Anda di halaman 1dari 27

_________ Volume 03, Number 01 June 2022

STRATEGI GURU DALAM PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN


DI MASA PANDEMI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF
ANAK USIA DINI DI TK WARDA ARRIYADL

Jon Iskandar Bahari


Institut Agama Islam Ibrahimy (IAI) Genteng Banyuwangi, Indonesia
e-mail: jon.bahari@gmail.com

Abstract

Situasi pandemi seperti ini membuat anak tidak tumbuh dalam meningkatkan
kecerdasan kognitifnya. Dengan minimnya pengetahuan orang tua dan kesabaran
orang tua yang terbatas, dapat mempengaruhi hasil belajar anak sehingga anak
menjadi bosan dan malas belajar sehingga sekolah mengembangkan kemampuan
kognitif anak melalui media lingkungan dan media audio visual melalui
pembelajaran daring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi guru
dalam menggunakan media pembelajaran di masa pandemi dalam meningkatkan
kognitif anak di TK Warda Arriyadl Jambewangi, untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan media pembelajaran selama pandemi di TK Warda Arriyadl
Jambewangi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek
penelitian adalah kepala sekolah, guru kelas, siswa, dan wali siswa di TK Warda
Arriyadl Jambewangi. Tempat penelitian dilakukan di TK Warda Arriyadl Dsn
Jambewangi RT 03 RW 01 Kecamatan Jambewangi Sempu. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis teknis
data dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data, kondensasi data, penyajian
data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
perkembangan kemampuan kognitif anak yang dihasilkan dari metode pemanfaatan
media pembelajaran.

Kata Kunci: Strategi Guru dalam Pemanfaatan Media, Perkembangan Kognitif

Abstract

A pandemic situation like this makes children not grow in increasing their cognitive
intelligence. With the lack of parental knowledge and limited parental patience, it
can affect children's learning outcomes so that children become bored and lazy to
study so that the school develops children's cognitive abilities through environmental
media and audio-visual media by means of online learning. This study aims to
determine the teacher's strategy in using learning media during the pandemic in
improving children's cognitive at Warda Arriyadl Jambewangi Kindergarten, to find
out the advantages and disadvantages of learning media during the pandemic at
Warda Arriyadl Jambewangi Kindergarten. This study used descriptive qualitative
method. The subjects of the study were the principal, class teacher, students, and

INCARE : International Journal of Educational Resources.


E-ISSN : 2723-2611
Jon Iskandar Bahari

guardians of students at Warda Arriyadl Kindergarten Jambewangi. The place of


research was carried out at Warda Arriyadl Kindergarten Dsn Jambewangi RT 03
RW 01 Jambewangi Sempu District. Data collection methods used are observation,
interviews and documentation. Technical analysis of the data in this study is to
collect data, data condensation, data presentation and drawing conclusions. The
results of this study indicate that there is a development of children's cognitive
abilities resulting from the method of utilizing the learning media.

Keywords: Teacher's Strategy in Media Utilization, Cognitive Development

Accepted: Reviewed: Published:


May 05 2022 May 12 2022 June 30 2022

A. Pendahuluan
Pendidikan anak usia dini menjadi pondasi dalam dunia Pendidikan. Hal ini
sesuai dengan permendikbud No 58 tahun 2009 yang menyatakan bahwa
pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang di
tunjukan bagi anak yang baru lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani sehingga anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Dengan demikian itu pendidikan anak usia dini
dianggap sebagai pondasi awal untuk pembentukan kepribadian dalam memegang
peranan penting dan akan menentukan perkembangan anak pada masa yang akan
datang. Pada usia ini anak mengalami masa ke-emas-an (the golden age) yang
merupakan dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai
rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju
pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa
terjadinya kematangan fungsi psikis dan fisik yang siap merespon stimulasi yang
diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar pertama
untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa sosial
emosional dan spiritual (SENIWATI & Surtikanti, 2014).
Anak usia dini lebih peka terhadap apa yang ia lihat dan ia dengar, otak
anak usia dini lebih fokus dalam berfikir lebih luas dalam berimajinasi maka tidak
heran jika anak usia dini lebih cepat hafal apa saja yang ia temui meskipun baru
pertama, seperti kata pepatah belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu,
oleh karena itu harusnya orang tua dan orang yang ada di sekelilingnya
memberikan rangsangan yang baik untuk tumbuh kembangnya karena sangat
berpengaruh dalam tumbuh kembang anak usia dini. Berkenan dengan pentignya
perawatan dan pendidikan yang baik pada periode golden age tersebut Carnegie

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 40


Jon Iskandar Bahari

ask force seorang ahli pendidikan menyebutkan ciri-cinya antara lain sebagai
berikut:
Pertama, Perkembangan otak anak sebelum usia 1 tahun lebih cepat dan
ekstensif dari yang diketahui sebelumya. Kedua, Perkembangan otak anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan dari yang diketahui sebelumnya. Gizi yang tidak layak
pada masa kehamilan dan tahun pertama kelahiran secara serius mempengaruhi
perkembangan otak anak dan dapat mmenyebabkan kecacatan pada syaraf dan
pada tingkah laku anak, seperti kesulitan belajar atau keterbelakangan mental.
Ketiga, Pengaruh lingkungan awal pada perkembangan tak berdampak lama.
Keempat, Lingkungan tidak saja menyebabkan penambahan jumlah hubungan
antar sel otak tersebut terjadi. Kelima, Stress pada usia dini dapat merusakkan
secara permanen fungsi otak anak, cara belajarnya dan memorinya. Kognitif juga
bisa diartikan dengan kemampuan belajar berfikir atau kecerdasan yang mampu
mempelajari keterampilan dan konsep baru, contohnya keterampilan untuk
memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitar serta keterampilan daya ingat
untuk menyelesaikan soal-soal sederhana. Kemampuan perkembangan kognitif ini
akan mempermudah anak mengatasi dan menguasai pengetahuan umum yang
luas, sehingga anak dapat hidup dan berkembang di tengah masyarakat yang
wajar.
Piaget mengklasifikasi proses berfikir manusia melalui empat tahapan,
yaitu sensori motor (dari lahir sampai 2 tahun), praoprasional (usia 2 sampai 7
tahun), operasi konkret (7-11 tahun), dan oprasi formal (11 tahun keatas). Untuk
tahap sensori motor ketika anak-anak menggunakan indra dan gerak refleks
(bawaannya) untuk menyusun pengetahuan tentang dunia, seperti mata untuk
melihat sekitar dan sekelilingnya, mulut untuk menghisap dan tangan untuk
menggenggam. Bayi memulai kehidupan dengan Gerakan sensori motor refleks
untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, seperti menghisap jempol, dot dan
putting susu, dan memegang ujung jarinya. Dan tahap praoprasional berada pada
anak usia 2 sampai 7 tahun, dalam perkembangan kognitif. Mengingat dalam
perbedaan daya berfikir antara usia 2 hingga 6/7 tahun, piaget mengelompokkan
menjadi dua tahapan, yaitu periode syambolic fuction atau preconceptual subphase.
Pemisahan dua kelompok ini bermanfaat bagi guru kelompok bermain yang
mengajar anak usia 2-4 tahun dan guru taman kanak- kanak usia 4-6 tahun dalam
memahami perkembagan kognitif (Masnipal, 2013, p. 134).
Dalam masa perkembangan, anak memerlukan pendampingan yang ekstra
dimanapun mereka berada dan yang paling khusus ketika berada dilingkungan
sekolah. Anak memerlukan guru yang inovatif dan kreatif, mempunyai sifat yang
lembut dan luas dalam pemikirannya, karena anak usia dini masih dalam tahap

