Anda di halaman 1dari 11

JPJO 3 (1) (2018) 41-51

Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga


http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index

Revitalisasi Pendidikan Jasmani untuk Anak Usia Dini melalui Penerapan Model
Bermain Edukatif Berbasis Alam

Sandey Tantra Paramitha1, Lestari Ema Anggara2


1
Universitas Pendidikan Indonesia , Indonesia
2
SDN 2 Kunduran, Blora, Jawa Tengah, Indonesia

Info Artikel Abstrak

SejarahArtikel: Pendidikan jasmani anak usia dini merupakan aspek yang sangat penting bagi
Diterima Februari 2018 perkembangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor anak dalam
Disetujui Maret 2018 mempersiapkan menuju jenjang sekolah dasar. Dalam praktik pendidikan jas-
Dipublikasikan April 2018 mani anak usia dini menghadapi berbagai masalah dari kegiatan pembelaja-
ran, fasilitas, keadaan sosial dan kebijakan pemerintah yang kurang mem-
Keywords: berikan perhatian terhadap pendidikan jasmani anak usia dini. Penelitian ini
Pendidikan Jasmani, Anak Usia Dini, menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang ber-
Model Bermain Edukatif Berbasis tujuan untuk mengetahui permasalahan penelitian secara rinci dan mendalam,
Alam penelitian ini bertempat di Pendidikan Anak Usia Dini Amarilis, Kecamatan
Lembang, Kabupaten Bandung Barat dengan melibatkan 3 Guru dan 35 anak
usia dini, teknik pengambilan data menggunakan wawancara, observasi dan
dokumentasi serta melakukan analisis data menggunakan reduksi data, pen-
yajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat perubahan kemampuan kognitif dengan ditandai pemecahan masalah
melalui kegiatan kelompok, perubahan kemampuan afektif dengan ditandai
rasa peduli antar sesama dan perubahan psikomotor dengan ditandai keceka-
tan anak usia dini dalam melakukan aktivitas melalui permainan edukatif ber-
basis alam, serta adanya peningkatan minat anak usia dini terhadap pembela-
jaran pendidikan jasmani.
Abstract
Physical education, early childhood is a very important aspect for the devel-
opment of cognitive abilities, affective and psychomotor children in preparing
towards the level of elementary school. In the practice of physical education
early childhood face various problems of learning activities, amenities, social
circumstances and the Government's policy that gives less attention to physi-
cal education early childhood. This study used a qualitative approach with
case study method that aims to find in depth and in-depth research infor-
mation, this research took place in Amarilis Early Childhood Education,
Lembang Subdistrict, West Bandung Regency involving 3 teachers and 35
children at an early age, data collection technique using interviews, and anal-
ysis and perform data analysis using data reduction, data presentation and
conclusions deduction. Results of the study indicate that there is a marked
change in cognitive ability with problem solving through group activities, af-
fective abilities change with a marked sense of caring between the fellow and
the change of psikomotor with marked the dexterity of the child early in the
game through educational activities-based nature, as well as an increase in
interest in early childhood learning, physical education.

© 2018 Universitas Pendidikan Indonesia

*
Alamat korespondensi : Jl. Dr. Setiabudhi 229,Bandung, Indonesia ISSN 2580-071X (online)
E-mail : sandeytantra18@upi.edu ISSN 2085-6180 (print)
DOI: 10.17509/jpjo.v3i1.10612

41
Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018)

