Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA

PRASEKOLAH DI KABUPATEN BLORA

Proposal Skripsi

Disusun sebagai salah satu syarat melakukan penelitian

Oleh:

Elvin Anggrianti

NIM. G2A018030

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak merupakan dambaan setiap keluarga. Selain itu, setiap keluarga juga
mengharapkan anaknya kelak bertumbuh kembang optimal (sehat fisik,
mental/kognitif, dan sosial), agar dapat dibanggakan serta berguna bagi nusa dan
bangsa. Sebagai aset bangsa, anak harus mendapat perhatian sejak masih di dalam
kandungan sampai menjadi manusia dewasa (Soetjiningsih, 2012).
Menurut Duvall (1977), sebuah keluarga akan bertumbuh dan berkembang.
Awalnya dua orang individu membangun keluarga sebagai pasangan, tugas mereka
saling menyesuaikan diri satu sama lain agar tercipta keharmonisan (married couple).
Setelah mereka dikaruniai anak pertama, mereka memasuki tahap keluarga yang
disebut childbearing families. Memasuki tahap ini, tugas mereka bertambah pula,
bukan hanya sebagai pasangan, melainkan juga sebagai ayah / ibu bagi anak-anaknya.
Usia pra sekolah adalah masa dimana anak sangat memerlukan perhatian
dalam tahap perkembangan dan pertumbuhanya karena,pada masa ini potensi anak
dapat berkembang secara maksimal apabila diperhatikan sejak dini. Peran keluarga
sangat dibutuhkan karena anak membutuhkan orang lain dalam setiap proses tumbuh
kembangnya (Markham, 2019). Jika orangtua kurang ikut terlibat langsung dengan
kegiatan anak, atau adanya pengaruh stimulasi lain yang besar dari selain orang tua,
maka dapat terjadi keterlambatan tumbuh kembang anak dan tanda bahaya
perkembangan anak tidak bisa dideteksi dini secara awal (IDAI, 2013).
Perkembangan anak prasekolah disebut dengan “Golden Age” yang artinya
perkembangan pada usia ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap
perkembangan anak dalam waktu dekat sampai tumbuh dewasa. Secara umum, anak
usia dini mempelajari berbagai hal pada tahap ini, termasuk perkembangan motorik,
kognitif, bahasa, dan keterampilan sosial pribadi. Salah satu aspek yang perlu
dipertimbangkan adalah organisasi sosial pribadi (Pratiwi, 2018).
Seorang anak dapat dikatakan memiliki perkembangan yang optimal jika anak
mampu melakukan atau menjalani tugas-tugas perkembangannya dengan baik pada
setiap tahap perkembangannya. Setiap anak memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan yang berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya (Suririnah,
2009). Aspek perkembangan anak usia dini meliputi motorik kasar, motorik halus,
bahasa, dan sosial. Kemampuan motorik kasar akan memberikan pengaruh positif
bagi perkembangan motorik halus anak karena antara aspek - aspek tersebut sangat
saling mempengaruhi bagi perkembangan anak. Begitupun dengan kemampuan
bahasa anak yang baik akan berpengaruh baik juga terhadap perkembangan sosial
anak tersebut. Tahapan perkembangan merupakan sekumpulan keterampilan
fungsional atau kemampuan berdasarkan usia yang dapat dilakukan oleh anak pada
usia tertentu (Erikson, 1994).
Masa 5 tahun pertama merupakan masa yang pendek dan tidak akan terulang
kembali dalam kehidupan seorang anak, maka orang tua, pengasuh, dan pendidik
harus memanfaatkan periode yang singkat ini untuk membentuk menjadi bagian dari
generasi penerus yang tangguh dan berkualitas. Salah satu yang dapat dilakukan yaitu
dengan memerhatikan tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang optimal adalah
tercapainya proses tumbuh kembang yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
anak. Dengan mengetahui penyimpangan tumbuh kembang anak sejak dini, maka
dapat dilakukan berbagai upaya pencegahan, stimulasi dan penyembuhan serta
pemulihannya sedini mungkin pada masa-masa proses tumbuh kembang anak
sehingga akan tercapai hasil yang diharapkan (Dinkes, 2014).
Masa prasekolah merupakan fondasi awal bagi perkembangan anak (Suyadi,
2013) karena pada masa ini perubahan dasar akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak di masa yang akan datang. Pada masa ini juga perkembangan
berbahasa, kreativitas, kontrol emosional dan kecerdasan berkembang dengan cepat
dan merupakan dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak usia prasekolah juga
mempunyai berbagai potensi yang harus diberikan stimulasi dan dikembangkan agar
anak tersebut berkembang secara optimal (Supartini dalam Fadholi, 2011). Anak yang
