian Cedera Pada Balita (Toddler)

JENIS KARYA (SKRIPSI)

Iik Fajriyah

1017031039

Progam Studi S1 Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Faletehan Serang

Tahun 2021
LATAR BELAKANG

Masa balita dimulai dari belajar berjalan sendiri sampai anak bisa berjalan dan
berlari dengan mudah tanpa bantuan dari manapun. Balita merupakan anak yang
berusia mulai dari 1-3 tahun, anak usia 1-3 tahun biasa di sebut juga dengan usia
toddler. Pada usia toddler ini balita mengalami peningkatan kemandirian yang
didukung oleh kemampuan mobilitas fisik dan kognitif yang lebih besar
(Noviestasari, Ibrahim, Deswani & Ramdaniati, 2020).

Perkembangan fisik anak cenderung perlahan, namun dalam gerak dan


penguasaan anggota tubuh mengalami peningkatan. Pada usia anak aktivitas fisik
sangat diperlukan dan berperan untuk mengembangkan keterampilan dalam
perkembangan kognitif anak (Sutini, 2018). Dari karakteristik perkembangannya,
pada anak lebih beresiko mengalami cedera. Cedera pada anak dapat
mengakibatkan beberapa kondisi yaitu dampak psikologis atau trauma pada balita
dan sampai mengalami kematian (Hastuti, 2017).

Melihat dari karakteristiknya anak yang mengeksplorasi lingkungan menjadi salah


satu penyebab utama terjadinya cedera pada anak (Jamil & Laksono, 2020). Pada
balita membutuhkan pengawasan yang ketat setiap saat terutama jika anak berada
di lingkungan tidak sesuai bagi anak. Pada anak balita masih kurang menyadari
akan bahaya air balita yang baru dapat berjalan dapat menyababkan kejadian
tenggelam dan ini merupakan penyebab utama kematian akibat kecelakaan anak
usia dini (Noviestasari, Ibrahim, Deswani & Ramdaniati, 2020).

Angka kematian yang disebabkan oleh cedera cukup tinggi. Cedera masih menjadi
salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian khusus karena mewakili salah
satu penyebab paling penting dari morbiditas dan mortalitas (Putri, 2109).
Menurut World Health Organization (WHO) 2014 sekitar 5,8 juta orang
meninggal akibat cedera. Ini menjadi penyumbang 10% kematian dunia, dan 32%
kematian yang diakibatkan oleh malaria, tuberkolosis, HIV/AIDS.
Cedera dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Tempat terjadinya cedera paling
sering di lingkungan rumah dan lingkungan sekolah. Hal tersebut menunjukan
bahwa, anak banyak menghabiskan waktu di tempat yang paling sering terjadinya
cedera. Aktivitas yang sering menyebabkan cedera pada anak yaitu berjalan-jalan,
bersepeda, bermain berolah raga, dan aktivitas lainnya. Yang paling sering terkena
cedera adalah bagian tubuh seperti tangan, kaki dan kepala (Lubis, 2015).

Kejadian cedera pada anak hal yang sering terjadi terutama saat anak bermain
tanpa adanya pengawasan dari orang tua. Orang tua seharusnya mendampingi dan
mengawasi anak ketika sedang bermain tidak melepas anak bermain sendiri
(Ristia, Utari & Hanum, 2020). Cedera yang tidak disengaja sering disebut juga
dengan kecelakaan karena terjadi tanpa diharapkan dan sepertinya tidak
terkendalikan, kejadian tersebut terjadi tanpa di rencanakan (Purwoko, 2006).

Kecelakaan yang sering dialami oleh anak usia toddler adalah kecelakaan
dirumah. Kebanyakan anak mengalami luka iris, memar, radang, luka bakar, patah
tulang dan yang lainnya sebagai akibat kecelakaan (Putri, 2019). Menurut
Purwoko (2006) kejadian tersebut bisa di hindari dengan cara pencegahan cedera
yang di lakukan secara konsisten. Kejadian cedera dapat terjadi jika langkah-
langkah pencegahan tidak diperdulikan. Pencegahan cedera pada anak sangat
diperlukan karena cedera anak mempunyai dampak panjang, pencegahan cedera
merupakan kunci penting keberhasilan pengurangan cedera (Jamil & Laksono,
2020).