PENDAHULUAN
Pendidikan jasmani merupakan bagian Urgensi pendidikan usia dini yaitu ”the
yang tidak terpisahkan dari pendidikan nasional face of the demands of the times of the quality
yang bertujuan untuk pengembangkan of education as well as advances in science,
kemampuan peserta didik melalui aktivitas technology, information and communications
jasmani (Utama Bandi, 2011). Sehingga are rapidly making early childhood education
pendidikan jasmani harus diajarkan kepada could not be obtained only from the role of the
setiap peserta didik pada semua jenjang family” (Hoving, Visser, Mullen, & van den
pendidikan. Borne, 2010). Hal tersebut dimaksudkan agar
Perencanaan pendidikan jasmani anak usia dini dapat berinteraksi dengan teman
dilakukan secara seksama untuk memenuhi sebaya, sehingga menimbulkan komunikasi
perkembangan, pertumbuhan, dan kebutuhan yang intensif antar anak.
perilaku setiap anak. Maka pendidikan jasmani Proses sosialisasi dalam pendidikan
bukan hanya ditujukan untuk mengembangkan anak usia dini sangat penting dalam membentuk
kemampuan psikomotorik, akan tetapi juga karakter anak, sehingga di masa depan anak
mengembangkan kemampuan kognitif dan akan memiliki rasa saling memiliki antar
afektif peserta didik. sesama. Dalam konteks pembangunan nasional,
Pembelajaran pendidikan jasmani hal tersebut sangat penting dalam membentuk
dimulai pada tahap usia dini untuk merangsang peradaban bangsa yang unggul. Realita yang
pertumbuhan organik, motorik, intelektual dan terjadi di masyarakat menunjukan bahwa
perkembangan emosional (Solihin, Faisal, & banyak orangtua yang belum mampu
Dadang, 2013). Hal tersebut menandakan mengoptimalkan potensi anak (Choirun Nisak
bahwa pada tahap usia dini, pendidikan jasmani Aulina, 2013), kegiatan yang dilakukan
mempunyai peran yang sangat penting orangtua hanya bersifat menjaga secara fisik
membentuk karakter. serta memberikan asupan gizi yang dibutuhkan,
akan tetapi kurang dalam memberikan stimulasi
Tahap pendidikan usia dini merupakan
edukasi.
tahap yang penting untuk mempersiapkan anak
dalam menghadapi perkembangan di masa Faktor kurang berperannya fungsi
depan, sehingga pembelajaraan yang bermakna keluarga dalam memberikan edukasi kepada
sangat penting dalam mewujudkan sumber daya anak usia dini, dikarena adanya pergeseran
yang berkualitas. Pembelajaran yang bermakna dalam kehidupan sosial dengan ditandai banyak
dimaksudkan untuk memberikan ilmu ibu/istri yang bekerja untuk membantu mencari
pengetahuan yang dapat diterapkan dalam nafkah atau ingin mencari kesibukan, sehingga
kehidupan sehari-hari, hal tersebut menandakan pendidikan bagi anak kurang mendapatkan
bahwa pembelajaran tidak boleh hanya sekedar perhatian.
konsep dan teori. Berdasarkan permasalahan tersebut,
maka perlu bagi setiap orangtua memberikan

http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612


42
Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018)

kesempatan bagi anak untuk melakukan proses mendalam (Maisya & Susilowati, 2014),
pendidikan pada tingkat usia dini sebelum sehingga hasil yang diperoleh dapat
memasuki pendidikan pada jenjang sekolah menjelaskan keadaan yang sebenarnya.
dasar. Tempat penelitian ini berada di
Penelitian terdahulu menunjukan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Amarilis,
physical education early childhood has not Jl Mohammad Adiwarta, No. 28C Rt. 03/Rw.
been able to achieve the objective to develop 12, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung
the ability of cognitive, affective and Barat. Pemilihan tempat ini dikarenakan
psychomotor early childhood (Pechtel & kondisi PAUD berdekatan dengan lokasi alam
Pizzagalli, 2011). Hal tersebut dikarenakan terbuka, sehingga kegiatan pembelajaran
proses pembelajaran masih terfokus pada peran jasmani dengan model bermain edukatif
guru, serta kegiatan pembelajaran masih berbasis alam mudah untuk dilaksanakan.
terpusat di kelas. Kondisi tersebut Populasi dalam penelitian ini
mengakibatkan dalam pembelajaran anak melibatkan 3 Guru dan 35 anak usia dini, yang
merasa jenuh, sehingga pendidikan jasmani ditujukan agar mendapatkan hasil penelitian
yang diajarkan kurang bermakna. dari pelaksana dan penerima pembelajaran.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk Teknik pengumpulan data menggunakan
menerapkan model bermain edukatif berbasis wawancara terbuka, observasi dan dokumentasi
alam dalam pendidikan jasmani anak usia dini, selama proses pengambilan data. Pemilihan
hasil penelitian terdahulu menunjukan adanya teknik pengumpulan data tersebut dikarenakan
perubahan anak usia dini setelah diterapkannya sesuai dengan kaidah penelitian kualitatif dan
model bermain edukatif dalam pendidikan dapat memberikan gambaran mengenai fokus
jasmani. Akan tetapi, penelitian ini mempunyai penelitian.
aspek yang berbeda dengan penelitian Pengujian data dilakukan dengan
sebelumnya yaitu mengembangkan tempat perpanjangan pengamatan dan analisis kasus
pembelajaran jasmani tidak berada di kelas atau negatif, sehingga data yang diperoleh valid dan
lingkungan sekolah, akan tetapi berfokus pada dapat dipertanggungjawabkan. Teknik analisis
lingkungan alam. Hal tersebut ditujukan agar data menggunakan reduksi data, penyajian data
anak usia dini mempuyai pengalaman baru dan penarikan kesimpulan yang bertujuan untuk
dalam pembelajaran, serta meningkatkan memberikan hasil penelitian yang sesuai
kesehatan anak usia dini dengan kondisi dengan kenyataan di lapangan.
lingkungan yang alami di alam terbuka.