mendapatkan stimulasi yang baik akan lebih cepat berkembang jika dibandingkan
dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi (Adriana, 2011).
Menurut UNICEF 2012 di Indonesia 40% balita dipedesaan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat (Kemenkes, 2017). WHO
melaporkan bahwa 5-25% dari anak-anak usia prasekolah menderita disfungsi otak
minor, termasuk gangguan perkembangan. Dari 200 juta anak usia 4-6 tahun di
negara-negara berkembang, lebih dari sepertiganya tidak terpenuhi potensinya untuk
perkembangan yang optimal (UNICEF, 2006). Tidak terpenuhinya potensi
perkembangan anak akan menyebabkan terganggunya perkembangan anak dimasa
yang akan datang.
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukan hasil skrinning perkembangan
yang berbeda-beda, dengan rentang nilai 13%-28,5%. Tujuh puluh persen anak
dengan keterlambatan tidak teridentifikasi tanpa skrining, sedangkan 70-80% anak
dengan keterlambatan perkembangan teridentifikasi dengan skrining perkembangan
yang baik (Fadlyana, 2003). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Asthiningsih
pada tahun 2018 yang berjudul Deteksi Dini Perkembangan Balita dengan Metode
DDST II di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Juanda Samarinda didapatkan hasil
perkembangan pada balita dengan menggunakan metode DDST II yaitu
perkembangan anak normal berjumlah 93 anak (82,3%), abnormal ada 2 anak (1,8%),
dan suspect ada 18 balita (15,9%). Hasil tersebut didapatkan berdasarkan 4 aspek
perkembangan, yaitu personal sosial, adaptif-motorik halus, bahasa, dan motorik
kasar.
Hasil skrining di berbagai tempat akan berbeda tergantung dengan faktor -
faktor yang mempengaruhi perkembangan seperti halnya pada penelitian yang
dilakukan oleh Anindhita pada tahun 2017 didapatkan bahwa faktor usia, jenis
kelamin, dan riwayat prematuritas dapat mempengaruhi perkembangan anak pada usia
prasekolah. Selain itu, ada pula faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
keterlambatan anak pada usia prasekolah. Hal itu didapatkan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Moonik, dkk (2015) didapatkan bahwa berat badan lahir rendah dan
kepadatan hunian berhubungan dengan keterlambatan perkembangan anak.
Pada dasarnya anak memiliki pola perkembangan normal yang disebabkan
oleh beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Faktor-faktor tersebut
antara lain faktor genetik dan faktor lingkungan juga bio-fisiko psikososialnya yang
nisa menghambat ataupun mengoptimalkan perkembangan anak. Faktor lingkungan
dibagi menjadi faktor lingkungan prenatal, perinatal dan pascanatal (Soetjiningsih,
2012). Pengaruh lingkungan terhadap tumbuh kembang anak sangat kompleks, tidak
hanya keluarga tapi juga masyarakat di sekitar anak, lingkungan biologis, lingkungan
fisik, ekonomi-polotik, serta sosial budaya (Ebrahim dalam Moonik, 2015).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kajian latar belakang tersebut rumusan permasalahan yang ditetapkan
penulis yaitu ingin mengetahui bagaimana tugas perkembangan keluarga pada anak
usia pra sekolah di Kabupaten Blora.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana tugas perkembangan keluarga pada anak usia pra sekolah
di Kabupaten Blora.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tugas perkembangan keluarga pada anak usia pra sekolah.
b. Mendeskripsikan permasalahan yang muncul pada proses perkembangan anak
usia pra sekolah.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian keperawatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan acuan yang diperlukan dalam meningkatkan pelaksanaan praktek
pelayanan keperawatan khususnya pada keluarga dengan anak usia pra sekolah.
2. Bagi Instansi Akademik
Hasil penelitian keperawatan ini dapat dijadikan sebagai referensi ilmiah dan
peningkatan perkembangan ilmu keperawatan khususnya Keperawatan Keluarga
tentang tugas perkembangan keluarga pada anak usia pra sekolah.
3. Bagi Perawat
Hasil penelitian keperawatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
perawat serta meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan khususnya
pada keluarga dengan anak usia pra sekolah.
4. Bagi Klien
Hasil penelitian keperawatan ini diharapkan dapat memberikan edukasi dan
informasi mengenai tugas perkembangan keluarga pada anak usia pra sekolah.