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki prevalensi


cedera yang cukup tinggi. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018
melaporkan bahwa prevalensi nasional pada tahun 2013 cedera mencapai 8,2%,
pada tahun 2018 mengalami peningkatan yaitu 9,2%.

Upaya pecegahan pada balita di rumah dengan cara menyikat lantai kamar mandi
agar lantai tidak licin, menghidari penggunaan taplak meja, tidak meninggalkan
anak di kamar mandi sendiri dan menjauhkan perabot yang berusudt runcing.
Menyikat kamar mandi apat menghindari anak terjatuh karena terpeleset.
Menghindari penggunaan taplak meja karena anak mudah menariknya dan benda-
benda yang ada diatas meja akan menimpa anak. Tidak meninggalkan anak
dikamar mandi sendirian dikarenakan anak akan main air yang akan menyebabkan
tenggelam atau tersedak air serta menjauhkan perabot yang bersudut runcing
untuk mencegah luka pada anak (Anam, Mulyadi & Sagar, 2017).

Peningkatan pengetahuan pada ibu-ibu penting untuk mengurangi angka kejadian


kecelakaan pada balita karena pengetahuan dapat mempengaruhi kemampuan
sesorang dalam pencegahan cedera anak balita dirumah. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin baik upaya pecegahan yang dilakukan,
sebaliknya orang tua yang berpendidikan rendah maka upaya yang dilakukan
semakin kurang krena kurang pengetahauan dan informasi yang diperoleh. Usia
berhubungan dengan pengetahuan orang tua yang lebih muda sering mendapatkan
informasi yang up to date. Hal tersebut dikarenakan orang tua yang lebih muda
lebih banyak mendapatakan informasi melalui gawai, media masa, dan media
lainya (Anam, Mulyadi & Sagar, 2017).

Menurut hasil Riskesdas Kabupaten Tangerang pada tahun 2018 prevalensi cedera
menempati angka 11,63% Kabupaten Tangerang menempati urutan ke 3 dari 8
kabupaten di Provinsi Banten. Presentasi menurut jenis cedera pada kelompok
usia 1-4 tahun adalah luka lecet/lebam/memar sebanyak 77,68%, luka
iris/robek/tusuk 7,89%, terkilir 20,45%, dan patah tulang 1.92%, anggota tubuh
terputus 0,00%. Presentasi tempat terjadinya cedera pada kelompok usia 1-4 tahun
adalah di jalan raya 4,79%, di rumah dan lingkungannya 92,77%, disekolah dan
lingkungannya 1,14%, ditempat bekerja 0,00%, dan anak usia toddler termasuk
kedalam kategori usia tersebut.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2019) menunjukan bahwa dari
responden yang berjumlah 79 orang, sebagian dari ibu mempunyai pengetahuan
cukup (44,3%), sebagian dari ibu memiliki sikap yang positif (55,7%) dan
didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang
antisipasi cedera dengan praktik pencegahan cedera pada anak. Dari hasil
penelitian tersebut maka dapat dianalisa bahwa pengetahuan mempengaruhi sikap
orang tua untuk mencegah terjadinya cedera pada anak.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 ibu yang
mempunyai anak usia toddler, dari seluruh ibu yang di wawancarai semuanya
mengatakan bahwa anaknya pernah mengalami jatuh dan mengalami cedera, dari
mulai lecet berdarah sampai ada yang mengalami patah tulang.

Hasil lain ditemukan dari 10 ibu hanya 2 ibu yang mengerti tentang pencegahan
cedera pada anak. Sebagian ibu tidak paham bagaimana cara pencegahan cedera.
Dari hasil wawancara ini disebabkan karena pengetahuan ibu yang kurang
mengenai pencegahan cedera pada anak. Dilihat dari pendidikan ibu 3 ibu
berpendidikan SD, 2 ibu berpendidikan SMP, 4 ibu berpendidikan SMA, dan 1
ibu berpendidikan perguruan tinggi.

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


tentang hubungan pengetahuan ibu tentang pencegahan cedera dengan kejadian
cedera pada balita toddler.

Anda mungkin juga menyukai