https://journal.ilininstitute.com/index.php/caradde
Volume 3 | Nomor 2 | Desember |2020
e-ISSN: 2621-7910 dan p-ISSN: 2621-7961
DOI: https://doi.org/10.31960/caradde. v3i2.517
Pelatihan Terapi Sensori Integrasi Bagi Orang Tua dan Guru PAUD
Ria Novianti 1, Febrialismanto2, Defni Satria3
dapat ia peroleh dari kegiatan sederhana termotivasi dan terlibat dalam pilihan
sehari-hari. kegiatan; oleh karena itu, bermain adalah
Organ tubuh yang paling penting medium pilihan. Aktivitas biasanya
dalam menjalankan fungsi tubuh adalah otak, melibatkan peralatan besar seperti gulungan
bahkan ketika bayi berada dalam kandungan, besar dan bola, trampolin, dan berbagai
organ pertama yang terbentuk adalah otak. peralatan yang memberikan pengalaman
Pada masa usia dini, otak mengalami proprioceptive, vestibular, dan pengalaman
pertumbuhan yang sangat pesat (Novianti & taktil.
Maria, 2020). Setiap saat otak menerima Mailloux (2013) menyatakan bahwa
informasi dari berbagai reseptor tubuh seperti proses sensori integrasi akan terjadi secara
dari telinga, hidung, mata, kulit. Untuk bisa bertahap, kegagalan di satu tahap akan
merespon informasi tersebut dibutuhkan otak mempengaruhi tahap berikutnya. Anak yang
yang bekerja dengan baik, artinya otak optimal sensori integrasinya akan memiliki
tersebut mampu menerima, mengolah dan kemampuan komunikasi, kemampuan
memberi respon terhadap informasi atau mengatur, harga diri, kepercayaan diri,
rangsangan tersebut. Proses menerima, kemampuan akademik, kemampuan berfikir
mengolah dan selanjutnya memberikan abstrak dan penalaran, serta spesialisasi setiap
respon ini disebut dengan sensori integrasi. sisi tubuh dan otak.
Dalam proses ini informasi dari seluruh Lebih lanjut Ayres (1972) yang
indera akan dikelola kemudian diberi arti lalu merupakan penggagas terapi sensori integrasi
disaring, mana yang penting dan mana yang ini menyatakan bahwa informasi sensorik
diacuhkan. Otak yang memiliki kemampuan tidak diproses secara terpisah dan mengingat
sensori integrasi yang baik akan mudah fitur penting dari sistem saraf pusat, intervensi
menerima, mengolah dan merespon informasi terapeutik yang menggabungkan sensasi
atau rangsangan yang masuk ke otak. Dan untuk mempengaruhi persepsi multisensorik
semakin seringnya otak menerima informasi akan mempengaruhi pembelajaran dan
dan rangsangan akan membuat otak semakin perilaku.
berkembang, karena itu semua adalah nutrisi Anak dengan gangguan otak kurang dapat
untuk otak. mengintegrasikan berbagai input sensori
Sensori integrasi merupakan istilah dengan baik sehingga perlu memperoleh
yang digunakan untuk menggambarkan terapi sensori integrasi. Terapi sensori
proses di otak yang memungkinkan individu integrasi ini sering digunakan untuk anak
untuk menerima informasi dari kelima panca autis atau ADHD (attention deficit hyperactivity
indra, mengaturnya, dan merespon dengan disorder) dan dapat juga diberikan kepada
tepat. Setiap orang juga memiliki vestibular anak normal tetapi memiliki perilaku yang
sense (keseimbangan) yang memberitahu tidak sesuai dengan usianya. Cohn (2001)
bagaimana posisi tubuh dan kepalanya, serta yang meneliti mengenai perspektif orangtua
proprioseptif sense (kesadaran tubuh dalam mengenai kondisi anaknya yang memiliki
ruang) yang membantu untuk mengetahui masalah integrasi sensorik mengungkapkan
apa yang kita lakukan dengan sendi kita, otot, bahwa perhatian utama orang tua mengenai
dan ligamen (Zimmer & Desch, 2012). anak mereka terkait dengan partisipasi sosial.