E. Bidang Ilmu
Penelitian ini mencakup dalam bidang ilmu Keperawatan Keluarga.
F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1

Keaslian Penelitian

Judul
Peneliti Metode Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian

Suprayitno et al., “Peran Keluarga Metode penelitian ini Hasil penelitian ini

(2021) Berhubungan dengan adalah observasional adalah terdapat

Tumbuh Kembang analitik. hubungan yang

Anak Usia signifikan antara peran

Pra Sekolah” keluarga dengan tumbuh

kembang anak

prasekolah di TK Al-

Amanah Desa Barat (=

0,000). Meskipun anak

sudah mendapat stimulus

melalui pembelajaran

dari guru di TK, namun

keluarga tetap menjadi

individu paling dekat

dengan anak dan

lingkungan pertama bagi

anak sekaligus menjadi

faktor pendukung dalam

tahap tumbuh

kembangnya.

Oktaviani et al., “Peran Orang Tua Penelitian ini Hasil penelitian ini
(2020) dalam Menstimulasi menggunakan metode adalah terdapat peran

Perkembangan Bahasa kualitatiff deskriptif. penting orang tua dalam

Anak Usia Pra Sampel dipilih perkembangan bahasa

Sekolah” menggunakan teknik anak usia pra sekolah.

saturation sampling. Kebersamaan antara

anak dan orang tua

dinilai penting karena

pada usia tersebut anak

dengan mudah menyerap

lingkungan sekitar,

sehingga jika tidak

diawasi, dikhawatirkan

anak akan mengikuti

contoh yang buruk.

Elmanora et al., “Lingkungan Keluarga Metode penelitian ini Hasil dari penelitian ini

(2017) Sebagai Sumber adalah metode adalah stimulasi dari

Stimulasi Utama Untuk eksplanatori dan lingkungan keluarga

Perkembangan cross sectional. memiliki pengaruh yang

Kognitif Anak Usia Pra lebih kuat pada

Sekolah” perkembangan kognitif

anak dibandingkan

dengan stimulasi dari

lingkungan luar. Hal ini

terjadi karena orang tua

merupakan guru yang

utama bagi anak.