HASIL DAN PEMBAHASAN


METODE Berbadasarkan hasil penelitian menunjukan
Penelitian ini menggunakan pendekatan bahwa kehadiran pendidikan anak usia dini
kualitatif dengan metode studi kasus yang memberikan pengaruh yang baik dalam
bertujuan untuk mengetahui fenomena, keadaan perkembangan anak usia dini terutama
sosial, perilaku kelompok dan individu secara

http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612


43
Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018)

dalam proses sosialisasi dengan teman sebaya, Secara filosofis pendidikan merupakan
serta dapat menjadi solusi terhadap tuntutan tanggung jawab setiap warga negara untuk
zaman yang mengharuskan anak mempunyai melaksanakan wajib pendidikan 12 tahun,
kemampuan yang unggul dalam segala bidang sehingga setiap warga negara wajib
untuk menghadapi masa depan. memberikan kesempatan dan peluang untuk
Suasana pendidikan yang untuk melaksanakan pendidikan. Akan tetapi, dalam
pembelajaran anak usia dini yaitu ”family kehidupan masyarakat pendidikan informal
atmosphere by applying the principles of love, masih dipandang bukan sebagai kewajiban,
giving birth, and guiding” (Gottman & namun sebagai penunjang. Hal tersebut
Gottman, 2017). Ketiga aspek ini yang perlu berimplikasi pada pendidikan jasmani anak usia
diterapkan dalam melakukan pendidikan untuk dini, padahal perannya sangat penting untuk
anak usia dini, sehingga anak akan merasa mengembangkan kemampuan anak secara fisik
bahwa pendidikan ditujukan untuk maupun mental.
mengembangkan potensi diri anak tanpa adanya Data yang diperoleh menunjukan
paksaan dari pihak manapun. bahwa Guru memahami dengan baik
Pandangan filosofis pendidikan pentingnya pendidikan jasmani bagi
mengemukakan bahwa anak-anak harus pengembangan fisik dan mental anak, hal
bermain untuk meningkatkan kemampuan otot, tersebut dikarenakan adanya perubahan yang
gerak tubuh dan kemampuan memecahkan terjadi ketika anak masuk jenjang sekolah
masalah dengan sendiri (Kusbiantoro, 2015). dasar. Anak yang menempuh pendidikan anak
Hal tersebut menandakan bahwa pendidikan usia dini mempunyai mental yang baik dalam
harus memberikan kesempatan kepada anak proses pembelajaran, berbeda dengan anak
untuk dapat mengembangkan kemampuannya, yang tidak menempuh pendidikan anak usia
sehingga konsep student centered sangat dini yang cenderung penakut dan belum bisa
relevan untuk diterapkan dalam pendidikan mandiri.
anak usia dini.
Tabel 1. Perbandingan Anak yang Menempuh
Pendidikan PAUD dengan yang Tidak Menempuh
Urgensi Pendidikan Jasmani bagi Anak Usia Pendidikan PAUD.
Dini Aspek PAUD Tidak PAUD

Peran Pendidikan tidak terfokus pada Mental Pemberani Penakut

pendidikan formal, akan tetapi pendidikan Menyelesaik Meminta


Kemandirian an masalah bantuan orang
sendiri lain
informal mempunyai peran yang penting dalam
menunjang kehidupan anak di masa yang akan Psikomotor Lebih aktif Cenderung
gerak pendiam
datang. Bahkan informal ”education is the Membaca
dan Membaca dan
initial stage of education for children before Kognitif berhitung berhitung
sudah baik kurang baik
heading on a level of formal education, so
crucial to the success of formal education that Memiliki Cenderung
Afektif rasa peduli susah
will be carried to the child ”(Leonardo, 2010). terhadap bersosialisasi
sesama

http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612


44
Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018)

Tabel tersebut menjelaskan bahwa ter- lam menerapkan model pendidikan di PAUDA
dapat perbedaan yang signifikan antara anak ataupun di rumah.
yang menempuh pendidikan PAUD dan tidak Penelitian terdahulu menunjukan bahwa
menempuh pendidikan PAUD, dlihat dari men- “early childhood learning is carried out in its
tal, kemandirian, psikomotor, kogntif dan own way, so learning that taught should be tai-
afektif. Hal tersebut dikarenakan peran dari lored to the circumstances of the child” (Billett,
Guru PAUD sangat penting dalam mengem- 2014). Akan tetapi, orangtua dan Guru sering
bangkan kemampuan anak, serta adanya fokus melakukan pembelajaran dengan jalan pikir
dari Guru PAUD dalam memberikan pembela- orang dewasa, hal tersebut mengakibatkan anak
jaran kepada anak. merasa tertekan dan sulit menerima materi
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat pembelajaran. Dampak yang terjadi karena
diketahui bahwa pendidikan anak usia dini kesalahan dalam menerapkan cara pembelajaran
mempunyai peranan penting dalam membentuk yaitu tidak tercapainya tujuan pembelajaran
kemampuan mental, kemandirian, pskimotor, untuk mengembangkan kemampuan kognitif,
kognitif dan afektif. afektif dan psikomotor anak usia dini
(Khasanah, Prasetyo, & Rakhmawati, 2011).

