Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN BUNUH DIRI

Disusun Oleh:

Nama : Elvin Anggrianti

NIM : SN221049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMI 2022/2023


A. MASALAH UTAMA
Resiko bunuh diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi

Bunuh diri merupakan tindakan agresif yang merusak diri sendiri


dan dapat mengakhiri kehidupan (Wilson dan Kneisl, 1988). Bunuh diri
merupakan kedaruratan psikiatri karena pasien berada dalam keadaan stres
yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada
bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana
yang spesifik atau percobaan bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk
bunuh diri. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan
perawat yang tinggi dalam merawat pasien dengan tingkah laku bunuh
diri, agar pasien tidak melakukan tindakan bunuh diri.
Harold (1998) mengungkapkan bahwa bunuh diri adalah kematian
yang diperbuat oleh pelaku sendiri secara sengaja dan biasanya terjadi
karena adanya krisis yang membuat penderitaan yang amat sangat dan rasa
putus asa serta tidak berdaya, dan adanya konflik antara hidup dan stres
yang tak tertahankan, penyempitan dari pilihan jalan keluar yang dilihat
penderita serta keinginan untuk melarikan diri dari hal itu. Bunuh diri
adalah tindakan nyata yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang oleh
dirinya sendiri secara sengaja dan dalam kondiri sadar (Darmaningtyas,
2020).

2. Tanda dan gejala


Faktor Predisposisi
a. Kegagalan atau adaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
b. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti.
c. Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
e. Tangisan minta tolong.
Lima domain faktor risiko menunjang pada pemahaman perilaku destruktif
diri:
a. Diagnosis psikiatri
Hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan
afektif, skizofrenia, dan penyalahgunaan zat.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya risiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian,
kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor risiko penting untuk perilaku destruktif.
e. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotonegik, opiatergik, dan
dopaminergik menjadi media proses yang dapat menimbulkan
perilaku merusak diri.
Faktor penyebab tambahan terjadinya bunuh diri antara lain sebagai
berikut (Cook dan Fontaine, 1987).
1. Penyebab bunuh diri pada anak
a. Pelarian dari penganiayaan dan pemerkosaan.
b. Situasi keluarga yang kacau.
c. Perasaan tidak disayangi atau selalu dikritik.
d. Gagal sekolah.
e. Takut atau dihina di sekolah.
f. Kehilangan orang yang dicintai.
g. Dihukum orang lain.
2. Penyebab bunuh diri pada remaja.
a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna.
b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal.
c. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan.
d. Perasaan tidak dimengerti orang lain.
e. Kehilangan orang yang dicintai.
f. Keadaan fisik.
g. Masalah dengan orang tua.
h. Masalah seksual.
i. Depresi. (Nurhalimah, 2005)

3. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa.


a. Self ideal terlalu tinggi.
b. Cemas akan tugas akademik yang terlalu banyak.
c. Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan
kasih sayang orang tua.
d. Kompetisi untuk sukses.
4. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut.
a. Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan.
b. Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi.
c. Perasaan tidak berarti di masyarakat.
d. Kesepian dan isolasi sosial.
e. Kehilangan ganda, seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan.
f. Sumber hidup bergantung.
Faktor Presipitasi
1. Psikososial dan klinik
a. Keputusasaan
b. Ras kulit putih
c. Jenis kelamin laki-laki
d. Usia lebih tua
e. Hidup sendiri
2. Riwayat
a. Pernah mencoba bunuh diri.
b. Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri.
c. Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat.
3. Diagnostis
a. Penyakit medis umum
b. Psikosis
c. Penyalahgunaan zat

3. Penyebab terjadinya masalah


Hal yang dapat terjadi pada pasien bunuh diri:
a. Cemas
b. Depresi
c. Isolasi/menarik diri
d. Sedih
e. Tidak berdaya
f. Memberikan isyaat verbal/ nonverbal
g. Melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya
h. Pola hidup tidak stabil
i. Pemakaian alkohol dan obat yang terus menerus
j. Rencana melakukan tindakan bunuh diri
k. Mendapat tekanan dalam hidup
l. Gangguan tidur, kebersihan diri, dan kebiasaan makan
m. Putus asa (Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015)

4. Akibat terjadinya masalah


Akibat yang timbul terjadi pada pasien bunuh diri:
a) Keputusasaan
b) Menyalahkan diri sendiri
c) Perasaan gagal dan tidak berharga
d) Perasaan terlekan
e) Insomnia yang menetap
f) Penurunan berat badan
g) Berbicara lamban, keletihan
h) Menarik diri dari lingkungan social
i) Pikiran dan rencana bunuh diri
j) Percobaan atau ancaman verbal

