Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

Disusun Oleh:

Nama : Maya Miranthi Oematan

Nim : 2308082

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

2024
1. Pengertian
Resiko Bunuh Diri merupakan, semua Tindakan yang berisiko terhadap cedera yang
ditimbulkan diri sendiri dan mengancam jiwa yang didukung dengan data subjektif dan
data objektif (Wilkinson & Ahern, 2012 dalam Purbaningsih, 2019)
Resiko Bunuh Diri ialah, tindakan mencelakai diri sendiri yang cukup serius
sehingga membutuhkan pemeriksaan medis dan tujuan dari mencelakai diri sendiri adalah
untuk mengakhiri hidup (Krakowski, 2014 dalam Cahyani, 2017)
Resiko Bunuh Diri adalah, tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan (Videbeck, 2008 dalam Dewi 2017)
Berdasarkan penjelasan dari beberapa jurnal di atas dapat disimpulkan bahwa resko
bunuh diri adalah sebuah tindakan mencelakai diri akibat pemikiran yang tidak dapat
diatasi sehingga timbul perasan untuk mengakhiri hidupnya.

2. Klasifikasi
Menurut Maramis (2010); Yosep (2010), Ada 3 jenis bunuh diri yaitu:
1) Bunuh Diri egoistik
Akibat seseorang atau individu yang mempunyai hubungan sosial yang buruk.
Dapat diartikan seperti bunuh diri pada jenis ini dilakukan oleh seseorang yang
merasa bahwa kepentingan individu lebih tinggi dari pada kepentingan sosial
2) Bunuh Diri Altruistik
Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan. Bunuh diri karena adanya perasaan
integrasi antar sesama individu yang satu dengan yang lain, sehingga menciptakan
masyarakat yang memiliki integritas yang kuat.
3) Bunuh Diri Anomik
Akibat Lingkungan tidak dapat memberikan kenyamanan bagi individu. Tipe
bunuh diri yang lebih berfokus pada keadaan moral, dimana individu kehilangan
cita-cita, tujuan dan norma dalam hidupnya.
3. Etiologi (Fitria Nita, 2009)
1. Faktor Predisposisi
Ada lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif
diri sepanjang siklus kehidupan seperti:
a. Diagnosis Psikiatri
Diketahui bahwa lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya
dengan cara bunuh diri memiliki riwayat gangguan jiwa. Ada tiga gangguan
jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk melakukan tindakan bunuh
diri, seperti gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan skizofrenia
b. Sifat Kepribadian
Tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan tingginya resiko bunuh diri
ialah antipati, impulsif dan depresi
c. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian negatif dalam
hidup, penyakit kronis, perpisahan atau bahkan sampai perceraian. Kekuatan
dari dukungan sosial sangatlah penting dalam menciptakan tindakan yang
terapeutik, dengan mengetahui penyebab masalahnya, kemudian respon yang
diberikan dalam menghadapi masalah tersebut.
d. Riwayat Keluarga
Keluarga dengan riwayat pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor yang
penting, dimana dapat menyebabkan seseorang dapat melakukan tindakan
bunuh diri
e. Faktor Biokimia
Data menunjukan bahwa pasien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan
zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak, seperti serotonin, adrenalin, dan
dopamine. Peningkatan dari zat-zat tersebut dapat kita lihat melalui rekaman
gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG)
2. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
pasien. Untuk faktor pencetusnya sendiri dapat berupa kejadian hidup yang
memalukan. Faktor pencetus lainnya adalah ketika pasien melihat atau membaca
melalui media tentang orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh
diri. Bagi seseorang yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.