Bundy et al. (2002) menyatakan Melalui wawancara, orang tua
bahwa teori sensori integrasi digunakan untuk menyampaikan bahwa mereka mengapresiasi
menjelaskan perilaku, merencanakan peningkatan kemampuan anak untuk terlibat
intervensi, dan memprediksi bagaimana dalam berbagai kegiatan yang penting untuk
perilaku akan berubah sejalan dengan mengembangkan self-worth (perasaan bernilai)
intervensi. Selanjutnya menurut Pollock anak. Mereka juga membutuhkan dukungan
(2009) pendekatan terapi sensori integrasi dari masyarakat untuk dapat diterima sesuai
bertujuan untuk memberikan anak dengan dengan kondisinya. Dengan demikian anak
berbagai pengalaman sensori. Pengalaman ini dan keluarga yang memiliki permasalahan
disesuaikan selama terapi dengan agar anak sensori integrasi perlu mendapat dukungan
mendapat “tantangan yang tepat” yakni suatu dan penerimaan dari masyarakat sekitarnya.
kegiatan yang membutuhkan anak untuk Anak-anak yang mengalami masalah
memberikan respon adaptif. Terapi sensori sensori integrasi dan berada di daerah yang
integrasi merupakan terapi aktif. Anak harus memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang
183
Caradde: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 3 No 2, Desember 2020
terbatas dan minim tenaga medis yang diminta mengerjakan pretest untuk
profesional seringkali tidak teridentifikasi dan mengetahui sejauh mana pengetahuan
tidak mendapatkan tindakan yang tepat mereka tentang sensori integrasi. Setelah
sehingga permasalahan yang mereka alami seluruh rangkaian kegiatan pelatihan berakhir
tidak tertangani dengan baik dan maka peserta Kembali diminta mengerjakan
mengakibatkan mereka menjadi orang posttest untuk mengetahui apakah ada
dewasa yang tidak sehat dan tidak produktif. peningkatan pengetahuan peserta setelah
Pemberian terapi sensori integrasi ini diberikan materi tentang terapi sensori
meskipun tidak sepenuhnya mengatasi integrasi. Adapun instrumen yang digunakan
masalah, namun diharapkan dapat membantu untuk menilai pengetahuan peserta pada
anak berkembang lebih baik terutama bila pretest dan posttest ini berupa tes objektif yang
dilakukan sedini mungkin pada anak. Oleh terdiri dari pilihan ganda.
karena itu, melalui kegiatan pengabdian pada
masyarakat ini kami mengajak guru HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan
orang tua anak usia dini di Kecamatan Pelatihan terapi sensori integrasi
Bandar Sei Kijang Kabupaten Pelalawan untuk anak usia dini yang diikuti oleh 30
untuk mengikuti kegiatan pelatihan terapi peserta yang terdiri dari orang tua dan Guru
sensori integrasi bagi anak untuk dapat PAUD di Kecamatan Sei Kijang Kabupaten
memberikan terapi sederhana sebagai bantuan Pelalawan Provinsi Riau yang dilaksanakan
awal bagi anak-anak di lingkungan kerja dan pada bulan Februari 2020.