Nitecki (2015) “Integrated School- Penelitian ini Hasil dari penelitian ini

Family Partnerahipa in menggunakan metode adalah sekolah dan

Preschool: Building penelitian kualitatif. keluarga harus saling

Quality Involvement membangun hubungan,


Through berkomunikasi dan

Multidimensional saling terlibat dalam

Relationships” memberikan pendidikan

pada anak usia pra

sekolah agar dicapai

hasil yang maksimal.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga prasekolah
1. Pengertian keluarga
Dalam keluarga terdapat beberapa perkembangan, salah satunya adalah
keluarga dengan tahap perkembangan anak usia prasekolah. Keluarga pada tahap
prasekolah adalah keluarga yang dimulai dengan anak pertama usia prasekolah (2,5 –
5 tahun). Keluarga pada tahap prasekolah merupakan tahap perkembangan keluarga
ke III (Paradila, 2012).
Menurut Duvall (1977), sebuah keluarga akan bertumbuh dan berkembang.
Awalnya dua orang individu membangun keluarga sebagai pasangan, tugas mereka
saling menyesuaikan diri satu sama lain agar tercipta keharmonisan (married couple).
Setelah mereka dikaruniai anak pertama, mereka memasuki tahap keluarga yang
disebut childbearing families. Memasuki tahap ini, tugas mereka bertambah pula,
bukan hanya sebagai pasangan, melainkan juga sebagai ayah / ibu bagi anak-anaknya.
Perkembangan anak prasekolah disebut dengan “Golden Age” yang artinya
perkembangan pada usia ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap
perkembangan anak dalam waktu dekat sampai tumbuh dewasa. Secara umum, anak
usia dini mempelajari berbagai hal pada tahap ini, termasuk perkembangan motorik,
kognitif, bahasa, dan keterampilan sosial pribadi. Salah satu aspek yang perlu
dipertimbangkan adalah organisasi sosial pribadi (Adii et al., n.d.).
Masa 5 tahun pertama merupakan masa yang pendek dan tidak akan terulang
kembali dalam kehidupan seorang anak, maka orang tua, pengasuh, dan pendidik
harus memanfaatkan periode yang singkat ini untuk membentuk menjadi bagian dari
generasi penerus yang tangguh dan berkualitas. Salah satu yang dapat dilakukan yaitu
dengan memerhatikan tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang optimal adalah
tercapainya proses tumbuh kembang yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
anak. Dengan mengetahui penyimpangan tumbuh kembang anak sejak dini, maka
dapat dilakukan berbagai upaya pencegahan, stimulasi dan penyembuhan serta
pemulihannya sedini mungkin pada masa-masa proses tumbuh kembang anak
sehingga akan tercapai hasil yang diharapkan (Dinkes, 2014).

B. Tahap dan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah


Ini adalah tahap ke 3 dari 8 tahap perkembangan keluarga dalam tahap perkembangan
anak prasekolah :
Tahap III (anak pra sekolah usia)
Tugas perkembangan menurut (Kemenkes, 2013) yaitu:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi dan
keamanan.
2) Memelihara hubungan yang sehat di dalam dan di luar keluarga.
3) Mengintegrasikan anak yang baru.
4) Mensosialisasikan anak

C. Masalah yang sering muncul pada keluarga dengan anak usia prasekolah
Menurut pendapat (Supartini, Y. 2012) ada beberapa masalah yang sering muncul
pada keluarga dengan anak usia prasekolah yaitu:
1. Masalah kesehatan

Masalah kesehatan umum pada anak prasekolah, diare, cacar air, campak. Masalah
perawatan/penatalaksanaan dan komplikasi pertimbangan keperawatan:

a) Diare (Penyakit Dalam Perut) Agen Pembuka: Bakteri dan virus.


b) Cacar air (chickenpox).
c) Campak.
2. Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang dapat menghasilkan
keterampilan baru, meskipun tidak meninggalkan bekkas luka atau fisik namun
kecelakaan dianggap sebagai kegagalan dan akan berhati – hati jika membahayakan
anak tersebut.
3. Keracunan
Pada dasarnya, anak-anak prasekolah suka mencoba sesuatu yang dilihat anak - anak
tanpa mengetahui apakah itu berbahaya.bahaya