Hakikat dan Cara Belajar Anak Usia Dini Pada tataran perkembangan penge-
tahuan, anak usia dini lebih senang untuk
Anak usia dini dalam menjalani aktivitas
melakukan aktivitas menggambar dan bermain,
sehari-sehari mempunyai kesenangan dan cara
karena pada tahap usia ini anak belum bisa ber-
menjalani aktivitas yang berbeda (Aryani,
pikir secara kongkrit, sehingga dalam proses
2015), hal tersebut menandakan bahwa anak
pendidikan tidak boleh mengajarkan materi
usia dini bersifat unik dan berbeda satu dengan
pembelajaran yang bersifat kongkrit seperti
yang lainnya. Selain itu, “during an early age
berhitung.
indicative of rapid growth so that it is said to be
a golden age” (Tollefson & Frieden, 2012),
pada masa ini merupakan tahap yang penting Permasalahan Pendidikan Jasmani Anak
sekaligus beresiko karena jika pendidikan tidak Usia Dini
dapat mengembangkan kemampuan anak, maka Pentingnya pendidikan anak usia dini
di masa depan anak akan kesulitan dalam men- mengalami banyak kendala untuk diterapkan di
jalani proses pendidikan. Indonesia, mulai dari aspek pembelajaran, fasil-
Pada aspek tingkat kecerdasan usia 4 itas, keadaan sosial hingga peraturan
tahun anak memiliki 50% kecerdasan, dan 80% pemerintah yang kurang memberikan perhatian
kecerdasan tercapai pada usia 8 tahun (Hidayah, pada pendidikan anak usia dini.
Yunita, & Utami, 2015). Hal tersebut menan- a. Aspek Pembelajaran
dakan bahwa kecerdasan manusia sangat diten- Proses pendidikan ditujukan bukan hanya
tukan pada usia dini. Kecerdasan usia dini yang bisa dipengaruhi oleh aspek fisik, biologis dan
perlu diperhatikan oleh orangtua dan Guru da- psikologis, akan tetapi juga dari aspek

http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612


45
Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018)

lingkungan geografis. Hal tersebut berimplikasi ya peningkatan kemampuan pada ranah kogni-
pengembangan pengalaman belajar yang tif, afektif dan psikomotor.
mengandung nilai-nilai kependidikan, impli-
mentasi pendekatan pembelajaran, serta penera- b. Fasilitas
pan model pembelajaran yang sesuai.
Kegiatan olahraga yang efektif harus
Dalam penerapan kurikulum, Guru sering didukung oleh fasilitas yang memadai, akan
memaksakan anak untuk melakukan aktivitas tetapi permalahan fasilitas pendidikan anak usia
fisik yang tidak sesuai dengan kemampuan fisik dini saat ini menunjukan kurangnya fasilitas
anak usia dini (Alim, 2016). Tindakan Guru bermain untuk anak (An et al., 2016). Hal terse-
yang demikian merupakan pelanggaran ter- but mengakibatkan ketertarikan anak untuk
hadap prinsip developmentally appropriate melakukan aktivitas gerak menjadi minim, se-
practice, dikarenakan hasil yang diperoleh akan hingga tercapainya kebugaran fisik anak usia
membahayakan kesehatan fisik anak di masa dini menjadi sangat sulit.
depan.
Pemahaman yang keliru dari Guru PAUD
c. Keadaan Sosial
yaitu menganggap bahwa penguasaan kemam-
Keadaan sosial saat ini yang menjadi per-
puan olahraga merupakan tujuan tercapainya
masalahan dalam penerapan pendidikan jasma-
pendidikan jasmani untuk anak usia dini, hal
ni di pendidikan anak usia dini yaitu munculkan
tersebut mengakibatkan pendidikan jasmani di
kebiasaan masyarakat yang hidup instan, se-
PAUD tidak bermakna dan cenderung tidak
hingga mengurangi kegiatan bergerak (Satya
disukai anak-anak.
Yoga, Suarmini, & Prabowo, 2015). Hal terse-
Praktik pembelajaran pendidikan jasmani
but diakibatkan oleh berbagai kemudahan da-
di PAUD masih terpusat pada guru, sehingga
lam melakukan aktivitas sehari-hari yang di
megakibatkan: 1) kurang bervariasi aktivitas
dukung oleh perubahan taraf hidup,
belajar secara menyeluruh, 2) tidak ter-
penggunaan teknologi komunikasi dan trans-
sampaikan materi mengenai pentingnya hidup
portasi yang otomatis, sehingga anak-anak yang
sehat, 3) pengembangan aspek afektif yang tid-
seharusnya bermain, malahan cenderung diam
ak mampu mengembangkan keterampilan so-
dan menghilangkan aktivitas fisik dalam aktivi-
sial, kerjasama, dan minat anak dalam proses
tas sehari-harinya.
pendidikan jasmai, 4) Guru tidak bisa merasa-
Hasil penelitian menunjukan bahwa anak
kan keadaan emosional anak dalam pembelaja-
usia dini yang belajar di PAUD sudah
ran jasmani, 5) anak mudah jenuh dalam men-
menggunakan alat komunikasi untuk sekedar
jalani proses pembelajaran, dan 6) keaktifan
bermain game, hal tersebut mengakibatkan
anak dalam belajar sangat kurang.
gerak tubuh anak semakin berkurang dan
Semua permasalahan dalam aspek pem-
mengakibatkan fisik yang lemah.
belajaran jasmani mengakibatkan tidak
tercapainya tujuan kurikulum yang mengharus-
kan aktifnya gerak tubuh pada anak, serta adan-

