Disusun Oleh :
PUPUT PUJI RAHAYU
NPM :920173038
Pembimbing :
1. SUKARMIN, M.Kep.,Sp.KepMB
2. YULISETYANINGRUM, Kep.,Ns.,M.Si.Med
A. Latar Belakan
Menyampaikan data kematian anak akibat Covid-19 di tanah air hingga saat ini. Secara
keseluruhan tercatat 70 persen dari kasus anak meninggal karena infeksi virus corona 2019
berada di bawah usia enam tahun. "Ini berdasarkan data kasus Covid-19 pada anak yang
dihimpun hingga 20 Juli 2020," kata Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, Aman Bhakti
Pulungan, di Jakarta, Kamis 23 Juli 2020. Persentase tersebut lebih rinci 12 persen anak
berusia 0 hingga 28 hari, 33 persen berusia 29 hari hingga 11 bulan 29 hari, dan 25 persen
lainnya berusia satu tahun hingga lima tahun 11 bulan 29 hari. Total 70 persen kematian anak
karena Covid-19 berada di kelompok ini. Sisanya, 30 persen, di kelompok usia enam hingga
18 tahun. Mereka terdiri dari 12 persen berusia enam tahun hingga sembilan tahun 11 bulan
29 hari, dan 18 persen berusia 10 hingga 18 tahun. (menurut who)
Aman mengatakan, persentase tersebut berasal dari jumlah seluruhnya 51 kasus anak
meninggal karena virus corona sejak 17 Maret hingga 20 Juli 2020. Sedang jumlah kasus
infeksi terkonfirmasi pada anak seluruhnya dalam periode yang sama 2.712. Selain itu
terdapat pula anak yang berstatus sebagai kasus suspek sebanyak 7.633 dimana 290 di
antaranya juga meninggal. (menurut who)
Menurut Aman, angka infeksi virus corona Covid-19 pada anak di Indonesia lebih
tinggi dibandingkan sejumlah negara. Sedang penyebab mortalitas tertinggi pada anak
meliputi pneumonia ataupun infeksi pernapasan akut."Memang penyebab mortalitas tertinggi
pada anak di Indonesia saat ini ialah pneumonia, namun menyedihkan angka Covid-19 kita
lebih tinggi dibandingkan India, Myanmar dan Pakistan," ujar dia.Padahal, jika merujuk pada
data penyebab mortalitas tertinggi pada anak di sejumlah negara tersebut, datanya masih
sama dengan sejumlah negara itu.( menurut who)
Dari rapat koordinasi daring, Sri Mulyani memutuskan lima kebijakan baru. Sebagai
berikut:
1. Kemenkeu menerbitkan surat edaran bagi kementrian/lembaga agar mereka mampu
melakukan realokasi dan reprograming anggaran K/L untuk penanganan COVID-19. Semua
menteri harus memfokuskan belanja untuk mencegah dan menangani dampak penyebaran
virus.
2. Menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan untuk memberi landasan hukum bagi
pemerintah daerah dalam melakukan penyesuaian penggunaan anggaran transfer ke daerah
bagi penanganan pencegahan dan mengurangi dampak penyebaran virus.
3. Menerbitkan pedoman Business Continuation Process (BCP) Kemenkeu, yaitu pedoman
kerja dan jam kerja termasuk bekerja dari rumah (work from home) bagi jajaran Kemenkeu
dalam menghadapi situasi merebaknya virus.
4. Menyetujui usulan Dirjen Pajak, untuk menetapkan status kahar dan memperpanjang
waktu penyerahan SPT Wajib Pajak Pribadi dari akhir Maret menjadi April 2020. Juga
meminta WP melakukan penyerahan secara online atau melalui kantor pos dan tidak
melakukan pelayanan tatap langsung untuk menghindari potensi penularan
5. Melakukan antisipasi dampak COVID-19 pada masyarakat, ekonomi dan APBN, dan
mengelola dampak negatif secara prudent dan efektif.
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak adalah
sebagai berikut
1. Keadaan anak. Keadaan individual pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan
pada diri anak akan sangat mempenaruhi perkembangan emosional, bahkan akan berdampak
lebih jauh pada kepribadian anak. Misalnya: Rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik
diri dari lingkungan.
2. Faktor belajar Pengalaman belajar anak menentukan reaksi potensi mana yang mereka
gunakan untuk marah.Pengalaman belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain:
Belajar dengan coba-coba, anak belajar dengan coba-coba untuk mengepresikan emosinya
dalam bentuk prilaku yang memberi penguasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan
kepuasan.
