Anda di halaman 1dari 5

BHJ 3(2) Supplement 2 2020

BALI HEALTH JOURNAL


ISSN 2599-1280 [Online]; ISSN 2599-2449 [Print]
http://ejournal.unbi.ac.id/index.php/BHJ

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN


PADA MURID TK DENPASAR

Agnes Ayu Biomi1, Ni Putu Diana Swandewi2


1,2
Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Universitas Bali Internasional

ABSTRAK

Latar Belakang: Kecelakaan dapat terjadi pada siapa saja termasuk anak-anak. Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan sangat banyak, bisa karena ketidaksengajaan, alat
bermain yang tidak aman, pengawasan guru yang kurang dan yang lainnya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan pada murid TK Dharmapatni. Metode :Penelitian ini merupakan
penelitian dengan metode deskriptif kuantitatif dan data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang merupakan kasus
kecelakaan di sekolah yang dilengkapi juga dengan kuesioner dan wawancara kepada orang tua dan guru. Hasil: Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa dari total 10 kasus kecelakaan yang terjadi, anak laki-laki yang paling sering mengalami
kecelakaan (57%). Jenis kecelakaan berupa luka (50%) dan paling banyak luka di lutut (30%). Faktor penyebab terjadinya
kecelakaan adalah bermain saat menunggu jemputan (29%) dan mengantri di alat permainan outdoor (29%). Simpulan:
Berdasarkan hasil penelitian, maka perlu adanya pengawasan dari orang tua dan guru agar terjadinya kecelakaan dapat
diminimalisir.

Kata kunci: kecelakaan, murid TK, sekolah

ABSTRACT

Background: Accidents can happen to anyone, including children. Accidents are undesirable events. Therefore, there are
many factors causing the accident, it could be due to accidental, unsafe playing instruments, lack of teacher’s supervision
and others. Purpose: This study aims to determine the factors that can cause accidents in Dharmapatni Kindergarten
students. Method: This research is a quantitative descriptive study and data collected are secondary data which are cases of
accidents in schools which are also equipped with questionnaires and interviews with parents and teachers. Result: The
results of this study indicate that of total 10 cases accidents that occur, boys are the most frequently involved in accidents
(57%). Types of accidents in the form of injuries (50%) and most injuries in the knee (30%). Factors causing accidents are
playing while waiting for pickup (29%) and waiting in line at outdoor play equipment (29%). Conclusion: Based on the
results of the study, it is necessary to have supervision from parents and teachers so that accidents can be minimized.

Keywords: accident, kindergarten students, school


Korespondensi: Riwayat Artikel:
Agnes Ayu Biomi Diterima 30 Oktober 2019
Email: agnesayubiomi@iikmpbali.ac.id Disetujui 15 Januari 2020
Dipublikasikan 30 Januari 2020
Bali Health Journal
Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan
3(2) Supplement 2 2020

PENDAHULUAN dan memahami keselamatan dan


keamanan anak. Pada masa ini, anak-
Taman kanak-kanak disingkat TK anak memiliki kondisi fisik yang masih
adalah jenjang pendidikan usia dini lemah dan belum terlalu mengenal
dalam bentuk pendidikan formal. kondisi lingkungannya, terlalu dini dalam
Kurikulum TK lebih banyak difokuskan menghadapi kecelakaan misalnya terluka,
pada pemberian rangsangan pendidikan dan anak usia 4-6 tahun sering
untuk perkembangan dan pertumbuhan mengalami kecelakaan, misalnya saat
mental dan jasmani agar lebih siap ke berlari-larian, memanjat pohon dan lain
jenjang pendidikan selanjutnya. Teori sebagainya.
Practice for Adulthood dari k.groos Maka kecelakaan yang terjadi
(1991) mengatakan bahwa “bermain pada anak seperti terjatuh, terkilir,
merupakan peluang bagi pengembangan terbakar, terbentur, keracunan,
keterampilan dan pengetahuan anak yang tenggelam, dan lain sebagainya
sangat penting fungsinya. Bermain merupakan hal yang tidak diinginkan
merupakan suatu kegiatan yang melekat oleh siapa pun termasuk orang tua dan
pada anak dan hal yang paling wajar guru. Oleh karena itu keselamatan dan
disukai anak.”[1] Taman kanak-kanak keamanan anak sangat penting untuk
mengandung makna tempat aman dan diperhatikan karena keselamatan adalah
nyaman (safe and comfortable) untuk suatu keadaan seorang anak atau lebih
bermain sehingga pelaksanaan yang terhindar dari ancaman bahaya atau
pendidikan di TK sesuai dengan tumbuh kecelakaan. Sedangkan keamanan adalah
kembang anak [2] . keadaan aman dan tentram. Kebutuhan
Dalam melaksanakan proses keselamatan dan keamanan adalah
pembelajaran di TK, seorang guru harus kebutuhan untuk melindungi diri dari
dapat memahami dan menguasai metode berbagai bahaya yang mengancam baik
pembelajaran yang sesuai tahap-tahap terhadap fisik maupun mental. Penelitian
perkembangan anak untuk dapat ini menjawab bagaimana kecelakaan di
mengembangkan kemampuan fisik, sekolah dapat terjadi sehingga
kognitif, bahasa, sosial emosional, keselamatan dan keamanan anak perlu
konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, diperhatikan oleh berbagai pihak.
moral dan nilai-nilai agama.
“Anak-anak adalah manusia yang
sedang mengalami proses pertumbuhan, METODE
baik fisik maupun sosial, serta awal
dalam kehidupan manusia”[3]. Anak Penelitian menggunakan metode
adalah mereka yang belum berusia 21 deskriptif kuantitatif dengan analisis
tahun dan belum menikah”[4]. cross sectional yang dilakukan pada salah
Berdasarkan definisi tersebut, anak satu TK di Denpasar. Kuesioner dan
adalah manusia yang berusia kurang dari wawancara dilakukan kepada orang tua
21 tahun dan sedang mengalami masa dan guru. Data diambil sejak Agustus
pertumbuhan, perkembangan serta 2018 hingga Oktober 2018. Analisis
menemukan hal-hal baru yang menarik statistik pada penelitian ini menggunakan
bagi seorang anak. Pada rentang usia teknik statistik deskriptif dan disajikan
tersebut, masih perlu dilakukan perhatian dalam bentuk tabel yaitu untuk melihat
dan pengawasan khusus terutama yang angka kejadian kecelakaan, jenis
perlu diperhatikan adalah keselamatan kelamin, bentuk kecelakaan dan
dan keamanan anak terutama ketika penyebab kecelakaan.
berada di sekolah. Saat berada di sekolah
yang bertanggungjawab adalah guru.
Oleh karena itu, guru harus mengetahui
S71
Bali Health Journal
Biomi & Swandewi
3(2) Supplement 2 2020