http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612


46
Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018)

d. Aspek Kebijakan Pemerintah perkembangan kemampuan kognitif anak usia


Kebijakan pemerintah untuk memberikan dini. Dalam aspek kognitif ini, anak usia dini
wewenang kepada Desa untuk mengelola mampu memahami percakapan orang tua,
PAUD merupakan aspek yang baik karena Desa perintah orang tua dan memilih tindakan yang
lebih fokus memberikan perhatian kepada sesuai dengan keadaan, pada tahap yang lebih
PAUD, akan tetapi kebijakan tersebut memiliki jauh anak mampu untuk memberikan penilaian
dampak yang tidak baik, terutama dalam pen- terhadap tindakan yang dilakukan.
ingkatan kesejahteraan Guru PAUD. Sangat Kaitannya dengan pendidikan jasmani
disayangkan Guru PAUD yang mengajar tidak yaitu anak mampu memahami aktivitas yang
mendapatkan gaji yang sesuai dengan kebu- aman dan berbahaya untuk dilakukan, anak
tuhan hidup (Saragih, 2008), hal tersebut dapat mengikuti peraturan permainan dan anak
mengakibatkan kinerja Guru tidak optimal. Se- mampu melakukan tindakan yang tidak meru-
hingga perlu adanya kebijakan pemerintah yang gikan diri dan orang lain.
fokus pada pengembangan kesejahteraan Guru Kemampuan kognitif merupakan indi-
PAUD. kator utama perkembangan anak dan menjadi
tolok ukur penilaian perkembangan anak. Se-
Dimensi Pengembangan Kemampuan Anak hingga dapat dipahami bahwa aspek kognitif
Usia Dini merupakan aspek yang berkaitan dengan nalar
atau proses berpikir, yaitu kemampuan dan ak-
Upaya untuk mempersiapkan anak usia
tivitas otak dalam mengembangkan kemampu-
dini dalam menghadapi tantangan zaman harus
an rasional.
dilakukan dengan pendidikan yang bermakna,
hal tersebut dapat diartikan bahwa pembelaja- b. Afektif
ran harus sesuai dengan keadaan masyarakat, Pengembangan kemampuan afektif anak
sehingga hasil pembelajaran dapat diterapkan usia dini merupakan aspek yang sangat penting
dalam aktivitas sehari-hari. Dimenasi pengem- untuk anak dalam menjalani aktivitas sehari-
bangan kemampuan anak usia dini meliputi ke- hari di masyarakat. “This affective ability is
mampuan kognitif, afektif dan psikomotor, closely related to the care of children in social-
semua aspek tersebut harus menjadi indikator izing with peers, showed mutual behavior and
dalam menentukan tujuan pembelajaran. selflessness” (Burdelski, 2013).
a. Kognitif Kaitannya dengan pendidikan jasmani
Perkembangan kognitif anak usia dini anak usia dini yaitu kegiatan pembelajaran ha-
merupakan faktor yang sangat penting untuk rus ditujukan untuk meningkatkan sense of be-
memahami tahapan perkembang anak usia dini. longing anak usia dini melalui permainan-
“Cognitive ability is an aspect related to intel- permainan yang edukatif, hal tersebut dikare-
lectual or thinking that include knowledge, nakan pendidikan jasmani untuk anak usia dini
comprehension, application, design, decompo- tidak ditujukan untuk mengembangkan penge-
sition, and assessment” (Aloqaili, 2012). tahuan mengenai teori-teori atau konsep-konsep
Semua aspek tersebut menjadi indikator