3. Belajar dengan cara meniru. Dengan belajar meniru dan mengamati hal-hal yang
membangkitkan emosi orang lain, anak bereaksi dengn emosi dan metode yang sama dengan
orang-orang diamati.Belajar dengan mempersamakan diri anak meniru reaksi emosional
orang lain yang tergugah oleh rangsangannya yang sama dengan rangsangan yang telah
membangkitkan emosi orang yang ditiru.Disini anak yang meniru emosi orang yang
dikagumi.
4. Belajar dengan membimbing dan mengawas Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat
diterima jika suatu emosi terangsang.Dengan pelatihan , anak-anak dimotivasi untuk beraksi
terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah
agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang
tidak menyenangkan.6 5. Belajar dengan pengondisian Dengan meode atau cara ini objek,
situasi yang mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian berhasil dengan cara
asosiasi.Pengondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada awal kehidupan karena anak
kecil kurang menalar, mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka
Penumbuhan dan pengembangan emosi anak sangat penting dilakukan karena betapa
banyak dijumpai anak-anak yang begitu cerdas di sekolah, begitu cemerlang prestasi
akademiknya, tetapi ia mudah marah, mudah putus asa atau bersikap angkuh dan arogan.
Temuan hasil observasi yang dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Rejosari 03 Mijen
Demak, ,didapati fakta bahwa peserta didik mudah marah bila ditegur gurunya, suka
berkelahi dengan teman sekelasnya, malas belajar serta kurang dalam keterampilan sosial.
Terdapat peserta didik yang mampu memotivasi dirinya sendiri misalnya dengan tidak
bermain dikelas dan mau menolong teman sekelasnya, namun ada juga yang melakukan hal
sebaliknya. Kemudian terdapat juga peserta didik yang benar-benar memperhatikan gurunya
saat menjelaskan materi pelajaran dan ada juga yang tidak.
Dalam aspek emosi, Daniel Goleman mengatakan bahwa peran kecerdasan akademik
(kognitif) yang akan menyokong kesuksesan hidup seseorang sekitar 20%. Sedangkan yang
80% lainnya berupa faktor-faktor lain yang disebut kecerdasan emosi. Pendapat Goleman
penting dijadikan pertimbangan mengingat fakta yang sering dijumpai di lapangan akhir-
akhir ini sangat mendukungnya. Generasi sekarang cenderung mulai banyak yang mengalami
kesulitan emosional, misalnya mudah cemas, mudah bertindak agresif, kurang menghargai
sopan santun, dan sebagainya. O leh karena itu, Daniel Goleman mencoba mencarikan jalan
keluar untuk mengatasi kondisi kritis anak-anak tersebut dengan menyodorkan konsep
pentingnya mengasah kecerdasan emosional.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada Hari Kamis, 24 – september -2020 di
SDN Rejosari 03 mijen demak, hasil wawancara langsung dari Bapak Kepala Sekolah masih
banyak siswa yang belum memiliki motivasi belajarnya dan berkurangnya kecerdasan
emosional pada siswa. Kemudian peneliti bertanya “Apakah siswa disini termotivasi untuk
giat belajar dimasa pandemi ini?” diperoleh hasil bahwa terdapat 10 siswa yang belum
termotivasi untuk belajar daring , 5 siswa yang cerdas atau termotivasi untuk belajar daring
dirumah, dan 5 siswa yang memiliki kecerdasan emosianal yang tinggi.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakaukan penelitian dengan
judul “Hubungan Motivasi Belajar Anak Dengan Kecerdasan Emosional Di Masa Pnademi
Saat Belajar Di SDN Rejosari 03 Mijen Demak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.Adakah hubungan motivasi anak dengan
kecerdasan emosional dimasa pandemi diSDN Rejosari 03 Demak pada tahun 2020?
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Motivasi Anak Dengan Kecerdasan Emosianal anak
dimasa pandemi di SDN Rejosari 03 Demak.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Kecerdasan Emosianal anak dimasa pandemi di SDN Rejosari 03 Demak
2. Mengetahui Motivasi Dasar anak dimasa pandemi di SD Rejosari 03 Demak
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
2. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi untuk mengenai motivasi belajar dan kecerdasan
emosional dimasa pandemi kelas 4 SDN Rejosari 03 demak dengan kualitas
pembelajaran daring dimasa pandemi.
5. Bagi Responden
Dapat memberikan pengetahuan dan motivasi anak terhadap kecerdasan
emosional siswa kelas 4 SDN Rejosari 03 demak di masa pandemi.
E. Keaslian Penelitian
1) Lingkup Masalah
Masalah yang dikaji “ Hubungan Motivasi belajar dengan kecerdasan
emosional anak dimasa pandemik Di SDN Rejosari 03 Demak.
2) Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam ilmu keperawatan dasar
3) Lingkup Lokasi
Demak
4) Lingkup sasaran
Sasaran penelitian adalah Siswa kelas 4 SDN Rejosari 03 Demak