Abstract
Situasi pandemi seperti ini membuat anak tidak tumbuh dalam meningkatkan
kecerdasan kognitifnya. Dengan minimnya pengetahuan orang tua dan kesabaran
orang tua yang terbatas, dapat mempengaruhi hasil belajar anak sehingga anak
menjadi bosan dan malas belajar sehingga sekolah mengembangkan kemampuan
kognitif anak melalui media lingkungan dan media audio visual melalui
pembelajaran daring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi guru
dalam menggunakan media pembelajaran di masa pandemi dalam meningkatkan
kognitif anak di TK Warda Arriyadl Jambewangi, untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan media pembelajaran selama pandemi di TK Warda Arriyadl
Jambewangi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek
penelitian adalah kepala sekolah, guru kelas, siswa, dan wali siswa di TK Warda
Arriyadl Jambewangi. Tempat penelitian dilakukan di TK Warda Arriyadl Dsn
Jambewangi RT 03 RW 01 Kecamatan Jambewangi Sempu. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis teknis
data dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data, kondensasi data, penyajian
data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
perkembangan kemampuan kognitif anak yang dihasilkan dari metode pemanfaatan
media pembelajaran.
Abstract
A pandemic situation like this makes children not grow in increasing their cognitive
intelligence. With the lack of parental knowledge and limited parental patience, it
can affect children's learning outcomes so that children become bored and lazy to
study so that the school develops children's cognitive abilities through environmental
media and audio-visual media by means of online learning. This study aims to
determine the teacher's strategy in using learning media during the pandemic in
improving children's cognitive at Warda Arriyadl Jambewangi Kindergarten, to find
out the advantages and disadvantages of learning media during the pandemic at
Warda Arriyadl Jambewangi Kindergarten. This study used descriptive qualitative
method. The subjects of the study were the principal, class teacher, students, and
A. Pendahuluan
Pendidikan anak usia dini menjadi pondasi dalam dunia Pendidikan. Hal ini
sesuai dengan permendikbud No 58 tahun 2009 yang menyatakan bahwa
pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang di
tunjukan bagi anak yang baru lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani sehingga anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Dengan demikian itu pendidikan anak usia dini
dianggap sebagai pondasi awal untuk pembentukan kepribadian dalam memegang
peranan penting dan akan menentukan perkembangan anak pada masa yang akan
datang. Pada usia ini anak mengalami masa ke-emas-an (the golden age) yang
merupakan dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai
rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju
pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa
terjadinya kematangan fungsi psikis dan fisik yang siap merespon stimulasi yang
diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar pertama
untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa sosial
emosional dan spiritual (SENIWATI & Surtikanti, 2014).
Anak usia dini lebih peka terhadap apa yang ia lihat dan ia dengar, otak
anak usia dini lebih fokus dalam berfikir lebih luas dalam berimajinasi maka tidak
heran jika anak usia dini lebih cepat hafal apa saja yang ia temui meskipun baru
pertama, seperti kata pepatah belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu,
oleh karena itu harusnya orang tua dan orang yang ada di sekelilingnya
memberikan rangsangan yang baik untuk tumbuh kembangnya karena sangat
berpengaruh dalam tumbuh kembang anak usia dini. Berkenan dengan pentignya
perawatan dan pendidikan yang baik pada periode golden age tersebut Carnegie
ask force seorang ahli pendidikan menyebutkan ciri-cinya antara lain sebagai
berikut:
Pertama, Perkembangan otak anak sebelum usia 1 tahun lebih cepat dan
ekstensif dari yang diketahui sebelumya. Kedua, Perkembangan otak anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan dari yang diketahui sebelumnya. Gizi yang tidak layak
pada masa kehamilan dan tahun pertama kelahiran secara serius mempengaruhi
perkembangan otak anak dan dapat mmenyebabkan kecacatan pada syaraf dan
pada tingkah laku anak, seperti kesulitan belajar atau keterbelakangan mental.
Ketiga, Pengaruh lingkungan awal pada perkembangan tak berdampak lama.