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 41


Jon Iskandar Bahari

pengenalan dan perkembangan yang sesuai dengan umurnya. Maka dari itu anak
usia dini memerlukan sosok guru yang benar- benar serius. Selain memahami
perkembangan anak ia juga harus memahami cara agar perkembangannya
optimal, sehingga anak dapat menyongsong masa depan yang cemerlang. Guru
PAUD adalah sosok luar biasa, ia harus bisa mendidik, mengasuh, dan
membimbing anak orang lain untuk mempengaruhi keberhasilan anak di masa
depan.
Dalam Pendidikan anak usia dini, ada tiga jenis guru yaitu guru, guru
pendamping, dan pengasuh atau pendamping muda, baik guru, guru pendamping
dan pendamping muda disyaratkan paling tidak memiliki dua kualifkasi, yaitu
akademik dan kompetensi. Sebagai guru lain, guru PAUD disyaratkan memiliki
empat kompetensi, yaitu pedagogik, kepribadian, sosial dan profosional. Dalam
perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan interaksi edukatif dan pengembangan
kognitif peserta didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang
perkembangan kognitf pada anak didiknya (Masnipal, 2013, p. 106).
Tugas guru PAUD sama beratnya dengan tugas seorang ibu, bahkan ia
berperan ganda yaitu menjadi ibu dalam situasi tertentu dan menjadi guru dalam
situasi lain. Tetapi seorang guru tidak akan berhasil tanpa kerjasama dengan orang
tua karena orang tua juga tidak kalah penting dalam perkembangan kognitif,
perkembangan fisik motorik, perkembangan sosial, dan perkembangan emosional
anak karena perkembangan dan pertumbuhan anak mulai di lingkungan keluarga.
Namun, sebagai pendidik dan orang tua belum tentu memahami tentang
perkembangan-perkembangan anak lebih khususnya di perkembangan kognitif
dan karakteristik perkembangan. Oleh karena itu, mengingat pentingnya
perkembangan kognitif bagi anak usia dini, diperlukan penjelasan perkembangan
kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap- tahap karakteristik
perkembangannya dan cara mengembangkan kognitif anak melalui media-media
pembelajaran yang sederhana. Peran orang tua sangatlah penting dalam mengelola
strategi home learning. Seyogianya pendidikan yang diberikan oleh orang tua di
rumah merupakan pendidikan informal yaitu untuk menanamkan prinsip-prinsip
hidup, etika berkomunikasi kepada teman sebaya, kepada adik, kakak, dan terlebih
terhadap orang tua, etika pergaulan dengan teman, pembelajaran tentang agama.
Namun dengan situasi pandemi covid 19 ini orang tua dituntut untuk bisa berperan
seperti guru pada pendidikan formal, dengan meminta arahan-arahan dari guru
kelas dan meminta materi-materi yang telah disusun oleh guru di awal tahun
pembelajaran. Keadaan pandemi seperti ini membuat anak tidak semakin
berkembang dalam meningkatkan kecerdasan kognitifnya. Dengan minimnya

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 42


Jon Iskandar Bahari

pengetahuan orang tua dan terbatasnya kesabaran orang tua dapat mempengaruhi
hasil belajar anak sehingga anak menjadi cepat bosan dan malas belajar. Di TK
Warda Arriyadl, Jambewangi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
mengembangkan perkembangan kognitif anak dengan cara yang menarik. Karena
di sekolah tersebut lebih sering melakukan pembelajaran diluar kelas dari pada di
dalam kelas, maka dari itu anak-anak bisa langsung melihat atau praktek sehingga
anak tidak hanya mengetahui teori tapi juga langsung mengerti dengan bentuk,
fungsi dan tekstur. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di
sekolah tersebut mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui media
lingkungan dan media audio visual. Media lingkungan digunakan sebagai APE dan
bahan pembelajaran seperti contoh menggunakan pelepah pisang digunakan
sebagai membuat kereta api, batang talas digunakan sebagai alat pointilis.
Sedangkan media audio visual digunakan sebagai pembelajaran daring sebagai
perantara penyampaian materi kepada anak tetapi lebih praktis, karena guru tidak
bisa membuat video animasi sendiri jadi guru menggunakan video-video dari
youtube yang di unduh dan nantinya dikirim setelah itu anak dimintauntuk
menceritakan kembali dari video yang sudah dilihat atau anak diminta untuk
menirukan. Semua kegiatan tersebut nanti akan diarahkan oleh guru kelas dari
grup WhatsApp yang mana siswa di dampingi orang tua pada saat pemantapan
atau penguatan materi (Observasi,25 Mei 2021 pukul 09.30).
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan
tersebut dalam sebuah penelitian dengan judul“Strategi Guru dalam Pemanfaatan
Media Pembelajaran di Masa Pandemi dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif
Anak Usia Dini di TK Warda Arriyadl, Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten
Banyuwangi.

B. Metode Penelitian
Merupakan penelitian kualitatif fenomenologi, dalam proses ini penelitian
berusaha mendeskripsikan gejala sebagaimana gejala itu menampakkan dirinya
pada pengamatan, peneliti menggali data yang di munculkan lewat pengalaman-
pengalaman subjek.
Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, maka peneliti
langsung hadir di TK Warda Arriyadl Jambewangi. Untuk memperoleh data yang
banyak, dalam penelitian kualitatif ini peneliti sendiri yang berperan sebagai key
instrument (instrumen kunci) dalam pengumpulan data karena dalam penelitian
kualitatif instrumen utamanya adalah manusia.
Kehadiran peneliti dilokasi penelitian sangat menentukan keabsahan dan
kevalidan data dalam penelitian yang ilmiah, hal ini harus dilaksanakan

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 43


Jon Iskandar Bahari

semaksimal mungkin walaupun harus mengorbankan waktu, materi, dan sarana-


sarana lain bahkan peneliti melakukan perpanjangan kehadiran ditempat
penelitian untuk memperoleh data atau keterangan-keterangan yang benar-benar
valid.
Informan dalam penelitian ini antara lain kepala sekolah, guru kelas B,
peserta didik dan wali murid. Penelitian ini dilaksanakan di TK Warda Arriyadl
Jambewangi Sempu pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
antara lain observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam
penelitian ini mengacu pada teknik analisis model Miles dan Huberman yang
terdiri dari tiga tahap yaitu: pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi
Sumber yaitu dengan membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda.

C. Hasil dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Setelah peneliti melakukan penelitian di TK Warda Arriyadl desa
Jambewangi kecamatan Sempu dengan metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Maka Berikut adalah hasil paparan data yang diperoleh dari strategi
guru dalam pemanfaatan media pembelajaran pada masa pandemi dalam
meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini tahun ajaran 2020/2021.
1. Strategi guru dalam penggunaan media pembelajaran di masa pandemi
dalam meningkatkan kognitif anak di TK Warda Arriyadl Jambewangi
sempu tahun ajaran 2020/2021.
Strategi guru dalam pemanfaatan media pembelajaran pada masa pandemi,
bertujuan untuk mempermudah anak dalam memahami serta menerima kegiatan
yang diberikan guru, tidak hanya satu media saja yang digunakan guru, namun
juga berbagai media-media yang di dalamnya terdapat sebuah rancangan agar
proses penyampaian pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan menarik bagi
anak.
Melalui strategi dalam pemanfaatan media pembelajaran guna
mengembangkan kognitif anak usia 5-6 tahun di TK Warda Arriyadl berkembang
sesuai harapan yang dilakukan guru yaitu memanfaatkan media- media yang
gampang penggunaannya dan mudah ditemui yaitu menggunakan media audio
visual dan media lingkungan.