tempat tinggal serta memberikan dukungan
positif terhadap anak yang memiliki Pelaksanaan Kegiatan Tahap Pertama
permasalahan sensori integrasi. Pelatihan dilaksanakan dalam dua
Melalui pelatihan ini diharapkan guru PAUD tahap. Pada tahap pertama tim PkM
dan orang tua anak usia dini memiliki menyampaikan materi untuk membuka
kompetensi untuk melihat, mengevaluasi wawasan peserta mengenai permasalahan
masalah sensori yang dialami anak, memiliki tumbuh kembang anak serta pengertian
kompetensi untuk dapat melatih sensori sensori integrasi. Materi diawali dengan
integrasi anak usia dini dan mampu penjelasan mengenai tumbuh kembang anak
merancang dan melaksanakan aktivitas untuk dan bagaimana otak berperan sebagai polisi
melatih sensori integrasi anak usia dini agar lalu lintas yang mengatur jalur informasi yang
anak-anak di daerah ini dapat berkembang masuk dan mengaturnya dengan cara yang
optimal sesuai dengan tingkat perkembangan cepat. Otak juga menggunakan informasi
usianya. untuk menentukan respon terhadap
perubahan lingkungan. Kemampuan untuk
METODE mengelola dan mengartikan seluruh
rangsangan sensoris yang diterima dari tubuh
Pelatihan Terapi Sensori Integrasi ini maupun lingkungan, dan kemudian
diberikan kepada orang tua dan guru PAUD menghasilkan respon yang terarah. Apabila
di Kecamatan Sei Kijang Kabupaten terjadi permasalahan dalam mengelola
Pelalawan Provinsi Riau Tahun melalui rangsangan sensoris itu yang disebut dengan
metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi disintegrasi sensoris. Kemudian peserta
dan praktik. Tahapan pelaksanaan pelatihan diperkenalkan dengan gejala-gejala
ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama disintegrasi sensoris. Gejala yang bisa dilihat
berupa pemaparan materi melalui ceramah seperti pengendalian sikap tubuh motorik
yang disertai dengan tanya jawab dan halus, dan motorik kasar. Adanya gangguan
dilanjutkan dengan tahap kedua yakni dalam keterampilan persepsi, kognitif,
demonstrasi yang ditutup dengan praktik psikososial, dan mengolah rangsangan.
terapi sensori integrasi. Pada tahap kedua ini Namun semua gejala ini juga pada anak
peserta mempraktikkan cara memberi pijat dengan diagnosis yang berbeda, misalnya
oromotor, terapi dengan ball gym dan bola anak autis.
duri, serta papan titian. Dijelaskan pula bahwa pada anak-
Sebelum pemaparan materi peserta
184
Ria Novianti, Febrialismanto, Defni Satria. Pelatihan terapi Sensori Integrasi…
anak berusia di bawah tiga tahun kadang- Pelaksanaan Kegiatan Tahap Kedua
kadang ditemukan sekumpulan masalah Selanjutnya pada tahap kedua tim
perilaku yang sangat erat kaitannya dengan PkM mendemonstrasikan teknik terapi
kemampuan otak. Anak-anak yang sederhana yang bisa dilakukan peserta di
mempunyai masalah pada registrasi input rumah dengan peralatan yang sederhana pula.
sensorik akan sulit memahami hal-hal yang Terapi sensori integrasi yang
terjadi karena otaknya dari waktu ke waktu didemonstrasikan adalah: selusur bola duri,
tidak dapat meregister input sensorik yang ball gym, mendorong kursi dan beban, papan
diterima oleh alat-alat inderanya. Dengan titian, cara mandi dua suhu, serta pijat
terapi sensori integrasi anak-anak ini akan oromotor.
dibantu untuk dapat meregister, memproses Terapi sensori integrasi dapat
dan memahami berbagai input sensorik, dilakukan dengan cara aktivitas fisik yang
sehingga dia akan lebih mengerti apa-apa terarah, bisa menimbulkan respons yang
yang terjadi di sekitarnya, dan bagaimana dia adaptif yang makin kompleks dan dengan
harus memberikan reaksi yang sesuai. Pada demikian efisiensi otak makin meningkat.
anak-anak di bawah 3 tahun, terapi sensori Terapi integrasi sensoris juga meningkatkan
integrasi membuat mereka dapat melakukan kematangan susunan saraf pusat, sehingga ia
eksplorasi dengan lebih bermakna; baik dalam lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan
lingkungan fisik maupun terhadap lingkungan fungsinya. Selain itu terapi ini juga
sosial. Hal ini dimungkinkan karena dia jadi merangsang koneksi sinaptik yang lebih
mampu melakukan analisa terhadap input- kompleks, dengan demikian bisa
input sensorik yang dihadapinya, dengan meningkatkan kapasitas untuk belajar.
lebih tepat. Hal ini berkaitan pula denga Hasil yang diperoleh melalui terapi ini
masalah modulasi yang sering disertai dengan beragam sesuai dengan kondisi anak dan
masalah dalam memustakan perhatian. ketepatan terapi. Konsistensi waktu
Setelah memperoleh terapi sensori integrasi, pemberian terapi juga perlu dijaga untuk
anak-anak yang perhatiannya mudah teralih mendapatkan hasil yang baik. Selain
dan sulit untuk memusatkan perhatian akan dilakukan pada anak yang memiliki
menunjukan peningkatan kemampuan untuk permasalahan sensori integrasi, terapi ini juga
memusatkan perhatian. Maka dia lebih bisa diberikan pada anak normal untuk
mampu menyimak, mencerna dan meningkatkan respon terhadap stimulus.