Keempat, Lingkungan tidak saja menyebabkan penambahan jumlah hubungan
antar sel otak tersebut terjadi. Kelima, Stress pada usia dini dapat merusakkan
secara permanen fungsi otak anak, cara belajarnya dan memorinya. Kognitif juga
bisa diartikan dengan kemampuan belajar berfikir atau kecerdasan yang mampu
mempelajari keterampilan dan konsep baru, contohnya keterampilan untuk
memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitar serta keterampilan daya ingat
untuk menyelesaikan soal-soal sederhana. Kemampuan perkembangan kognitif ini
akan mempermudah anak mengatasi dan menguasai pengetahuan umum yang
luas, sehingga anak dapat hidup dan berkembang di tengah masyarakat yang
wajar.
Piaget mengklasifikasi proses berfikir manusia melalui empat tahapan,
yaitu sensori motor (dari lahir sampai 2 tahun), praoprasional (usia 2 sampai 7
tahun), operasi konkret (7-11 tahun), dan oprasi formal (11 tahun keatas). Untuk
tahap sensori motor ketika anak-anak menggunakan indra dan gerak refleks
(bawaannya) untuk menyusun pengetahuan tentang dunia, seperti mata untuk
melihat sekitar dan sekelilingnya, mulut untuk menghisap dan tangan untuk
menggenggam. Bayi memulai kehidupan dengan Gerakan sensori motor refleks
untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, seperti menghisap jempol, dot dan
putting susu, dan memegang ujung jarinya. Dan tahap praoprasional berada pada
anak usia 2 sampai 7 tahun, dalam perkembangan kognitif. Mengingat dalam
perbedaan daya berfikir antara usia 2 hingga 6/7 tahun, piaget mengelompokkan
menjadi dua tahapan, yaitu periode syambolic fuction atau preconceptual subphase.
Pemisahan dua kelompok ini bermanfaat bagi guru kelompok bermain yang
mengajar anak usia 2-4 tahun dan guru taman kanak- kanak usia 4-6 tahun dalam
memahami perkembagan kognitif (Masnipal, 2013, p. 134).
Dalam masa perkembangan, anak memerlukan pendampingan yang ekstra
dimanapun mereka berada dan yang paling khusus ketika berada dilingkungan
sekolah. Anak memerlukan guru yang inovatif dan kreatif, mempunyai sifat yang
lembut dan luas dalam pemikirannya, karena anak usia dini masih dalam tahap
pengenalan dan perkembangan yang sesuai dengan umurnya. Maka dari itu anak
usia dini memerlukan sosok guru yang benar- benar serius. Selain memahami
perkembangan anak ia juga harus memahami cara agar perkembangannya
optimal, sehingga anak dapat menyongsong masa depan yang cemerlang. Guru
PAUD adalah sosok luar biasa, ia harus bisa mendidik, mengasuh, dan
membimbing anak orang lain untuk mempengaruhi keberhasilan anak di masa
depan.
Dalam Pendidikan anak usia dini, ada tiga jenis guru yaitu guru, guru
pendamping, dan pengasuh atau pendamping muda, baik guru, guru pendamping
dan pendamping muda disyaratkan paling tidak memiliki dua kualifkasi, yaitu
akademik dan kompetensi. Sebagai guru lain, guru PAUD disyaratkan memiliki
empat kompetensi, yaitu pedagogik, kepribadian, sosial dan profosional. Dalam
perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan interaksi edukatif dan pengembangan
kognitif peserta didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang
perkembangan kognitf pada anak didiknya (Masnipal, 2013, p. 106).
Tugas guru PAUD sama beratnya dengan tugas seorang ibu, bahkan ia
berperan ganda yaitu menjadi ibu dalam situasi tertentu dan menjadi guru dalam
situasi lain. Tetapi seorang guru tidak akan berhasil tanpa kerjasama dengan orang
tua karena orang tua juga tidak kalah penting dalam perkembangan kognitif,
perkembangan fisik motorik, perkembangan sosial, dan perkembangan emosional
anak karena perkembangan dan pertumbuhan anak mulai di lingkungan keluarga.
Namun, sebagai pendidik dan orang tua belum tentu memahami tentang
perkembangan-perkembangan anak lebih khususnya di perkembangan kognitif
dan karakteristik perkembangan. Oleh karena itu, mengingat pentingnya
perkembangan kognitif bagi anak usia dini, diperlukan penjelasan perkembangan
kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap- tahap karakteristik
perkembangannya dan cara mengembangkan kognitif anak melalui media-media
pembelajaran yang sederhana. Peran orang tua sangatlah penting dalam mengelola
strategi home learning. Seyogianya pendidikan yang diberikan oleh orang tua di
rumah merupakan pendidikan informal yaitu untuk menanamkan prinsip-prinsip
hidup, etika berkomunikasi kepada teman sebaya, kepada adik, kakak, dan terlebih
terhadap orang tua, etika pergaulan dengan teman, pembelajaran tentang agama.