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 44


Jon Iskandar Bahari

Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan oleh peneliti dengan Ibu


Badriah Handayani, S. Ag selaku kepala sekolah TK Warda Arriyadl Jambewangi
Sempu.
“Menurut saya dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak dengan
memanfaatkan media pembelajaran merupakan suatu keharusan
karena proses pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran
seperti halnya makan nasi tanpa lauk kesannya kurang sedep. Dengan
adanya media pembelajaran suasana pembelajaran akan terasa
menyenangkan, sehingga tujuan untuk meningkatkan kemampuan
kognitif anak besar kemungkinan dapat dicapai.” (wawancara dengan
Ibu Badriah Handayani, S. Ag pada 15 Agustus 2021 pukul 08:30).

Dari pemaparan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada proses


belajar mengajar tanpa menggunakan media sebagai alat bantu maka
pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik. Hal ini diperkuat dengan hasil
wawancara peneliti dengan Ibu Siti Patimah, S.Pd selaku wali kelas B tentang
meningkatkan kognitif anak dengan menggunakan media belajar yaitu:
“dengan adanya media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
peningkatan belajar anak, jadi ketika guru menyiapkan media
pembelajaran yang menarik, bisa dilihat dan dipegang maka anak
cenderung lebih mengamati dan tertarik, apa lagi yang berkaitan
dengan kognitif”(wawancara, 15 Agustus 2021 pukul 09.00).

Pemaparan dari Ibu Siti Patimah, S.Pd bahwasanya media pembelajaran


yang bisa dilihat dan bisa dipegang mempunyai daya tarik tersendiri buat anak.
Tentunya dengan inovasi media yang berbeda-beda agar anak tidak merasa bosan.
Strategi demikian akan memudahkan anak dalam hal mengenal dan mengerti
fungsi dari media tersebut, dengan begitu diharapkan kemampuan kognitif anak
dapat berkembang sesuai harapan. Selanjutnya penerapan media pembelajaran
yang dilakukan oleh Ibu Siti Patimah, S.Pd, selaku guru kelas B di TK Warda
Arriyadl Jambewangi Sempu, yang mengatakan bahwa :
“menggunakan media lingkungan dan audio visual. Media lingkungan
sebagai APE atau bahan pelaksanaan pembelajaran sedangkan audio
visual anak-anak diminta melihat video yang kami kirim setelah itu
anak akan disuruh menirukan atau menceritakan kembali” (wawancara
dengan guru kelas B Ibu Siti Patimah,S.Pd pada 15 Agustus 2021 pukul
09:00).

Dari pernyataan Ibu Siti Patimah, S.Pd selaku guru kelas B TK Warda
Arriyadl Jambewangi, Sempu, bahwasannya dalam mengembangkan kemampuan

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 45


Jon Iskandar Bahari

kognitif anak dengan berbagai cara salah satunya menggunakan media lingkungan
dan media audio visual. Media alam digunakan sebagai pengganti APE dan sebagai
bahan pembelajaran sedangkan audio visual sebagai mengukur daya ingat anak
karena anak diminta untuk menceritakan kembali setelah melihat video yang guru
kirim.
Dengan datangnya virus Covid 19 ini sekolah diwajibkan untuk tidak
melakukan pembelajaran tatap muka. Ketika pembelajarannya bersifat daring
media yang digunakan adalah media audio visual dan media lingkungan, dalam
penggunaan media audio visual ini guru memanfaatkan aplikasi WhatsApp untuk
melakukan pembelajaran seperti mengirim kegiatan, menerangkan materi dan
mengevaluasi kegiatan serta menggunakan media lingkungan, media lingkungan
yang digunakan adalah media yang ada disekitar rumah yang mudah didapat
seperti peralatan dapur, alat makan, tanaman yang ada disekitar rumah, atau
barang-barang yang mudah dicari disekitar rumah, jadi orang tua juga tidak
kesulitan untuk membantu menyiapkan media pembelajaran. Berdasarkan
wawancara dengan Ibu Badriah Handayani, S.Ag selaku kepala sekolah TK Warda
Arriyadl Jambewangi.
“Karena adanya virus ini pemerintah menetapkan seluruh sekolah tidak
diperbolehkan pembelajaran dilingkungan sekolah, maka dari itu kami
melakukan kegiatan pembelajaran online/daring, pembelajaranya
melalui grup whatsApp guru kelas akan mengirim video pembukaan
kelas, tugas kelas dan penutup kelas, yang nantinya anak-anak juga
melakkan kegiatan seperti guru lakukan dengan bantuan orang tua atau
dengan pembelajaran pengambilan tugas yang dimaksud pengambilan
tugas media pembelajaran seperti lembar kerja siswa (LKS) diambil
disekolah untuk materinya dikirim melalui grup whatsApp kelas”
(Wawancara 15 Agustus 2021 pukul 08.00)

Dari penjelasan Ibu Badriah Handayani S.Ag bahwasanya kegiatan


pembelajaran selama masa pandemi seperti ini masih menggunkan pembelajaran
secara daring, dengan menggunakan grup whatsapp sebgaia alat penyalur
informasi dan pemberian kegiatan.
Dari beberapa aspek pencapaian salah satunya kemampuan kognitif peseta
didik kelas B TK Warda Arriyadl Jambewangi sudah baik. Kemampuan berpikir
anak sudah berkembang sesuai dengan aspek dalam ranah kognitif, hanya saja
perlu diberi motivasi dan stimulus lebih dalam lagi. Seperti yang dijelaskan oleh
Ibu Badriah Handayani S.Ag selaku kepala sekolah TK Warda Arriyadl Jambewangi.
“alhamdulillah, kemampuan kognitif anak-anak itu sudah lumayan
bagus, tapi juga masih ada anak-anak yang perlu dibimbing lagi agar

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 46


Jon Iskandar Bahari

anak tersebut lebih berkembang sesuai harapan. Karena kemampuan


anak kan berbeda-beda ya jadi kami maklumi ketika ada anak yang
ketinggalan dengan teman yang lain tetapi nanti guru kelas yang akan
menangani ketika ada anak yang tertinggal dengan cara memberi
inovasi pembelajaran supaya anak lebih mudah dalam memahami dan
meningkatkan kemampuan kognitifnya” (wawancara 15 Agustus 2021
pukul 08.00).

Berdasarkan pemaparan Ibu Badriah Handayani S.Ag, bahwa kemampuan


kognitif anak sudah baik, hanya saja masih ada anak yang perlu di bimbing lagi,
agar anak tersebut lebih berkembang dan tidak tertinggal dengan teman yang lain.
Yang nantinya guru kelas yang akan menangani dan memberikan inovasi
pembelajaran yang menarik bagi anak.
Ibu Siti Patimah, S.Pd selaku guru kelas B juga memberikan penjelasan
terkait kemampuan kognitif anak di kelas B TK Warda Arriyadl Jambewangi
“anak-anak diusia 5-6 tahun ini sudah lumayan banyak yang sudah
mengetahui nama buah, nama tanaman, rasa dan bau. saya rasa anak-
anak sudah paham dengan bermain warna, anak-anak juga mampu
menyebutkan angka dari 1- 20, juga sudah mulai bisa menghafal do’a-
do’a, asmaul husna dan surat-surat pendek. Tetapi masih ada juga yang
masih belum lancer. Tetapi juga masih ada anak yang belum terlalu tau
jenis-jenis tanaman belum hafal dengan do’a- do’a yang setiap hari
dibaca sebelum dan sesudah masuk kelas. Dan itu adalah tugas guru
agar anak yang tertinggal seperti itu bisa mengejar teman-temannya
dengan cara memberikan inovasi media pembelajaran yang
menarik”(wawancara 15 Agustus 2021 pukul 09.00).