memahami hal-hal yang ada disekitarnya. Setelah memperhatikan demonstrasi, peserta
Beberapa bentuk terapi sensori mempelajari langsung cara memberikan terapi
integrasi yang dijelaskan dalam materi dalam pada masalah sensori integrasi melalui praktik
bentuk video dan gambar adalah 1) pijat yang dilaksanakan bergantian dengan
oromotor (pijat di area mulut), 2) pijat menggunakan peralatan seperti ball gym yang
propioseptif (pijat persendian), 3) mandi bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi,
dengan air hangat dan dingin, 4) terapi koordinasi tubuh serta keseimbangan, bola
Snoezelen atau terapi stimulasi multisensory duri yang bermanfaat untuk meningkatkan
berupa gerakan lampu, dan 5) delapan tidur sensori perabaan dan respon, kursi yang
belalai gajah (gerakan koordinasi mata dan didorong untuk melatih konsentrasi dan
tangan). Sesi ini diakhiri dengan tanya jawab kekuatan, serta papan titian yang bermanfaat
yang berlangsung hangat dengan berbagai untuk meningkatkan keseimbangan tubuh
pertanyaan dari peserta. Setelah dan konsentrasi. Selama kegiatan berlangsung
mendengarkan paparan materi ternyata peserta sangat antusias mencoba
beberapa peserta baru menyadari bahwa anak mempraktikkan terapi sensori integrasi yang
ataupun anak didiknya memiliki masalah telah mereka pelajari. Keterampilan lain yang
sensori integrasi. Peserta juga bertanya diajarkan adalah cara mandi dua suhu yakni
mengenai efektifitas terapi ini bagi anak. anak mandi dengan air hangat dan dingin
Pertanyaan lain yang diajukan seputar kasus untuk merangsang syaraf-syaraf yang ada di
dan kondisi nyata yang mereka lihat sehari- tubuh anak.
hari namun selama ini dibiarkan begitu saja Orang tua dan pendidik PAUD
karena ketidaktahuan akan informasi dan merupakan orang-orang yang paling
terapi sensori integrasi. signifikan pengaruhnya dalam proses tumbuh
kembang anak, karenanya bila mereka
185
Caradde: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 3 No 2, Desember 2020
Dari pretest yang dilakukan diperoleh mandi dengan suhu panas dan dingin secara
rata-rata kemampuan peserta pelatihan bergantian pada anak, sementara hanya
sebesar 41,35%. Peserta belum mengenal 30,83% peserta yang mengetahui tentang
dengan baik istilah yang digunakan dalam delapan tidur belalai gajah, yakni gerakan
pelatihan dan cara melakukan terapi. 50,83% koordinasi mata dan tangan.
peserta mengetahui mandi dua suhu, yaitu
186
Ria Novianti, Febrialismanto, Defni Satria. Pelatihan terapi Sensori Integrasi…
187
Caradde: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol 3 No 2, Desember 2020
325.
Novianti, R. (2012). Asesmen Perkembangan
Anak Usia Dini. Pekanbaru: UR Press.
Novianti, R., & Maria, I. (2020). Pendidikan
Keorangtuaan (p. 118). Ellunar.
Pollock, N. (2009). Sensory integration: A
review of the current state of the
evidence. Occupational Therapy Now,
11(5), 6–10.
Smith Roley, S., Bissell, J., & Frolek Clark,
G. (2008). Providing Occupational
Therapy Using Sensory Integration
Theory and Methods in School-Based
Practice. The Reference Manual of the
Official Documents of the American
Occupational Therapy Association Inc, 437–
456.
Wortham, S. C., & Hardin, B. J. (2001).
Assessment in early childhood education.
Merrill/Prentice Hall.
Zimmer, M., & Desch, L. (2012). Sensory
integration therapies for children with
developmental and behavioral disorders.
American Academy of Pediatrics, 129(6),
1186–1189.
https://doi.org/10.1542/peds.2012-
0876
188