http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612


47
Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018)

tentang kesehatan, akan tetapi lebih ditujukan tahuan, sopan dalam melakukan aktivitas dan
untuk membentuk karakter anak yang mempu- mempunyai kecekatan yang efektif.
nyai kepedulian sosial.
Pengembangan dimensi afektif anak usia Model Bermain Edukatif Berbasis Alam
dini merupakan aspek yang sangat penting, ka- Kegiatan bermain yang dilakukan oleh
rena kecerdasan anak tidak bisa diterapkan da- anak usia dini merupakan cara untuk dapat
lam kehidupan sehari-hari jika anak tidak mem- mengembangkan kemampuan emosional, fisik,
iliki karaker yang baik (Aryani, 2015). Maka sosial dan daya berpikir anak (Putra, Nugroho,
pengembangan kemampuan afektif merupakan & Puspitarini, 2016). Hal tersebut dikarenakan
penunjang pengembangan kemampuan kognitif, dalam kegiatan permainan terdapat proses in-
sehingga tercapai integrasi antara pengetahuan teraksi antar teman sebaya, sehingga dapat
dan sikap anak yang dapat menghadapi tan- membentuk sikap menghargai dan peduli ter-
tangan zaman. hadap sesama.
c. Prikomotor Berkaitan dengan konteks sosial, model
Dimensi pengembangan kemampuan bermain edukatif berbasis alam akan memper-
psikomotor erat kaitannya dengan gerak tubuh baiki keadaan sosial dengan ditandainya aktivi-
anak dalam proses pembelajaran. Penelitian tas anak usia dini yang sering berinteraksi lang-
terdahulu menunjukan bahwa persepsi Guru sung dan mengurai penggunaan teknologi
mengenai pendidikan jasmani yaitu adanya komunikasi.
gerak tubuh pada anak usia dini (An et al., Penerapan model bermain edukatif
2016). Hasil penelitian tersebut menunjukan akan mengembangkan kemampuan psikomotik
bahwa dalam kegiatan pembelajaran jasmani anak dengan adanya gerakan tubuh, mengem-
anak usia dini selalu ditujukan untuk adanya bangkan kemampuan kognitif dengan adanya
gerak tubuh anak. pemecahan masalah secara individu dan ke-
Dalam penerapan pendidikan jasmani lompok, serta mengembangkan kemampuan
anak usia dini, dimensi psikomtor tidak di- afektif dengan adanya sikap saling tolong me-
tujukan agar anak melakukan aktivitas gerak nolong dan kerja sama antar anggota kelompok.
olahraga. Aspek psikomotor seharusnya dis- Selain itu, media alam digunakan agar anak
esuaikan dengan tahap pertumbuhan anak usia mampu menghargai lingkungan dan me-
dini, sehingga Guru dalam penerapan pembela- manfaatkannya sesuai kebutuhan manusia.
jaran jasmani tidak boleh memaksakan gerak Kebiasaan Guru dalam pendidikan jas-
tubuh pada anak. mani anak usia dini yang sering memaksakan
Pengembangan aspek psikomotor gerak tubuh, tidak akan lagi digunakan. Hal
merupakan pelengkap dari pengembangan ke- tersebut dikarenakan anak akan melakukan ak-
mampuan kognitif dan afektif sebagai tujuan tivitas gerak secara mandiri, dalam permainan
dari pendidikan jasmani anak usia dini. Sehing- secara psikologis anak ingin menang dan
ga mewujudkan anak yang cerdas secara penge-

http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612


48
Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018)

melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, alam sangat dipengaruhi oleh kemampuan Guru
sehingga setiap anak memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaannya, karena anak usia dini
dalam menjalankan tugasnya. secara psikologis belum bisa memimpin diri
Permasalahan tempat pembelajaran dan juga kelompok.
yang terpusat pada kelas akan diganti dengan Pada tataran teknis kegiatan bermain
tempat alam terbuka, pergantian ini mempunyai edukatif dilakukan di alam terbuka dan bukan
banyak manfaat dalam proses pembelajaran, berada di dalam kelas, hal tersebut sangat
diantaranya: 1) anak tidak akan merasa jenuh sesuai dengan keharusan pelaksanaan jasmani
dalam proses pembelajaran jasmani, 2) Guru yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan
dapat menggunakan alam sebagai media pem- yang mendukung.
belajaran, 3) kondisi lingkungan yang sehat Tahap awal penerapan model bermain
akan membantu tercapanya pengembangan fisik edukatif dilakukan dengan pembagian ke-
anak yang sehat, dan 4) penambahan pengala- lompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5
man anak untuk menjaga alam serta melestari- orang siswa laki-laki dan perempuan, maksud
kannya. dari pembagian kelompok ini ialah supaya anak
Secara konsep penerapan model ber- mampu menyelesaikan masalah secara ke-
main edukatif dilakukan oleh peran Guru dalam lompok, sehingga tumbuh rasa saling memiliki
membimbing anak melakukan permainan, akan dan hidup secara kelompok.
tetapi Guru tidak bersifat otoriter dalam Pada tataran sosial, pembelajaran yang
pelaksanaannya. berbasis kelompok akan memperbaiki keadaan
sosial yang menunjukan kecenderung sikap in-
dividual antar anggota masyarakat. Hal tersebut
menandakan bahwa kegiatan pembelajaran anak
usia dini sebaiknya dengan pendekatan ke-
lompok bukan pendekatan individu.
Tahap yang kedua yaitu penjelasan per-
mainan, kemampuan Guru dalam menjelaskan
permainan sangat penting pada tahap ini, karena
akan menentukan keberhasilan pengembangan
kognitif anak. Secara praktik, Guru harus dapat
menjelaskan aturan permainan sesuai dengan
tahap perkembangan anak usia dini yang belum
Gambar 1. Penerapan Model Bermain Edukatif
bisa memahami aspek yang kongkrit.
Berbasis Alam
Tahap yang ketiga yaitu pelaksanaan,
peran Guru bersama orangtua ialah mengontrol,
Gambar tersebut menjelaskan bahwa
mengawasi dan membimbing. Secara praktik,
penerapan model bermain edukatif berbasis
jika anak melakukan kesalahan jangan pernah

http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612

49
Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018)

memberikan hukuman, justru harus dibimbing erapan model bermain edukatif berbasis alam
dan memberikan stimulus agar anak terus merupakan strategi yang efektif sebagai upaya
melakukan permainan. Hal tersebut didasarkan mencapai tujuan pendidikan, melalui model
pada tujuan pendidikan jasmani anak usia dini bermain edukatif anak mampu menyelesaikan
yang bukan untuk memahirkan gerak olahraga. masalah secara kelompok, mengembangkan
Kegiatan mengontrol berkaitan dengan kepedulian sosial dan melakukan gerak tubuh
peran Guru untuk melihat jalannya permainan, yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap
apakah sesuai dengan aturan ataukah tidak. perkembangan fisik anak usia dini.
Aspek ini sangat penting, karena jika permainan
tidak sesuai dengan aturan, maka akan berdam-
pak pada hasil pembelajaran. Aspek mengawasi
ini sangat penting untuk melihat keadaan fisik
dan mental anak, jangan sampai dalam pelaksa-
naan permainan terdapat anak yang kurang
sehat atau mempunyai mental yang belum siap
dalam melakukan perminan. Aspek membimb-
ing merupakan kegiatan yang penting dalam
memberikan stimulus kepada anak untuk dapat
menyelesaikan masalah secara kelompok, serta
adanya peningkatan motivasi dari dalam diri
anak.
Tahapan terakhir yaitu menentukan
hasil permainan dan memberikan penghargaan
pada anak, dalam tataran praktis pemberian
penghargaan harus menyeluruh dan tidak boleh
hanya kepada anak-anak tertentu. Jika Guru
memberikan penghargaan kepada anak-anak
terentu, hal tersebut akan berdampak pada
kecemburuan sosial.

KESIMPULAN
Pendidikan jasmani anak usia dini saat
ini menunjukan permasalahan yang kompleks,
dilihat dari segi pembelajaran, fasilitas, keadaan
sosial dan kebijakan pemerintah. Akan tetapi,
tujuan pendidikan harus bisa terlaksana dengan
baik untuk mengembangkan kemampuan kogn-
tif, afektif dan psikomotor anak usia dini. Pen-

http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612


50
Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018)

DAFTAR PUSTAKA Khasanah, I., Prasetyo, A., & Rakhmawati, E.