Berdasarkan pemaparan dari Ibu Siti Patimah,S.Pd, dapat diketahui bahwa,


kemampuan anak dari segi pengetahuan sudah terlihat baik, pernyataan tersebut
dapat diketahui dari beberapa pengetahuan anak yang mampu menyebutkan
angka 1-20, mengetahui nama tanaman, bermain warna dan mampu menghafal
do’a sehari- hari.
Dalam mencapai strategi guru dalam pemanfaatan media pembelajaran
terbagi menjadi 3 tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
Data yang diolah dan dianalisis merupakan data kualitatif yang diperoleh melalui
hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Media pembelajaran yang
digunakan ada 2 macam yaitu media lingkungan dan media audio visual. Berikut
ini hasil data yang akan diperlukan dalam penelitian yang telah di lakukan:

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 47


Jon Iskandar Bahari

a. Perencanaan
Perencanaan menjelaskan tentang pembelajaran daring. Sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran guru diwajibkan menyiapkan RPPH
yang menyesuaikan dengan RPPM yang sudah dibuat terlebih dahulu.
Kemudian guru mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran selain media juga mempersiapkan materi yang
sesuai dengan media tersebut. Hal ini sesuai dengan UUD Nomor 22 Tahun
2016 Pasal III yang berbunyi “Perencanaan pembelajaran dirancang dalam
bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu
pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar,
perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.
Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran
yang digunakan”. Karena saat ini dalam keadaan pandemi maka pendidik
bukan hanya media tulis saja, guru juga memastikan siswa mempunyai
smartphone yang tersambung dalam grup sekolah apa tidak. Hal ini senada
dengan wawancara Ibu Siti Patimah, S.Pd selaku guru kelas B TK Warda
Arriyadl jambewangi yaitu:
“Jadi setiap hari sebelum pembelajaran, guru membuat RPPH dulu
untuk hari besoknya, kemudian setelah membuat RPPH tinggal
membuat atau menentukan media yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran yang sesuai denagn RPPH tersebut. Jadi
RPPH itu standar pencapaian anak dalam perharinya dengan
RPPH itu guru bisa menilai kemampuan anak-anak ini sudah
berkembang apa belum. Karena sekarang pembelajarannya daring
jadi kami harus memastikan siswa sudah dalam keadaan siap apa
belum untuk pembelajaran daring, misalkan ada yang tidak punya
HP maka wali murid datang kesekolah untuk mengambil LKS
(lembar kerja siswa) yang sudah kami siapkan” (wawancara 15
Agustus 2021 jam 09.00 WIB).

Dari interview tersebut bisa disimpulkan bahwasanya guru


mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) sebelum
melaksanakan pembelajaran memang sangat dibutuhkan karena dengan
menyusun RPPH lebih awal guru juga bisa mempersiapkan media yang
digunakan untuk proses pembelajaran. Karena bisa meminimalisir kesalahan
atau hambatan pada saat proses pembelajaran. Hal itu sesuai dengan
pendapatnya Hardini. I dan Dewi. P 2012:11-12 menjelaskan bahwa
“perencanaan yang berisi tentang rangkaian yang didesain untuk mencapai

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 48


Jon Iskandar Bahari

tujuan pendidikan tertentu”. Kemudian guru juga mengukur dan menilai


perkembanga anak dalam segi fisik motorik, motorik kasar, motorik halus
dan kognitifnya melalui RPPH yang sudah dibuat dan dicantumkan Kompetisi
Dasar (KD) yang sesuai dengan tema pembelajarannya. Dengan adanya
daring ini perencanaan guru ditambah dengan memastikan siswa memiliki
smartphone yang tersambung dengan grup WhatsApp kelas, tetapi tidak
semua wali murid mempunyai smartphone jadi guru juga menyiapkan lembar
kerja siswa (LKS) untuk diambil wali murid sebagai pengganti pembelajaran
daring yang melalui smartphone.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara Ibu Siti Patimah, S.Pd selaku
wali kelas B TK Warda Arriyadl yaitu:
“dalam melakukan video kegiatan saya hanya memberikan contoh
saja, misalkan hari ini anak-anak tugasnya menunjukkan jenis
tanaman, mewarnai gambar dengan warna alami. Nanti
selebihnya wali murid yang mengarahkan anak dan mendampingi
untuk menunjukan jenis tanaman atau ketika ada kegiatan
mengecap, orang tua yang akan menyediakan lembar kosong, pola
dan warnanya. guru hanya sebatas memberikan tutorial berupa
video kegiatan saja. Tetapi tetap harus menggunakan media yang
mudah didapat agar wali murid juga tidak merasa terbebani
secara berlebih dengan adanya pembelajaran daring ini”
(wawancara. 15 Agustus 2021 pukul 09.00).

Dari paparan Ibu Siti Patimah, S.Pd bawhasanya yang menyiapkan


media pembelajaran ketika kegiatan daring bukan guru atau sekolah
melainkan wali murid yang pastinya guru akan membuatkan video tutorial
pengerjaan dan menentukan bahan media yang mudah dicari dan didapat
wali murid.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanan pembelajaran membahas tentang kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan yang bertujuan
untuk memusatkan perhatian anak seperti salam, berdo’a dan bernyayi, serta
memberikan motivasi, dan mengulang kembali kegiatan yang sudah
dipelajari sebelumnya, kemudan dalam kegiatan inti bertujuan untuk
mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan anak yang berkaitan
dengan bahan materi. Lalu untuk kegiatan penutup guru mengulang kembali
penjelasan dari kegiatan yang sudah dilakukan tadi yang tujuannya anak-
anak masih ingat kegiatan yang sudah dilakukan, kemudian setelah itu guru

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 49


Jon Iskandar Bahari

memberi informasi kegiatan besok yang akan dilakukan oleh anak-anak,


setelah itu kegiatan penutup dengan membaca do’a setelah belajar secara
bersama-sama.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ibu Siti Patimah,S.Pd
selaku guru kelas B di TK Warda Arriyadl Jambewangi yaitu:
“diawal pembukaan video guru mengucapkan salam, lalu
dilanjutkan dengan do’a setelah itu guru sapa anak-anak, cerita
sedikit tentang kegiatan yang akan dilakukan hari ini. Setelah itu
memulai pembelajaran dengan menyampaikan kegiatan yang
disertai media-media yang sudah kita siapkan sebelumnya dan
kita selanjutnya memberikan tutorial kegiatan ke anak-anak,
selebihnya orang tua yang akan membantu dan mengawasi
selama kegiatan anak setelah itu hasil dari kegiatan anak-anak
bisa dikirim berupa video atau gambar” (wawancara 15 Agustus
2021 jam 09.00).

Dari pemaparan Ibu Siti Patimah,S.Pd pembelajaran daring guru hanya


mengirim tugas berupa tutorial kegiatan yang akan dilakukan anak,
selebihnya kegiatan anak akan dibantu dan di awasi oleh wali murid dirumah
yang nantinya kegiatan anak tersebut juga akan dikirim kembali ke grup
WhatsApp kelas tujuannya untuk mengevaluasi kegiatan hari ini.
Penggunaan media audio visual seperti halnya pembelajaran daring
biasa guru hanya mengirim video dari YouTube atau membuat sendiri,
dengan media audio visual bertujuan anak dapat mengembangakan
kemampuan mendengar dan meihat secara bersamaan , melatih kecakapan
anak dalam berbicara dan bercerita serta anak tidak sibuk memainkan HP
tetapi antusias melihat dan mendengarkan video yang guru kirimkan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ibu Siti Patimah,S.Pd
selaku guru kelas B di TK Warda Arriyadl Jambewangi yaitu:
“video yang guru kirimkan ke grup whatshaap itu video yang ada
di YouTube, sebenarnya anak sudah biasalihat youtube tetapi
anak tidak tau kalau di YouTube juga ada video-video
pembelajaran, jadi ketika saya mengirim video pembelajaran
mereka seperti melihat video di YouTube tapi nanti akhirnya anak
akan di minta untuk menceritakan kembali isi dari video tersebut”
(wawancara 15 Agustus 2021 jam 09.00).