C. POHON MASALAH

Harga Diri Rendah

Resiko Bunuh Diri

Koping Tidak Efektif

(Yusuf, A.H & ,R &Nihayati, 2019)


D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
a. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama klien
b. Panggilan klien
c. Usia
d. Tanggal pengkajian
e. Informan
f. No. RM
2. Keluhan utama/alasan masuk (ditanyakan klien/keluarga)
3. Faktor predisposisi
a. Riwayat mengalami gangguan jiwa dimasa lalu dan hasil
pengobatan.
b. Riwayat penganiayaan fisik, seksual, penolakan lingkungan
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
c. Riwayat keluarga.
d. Riwayat pengalaman yang tidak menyenagkan.
4. Aspek fisik/biologis
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungi organ:
a. Mengukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan darah,
nadi, suhu, pernapasan klien.
b. Mengukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Keluhan fisik yang dirasakan oleh klien.
d. Kaji lebih lanjut sistem dan fungsi organ dan jelaskan
sesuai degan keluhan yang ada.
5. Aspek psikososial
a. Genogram,
b. Konsep diri,
c. Hubungan sosial,
d. Spiritual
6. Status mental
a. Penampilan, pembicaraan,
b. Aktivitas motorik,
c. Alam perasaan,
d. Afek,
e. Interaksi selama wawancara,
f. Proses pikir,
g. Persepsi halusinasi,
h. Waham, memori,
i. Tigkat konsentrasi dan berhitung,
j. Kemampuan dalam menilai,
k. Daya titik diri
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan,
b. BAB/BAK,
c. Mandi,
d. Berpakaian,
e. Kebersihan diri,
f. Istirahat tidur,
g. Penggunaan obat,
h. Pemeliharaan kesehatan,
i. Kegiatan didalam dan luar rumah
8. Mekanisme koping
a) Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses
informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam
upaya mengelola ansietas)
b) Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang
membingungkan dengan menempatkan tanggung jawab
kepada orang lain)
c) Menarik diri
d) Pengingkaran
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Pengetahuan (penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, sistem
pendukung, penyakit fisik, obat-obatan)
11. Aspek medis
a. Menuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan
oleh dokter yang merawat.
b. Menuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik,
psikofarmaka dan terapi klien.
12. Daftar masalah keperawatan
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Bunuh Diri
F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pada Pasien
Tujuan : pasien tetap aman dan selamat

Tindakan : melindungi pasien

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri,


maka dapat melakukan tindakan berikut ini :

 Menemani pasien terus menerus sampai dia dapat dipindahkan


ketempat yang aman.

 Menjauhakn semua benda yang berbahaya (pisau, silet, gelas, tali


pinggang)

 Memeriksa apakah pasien benar benar telah meminum obatnya,


jika pasien mendapatkan obat.
SP 1 Pasien : Melatih klien cara mengendalikan diri

a) Mengidentifikasi benda benda yang dapat membahayakan


pasien

b) Mengamankan benda benda yang dapat membahayakan


pasien

c) Melakukan kontrak treatment

d) Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri

e) Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri


Sp II Pasien : Bersama klien mengidentifikasi aspek positif

a) Mengidentifikasi aspek positif pasien

b) Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri

c) Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu


yang berharga
SP III Pasien : Bersama klien memilih koping yang konstruktif

a) Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien

b) Menilai pola koping yang biasa dilakukan


c) Mengidentifikasi pola koping yang kontruktif

d) Mengajarkan pasien menerapkan pola koping konstruktif


dalam kegiatan harian
SP IV Pasien : Bersama klien membuat rencana untuk mencapai
masa depan yang realistik

a) Membuat rencana masa depan yang realistis bersama


pasien

b) Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang


realistis

c) Memberikan dorongan pasien melakukan kegiatan dalam


rangka meraih masa depan yang realistis

2. Pada Keluarga
Tujuan : keluarga berperan serta melindungi anggota
keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
SP I Keluarga : Mendiskusikan cara merawat pasien RBD

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam


merawat pasien

b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko bunuh diri,


jenis dan perilaku bunuh diri yang dialami pasien beserta
proses terjadinya.

c) Menjelaskan cara cara merawat pasien risiko bunuh diri


SP II Keluarga : Melatih cara merawat pasien RBD

a) Melatih keluarga mempratekkan cara merawat pasien


dengan resiko bunuh diri

b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung


kepada pasien risiko bunuh diri
SP II Keluarga : Mendiskusikan bersama keluarga cara menyusun
jadwal aktivitas di rumah dan minum obat
a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat (perencanaan pulang)

b) Menjelaskan kepada keluarga pasien setelah pulang

Evaluasi

S: Klien mengatakan sudah mulai bisa melakukan hal positif, dan


bisa merawat diri.
O: Klien nampak melakukan hal positif.