4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala resiko bunuh diri menurut Fitria, Nita (2009) adalah sebagai berikut:
a) Mempunyai ide untuk bunuh diri
b) Mengungkapkan keinginan untuk mati
c) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
d) Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
e) Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dengan dosis mematikan
f) Status emosional berupa harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan
mengasingkan diri
g) Kesehatan mental (secara klinis pasien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alkohol)
h) Kesehatan fisik yang biasanya pada pasien dengan penyakit kronis atau terminal
i) Pengangguran berupa tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, dan mengalami
kegagalan dalam karier
j) Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

5. Pohon Masalah atau Pathway

Resiko Perilaku Kekerasan

Resiko Bunuh Diri


Gangguan Konsep Diri:
Harga Diri Rendah

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Secara klinis harus menilai resiko bunuh diri berdasarkan pemeriksaan klinis. hal
yang paling prediktif yang berhubungan dengan resiko bunuh diri. Bunuh diri juga
dikelompokkan kedalam faktor yang berhubungan dengan risiko tinggi dan risiko
rendah.
b. Jika memeriksa pasien yang berusaha untuk bunuh diri, jangan meninggalkan mereka
sendirian, keluarkan semua benda yang kemungkinan berbahaya dari ruangan.
c. Jika memeriksa pasien yang baru saja melakukan usaha bunuh diri, nilailah apakah
usaha tersebut telah direncanakan atau dilakukan secara impulsif dan tentukan
legalitasnya, kemungkinan pasien untuk ditemukan. (contohnya, apakah pasien
sendirian dan apakah pasien memberitahukan orang lain?), dan reaksi pasien karena
diselamatkan (apakah pasien kecewa atau merasa lega?), kemudian faktor-faktor
apakah yang menyebabkan usaha bunuh diri telah berubah.

7. Manajemen Terapi (Riyadi, Surojo dan Purwanto Teguh, 2009)


a. Model interpersonal: Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan
melalui hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga
menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota, merupakan akibat dari tingkah
laku anggota yang lain. Terapi bekerja dengan individu dan kelompok, anggota
belajar dari interaksi antar anggota dan terapi. Melalui proses ini, tingkah laku atau
kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.
b. Terapi Modalitas yang cocok untuk resiko bunuh diri adalah:
1. Terapi Biologi: Karena perilaku abnormal/ penyimpangan pasien adalah akibat dari
faktor fisik atau penyakit, jenis terapi yang bisa diberikan adalah terapi psikoaktif,
intervensi nutrisi (diet), fototerapi
2. Terapi Lingkungan: Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan rasa harga diri,
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan mempersiapkan diri untuk
kembali ke masyarakat serta mencapai perubahan kesehatan yang positif.

Kemudian syarat lingkungan bagi klien bunuh diri adalah sebagai berikut:

a. Secara psikologis
1. Ruangan aman dan nyaman
2. Terhindar dari alat-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri atau
orang lain
3. Alat-alat medis, obat-obatan dan jenis cairan medis di almari (bila ada) harus
dalam keadaan terkunci
4. Ruangan harus ditempatkan di lantai satu, dan keseluruhan ruangan mudah
dipantau oleh petugas kesehatan
5. Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan
meningkatkan gairah hidup pasien
6. Adanya bacaan ringan, lucu dan motivasi hidup
b. Lingkungan sosial
1. Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas kesehatan menyapa pasien
sesering mungkin
2. Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau
kegiatan medis lainnya
3. Menerima pasien apa adanya, jangan mengejek atau merendahkan
4. Meningkatkan harga diri pasien
5. Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan
pasien sendiri terlalu lama di ruangan
c. Lingkungan spiritual
1. Sarana: seperti tempat ibadah, buku-buku suci harus terpisah
2. Ruangan sepi dan tertutup dengan tujuan agar perhatian terpusat pada
pengobatan, serta agar pasien menemukan harapan baru bagi masa depannya
Pencegahan bunuh diri menurut Conwell terdiri atas pencegahan primer, sekunder
dan tertier (Amita, 2019)
1. Pencegahan primer adalah suatu upaya pencegahan terjadinya perilaku bunuh
diri atau keadaan yang berkembang menjadi menjadi upaya bunuh diri.
2. Pencegahan sekunder adalah suatu upaya pencegahan dengan cara menemukan
sedini mungkin krisis bunuh diri dan melakukan tindakan agar tidak berlanjut
menjadi bunuh diri.
3. Pencegahan tersier adalah tindakan yang ditujukan untuk menyelamatkan
seseorang yang melakukan bunuh diri, mengurangi gejala psikiatris dan
penyakit sosial pada kelompok risiko.
8. Proses Keperawatan
Pengkajian dilakukan dengan wawancara dan observasi pada klien dan keluarga (Saputri,
2020)
a. Pengkajian
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian :
1. Resiko Bunuh Diri
a. Data Subjektif
- Klien sering mengatakan ingin mengakhiri hidupnya
- Klien merasa tidak berharga dan tidak berguna
b. Data Objektif
- Adanya riwayat keluarga yang mealakukan bunuh diri
- Klien pernah berusaha melakukan bunuh diri dengan minum racun
serangga
2. Riwayat masa lalu :
a. Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
b. Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
c. Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia
d. Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
e. Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian borderline, paranoid,
antisosial, gangguan persepsi sensori, gangguan proses pikir, dlsb
f. Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka
3. Symptom yang menyertainya
a. Apakah klien mengalami :
- Ide bunuh diri
- Ancaman bunuh diri
- Percobaan bunuh diri
- Sindrom mencederai diri sendiri yang disengaja
b. Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan anhedonia
dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko bunuh diri.
4. Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri
mereka sendiri. Perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam lagi diantaranya :
a. Cari tahu rencana apa yang sudah direncanakan
b. Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau perencanaan
untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan rencananya.
c. Menentukan seberapa banyak waktu yang dipakai pasien untuk merencanakan
dan menggagas akan bunuh diri
d. Menentukan bagaimana metoda yang mematikan itu mampu diakses oleh
klien.
5. Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang riwayat
kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri :
a. Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
b. Memilih tempat yang tenang dan menjaga privasi klien
c. Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan mendorong
komunikasi terbuka.
d. Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata yang
dimengerti klien
e. Mendiskusikan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya
f. Mendapatkan data tentang demografi dan sosial ekonomi
g. Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
h. Peroleh riwayat penyakit fisik klien

b. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Bunuh Diri (D.0135)
c. Rencana Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
Risiko Bunuh Diri Kontrol Diri (L.09076) Manajemen Mood (I09289)
(D.0135) Setelah dilakukan Intervensi
O:
Keperawatan 1x24 jam, maka
kontrol diri meningkat dengan - Identifikasi mood (mis. tanda,
kriteria hasil: gejala, Riwayat penyakit)
1. Verbalisasi ancaman kepada - Identifikasi risiko keselamatan diri
orang lain meningkat atau orang lain
2. Verbalisasi umpatan - Monitor fungsi kognitif (mis.
meningkat konsentrasi, memori, kemampuan
membuat keputusan)
3. Perilaku menyerang
meningkat - Monitor aktivitas dan tingkat
stimulasi lingkungan
4. Perilaku melukai diri
sendiri/orang lain meningkat
5. Perilaku merusak lingkungan T :
sekitar meningkat
- Fasilitasi pengisian kuesioner self-
6. Perilaku agresif/amuk report (mis. beck depression
meningkat inventory, skala status fungsional),
jika perlu
7. Suara keras meningkat
- Berikan kesempatan untuk
8. Bicara ketus meningkat
menyampaikan perasaan dengan
cara yang tepat (mis. sandsack,
terapi seni, aktivitas fisik)