Berdasarkan dari hasil wawancara yang didapat peneliti mengenai


pembelajaran menggunakan media audio visual dalam mengembangkan
kognitif guru memanfaatkan vidio-vidio dari YouTube yang nantinya anak

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 50


Jon Iskandar Bahari

akan melatih konsentrasi dan menceritakan kembali dari apa yang mereka
lihat dan mereka dengar.
TK Warda Arriyadl dalam mengembangkan kognitif anak
menggunakan media lingkungan yaitu media alam akan digunakan sebagai
pengganti APE imitasi yang hanya dimliki oleh sekolah. Karena dalam
keadaan pandemi seperti ini tidak memungkinakan bahwa anak akan
megunakan APE yang ada disekolah jadi dari sini guru menerapkan media
lingkungan sebagai media pembelajaran. Media lingkungan bertujuan untuk
memanfaatkan alam disekitar rumah sehingga anak lebih mengerti tentang
sesuatu yang ada disekitar mereka, dikarenakan mayoritas lingkungan anak
dan sekolah adalah kebun atau sawah jadi media alam lebih gampang
digunakan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ibu Siti Patimah,S.Pd
selaku guru kelas B di TK Warda Arriyadl Jambewangi yaitu:
“untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini dalam
menggunakan media lingkungan dengan cara meberikan contoh
langsung, yang nantinya anak-anak akan menyebutkan. Seperti
menggunakan pelepah pisang digunakan untuk bahan sebagai
membuat kereta api” (wawancara 15 Agustus 2021 jam 09.00).

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa


dengan menggunakan media lingkungan dapat mengembangkan kemampuan
kognitif anak yakni belajar mengenal, menyebutkan menceritakan dan
menghitung serta anak juga bisa membuat mainan dari alam. Dengan begitu
anak akan lebih memafami kegiatan yang ia lakukan.
Berdasarkan hasil dokumentasi yang peneliti dapat dalam proses
pembelajaran menggunakan media lingkungan dengan konsep sebagai
berikut:
1. Guru mempersiapkan alat dan bahan seperti pelepah pisang yang
sudah di potong 4 atau 5 cm, tali rafia, tusuk sate atau lidi, paku,
tutup botol.
2. Guru menyiapkan camera atau hp sebagai alat perekam
3. Merangkai pelepah pisang dengan tali rafia
4. Melubangi tutup botol mengunakan paku
5. Merangkai tutup botol sebagai roda
6. Merangkai gerbong dengan tutup botol setiap gerbong memiliki 2
roda
7. Guru mengirim hasil vidio melalui grup kelas

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 51


Jon Iskandar Bahari

8. Selanjutnya anak memulai melakukan kegiatan membuat kereta


api dari pelepah pisang dengan dampingan orang tua.

Dengan hal ini anak tidak hanya belajar tentang perkembangan


kognitif tetapi juga melatih motorik dan seni anak karena anak bisa membuat
mainan sendiri serta anak bisa menyebutkan bagian dari kereta api, anak
juga bisa mengenal dari tanaman pelepah pisang bisa digunakan sebagai alat
permainan yang menarik, anak juga bisa menghitung ada berapa gerbong
kereta api yang mereka buat.
c. Evaluasi
Evaluasi yaitu usaha guru untuk mengetahui tingkat keterlaksanan
program dan keberhasilan anak mencapai kemampuan yang diharapkan.
Evaluasi keterlaksanan program terutama digunakan guru untuk
memperbaiki perencanaan kegiatan pembelajaran sehingga pelaksanan
program berikutnya menjadi lebih baik lagi.
Berdasarkan data dari observasi, wawancara dan dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti, peneliti mendapatkan data tentang bagaimana sistem
evaluasi pada pemanfaatan media pembelajaran dalam pengembangan
kognitif anak disaat pembelajaran daring di TK Warda Arriyadl Jambewangi.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan ibu Siti Patimah,S.Pd selaku
wali kelas B mengenai evaluasi seperti apa yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan dan terget pencapaian yang ditentukan.
“melakukan kegiatan dan mengerjakan tugas dari perintah guru.
Seperti mewarnai, menempel, menggunting, Menyusun pola,
menunjukkan dasar bangun geometri dll. Evaluasi yang kami
gunakan adalah evaluasi langsung, jadi ketika pembelajaran
daring anak-anak diminta mengirim tugas video atau gambar ke
grup WhatshApp kelas, dari situ kami bisa mengevaluasi
kemampuan anak dari jarak jauh yang pastinya kami kordinasi
dengan orang tua bagaimana kebiasaan, dari keseharian anak
dirumah”(wawancara 15 Agustus 2021 pukul
09.00 wib)

Jadi, menurut Ibu Siti Patimah, S.Pd evaluasi disaat pandemi seperti ini
sebagai tantangan seorang guru adalah mengevaluasi peserta didik dengan
jarak jauh hanya melalui gambar dan laporan dari orang tua, sedangkan
evaluasi anak usia dini tidak sama seperti anak sekolah dasar keatas,
Evaluasi anak usia dini dengan cara guru meneliti, menulis dan
mendokumentasi yang dilakukan anak diakhir pembelajaran. Evaluasi hasil

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 52


Jon Iskandar Bahari

pembelajaran dilaksanakan oleh pendidik dengan membandingkan antara


rencana dan hasil pembelajaran.
Setelah dilakukan upaya yang maksimal dari guru kelas berdasarkan
kompetensi dasar pencapaian yang sesuai dengan perkembangan kognitif
anak, dalam hal ini peneliti hasil penilaian menggunakan 2 media yaitu media
lingkungan dan audio visual. Maka penulis mendapati data penilaian
observasi sebagai berikut:

Tabel
Hasil Evaluasi Guru dalam Pemanfaatan Media Lingkungan terhadap
Perkembangan kognitif anak di TK Warda Arriyadl
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3
NO NAMA Ket
BB M B B BB M B B BB M B B
S S S S S S
B H B B H B B H B
1 Adiba √ √ √ BSH
2 Faza √ √ √ BSH
3 Alby √ √ √ BSH
4 Chayra √ √ √ BSH
5 Farhan √ √ √ MB
6 Fitri √ √ √ BSH
7 Ara √ √ √ MB
8 Inaz √ √ √ MB
9 Azka √ √ √ MB
10 Habibi √ √ √ BSH
11 Nabil √ √ √ BB
12 Majid √ √ √ BSH
13 Zuhdi √ √ √ MB
14 Rasya √ √ √ BSB
15 Yovan √ √ √ BSB
16 Novia √ √ √ BSH
17 Olivia √ √ √ BSH
18 Rohma √ √ √ BSH
19 Tata √ √ √ BSH