A: Klien sudah mulai bisa mengendalikan diri secara bertahap.

P: Lanjutkan intervensi SP

G. DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E., & dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Medika.

Harawi, D. (2012). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia,


edisi 2. Jakarta: Gaya Baru.

Nurhalimah, N. (2016). Keperawatan Jiwa Komprehensif. Keperawatan


jiwa, 202.

Yusuf, A.H, F., & ,R & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, 1–366.
https://doi.org/ISBN 978-xxx-xxx-xx-x
SATUAN PENYULUHAN
Melindungi klien dari isyarat bunuh diri

Fase “Assalamu’alaikum Selamat pagi, perkenalkan nama saya


Orientasi Narulita, dari Unissula. Saya biasa dipanggil Lita. Nama Bapak
siapa? Senang dipanggil apa Pak?”
“Bagaimana perasaan dan kabar Bapak hari ini? Bagaimana tadi
malam, apakah bisa tidur nyenyak Pak?”
“Bagaimana Pak kalau hari ini kita berbincang tentang benda-
benda apa saja yang dapat membahayakan Bapak, serta
bagaimana cara mengendalikan keinginan bunuh diri?
Tujuannya agar Bapak tahu benda-benda apa saja yang dapat
membahayakan diri bapak, serta bapak dapat mengetahui cara
mengendalikan dorongan bunuh diri. Dimana kita akan
berbincang? Bagaimana kalau di teras Pak? Berapa lama kita
akan berbincang? Bagaimana kalau 15 menit? Apakah Bapak
setuju?”
Fase Kerja “Baik Pak, apakah Bapak tahu benda-benda yang dapat
membahayakan diri bapak? coba sebutkan apa saja benda-benda
tersebut. Bagus sekali Pak! Bapak tahu benda-benda yang dapat
membahayakan diri Bapak. Apakah salah satu benda tersebut
ada dikamar Bapak? Kalau ada benda tersebut jangan Bapak
dekati atau sentuh ya Pak.”
“Apa Bapak sering mendengar bisikan yang meminta Bapak
untuk bunuh diri?”
“Apa yang Bapak lakukan ketika suara-suara itu datang? Bapak
R, bagaimana kalau saya ajarkan cara-cara untuk mengusir suara
itu, apakah Bapak mau?”
“Pak, kalau suara-suara itu terdengar, bapak tutup kedua telinga
rapat-rapat seperti ini Pak, dan katakan dengan keras “Hentikan,
Saya tidak mau dengar, Jauhi saya, pergi kamu !!! Kamu
palsu.” Coba Bapak lakukan seperti yang saya ajarkan tadi. Iya
Pak seperti itu, bagus sekali!”
Fase “Bagaimana perasaan Bapak setelah mengetahui benda-benda
Terminasi yang dapat membahayakan diri Bapak, dan mengetahui cara
mengusir suara-suara yang menyuruh Bapak melakukan bunuh
diri? Coba Bapak  ulangi lagi apa yang saya ajarkan tadi. Iya
begitu pak, bagus”
“Bapak, selama kita tidak bertemu, bila Bapak melihat benda-
benda yang dapat membahayakan Bapak, segera jauhi, dan jika
Bapak mendengar suara-suara itu kembali, segera Bapak usir
dengan cara yang sudah kita pelajari tadi ya Pak”
“Baiklah sekarang Bapak saya pamit dulu, kapan kita bisa
bertemu lagi Pak? Bagaimana kalau besok? Baiklah besok kita
akan membahas tentang cara berfikir positif tentang diri sendiri
dan menghargai diri sebagai manusia yang berharga. Tempatnya
mau dimana Pak? Bagaimana kalau di teras? Jam berapa Pak ?
Bagaimana kalau jam 09.00 ? Apakah Bapak setuju ? Baiklah
Pak selamat beristirahat, Wassalamu’alaikum”

Anda mungkin juga menyukai