HASIL Tabel 2. Jenis Kecelakaan yang Terjadi


Jenis Jumlah Persentase
Dalam pengambilan data yang Kecelakaan
dilakukan selama 3 bulan, diperoleh 10 Cedera Kepala
kasus yang merupakan total kasus Benjol di 2 20
kepala
kecelakaan yang pernah terjadi di sekolah Memar di 1 10
dalam rentang waktu tiga bulan. Pada kepala
tabel 1 dikatakan bahwa anak laki – laki Cedera Wajah
lebih sering mengalami kecelakaan Memar di dahi 2 20
daripada anak perempuan. Penyebab Luka
Di Tangan 1 20
kecelakaan yang paling sering terjadi Di Lutut 3 30
adalah bermain saat menunggu jemputan Di betis 1 10
dan mengantri di permainan outdoor
dengan jumlah yang sama. Kemudian Tabel 3. Distribusi Kecelakaan Berdasarkan
untuk tertinggi selanjutnya adalah Pengawasan Orang Tua dan Guru
berkejar – kejaran dengan teman, belajar Pengawasan
di kelas dan berkelahi dengan teman Orang Tua dan Kecelakaan Persentase
Guru
adalah jumlah yang terendah.
Tidak ada 23 66
Tabel 2 menunjukkan jenis pengawasan
kecelakaan yang terjadi. Luka di lutut Ada pengawasan 12 34
adalah luka yang paling sering terjadi. Total 35 100
Diikuti dengan benjol di kepala, memar Tabel menunjukkan bahwa tidak
di dahi dan luka di tangan memiliki ada pengawasan dari orangtua dan guru
jumlah yang sama. Dalam jumlah yang menyebabkan angka kecelakaan anak
sedikit adalah memar di kepala dan luka lebih banyak (66%) dibandingkan dengan
di betis. adanya pengawasan (34%).
Tabel 1. Persentase Karakteristik Kecelakaan
Variabel Jumlah Persentase PEMBAHASAN
Jenis Kelamin
Laki – laki 20 57% Kecelakaan dapat terjadi pada
Perempuan 15 43% siapapun termasuk pada anak karena
Jenis Kecelakaan kecelakaan pada anak adalah masalah
Cedera Kepala 3 30% serius yang harus ditangani dalam
Cedera Wajah 2 20% kesehatan masyarakat. Kecelakaan adalah
Luka 5 50%
peristiwa yang terjadi dengan tidak
Penyebab
Kecelakaan sengaja. Secara teknis, kecelakaan
Bermain saat 29% termasuk dalam peristiwa yang
10 diakibatkan oeh kesalahan seseorang.
menunggu jemputan
Belajar di kelas 5 14% Contohnya, seorang ahli farmasi salah
Berkelahi dengan 11% memberikan obat dan menyebabkan
4
teman pasiennya keracunan [5].
Berkejar-kejaran 17%
dengan teman
6 Berdasarkan tempat terjadinya
Mengantri saat 29% kecelakaan pada murid TK, kegiatan
bermain di 10 belajar di sekolah dilakukan pada pagi
permainan outdoor hari mulai pukul 08.00 sampai pukul
11.00 berisiko tinggi terjadinya
kecelakaan karena rentang waktu ini
dihabiskan anak di sekolah, sehingga
meningkatkan terjadinya kecelakaan di

S72
Bali Health Journal
Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan
3(2) Supplement 2 2020

sekolah. Kecelakaan paling sering terjadi SIMPULAN


pada saat anak bermain. Saat di sekolah,
anak-anak bermain dengan teman Faktor penyebab terjadinya
seusianya. Anak biasanya berkejar- kecelakaan pada murid salah satu TK di
kejaran, berkelahi dan terjatuh. Hal ini Denpasar adalah bermain yang dilakukan
ditunjukkan dengan hasil penelitian tanpa pengawasan yang terjadi pada saat
bahwa anak paling sering mengalami menunggu jemputan dan mengantri saat
kecelakaan ketika bermain saat bermain permainan outdoor. Jenis
menunggu jemputan dan saat mengantri kecelakaan yang terjadi adalah luka pada
alat permainan outdoor. lutut dan dialami sebagian besar oleh
Bermain menggunakan alat anak laki-laki. Menunggu bagi anak
bermain dibedakan menjadi 2 jenis adalah kegiatan yang membosankan jika
berdasarkan ruangan, ada yang alat terlalu lama dijemput oleh orang tuanya
bermainnya dalam ruangan (indoor) dan sehingga untuk menghilangkan
ada yang di luar ruangan (outdoor). kebosanan tersebut mereka bermain tanpa
Sarana prasarana di dalam atau di luar adanya pengawasan yang bagi guru sudah
ruangan, bentuk dan jenisnya bervariasi melebihi waktu kerjanya. Oleh karena itu,
disesuaikan dengan kondisi ruangan. perlu adanya penelitian lebih lanjut
Ruang terbuka dapat menjadi wahana tentang factor-faktor lainya yang
beberapa alat permainan seperti jungkat berhubungan dengan terjadinya
jungkit, titian, kolam renang, ayunan dan kecelakaan pada anak terutama murid
ain sebagainya. Faktor keamanan pada TK.
alat permainan di ruang terbuka tidak
boleh diabaikan. Guru dan orang tua SARAN
harus bisa menjamin dan memastikan
keselamatan anak. Pendampingan orang Pihak sekolah terutama guru dan
tua dan guru tetap dilakukan mengingat orang tua memahami factor-faktor
anak – anak yang tingkat keaktifannya penyebab terjadinya kecelakaan pada
sangat tinggi terutama dalam kegiatan anak sehingga guru dan orang tua lebih
fisik [6]. sigap dalam mencegah terjadinya
Pada usia prasekolah, kasus kecelakaan. Orang tua dan guru dapat
tertinggi terjadi di rumah yaitu sebanyak mengurangi faktor resiko terjadinya
55,9%, kemudian jalan raya 21%. Dari kecelakaan terutaMa pada saat anak-anak
913 kasus kecelakaan yang terjadi, bermain baik saat di dalam ruangan atau
terdapat dua tempat yang berpeluang di luar ruangan. Perlu dilakukan
menyebabkan kecelakaan yaitu bangunan penelitian lanjutan ke depannya tentang
publik dan sekolah[7]. Anak-anak yang hubungan antara jenis kecelakaan dan
masuk dalam TK adalah anak-anak usia penyebab kecelakaan yang terjadi di
4-6 tahun. Anak-anak tersebut adalah rumah atau di sekolah agar langkah
anak-anak yang sangat aktif dalam pencegahan yang dilakukan lebih tepat.
melakukan kegiatan. Perkembangan
kognitifnya juga semakin baik, sehingga
rasa ingin tahunya terhadap lingkungan DAFTAR RUJUKAN
sekitar juga semakin besar. Bentuk
permainan masih bersifat individu bukan 1. Groos, Karl. Practice for Adulthood. 2
yang bersifat social walaupun aktivitas nd ed. Canada:The Mead
bermain dilakukan bersama-sama. Project;.2003.
2. Wijana, W.D. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Banten:
Universitas Terbuka; 2014.

S73
Bali Health Journal
Biomi & Swandewi
3(2) Supplement 2 2020

3. Atli B, Eren SH, Coskun A, Korkmaz


I, Eren M. Evaluation of Pre-School
(0-6) Age Group Trauma Patients
Etiology. J Acad Emerg Med.
2014;152:3:37029.
4. Kushithawati S, Magetsari
5. Arezes P, Baptista JS, Barroso MP,
Carneiro P, Costa N, et al.
Occupational Safety and Hygiene. 1st
ed. Arezes, Pedro M. (University of
Minho, Guimares P,editor. London:
Tayor & Francis;2013.
6. Bulunuz M. Teaching Science
Through Play in Kindergarten: does
integrated play and science instruction
build understanding? Eur Early Child
Educ Res J. 2013;21 (2):226 – 49.
7. Peden M,Oyegbite K.World report on
child prevention World report child
injury prevention. WHO.2008.

S74

Anda mungkin juga menyukai