(2011). Permainan Tradisional Sebagai Me-
dia Stimulasi Aspek Perkembangan Anak
Alim, M. L. (2016). Upaya Meningkatkan Ke-
Usia Dini. Jurnal Penelitian PAUDIA, Volume
mampuan Fisik Motorik Kasar Anak me-
1 No. 1 2011, 1(1), 91–105.
lalui Kegiatan Melambungkan dan Me-
nangkap dengan Berbagai Media Anak Usia Kusbiantoro, D. (2015). PERTUMBUHAN
Dini di TK Al-Fajar Pekanbaru. Jurnal DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA
PAUD Tambusai, 2(1), 79–89. PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-
KANAK ABA 1 LAMONGAN. Surya, 7
Aloqaili, A. S. (2012). The relationship between
(1), 1–8.
reading comprehension and critical think-
ing: A theoretical study. Journal of King Saud Leonardo, Z. (2010). Learning in Places: The In-
University - Languages and Translation, 24(1), formal Education Reader. Anthropology and
35–41. http://doi.org/10.1016/ Education Quarterly, 41(1), 115–116. http://
j.jksult.2011.01.001 doi.org/10.1111/j.1548-1492.2010.01070.x
An, M. B. A., Awal, P., Holis, A., Istiarini, R., Maisya, I. B., & Susilowati, A. (2014). Faktor
Kusbiantoro, D., Media, P., … Dusenbury, pada Remaja Muda dan Tersedianya Media
L. (2016). Belajar Melalui Bermain untuk Informasi Hubungannya dengan Perilaku
Pengembangan Kreativitas dan Kognitif Berisiko. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 5(3
Anak Usia Dini. Surya, 1(1), 23–37. Des), 127–133.
Aryani, N. (2015). Konsep Pendidikan Anak Usia Pechtel, P., & Pizzagalli, D. A. (2011). Effects of
Dini dalam Perspektif Pendidikan Islam. early life stress on cognitive and affective
Jurnal Potensia, 14(2), 213–220. function: An integrated review of human
literature. Psychopharmacology. http://
Billett, S. (2014). Learning in the circumstances of
doi.org/10.1007/s00213-010-2009-2
practice. International Journal of Lifelong Edu-
cation, 33(5), 674–693. http:// Putra, D. W., Nugroho, A. P., & Puspitarini, E.
doi.org/10.1080/02601370.2014.908425 W. (2016). Game Edukasi Berbasis Android
Sebagai Media Pembelajaran Untuk Anak
Burdelski, M. (2013). Socializing children to hon-
Usia Dini. Jurnal Informatika Merdeka Pasuru-
orifics in Japanese: Identity and stance in
an, 1(1), 46–58.
Interaction. Multilingua, 32(2), 247–273.
http://doi.org/10.1515/multi-2013-0012 Saragih, A. H. (2008). Kompetensi Minimal
Seorang Guru Dalam Mengajar. Jurnal Tab-
Choirun Nisak Aulina. (2013). Penanaman
ularasa, 5(1), 23–34.
Disiplin Pada Anak Usia Dini. Pedagogia, 2
(1), 36–49. http://doi.org/10.21070/ Satya Yoga, D., Suarmini, N. W., & Prabowo, S.
pedagogia.v2i1.45 (2015). Peran Keluarga Sangat Penting da-
lam Pendidikan Mental, Karakter Anak
Gottman, J., & Gottman, J. (2017). The Natural
serta Budi Pekerti Anak. Jurnal Sosial Hu-
Principles of Love. Journal of Family Theory
maniora, 8(1), 46. http://doi.org/10.12962/
and Review, 9(1), 7–26. http://
j24433527.v8i1.1241
doi.org/10.1111/jftr.12182
Solihin, D. M., Faisal, A., & Dadang, S. (2013).
Hidayah, R., Yunita, E., & Utami, Y. W. (2015).
Kaitan Antara Status Gizi,Perkembangan
Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan
Kognitif, Dan Perkembangan Motorik Pada
Kecerdasan Emosional Anak Usia Pra-
Anak Usia Prasekolah. Penelitian Gizi Dan
sekolah (4-6 Tahun) Di Tk Senaputra Kota
Malang. Jurnal Keperawatan, 4(2), 131–135. Makanan, 36(1), 62–72.
http://doi.org/10.22219/JK.V4I2.2363 Tollefson, M. M., & Frieden, I. J. (2012). Early
Hoving, C., Visser, A., Mullen, P. D., & van den Growth of Infantile Hemangiomas: What
Borne, B. (2010). A history of patient educa- Parents’ Photographs Tell Us. PEDIAT-
tion by health professionals in Europe and RICS, 130(2), e314–e320. http://
North America: From authority to shared doi.org/10.1542/peds.2011-3683
decision making education. Patient Education Utama Bandi, A. M. (2011). Pembentukan
and Counseling, 78(3), 275–281. http:// Karakter Anak Melalui Aktivitas Bermain
doi.org/10.1016/j.pec.2010.01.015 Dalam Pendidikan Jasmani. Universitas

http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612


51

Anda mungkin juga menyukai