E:
- Jelaskan tentang gangguan mood
dan penanganannya
- Anjurkan berperan aktif dalam
pengobatan dan rehabilitasi, jika
perlu
- Anjurkan rawat inap sesuai
indikasi (mis. risiko keselamatan,
deficit perawatan diri, sosial)
- Ajarkan mengenali pemicu
gangguan mood (mis. situasi stres,
masalah fisik)
- Ajarkan memonitor mood secara
mandiri (mis. skala tingkat 1 – 10,
membuat jurnal)
- Ajarkan keterampilan koping dan
penyelesaian masalah baru
K:
- Kolaborasi pemberian obat, jika
perlu
- Rujuk untuk psikoterapi (mis.
perilaku, hubungan interpersonal,
keluarga, kelompok), jika perlu
STRATEGI PELAKSANAAN
SP 1
1. Kondisi pasien
Data Subjektif :
a. Pasien mengatakan tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala
sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
b. Pasien mengatakan mengakhiri kehidupannya dan telah persiapan alat untuk
mengakhiri hidupnya. Pasien telah memikirkan rencana bunuh diri secara aktif.
c. Pasien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi
ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun,
memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
Data Objektif :
a. Pasien menunjukan isyarat bunuh diri
b. Ancaman bunuh diri
c. Percobaan bunuh diri
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko Bunuh Diri (D.0135)
3. Tujuan
Pasien tetap aman dan selamat
4. Tindakan Keperawatan : Melindungi pasien
a. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman
b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang)
c. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri
5. Strategi Pelaksanaan
a. Orientasi
Memberikan salam: Selamat pagi... perkenalkan nama saya DM biasa dipanggil D,
saya perawat yang dinas di ruangan ini dan akan merawat bapak. Boleh tau namanya
siapa pak? bapak lebih suka dipanggil siapa? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang apa yang bapak rasakan selama ini? Baiklah sekarang kita akan berbincang-
bincang tentang perasaan marah yang bapak dirasakan ? mau berbincang-bincang
berapa lama pak? Kita ingin berbincang-bincang dimana pak?
b. Kerja
Apakah bapak merasa bersalah terhadap diri sendiri? Apakah bapak berniat untuk
menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap bahwa anda mati? Apa
sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang bapak rasakan? “Baiklah, tampaknya bapak
membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup”.
”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar bapak untuk memastikan tidak ada benda-
benda yang membahayakan bapak.” ”Nah, Karena bapak tampaknya masih memiliki
keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup bapak maka saya tidak akan
membiarkan bapak sendiri.” Apa yang bapak lakukan kalau keinginan bunuh diri
muncul? Kalau keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya bapak harus
langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman
yang sedang besuk. Jadi bapak jangan sendirian ya, katakan pada perawat, keluarga
atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan”. ”Saya percaya bapak
dapat mengatasi masalah bapak”.
c. Terminasi
- Bagaimana perasaannya pak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengatasi
perasaan tersebut?
- Coba bapak sebutkan lagi cara tersebut.. nah mantap pak.
- Amati klien terus dan jangan meninggalkan klien sendiri.
- Topik : Baik lah bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang perasaan
bapak, apakah bapak bersedia?
- Waktu : mau jam berapa pak?
- Tempat : mau kita berbincang-bincang dimana pak?
- Baiklah besok kita akan bertemu disini jam 11.00 wib ya pak .. sampai jumpa
besok pak, saya permisi.
d. Dokumentasi
Melampirkan segala sesuatu tindakan yang sudah dilakukan agar menghindari
terjadinya kelalaian.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, E., & Fitriani, D. R. (2017). Analisis Praktek Klinik Keperawatan Jiwa pada Klien
Resiko Bunuh Diri dengan Intervensi Inovasi Terapi Kognitif terhadap Perubahan Gejala
Bunuh Diri di Ruang Tiung Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam Samarinda

Dewi, E. S., & Damaiyanti, M. (2017). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Jiwa pada Klien
Resiko Bunuh Diri dengan Intervensi Inovasi Mendengarkan Musik terhadap Gejala
Resiko Bunuh Diri di Ruang Belibis RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda Tahun 2017

Amita, A. (2019). HUBUNGAN KEBUTUHAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT RESIKO


BUNUH DIRI PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI RSJD DR AMINO
GONDOHUTOMO SEMARANG JAWA TENGAH (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Sultan Agung).

Anda mungkin juga menyukai