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 53


Jon Iskandar Bahari

20 Vivi √ √ √ BSH
Sumber: Hasil Observasi di TK Warda Arriyadl Jambewangi, Sempu

Keterangan:
BB : Belum Berkembang MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan BSB : Berkembang Sangat Baik
Keterangan indikator
1. Menunjuk tanaman yang memiliki ciri-ciri tertentu
2. Membilang atau menyebut urutan bilangan
3. Menceritakan hasil kerja
Dapat disimpulkan dari hasil penilaian kognitif kelas B sesudah
pembelajaran menggunakan media lingkungan.
1. Dari 20 siswa dalam pencapaian indiktor 1 tentang menunjuk
tanaman yang memiliki ciri-ciri tertentu sebagai berikut:
a. Anak yang Belum Berkembang (BB) hanya satu anak.
b. Anak yang Mulai Berkembang (MB) sebanayak 6 anak.
c. Anak yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 11
anak.
d. Anak yang Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 2 anak
2. Dari 20 siswa dalam pencapaian indikator 2 tentang membilang
atau menyebut urutan bilangan sebagai berikut:
a. Anak yang Belum Berkembang (BB) sudah tidak ada.
b. Anak yang Mulai Berkembang (MB) hanya 1 anak.
c. Anak yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 12
anak.
d. Anak yang Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 7 anak.
3. Dari 20 siswa dalam pencapaian indikator 3 tentang menceritakan
hasil kerja sebagai berikut:
a. Anak yang Belum Berkembang (BB) hanya 1 anak.
b. Anak yang Mulai Berkembang (MB) sebanayak 9 anak.
c. Anak yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 10
anak.
d. Anak yang Berkembang Sangat Baik (BSB) belum ada.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 2 anak yang sudah


berkembang sangat baik, 12 anak yang sudah berkembang sesuai harapan, 5
anak yang mulai berkembang dan 1 anak yang bekum berkembang
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 54


Jon Iskandar Bahari

media lingkungan dalam mengembangkan kognitif anak kelompok B TK


Warda Arriyadl sudah berjalan cukup baik dengan adanya peningkatan
kemampuan kognitif.
Table
Hasil Evaluasi Guru dalam Pemanfaatan Media audio visual terhadap
Perkembangan kognitif anak di TK Warda Arriyadl
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3
NO NAMA Ket
BB M B B BB M B B B M B B
S S S S S S
B H B B H B B B H B
1 Adiba √ √ √ BSH
2 Faza √ √ √ BSH
3 Alby √ √ √ BSH
4 Chayra √ √ √ BSH
5 Farhan √ √ √ MB
6 Fitri √ √ √ MB
7 Ara √ √ √ BSH
8 Inaz √ √ √ BSH
9 Azka √ √ √ MB
10 Habibi √ √ √ BSH
11 Nabil √ √ √ MB
12 Majid √ √ √ BSH
13 Zuhdi √ √ √ BSH
14 Rasya √ √ √ BSH
15 Yovan √ √ √ BSH
16 Novia √ √ √ BSH
17 Olivia √ √ √ BSH
18 Rohma √ √ √ BSH
19 Tata √ √ √ BSH
20 Vivi √ √ √ BSH

Keterangan:
BB : Belum Berkembang

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 55


Jon Iskandar Bahari

MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan BSB : Berkembang Sangat Baik

Keterangan indikator
Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks.
Menceritakan kembali sebagian cerita / dongeng yang telah didengar.
Memerankan dari cerita yang telah didengar dan dilihat.
Dapat disimpulkan dari hasil penilaian kognitif kelas B sesudah
pembelajaran menggunakan media audio visual yaitu:
1. Dari 20 siswa dalam pencapaian indiktor 1 tentang menjawab
pertanyaan yang lebih kompleks sebagai berikut:
a. Anak yang Belum Berkembang (BB) tidak ada.
b. Anak yang Mulai Berkembang (MB) sebanayak 5 anak.
c. Anak yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 15 anak.
d. Anak yang Berkembang Sangat Baik (BSB) tidak ada.
2. Dari 20 siswa dalam pencapaian indikator 2 tentang menceritakan
kembali sebagian cerita / dongeng yang telah didengar sebagai
berikut:
a. Anak yang Belum Berkembang (BB) tidak ada.
b. Anak yang Mulai Berkembang (MB) sebanayak 4 anak.
c. Anak yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 8 anak.
d. Anak yang Berkembang sangat Baik (BSB) sebanyak 8 anak.
3. Dari 20 siswa dalam pencapaian indikator 3 tentang memerankan
dari cerita yang telah didengar dan dilihat sebagai berikut:
a. Anak yang Belum Berkembang (BB) sebanyak 2 anak.
b. Anak yang Mulai Berkembang (MB) sebanayak 6 anak.
c. Anak yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 12 anak.
d. Anak yang Berkembang Sangat Baik (BSB) tidak ada.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa belum ada anak yang sudah
berkembang sangat baik, 16 anak yang sudah berkembang sesuai harapan, 4
anak yang mulai berkembang dan tidak ada anak yang belum berkembang.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan
audio visual dalam mengembangkan kognitif anak kelompok B TK Warda
Arriyadl sudah berjalan cukup baik dengan adanya peningkatan kemampuan
kognitif.

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 56


Jon Iskandar Bahari

2. Apasaja kelebihan dan kekurangan media pembelajaran dimasa


pandemi di TK Warda Arriyadl Jambewangi Sempu tahun ajaran
2020/2021
Pada proses pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan yang
akan mempengaruhi proses pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil wawancara
dengan informan di TK Warda Arriyadl dengan Ibu Badriah Handayani, S.Pd
sebagai berikut:
“karena mayoritas siswa disini betempat tinggal daerah pedesaan maka
penggunaan media lingkungan sangat mendukung dengan baik, dari
segi mencari bahan dan alat itu mudah sedangkan penggunaan media
audio visual guru memanfaatkan vidio-vidio dari youtube”(wawancara,
15 Agustus 2021 pukul 08.00)

Pernyataan diatas juga dikuatkan oleh Ibu Siti Patimah, S.Pd selaku guru
kelas B yaitu:
“penggunaan media lingkungan yang bertujuan untuk melatih kognitif
anak dengan cara menyebutkan atau membilang macam-macam
tanaman, selain melatih kognitif media lingkungan juga melatih motorik
anak, sedangkan media audio visual melatih anak konsentrasi antara
Melihat gambar dengan mendengarkan bunyi. Tetapi ketika wali murid
tidak memiliki HP kami mengganti pembelajaran menggunakan LKS
tetapi indikator pencapaiannya sama seperti kegiatan daring”
(wawancara, 15 Agustus 2021 pukul 09.00)

Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah Ibu Badriah Handayani, S.Ag


dan guru kelas Ibu Siti Patimah, S.Pd dapat disimpulkan bahwa:
Tabel
Kelebihan dan Kekurangan
Pemanfaatan Media Pembelajaran Audio Visual dan Lingkungan
NO MEDIA KELEBIHAN KEKURANGAN
• Bahan dan alat • Memakan
mudah dicari waktu yang
• Mudah cukup lama
diterapkan untuk
1 Media Lingkungan • Anak lebih persiapan.
antusias • Gangguan
• Kordinasi orang tua konsentrasi
dengan anakbaik dan anak
bermain
kemana-mana

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 57


Jon Iskandar Bahari

• Lebih cepat • Tida semua


penyajiannya wali murid
mempunyaiHP
• Anak kurang
2 Media Audio Visual antusias
mendengarkan
karena sibuk
bermain
sendiri.

Dalam hal ini peneliti juga mewawancarai wali murid agar data yang
diperoleh berkesinambungan antara guru dengan wali murid, hasil wawancara
dengan wali murid dari Ananda Faza yaitu:
“pas waktunya sekolah saya selalu mendampingi faza, waktu pelajaran
membuat mainan saya juga yang menyiapkan bahan- bahannya,
anaknya cuma waktu praktek saja nanti bapaknya yang bantu saya yang
vidiokan, kalau belajarnya dari HP lihat vidio ya seperti lihat youtube
itu sambal tiduran, ditinggal maen sendiri”(wawancara Ibu Kholifah, 15
Agustus 2021 pukul 09.30).

Sama halnya dengan hasil wawancara dari Ibu Umi wali murid dari Nabil
yaitu:
“kalau saya disuruh buatin seperti yang ibu guru contohkan itu
kesusahan jadi lebih bapaknya yang bantu, kalau pas anak- anak
belajarnya melihat vidio yang dikirim guru itu saya mau nemani
soalnya kalau tidak ditemani pasti sudah hilang, anaknya juga susah
disuruh anteng dengerin dan melihat vidio”(wawancara Ibu Umi, 15
Agustus 2021 pukul 09.30).