4. Psikologis
Rasa bersalah terjadi ketika seorang anak tidak mampu mencapai
sesuatu dan bisa menjadi kurang bersosialisasi, marah, dan agresif.
5. Gangguan tidur
Pada usia tiga atau empat tahun, anak itu bermimpi, tetapi anak itu tidak dapat
membedakan antara fantasi dan kenyataan.
6. Hubungan keluarga

Dengan masalah ini biasanya anak mulai iri dengan adanya orang/keluarga baru, anak
merasa orang tua tidak lagi memperhatikan, sehingga anak sering menimbulkan
masalah atau masalah untuk mendapatkan perhatian orang tua.

D. Faktor - faktor yang menjadi suksesnya pencapaian keluarga dengan anak usia
prasekolah

Faktor ini sangat berpengaruh terhadap pemenuhan perkembangan bagi anak usia
prasekolah yang dilakukan oleh orangtua yaitu: pemenuhan nutrisi pada anak usia
prasekolah, pemenuhan kebutuhan istirahat tidur anak, dan pemenuhan stimulasi
dimana ini sangat berdampak terhadap perkembangan anak usia prasekolah (Potter,
A., & Perry, 2012).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan kali ini adalah penelitian kuantitatif. Metode
penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk mengaju hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono 2017:8).
Metode penelitian yang dilakukan kali ini adalah metode penelitian deskriptif.
Riset deskriptif merupakan riset yang bertujuan untuk menggambarkan atau
mengungkap fenomena yang terjadi (Suprajitno, 2016). Penelitian deskriptif
dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fakta-fakta
mengenai populasi secara sistematis, dan akurat. Dalam penelitian deskriptif fakta-
fakta hasil penelitian disajikan apa adanya.

B. Populasi dan Sampel


Menurut Sugiyono (2019:126) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Pada
penelitian kali ini, populasinya adalah anak pra sekolah di Kecamatan Ngawen
Kabupaten Blora.
Menurut Arikunto (Dalam Riduwan 2012:56) mengatakan sampel adalah
sebagian dari populasi (sebagai wakil populasi yang di teliti). Sampel penelitian
adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili
seluruh populasi. Menurut (Sugiyono, 2018:81) Sampel adalah bagian besar dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan maka peneliti menggunakan metode
sampling simple random sampling.

C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor


Variabel Tugas perkembangan Aspek Kuisioner Ordinal Baik
independent keluarga dalam tahap perkembangan menggunakan Cukup
tugas perkembangan anak anak usia pra skala likert Sedang
perkembangan prasekolah: sekolah
keluarga 1. Memenuhi meliputi
kebutuhan motorik kasar,
anggota keluarga motorik halus,
seperti rumah, bahasa, dan
ruang bermain, sosial.
privasi dan
keamanan.
2. Memelihara
hubungan yang
sehat di dalam
dan luar keluarga.
3. Mengintegrasikan
anak yang bary
4. Mensosialisasikan
anak.
Variabel Keluarga pada tahap Keluarga pada Kuisioner Ordinal Ya
dependent prasekolah tahap menggunakan Tidak
anak usia pra merupakan tahap prasekolah skala likert
sekolah perkembangan adalah
keluarga ke III keluarga yang
dimulai
dengan anak
pertama usia
prasekolah
(2,5 – 5
tahun).

D. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian merupakan objek penelitian diamana kegiatan penelitian
dilakukan. Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah atau
memperjelas lokasi yang menjadi sasaran dalam penelitian. Lokasi penelitian kali ini
di Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.

E. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal
dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 2 (dua) bulan, 1 bulan
pengumpulan data dan 1 bulan pengolahan data yang meliputi penyajian dalam
bentuk skripsi dan proses bimbingan berlangsung.