Namun dengan situasi pandemi covid 19 ini orang tua dituntut untuk bisa berperan
seperti guru pada pendidikan formal, dengan meminta arahan-arahan dari guru
kelas dan meminta materi-materi yang telah disusun oleh guru di awal tahun
pembelajaran. Keadaan pandemi seperti ini membuat anak tidak semakin
berkembang dalam meningkatkan kecerdasan kognitifnya. Dengan minimnya
pengetahuan orang tua dan terbatasnya kesabaran orang tua dapat mempengaruhi
hasil belajar anak sehingga anak menjadi cepat bosan dan malas belajar. Di TK
Warda Arriyadl, Jambewangi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
mengembangkan perkembangan kognitif anak dengan cara yang menarik. Karena
di sekolah tersebut lebih sering melakukan pembelajaran diluar kelas dari pada di
dalam kelas, maka dari itu anak-anak bisa langsung melihat atau praktek sehingga
anak tidak hanya mengetahui teori tapi juga langsung mengerti dengan bentuk,
fungsi dan tekstur. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di
sekolah tersebut mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui media
lingkungan dan media audio visual. Media lingkungan digunakan sebagai APE dan
bahan pembelajaran seperti contoh menggunakan pelepah pisang digunakan
sebagai membuat kereta api, batang talas digunakan sebagai alat pointilis.
Sedangkan media audio visual digunakan sebagai pembelajaran daring sebagai
perantara penyampaian materi kepada anak tetapi lebih praktis, karena guru tidak
bisa membuat video animasi sendiri jadi guru menggunakan video-video dari
youtube yang di unduh dan nantinya dikirim setelah itu anak dimintauntuk
menceritakan kembali dari video yang sudah dilihat atau anak diminta untuk
menirukan. Semua kegiatan tersebut nanti akan diarahkan oleh guru kelas dari
grup WhatsApp yang mana siswa di dampingi orang tua pada saat pemantapan
atau penguatan materi (Observasi,25 Mei 2021 pukul 09.30).
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan
tersebut dalam sebuah penelitian dengan judul“Strategi Guru dalam Pemanfaatan
Media Pembelajaran di Masa Pandemi dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif
Anak Usia Dini di TK Warda Arriyadl, Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten
Banyuwangi.
B. Metode Penelitian
Merupakan penelitian kualitatif fenomenologi, dalam proses ini penelitian
berusaha mendeskripsikan gejala sebagaimana gejala itu menampakkan dirinya
pada pengamatan, peneliti menggali data yang di munculkan lewat pengalaman-
pengalaman subjek.
Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, maka peneliti
langsung hadir di TK Warda Arriyadl Jambewangi. Untuk memperoleh data yang
banyak, dalam penelitian kualitatif ini peneliti sendiri yang berperan sebagai key
instrument (instrumen kunci) dalam pengumpulan data karena dalam penelitian
kualitatif instrumen utamanya adalah manusia.
Kehadiran peneliti dilokasi penelitian sangat menentukan keabsahan dan
kevalidan data dalam penelitian yang ilmiah, hal ini harus dilaksanakan
Dari pernyataan Ibu Siti Patimah, S.Pd selaku guru kelas B TK Warda
Arriyadl Jambewangi, Sempu, bahwasannya dalam mengembangkan kemampuan
kognitif anak dengan berbagai cara salah satunya menggunakan media lingkungan
dan media audio visual. Media alam digunakan sebagai pengganti APE dan sebagai
bahan pembelajaran sedangkan audio visual sebagai mengukur daya ingat anak
karena anak diminta untuk menceritakan kembali setelah melihat video yang guru
kirim.
Dengan datangnya virus Covid 19 ini sekolah diwajibkan untuk tidak
melakukan pembelajaran tatap muka. Ketika pembelajarannya bersifat daring
media yang digunakan adalah media audio visual dan media lingkungan, dalam
penggunaan media audio visual ini guru memanfaatkan aplikasi WhatsApp untuk
melakukan pembelajaran seperti mengirim kegiatan, menerangkan materi dan
mengevaluasi kegiatan serta menggunakan media lingkungan, media lingkungan
yang digunakan adalah media yang ada disekitar rumah yang mudah didapat
seperti peralatan dapur, alat makan, tanaman yang ada disekitar rumah, atau
barang-barang yang mudah dicari disekitar rumah, jadi orang tua juga tidak
kesulitan untuk membantu menyiapkan media pembelajaran. Berdasarkan
wawancara dengan Ibu Badriah Handayani, S.Ag selaku kepala sekolah TK Warda
Arriyadl Jambewangi.
“Karena adanya virus ini pemerintah menetapkan seluruh sekolah tidak
diperbolehkan pembelajaran dilingkungan sekolah, maka dari itu kami
melakukan kegiatan pembelajaran online/daring, pembelajaranya
melalui grup whatsApp guru kelas akan mengirim video pembukaan
kelas, tugas kelas dan penutup kelas, yang nantinya anak-anak juga
melakkan kegiatan seperti guru lakukan dengan bantuan orang tua atau
dengan pembelajaran pengambilan tugas yang dimaksud pengambilan
tugas media pembelajaran seperti lembar kerja siswa (LKS) diambil
disekolah untuk materinya dikirim melalui grup whatsApp kelas”
(Wawancara 15 Agustus 2021 pukul 08.00)
a. Perencanaan
Perencanaan menjelaskan tentang pembelajaran daring. Sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran guru diwajibkan menyiapkan RPPH
yang menyesuaikan dengan RPPM yang sudah dibuat terlebih dahulu.
Kemudian guru mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran selain media juga mempersiapkan materi yang
sesuai dengan media tersebut. Hal ini sesuai dengan UUD Nomor 22 Tahun
2016 Pasal III yang berbunyi “Perencanaan pembelajaran dirancang dalam
bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu
pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar,
perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.
Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran
yang digunakan”. Karena saat ini dalam keadaan pandemi maka pendidik
bukan hanya media tulis saja, guru juga memastikan siswa mempunyai
smartphone yang tersambung dalam grup sekolah apa tidak. Hal ini senada
dengan wawancara Ibu Siti Patimah, S.Pd selaku guru kelas B TK Warda
Arriyadl jambewangi yaitu:
“Jadi setiap hari sebelum pembelajaran, guru membuat RPPH dulu
untuk hari besoknya, kemudian setelah membuat RPPH tinggal
membuat atau menentukan media yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran yang sesuai denagn RPPH tersebut. Jadi
RPPH itu standar pencapaian anak dalam perharinya dengan
RPPH itu guru bisa menilai kemampuan anak-anak ini sudah
berkembang apa belum. Karena sekarang pembelajarannya daring
jadi kami harus memastikan siswa sudah dalam keadaan siap apa
belum untuk pembelajaran daring, misalkan ada yang tidak punya
HP maka wali murid datang kesekolah untuk mengambil LKS
(lembar kerja siswa) yang sudah kami siapkan” (wawancara 15
Agustus 2021 jam 09.00 WIB).
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara Ibu Siti Patimah, S.Pd selaku
wali kelas B TK Warda Arriyadl yaitu:
“dalam melakukan video kegiatan saya hanya memberikan contoh
saja, misalkan hari ini anak-anak tugasnya menunjukkan jenis
tanaman, mewarnai gambar dengan warna alami. Nanti
selebihnya wali murid yang mengarahkan anak dan mendampingi
untuk menunjukan jenis tanaman atau ketika ada kegiatan
mengecap, orang tua yang akan menyediakan lembar kosong, pola
dan warnanya. guru hanya sebatas memberikan tutorial berupa
video kegiatan saja. Tetapi tetap harus menggunakan media yang
mudah didapat agar wali murid juga tidak merasa terbebani
secara berlebih dengan adanya pembelajaran daring ini”
(wawancara. 15 Agustus 2021 pukul 09.00).
akan melatih konsentrasi dan menceritakan kembali dari apa yang mereka
lihat dan mereka dengar.
TK Warda Arriyadl dalam mengembangkan kognitif anak
menggunakan media lingkungan yaitu media alam akan digunakan sebagai
pengganti APE imitasi yang hanya dimliki oleh sekolah. Karena dalam
keadaan pandemi seperti ini tidak memungkinakan bahwa anak akan
megunakan APE yang ada disekolah jadi dari sini guru menerapkan media
lingkungan sebagai media pembelajaran. Media lingkungan bertujuan untuk
memanfaatkan alam disekitar rumah sehingga anak lebih mengerti tentang
sesuatu yang ada disekitar mereka, dikarenakan mayoritas lingkungan anak
dan sekolah adalah kebun atau sawah jadi media alam lebih gampang
digunakan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ibu Siti Patimah,S.Pd
selaku guru kelas B di TK Warda Arriyadl Jambewangi yaitu:
“untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini dalam
menggunakan media lingkungan dengan cara meberikan contoh
langsung, yang nantinya anak-anak akan menyebutkan. Seperti
menggunakan pelepah pisang digunakan untuk bahan sebagai
membuat kereta api” (wawancara 15 Agustus 2021 jam 09.00).
Jadi, menurut Ibu Siti Patimah, S.Pd evaluasi disaat pandemi seperti ini
sebagai tantangan seorang guru adalah mengevaluasi peserta didik dengan
jarak jauh hanya melalui gambar dan laporan dari orang tua, sedangkan
evaluasi anak usia dini tidak sama seperti anak sekolah dasar keatas,
Evaluasi anak usia dini dengan cara guru meneliti, menulis dan
mendokumentasi yang dilakukan anak diakhir pembelajaran. Evaluasi hasil
Tabel
Hasil Evaluasi Guru dalam Pemanfaatan Media Lingkungan terhadap
Perkembangan kognitif anak di TK Warda Arriyadl
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3
NO NAMA Ket
BB M B B BB M B B BB M B B
S S S S S S
B H B B H B B H B
1 Adiba √ √ √ BSH
2 Faza √ √ √ BSH
3 Alby √ √ √ BSH
4 Chayra √ √ √ BSH
5 Farhan √ √ √ MB
6 Fitri √ √ √ BSH
7 Ara √ √ √ MB
8 Inaz √ √ √ MB
9 Azka √ √ √ MB
10 Habibi √ √ √ BSH
11 Nabil √ √ √ BB
12 Majid √ √ √ BSH
13 Zuhdi √ √ √ MB
14 Rasya √ √ √ BSB
15 Yovan √ √ √ BSB
16 Novia √ √ √ BSH
17 Olivia √ √ √ BSH
18 Rohma √ √ √ BSH
19 Tata √ √ √ BSH
20 Vivi √ √ √ BSH
Sumber: Hasil Observasi di TK Warda Arriyadl Jambewangi, Sempu
Keterangan:
BB : Belum Berkembang MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan BSB : Berkembang Sangat Baik
Keterangan indikator
1. Menunjuk tanaman yang memiliki ciri-ciri tertentu
2. Membilang atau menyebut urutan bilangan
3. Menceritakan hasil kerja
Dapat disimpulkan dari hasil penilaian kognitif kelas B sesudah
pembelajaran menggunakan media lingkungan.
1. Dari 20 siswa dalam pencapaian indiktor 1 tentang menunjuk
tanaman yang memiliki ciri-ciri tertentu sebagai berikut:
a. Anak yang Belum Berkembang (BB) hanya satu anak.
b. Anak yang Mulai Berkembang (MB) sebanayak 6 anak.
c. Anak yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 11
anak.
d. Anak yang Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 2 anak
2. Dari 20 siswa dalam pencapaian indikator 2 tentang membilang
atau menyebut urutan bilangan sebagai berikut:
a. Anak yang Belum Berkembang (BB) sudah tidak ada.
b. Anak yang Mulai Berkembang (MB) hanya 1 anak.
c. Anak yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 12
anak.
d. Anak yang Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 7 anak.
3. Dari 20 siswa dalam pencapaian indikator 3 tentang menceritakan
hasil kerja sebagai berikut:
a. Anak yang Belum Berkembang (BB) hanya 1 anak.
b. Anak yang Mulai Berkembang (MB) sebanayak 9 anak.
c. Anak yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 10
anak.
d. Anak yang Berkembang Sangat Baik (BSB) belum ada.
Keterangan:
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan BSB : Berkembang Sangat Baik
Keterangan indikator
Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks.
Menceritakan kembali sebagian cerita / dongeng yang telah didengar.
Memerankan dari cerita yang telah didengar dan dilihat.
Dapat disimpulkan dari hasil penilaian kognitif kelas B sesudah
pembelajaran menggunakan media audio visual yaitu:
1. Dari 20 siswa dalam pencapaian indiktor 1 tentang menjawab
pertanyaan yang lebih kompleks sebagai berikut:
a. Anak yang Belum Berkembang (BB) tidak ada.
b. Anak yang Mulai Berkembang (MB) sebanayak 5 anak.
c. Anak yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 15 anak.
d. Anak yang Berkembang Sangat Baik (BSB) tidak ada.
2. Dari 20 siswa dalam pencapaian indikator 2 tentang menceritakan
kembali sebagian cerita / dongeng yang telah didengar sebagai
berikut:
a. Anak yang Belum Berkembang (BB) tidak ada.
b. Anak yang Mulai Berkembang (MB) sebanayak 4 anak.
c. Anak yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 8 anak.
d. Anak yang Berkembang sangat Baik (BSB) sebanyak 8 anak.
3. Dari 20 siswa dalam pencapaian indikator 3 tentang memerankan
dari cerita yang telah didengar dan dilihat sebagai berikut:
a. Anak yang Belum Berkembang (BB) sebanyak 2 anak.
b. Anak yang Mulai Berkembang (MB) sebanayak 6 anak.
c. Anak yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 12 anak.
d. Anak yang Berkembang Sangat Baik (BSB) tidak ada.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa belum ada anak yang sudah
berkembang sangat baik, 16 anak yang sudah berkembang sesuai harapan, 4
anak yang mulai berkembang dan tidak ada anak yang belum berkembang.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan
audio visual dalam mengembangkan kognitif anak kelompok B TK Warda
Arriyadl sudah berjalan cukup baik dengan adanya peningkatan kemampuan
kognitif.
Pernyataan diatas juga dikuatkan oleh Ibu Siti Patimah, S.Pd selaku guru
kelas B yaitu:
“penggunaan media lingkungan yang bertujuan untuk melatih kognitif
anak dengan cara menyebutkan atau membilang macam-macam
tanaman, selain melatih kognitif media lingkungan juga melatih motorik
anak, sedangkan media audio visual melatih anak konsentrasi antara
Melihat gambar dengan mendengarkan bunyi. Tetapi ketika wali murid
tidak memiliki HP kami mengganti pembelajaran menggunakan LKS
tetapi indikator pencapaiannya sama seperti kegiatan daring”
(wawancara, 15 Agustus 2021 pukul 09.00)
Dalam hal ini peneliti juga mewawancarai wali murid agar data yang
diperoleh berkesinambungan antara guru dengan wali murid, hasil wawancara
dengan wali murid dari Ananda Faza yaitu:
“pas waktunya sekolah saya selalu mendampingi faza, waktu pelajaran
membuat mainan saya juga yang menyiapkan bahan- bahannya,
anaknya cuma waktu praktek saja nanti bapaknya yang bantu saya yang
vidiokan, kalau belajarnya dari HP lihat vidio ya seperti lihat youtube
itu sambal tiduran, ditinggal maen sendiri”(wawancara Ibu Kholifah, 15
Agustus 2021 pukul 09.30).
Sama halnya dengan hasil wawancara dari Ibu Umi wali murid dari Nabil
yaitu:
“kalau saya disuruh buatin seperti yang ibu guru contohkan itu
kesusahan jadi lebih bapaknya yang bantu, kalau pas anak- anak
belajarnya melihat vidio yang dikirim guru itu saya mau nemani
soalnya kalau tidak ditemani pasti sudah hilang, anaknya juga susah
disuruh anteng dengerin dan melihat vidio”(wawancara Ibu Umi, 15
Agustus 2021 pukul 09.30).
Beda halnya dengan Ibu Feni sebagai wali murid dari Vivi yaitu:
“ya kadang rajin, kadang ya ada malesnya. Saya maklumi karena masih
anak-anak. Tapi ketika ada pembelajaran yang sifatnya praktek dia
paling semangat. Jadi ketika sama bu guru disuruh menyediakan bahan-
bahan buat belajar saya juga semangat karena lihat anaknya yang
antusias banget, sama dengan pembelajaran yang lihat vidio itu vivi
juga sangat antusias mendengarkan saya juga selalu damping
belajarnya. Anaknya juga percaya diri bercerita didepan kamera itu”
”(wawancara Ibu Peni, 15 Agustus 2021 pukul 09.30).
Pembahasan
Berkaitan dengan data yang telah didapatkan diatas bersifat deskriptif
maka pada bagian ini peneliti akan menguraikan hasil observasi dan wawancara
dari strategi guru dalam pemanfaatan media pembelajaran pada masa pandemi
dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini di TK Warda Arriyadl
Jambewangi, tujuannya untuk tetap melakukan pembelajaran meskipun dimasa
pandemi seperti ini. Seperti halnya pembelajaran yang bersifat daring dengan
menggunakan media audio visual yang dikemas melalui grup whatsAap kelas,
serta media lingkungan memanfaatkan media yang mudah dicari dilingkungan
sekitar.
Dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan anak usia dini memerlukan
guru yang professional, dengan hal ini ada tiga jenis guru, yaitu guru, guru
pendamping, dan pengasuh atau pendamping muda. Baik guru pendamping, dan
pendamping muda kompetensi guru yaitu merupakan kemampuan seorang guru
dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.
Guru sebagai orang yang perilakunya sebagai panutan siswa dan masyarakat. Guru
harus memiliki kecakapan dan kemampuan yang menyangkut landasan
pendidikan dan juga psikologi perkembangan siswa. Menurut (Masnipal, 2013, p.
108)m disyaratkan memiliki empat kompetensi yaitu 1. Kompetensi pedagogik 2.
Kompetensi kepribadian 3. Kompetensi sosial 4. Kompetensi profesional.
Di TK Warda Arriyadl Jambewangi, sudah memiliki guru yang memenuhi
syarat-syarat guru professional seperti guru yang memiliki empat kompetensi
yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Dengan memiliki guru yang
profesional anak-anak akan lebih gampang dalam melakukan pembelajaran
dikarenakan guru yang professional akan banyak inovasi terkait medi-media
pembelajara, menggunakan media alam, audio visual bahkan media-media yang
dibuat sendiri oleh anak-anak yang tujuannya untuk mengembangkan aspek
kognitif anak.
Peneliti ingin penelitian ini dapat menjelaskan sekaligus memaparkan data
secara keseluruhan dan rinci mengenai strategi guru dalam pemanfaatan media
pembelajaran dalam meningkatkan kognitif anak di TK Warda Arriyadl
Jambewangi yang berupa:
c. Tahap Evaluasi
Hasil observasi dan wawancara di TK Warda Arriyadl bahwa evaluasi
adalah usaha guru untuk mengetahui tingkatketerlaksanaan program dan
keberhasilan anak mencapai kemampuan yang diharapkan. Evaluasi
dilakukan ketika pembelajaran berlangsung dan setelah selesai
pembelajaran. Dari tahap evaluasi pendidik akan mengetahui batas
pencapaian anak terhadap perkembangan kognitifnya.
D. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan:
1. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap strategi
guru dalam pemanfaatan media pembelajaran di masa pandemi dalam
meningkatkan kognitif anak usia dini di TK Warda Arriyadl Jambewangi,
bahwa dapat disimpulkan kemampuan kognitif melalui media audio visual
dan media lingkungan telah dilaksanakan secara optimal. Kegiatan
mengembangkan kognitif anak yang diberikan oleh guru berjalan sesuai
Daftar Rujukan
Aprilia, E. F. (2015). Pengaruh media pembelajaran audio-visual terhadap hasil
belajar siswa Kelas X pada mata pelajaran PAI di SMA Islam Soerjo Alam
Ngajum Malang. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Cahyana, L. M. (2018). Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Media
Papan Flanel Di Taman Kanak-Kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan
Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan. UIN Raden Intan Lampung.
Khadijah, K. (2016). Pengembangan kognitif anak usia dini.
Masnipal, M. P. (2013). Siap Menjadi Guru & Pengelola PAUD Profesional. Elex
Media Komputindo.
SENIWATI, A., & Surtikanti, S. H. (2014). Pengembangan Kemampuan Kognitif
Melalui Media Berbasis Alam Pada Anak Didik Kelompok B Semester I TK
Pertiwi Kroyo II Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Ajaran
2014/2015. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ulum, I. (2014). Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Anak. Jurnal