Beda halnya dengan Ibu Feni sebagai wali murid dari Vivi yaitu:
“ya kadang rajin, kadang ya ada malesnya. Saya maklumi karena masih
anak-anak. Tapi ketika ada pembelajaran yang sifatnya praktek dia
paling semangat. Jadi ketika sama bu guru disuruh menyediakan bahan-
bahan buat belajar saya juga semangat karena lihat anaknya yang
antusias banget, sama dengan pembelajaran yang lihat vidio itu vivi
juga sangat antusias mendengarkan saya juga selalu damping
belajarnya. Anaknya juga percaya diri bercerita didepan kamera itu”
”(wawancara Ibu Peni, 15 Agustus 2021 pukul 09.30).

Dapat disimpulkan dari pernyataan wali murid bahwa media lingkungan


dengan media audio visual sama baiknya tapi anak lebih condong ketika

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 58


Jon Iskandar Bahari

pembelajarannya praktek dengan membuat sesuatu karena anakdengan orang tua


bisa saling kerjasama, bukan orang tua saja yang mengerjakan melainkan anak
juga ikut andil dalam pengerjaan pembelajaran. Sedangkan ketika pembelajaran
menggunakan audio visual orang tua hanya sebatas mendampingi saja.

Pembahasan
Berkaitan dengan data yang telah didapatkan diatas bersifat deskriptif
maka pada bagian ini peneliti akan menguraikan hasil observasi dan wawancara
dari strategi guru dalam pemanfaatan media pembelajaran pada masa pandemi
dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini di TK Warda Arriyadl
Jambewangi, tujuannya untuk tetap melakukan pembelajaran meskipun dimasa
pandemi seperti ini. Seperti halnya pembelajaran yang bersifat daring dengan
menggunakan media audio visual yang dikemas melalui grup whatsAap kelas,
serta media lingkungan memanfaatkan media yang mudah dicari dilingkungan
sekitar.
Dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan anak usia dini memerlukan
guru yang professional, dengan hal ini ada tiga jenis guru, yaitu guru, guru
pendamping, dan pengasuh atau pendamping muda. Baik guru pendamping, dan
pendamping muda kompetensi guru yaitu merupakan kemampuan seorang guru
dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.
Guru sebagai orang yang perilakunya sebagai panutan siswa dan masyarakat. Guru
harus memiliki kecakapan dan kemampuan yang menyangkut landasan
pendidikan dan juga psikologi perkembangan siswa. Menurut (Masnipal, 2013, p.
108)m disyaratkan memiliki empat kompetensi yaitu 1. Kompetensi pedagogik 2.
Kompetensi kepribadian 3. Kompetensi sosial 4. Kompetensi profesional.
Di TK Warda Arriyadl Jambewangi, sudah memiliki guru yang memenuhi
syarat-syarat guru professional seperti guru yang memiliki empat kompetensi
yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Dengan memiliki guru yang
profesional anak-anak akan lebih gampang dalam melakukan pembelajaran
dikarenakan guru yang professional akan banyak inovasi terkait medi-media
pembelajara, menggunakan media alam, audio visual bahkan media-media yang
dibuat sendiri oleh anak-anak yang tujuannya untuk mengembangkan aspek
kognitif anak.
Peneliti ingin penelitian ini dapat menjelaskan sekaligus memaparkan data
secara keseluruhan dan rinci mengenai strategi guru dalam pemanfaatan media
pembelajaran dalam meningkatkan kognitif anak di TK Warda Arriyadl
Jambewangi yang berupa:

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 59


Jon Iskandar Bahari

1. Strategi guru dalam penggunaan media pembelajaran di masa pandemi dalam


meningkatkan kognitif anak di TK Warda Arriyadl Jambewangi sempu tahun
ajaran 2020/2021.
Pada bagian ini peneliti akan menguraikan hasil observasi dan
wawancara yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari
strategi guru dalam pemanfaatan media pembelajaran untuk meningkatkan
kognitif anak usia dini di TK Warda Arriyadl Jambewangi.
Strategi guru dalam meningkatkan kognitif anak agar dapat dengan
mudah melakukan kegiatan yang bisa mengasah kognitif anak. Dalam
pelaksanaanya guru tersebut harus menyiapkan media yang mudah dipahami
dan memiliki tujuan seperti yang dikatakan “Briggs berpendapat bahwa media
pembelajaran adalah alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar. Sedangkan menurut Asosiasi Pendidikan Nasional
(national education association/NEA) media adalah bentuk-bentuk komunikasi
baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya, media hendaknya dapat
dimanipulasi, dapat diihat, didengar, dan dibaca (Cahyana, 2018, pp. 37–38)
dan guru memiliki perencanan yang efektif, karena dengan perencanaan yang
efektif dapat membantu guru untuk melihat perkembangan yang terjadi pada
diri anak.
Strategi guru dalam pemanfaatan media pembelajaran yang sangat
membatu ketika kegiatan pembelajaran daring yaitu audio visual. Media
audio-visual merupakan bentuk media pengajaran yang terjangkau. Media
audio-visual adalah seperangkat media yang mempunyai unsur suara dan
unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena
meliputi kedua jenis media yakni audio dan visual. Media ini dibagi menjadi
dua, yakni: a). Audio-visual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan
gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan
cetak suara b). Audio-visual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan
unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette
(Aprilia, 2015, pp. 16–17). Dengan demikian sekolah memanfaatkan tekologi
audio visual modern seperti menggunakan WhatsApp dan youtube. Karena
WhatsApp dan yoautube adalah aplikasi yang mudah penggunaan dan
pengoprasiannya tidak menutup kemungkinan wali murid bisa dalam
penggunaannya.
Stategi guru dalam pemanfaatan media pembelajaran yang ke dua yaitu
media lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu gejala alam yang ada disekitar
kita, dimana terdapat interaksi antara faktor biotik (hidup) dan faktor abiotik
(tak hidup) dimana lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 60


Jon Iskandar Bahari

individu dan sebaliknya individu memberikan respons terhadap lingkungan


(Ulum, 2014, p. 597).
Dari semua lingkungan yang dapat digunakan dalam proses pendidikan
dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam
lingkungan belajar yakni lingkungan sosial, lingkungan alam dan lingkungan
buatan.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dilihat bahwa strategi guru dalam
pemanfaatan media pembelajaran untuk mengembangkan kognitif anak yaitu
menggunakan media audio visual dan menggunakan media lingkungan. Media
audio visual bisa mempermudah guru dalam penyampaian materi kegiatan
sehingga anak-anak tidak bosan ketika pembelajaran karena anak-anak bisa
melihat video, gambar, dan bisa mendengarkan musik dari video tersebut
lebih efektif diterapkan kepadaanak dan wali murid, sehinga kegiatan
pembelajaran berjalan dengan kondusif dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Sedangkan media lingkungan ferfungsi sebagai APE sederhana yang juga akan
mempermudah dalam menyampaikan materi.
Kognitif juga dapat diartikan dengan kemampuan belajar atau berpikir
atau kecerdasan yaitu kemampuan untuk memmpelajari keterampilan dan
konsep baru, keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-
soal sederhana. Sementara itu dalam kamus besar bahasa indonesia, kognitif
diartikan sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan atau melibatkan
kognisi berdasarkan kepada pengetahuan faktual yang empiris (Khadijah,
2016, p. 31).
Dalam perkembangan kognitif anak merupakan salah satu kecakapan
aspek yang penting dikuasai oleh peserta didik dalam belajar atau
memecahkan masalah. Dalam hal ini disetiap pembelajaran diharapkan dapat
berjalan sesuai harapan dan sesuai denga apa yang dituju yakni melalui
tahapan perencanaan seperti Menyusun RPPM, RPPH serta menyiapkan alat
dan bahan. Kemudian tahap pelaksanaan yaitu pendidik memberikan motivasi
belajar serta contoh pembelajaran. Selanjutnya yaitu tahap evaluasi yaitu
menilai peserta didik guna untuk memperbaiki perencanaan kegiatan
pembelajaran sehingga pelaksanan program berikutnya menjadi lebih baik
lagi.
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan berisi tentang rangkaian yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Maka dari itu perencanaan merupakan
komponen penting dalam Langkah awal pelaksanaan pembelajaran, dengan

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 61


Jon Iskandar Bahari

membuat perencanaan terlebih dahulu akan meminimilasir kesalahan


kegiatan.
Hasil observasi dan wawancara di TK Warda Arriyadl, peneliti
mengamati bahwa sebelum proses pembelajaran berlangsung pendidik
merencanakan persiapan berupa RPPH yang sesuai dengan RPPM yang
terlebih dulu dibuat. Setelah perencanaan pembuatan RPPH pendidik juga
menentukan media dan bahan yang akan digunakan sebagai alat bantu
pembelajaran yang nantinya akan mencapai tujuan dari sebuah indikator
pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Hasil dari observasi, wawancara dan dokumentasi di tk warda
arriyadl bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan 2 media
yaitu media audio visual dan media lingkungan yang sama-sama bertujuan
untuk mengembangkan kognitifnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah Tk Warda
Arriyadl media audio visual yang digunakan dalam pembelajaran daring ini
memanfaatkan aplikasi yang mudah digunakan yaitu WhatsApp dan
YouTube. Mengenai pembelajaran menggunakan media audio visual dalam
mengembangkan kognitif guru memanfaatkan vidio-vidio dari YouTube
yang nantinya anak akan melatih konsentrasi dan menceritakan kembali
dari apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Selanjutnya berdasarkan
hasil dokumentasi yang peneliti dapat dalam proses pembelajaran
menggunakan media lingkungan dengan konsep sebagai berikut:
1. Guru mempersiapkan alat dan bahan seperti pelepah pisang yang
sudah di potong 4 atau 5 cm, tali rafia, tusuk sate atau lidi, paku. Tutup
botol
2. Guru menyiapkan camera atau hp sebagai alat perekam
3. Merangkai pelepah pisang dengan tali rafia
4. Melubangi tutup botol mengunakan paku
5. Merangkai tutup botol sebagai roda
6. Merangkai gerbong dengan tutup botol setiap gerbong memiliki 2
roda
7. Guru mengirim hasil vidio melalui grup kelas
8. Selanjutnya anak memulai melakukan kegiatan membuat kereta api
dari pelepah pisang dengan dampingan orang tua.

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 62


Jon Iskandar Bahari

c. Tahap Evaluasi
Hasil observasi dan wawancara di TK Warda Arriyadl bahwa evaluasi
adalah usaha guru untuk mengetahui tingkatketerlaksanaan program dan
keberhasilan anak mencapai kemampuan yang diharapkan. Evaluasi
dilakukan ketika pembelajaran berlangsung dan setelah selesai
pembelajaran. Dari tahap evaluasi pendidik akan mengetahui batas
pencapaian anak terhadap perkembangan kognitifnya.

2. Apa saja kelebihan dan kekurangan media pembelajaran dimasa pandemi di


TK Warda Arriyadl Jambewangi sempu tahun ajaran 2020/2021.
Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan media
audio visual dengan media lingkungan yang berkaitan dengan perkembangan
kognitif anak yang nantinya kekurangan- kekurangan dalam hal pembelajaran
akan di perbaiki lagi agar terdapat perubahan dalam proses pembelajaran.
Hasil observasi dan wawancara peneliti di TK Warda Arriyadl terdapat
beberapa kelebihan dalam penggunaan media lingkungan yaitu bahan dan alat
mudah dicari, mudah diterapkan, anak lebih antusias, kordinasi orang tua
dengan anak baik. Sedangkan kelebihan dari menggunakan media audio visual
yaitu lebih cepat penyajiannya, karena guru dan orang tua tidak perlu mencari
alat dan bahan sebelum pembelajaran, orang tua cukup mendampingi anak
saat pemutaran vidio berlangsung agar anak tetap fokus mendengarkan dan
melihat vidio tidak bermain sendiri.
Sedangkan kekurangan dalam media lingkungan yaitu memakan waktu
yang cukup lama untuk persiapan, dikarenakan semua alat dan bahan orang
tua yang menyediakan dalam setiap kegiatan maka kegiatan ini lumayan
memakan waktu cukup lama yang nantinya akan membuat anak lekas bosan
menunggu. Sedangkan kekurangan dari media audio visual yaitu tidak semua
wali murid mempunyai HP dan anak kurang antusias mendengarkan karena
sibuk bermain sendiri.

D. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan:
1. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap strategi
guru dalam pemanfaatan media pembelajaran di masa pandemi dalam
meningkatkan kognitif anak usia dini di TK Warda Arriyadl Jambewangi,
bahwa dapat disimpulkan kemampuan kognitif melalui media audio visual
dan media lingkungan telah dilaksanakan secara optimal. Kegiatan
mengembangkan kognitif anak yang diberikan oleh guru berjalan sesuai

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 63


Jon Iskandar Bahari

dengan harapan dan pencapaian perkembangan. Adapun dilakukan guru


sebelum melaksanakan kegiatan peningkatan kognitif anak usia dini melalui
media audio visual dan media alam yaitu: 1. Guru membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran 2. Guru menjelaskan kegiatan hari ini 3. Guru
menentukan alat dan bahan (media lingkungan) 4. Mengirim vidio tutorial
kegiatan 5. Anak melakukan kegiatan dengan didampingi orang tua dari
rumah 6. Anak mengirim tugas sesaui intruksi dari guru 7. Guru melakukan
evaluasi.
2. Kelebihan tentang penggunaan media berupa media alam dan media audio
visual dapat di simpulkan bahwa anak lebih termotivasi belajar meskipun
dalam keadaan pandemi seperti, serta anak juga dapat beradaptasi secara
langsung dengan lingkungan sekitar. Pada media audio visual anak kurang
antusias mendengarkan karena sibuk bermain sendiri dan adanya wali murid
yang tidak memiliki smartphone. Sedangkan kelemahan sendiri pada media
lingkungan dan audio visual adalah memakan waktu yang cukup lama, pada
media audio visual anak cenderung tidak mendengarkan dan tidak fokus
dalam pembelajaran.

Daftar Rujukan
Aprilia, E. F. (2015). Pengaruh media pembelajaran audio-visual terhadap hasil
belajar siswa Kelas X pada mata pelajaran PAI di SMA Islam Soerjo Alam
Ngajum Malang. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Cahyana, L. M. (2018). Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Media
Papan Flanel Di Taman Kanak-Kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan
Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan. UIN Raden Intan Lampung.
Khadijah, K. (2016). Pengembangan kognitif anak usia dini.
Masnipal, M. P. (2013). Siap Menjadi Guru & Pengelola PAUD Profesional. Elex
Media Komputindo.
SENIWATI, A., & Surtikanti, S. H. (2014). Pengembangan Kemampuan Kognitif
Melalui Media Berbasis Alam Pada Anak Didik Kelompok B Semester I TK
Pertiwi Kroyo II Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Ajaran
2014/2015. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ulum, I. (2014). Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Anak. Jurnal

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 64


Jon Iskandar Bahari

Pendidikan Anak, 3(2), 518–523.

INCARE: Volume 3 NUMBER 1 JUNE, 2022 65

Anda mungkin juga menyukai