F. Etika Penelitian
Prinsip etika riset terdapat empat dasar yaitu menghormati harkat dan martabat
manusia (respect for human dignity), menghormati privasi dan kerahasiaan subyek
riset (respect for privacy and confidentiality), keadilan dan inklusivitas (respect for
justice and inclusiveness), dan memperhitungkan manfaat dan kerugian yang
ditimbulkan (balancing harms and benefits) (Suprajitno, 2016).
Berikut ini adalah metodologi yang dapat kita gunakan untuk memutuskan apakah
penelitian kita tidak melanggar etika penelitian (Husna & Suryana, 2017), sebagai
berikut:
1. Informed Consent (persetujuan)
Prosedur ini harus dilakukan peneliti untuk memastikan agar subjek penelitian
benar-benar bersedia berpartisipasi dalam penelitian secara sukarela. Persetujuan
meliputi 3 elemen, yaitu kapasitas subjek penelitian, informasi, dan sukarela.
Ketiga elemen ini harus dipenuhi.
a. Kapasitas
Kapasitas didefinisikan sebagai kemampuan subjek penelitian untuk
memutuskan apakah dia menginginkan untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Dalam hal ini seorang anak dan orang yang cacat mental dianggap tidak
mempunyai kapasitas tersebut.
b. Informasi
Informasi, berarti peneliti telah memberikan informasi secukupnya agar
responden memahami tujuan penelitian dan peran mereka dalam penelitian
tersebut.
c. Sukarela
Sukarela, berarti bahwa subjek penelitian memilih berpartisipasi dalam
penelitian secara sukarela dan bebas mengundurkan diri dari penelitian kapan
saja. Harus dipastikan bahwa tidak ada usaha pemaksaan, pemalsuan,
kebohongan, atau ancaman, pemaksaan secara tersembunyi terhadap subjek
penelitian. Membayar subjek penelitian dapat dilakukan, tetapi peneliti tidak
boleh mengancam untuk memenjarakan, misalnya, agar partisipan bersedia
berpartisipasi dalam suatu penelitian.
Perhatian khusus harus diberikan untuk memperoleh konsen dari anak-anak,
pasien rumah sakit jiwa, dan orang yang cacat mental. Untuk kelompok subjek
penelitian tersebut, kita perlu meminta konsen dari orangtua atau wali mereka.
Namun, subjek penelitian tetap harus diberi informasi sebanyak mungkin
tentang penelitian dan apakah mereka bersedia berpartisipasi dalam penelitian
tersebut.
2. Bahaya atau Risiko
Salah satu hal terpenting dalam hal etika penelitian adalah kita tidak boleh
membahayakan subjek penelitian kita. Termasuk dalam kategori bahaya adalah
membahayakan partisipan secara fisik maupun mengakibatkan merasa stress,
merasa malu ataupun dipermalukan. Harga diri subjek penelitian harus dijaga oleh
setiap peneliti.
Penelitian pendidikan dapat juga menyebabkan bahaya psikologis atau bahaya
sosial, misalnya, sebagai akibat dari intervensi dalam proses belajar maupun
proses sosialisasi. Tugas kitalah sebagai peneliti untuk mengurangi risiko bahaya
semaksimal mungkin. Tugas peneliti untuk menilai apakah bahaya atau risiko
yang harus diterima subjek penelitian melebihi potensi hasil penelitian untuk
memberikan pengaruh yang baik kepada masyarakat.
3. Privasi
Setiap subjek penelitian mempunyai hak untuk tidak mau diketahui bahwa ia
berpartisipasi dalam penelitian kita; dan hak agar informasi yang diberikan kepada
kita tidak dapat dikaitkan dengan mereka. Informasi yang digunakan dalam
penelitian dan dipublikasikan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin kerahasiaan subjek penelitian.
4. Kebohongan
Kebohongan dalam penelitian mencakup kesalahan dalam menginterpretasikan
fakta yang terkait pada tujuan penelitian. Menghilangkan atau meniadakan fakta
sama buruknya dengan salah menginterpretasikan. Bila terdapat kesalahan
interpretasi pada sebagian dari penelitian, sebetulnya subjek penelitian dapat
dianggap tidak sepenuhnya memberikan konsen atau bersedia menjadi partisipan
pada penelitian, dan secara moral penelitian tersebut tidak dapat dibenarkan.
Ada penelitian yang justru tidak menghendaki subjek penelitian mengetahui
perlakuan apa yang akan diberikan pada penelitian eksperimental karena
pengetahuan mereka dianggap dapat mempengaruhi respons mereka (Hawthorne
Effect). Sebetulnya, penelitian seperti ini dapat dikatakan “membohongi” subjek
penelitian. Dari pada tidak memberitahu subjek penelitian tentang perlakuan yang
akan diberikan, sebaiknya kita menggunakan metode placebo, dengan
menggunakan kelompok kontrol, dan kita informasikan bahwa subjek penelitian
dapat saja terpilih menjadi anggota kelompok kontrol ataupun kelompok
perlakuan secara acak.

G. Alat Pengumpul Data


Dalam dunia penelitian dikenal dua jenis data, yaitu data primer dan sekunder.
Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dan biasa
dikumpulkan menggunakan metode survei, observasi, eksperimen ataupun
dokumentasi. Sedangkan data sekunder merupakan data yang tidak dikumpulkan
peneliti secara langsung melainkan diambil dari berbagai dokumen cetak ataupun
elektronik. Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan angket (questionnaire).
Angket merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
kesepakatan pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket ini
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden
(Sugiyono, 2018:124).

H. Prosedur Pengumpulan Data


1. Metode Observasi
Selain metode survei, data primer seperti karakteristik seorang individu juga dapat
digambarkan dengan melakukan observasi atau pengamatan. Istilah observasi
mengacu pada prosedur objektif yang digunakan untuk mencatat subjek yang
sedang diteliti. Metode observasi, misalnya, dapat digunakan untuk menjaring
informasi mengenai bagaimana siswa bersikap dan berinteraksi satu sama lain di
sekolah. Untuk itu, peneliti dapat menggunakan instrumen penelitian yang berupa
pedoman observasi atau dapat juga berupa suatu ceklis (Husna & Suryana, 2017).
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan dalam
penelitian dan praktek mengenai suatu fenomena dalam suatu bidang. Partisipan
penelitian mencatat semua kejadian yang diteliti dalam catatan harian atau jurnal,
Peneliti kemudian melakukan analisis konten terhadap hasil-hasil kajian, laporan-
laporan maupun catatancatatan penelitian. Metode dokumentasi banyak digunakan
pada penelitian historis (historical Research), literatur (literature Review), Meta
analisis (Meta Analysis), analisis konten (content Analysis), dan penelitian yang
menggunakan data sekunder (Husna & Suryana, 2017).
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data,
dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut (face-to-face) (Notoatmodjo, 2010:139). Dalam kasus ini,
wawancara dilakukan secara langsung saat melakukan pengkajian keperawatan
dengan klien yang menderita gout arthritis.

I. Rencana Analisis Data


Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data merupakan kegiatan setelah
data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis
data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan Sugiyono,
(2018:147)
Analisis data merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang
telah dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subjektif dan objektif yang
didapatkan dalam berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai normal, untuk
diketahui kemungkinan tambahan atau pengkajian ulang tentang data yang ada.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah analisis data yang dilakukan dengan memilih hal - hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Data yang diperoleh didalam lapangan
ditulis/diketik dalam bentuk uraian (Transkip) atau laporan terperinci.
2. Penyajian Data (Data Diplay)
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan. Hubungan antar
kategori, flowchart, dan sejenisnya. Tetapi yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif
(Narasi).
3. Conclusion Drawing/Verification
Data yang sudah diperoleh kemudian dikategorikan, dicari tema dan polanya
kemudian ditarik kesimpulan, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat, yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai