Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

Ahmad Hozali
(A832012002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NAZHATUT THULLAB AL – MUAFA SAMPANG

TAHUN 2023
KONSEP DASAR RISIKO BUNUH DIRI

A. PENGERTIAN
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah.
Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk
beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan
yang berarti, perasaan marah atau bermusuhan, bunu diri merupakan hukuman
pada diri sendiri, dan cara mengakhiri keputusan (Stuart, 2014).
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya. (Maris, Berman, Silverman, dan Bongar, 2012)
Jadi dapat disimpulkan Risiko Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan
nyawa sendiri (Ann Isaacs, 2014)

B. KLASIFIKASI
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2014) :
1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa
seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin
bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa dia tidak akan
berada disekitar kita lebih lama lagi atau mengkomunikasikan secara non
verbal
2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang
dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak
dicegah.
3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri
akan terjadi jika tidak ditemukan pada tepat waktunya.
Sementara itu, yosep (2012) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri :
1. Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh
faktor lingkungan yang penuh tekanan (stresful) sehingga mendorong
untuk bunuh diri.
2. Bunuh diri altruistik
Bunuh diri altruistik adalh tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika dalam melaksanakan tugasnya.
3. Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor
dalam diri seseorang putus cinta atau putus harapan.

C. ETIOLOGI
Menurut Fitria, Nita, 2012. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi
Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
adalah :
a. Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa
yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan
bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-
kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan
perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu
mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan
bunuh diri.
5. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat
melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan
yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup
yang memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat
atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri
ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal
tersebut menjadi sangat rentan.
c. Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini
secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku
bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun
budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau
bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social
dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang
untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan
masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh
diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang
melakukan tindakan bunuh diri.
D. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Faktor Predisposisi
Tidak ada teori tunggal yang mengungkapkan tentang bunuh diri dan
memberi petunjuk mengenai cara melakukan intervensi yang terapeutik.
Teori perilaku meyakini bahwa pencederaan diri merupakan hal yang
dipelajari dan diterima pada saat anak-anak dan masa remaja. Teori
psikologi memfokuskan pada masalah tahap awal perkembangan ego,
trauma interpersonal dan kecemasan berkepanjangan yang mungkin dapat
memicu seseorang untuk mencederai diri. Teori interpersonal
mengungkapkan bahwa mencederai diri sebagai kegagalan dari interaksi
dalam hidup, masa anak-anak mendapat perlakuan kasar serta tidak
mendapatkan kepuasan ( stuart dan sudden , 2014)
Riwayat abuse atau incest dapat juga menjadi faktor predisposisi atau
presipitasi pencederaan diri. Faktor predisposisi yang lain adalah
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan komunikasi (mengkomuikasikan
perasaan), perasaan bersalah, depresi dan perasaan yang tidak stabil.
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa
yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunhu
diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2. Sifat kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya
risiko bunuh diri adalah antipati, impulsif dan depresi.
3. Lingkungan psikososial
Faktor pedisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya
adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-
kejadian negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan atau bahkan
perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan
intervensi yang terapeutik dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab
masalah, respon seseorang dalam mengahadapi masalah tersebut dan lain-
lain.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakuakan tindakan
bunuh diri.
5. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri
terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat didalam otak seperti
serotonin, adrenalin, dan dopamain. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat
melalui rekaman gelombang otak electro enchepalo graph (EEG).
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri
ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal
tersebut menjadi sangat rentan.

E. POHON MASALAH

Effect Bunuh Diri

Core Problem Risiko Bunuh Diri

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

Gambar 1.2. Pohon Masalh Risiko Bunuh Diri


F. RENTANG RESPON

Respon adaptif Respon


maladaptive

Peningkatan Diri - Resiko Destruktif - Destruktif Diri - Pencederaan Diri -


Bunuh Diri

1. Peningkatan Diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri secara
wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai
contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda
mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Berisiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang
seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah
semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan
padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladatif)
terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal,
maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja
seenaknya dan tidak optimal.
4. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri
akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.

G. TANDA DAN GEJALA


a. Mempunyai ide unutk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan unutk mati
c. Mengungkapkan rasa bersaah dan keputusasaan
d. Impulsif
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( menjasi sangat patuh)
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
g. Verbal terselubung ( berbicara tentang kematian)
h. Menanyakan tentang obat dosis mematikan
i. Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,
mengasibngkan diri)
j. Kesehatan mental ( secara klinis klien terlihat sangat depresi, psikosis,
dam menyalahginakan alkohol)
k. Kesehatan fisik ( biasanya pada kliemn dengan penyakit kronis atau
terminal)
l. Pengangguran
m. Kehilangan pekerjaan atau kegagagalan dalam karir
n. Umur 15- 19 tahun atau di atas 45 tahun
o. Status perkawinan ( mengalami kegagalan dalam perkawinan)
p. Pekerjaan
q. Konflik interpersonal
r. Latar belakang keluarga
s. Orientasi seksual
t. Sumber-sumber personal
u. Sumber-sumber sosial
v. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
w. Mandi / hygiene

H. AKIBAT
Akibat perilaku bunuh diri adalah cedera atau kematian. Jika perilaku
bunuh diri mengakibatkan kematian maka tindakan yang dilakukan adalah
perawatan jenazah. Cedera yang disebabkan oleh perilaku bunuh diri sangat
dipengauhi oleh cara seseorang melakukan percobaan bunuh diri, Jika perilaku
bunuh diri dilakukan dengan menggantung maka cedera yang terjadi adalah
berupa jejas di leher. Jika minum racun maka akan terjadi pencederaan di
lambung dan saluran pencernaan. Untuk itu intervensi yang dilakukan juga sangat
tergantung dengan cedera yang terjadi.

I. MEKANISME KOPING
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan
agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan
koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.

J. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis: Penotizin
b. Obat anti depresi: Amitripilin
c. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia: Phneobarbital
2. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga
a) Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian
b) BHSP
c) Jangan memancing emosi klien
d) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga
e) Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
f) Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial,
atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena masalah sebagian orang
merupakan persaan dan tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk
mengebalikan kesadaran klien
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA RISIKO BUNUH
DIRI

A. PENGKAJIAN
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien
untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien
melakukan bunuh diri, ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak
langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga
anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih
baik tanpa saya.”
Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.
Klien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/
marah/ putus asa/ tidak berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal
negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi
keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan
dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien
telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan
percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat
dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau
melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif
mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong
urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat tinggi.
B. DIAGNOSA
1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan perilaku bunuh diri (suicide).
2. Perilaku bunuh diri (suicide) berhubungan dengan koping maladaptif.

C. INTERVENSI
Kriteria Hasil Strategi Pelaksanaan Pasien Strategi Pelaksanaan
Keluarga
Setelah di SP I SP I
lakukan a. Mengidentifikasi benda a. Mendiskusikan
tindakan – benda yang dapat masalah yang
keperawatan membahayakan pasien dirasakan keluarga
selama …X… b. Mengamankan benda – dalam merawat
diharapkan benda yang dapat pasien
pasien tidak membahayakan pasien b. Menjelaskan
terjadi resiko c. Melakukan kontrak pengertian, tanda
bunuh diri pelaksanaan dan gejala risiko
d. Mengajarkan cara bunuh diridan jenis
mengendalikan perilaku bunuh diri
dorongan bunuh diri yang dialami pasien
e. Melatih cara beserta proses
mengendalikan terjadinya
dorongan bunuh diri c. Menjelaskan cara –
cara merawat pasien
dengan risiko bunuh
diri
SP II SP II
a. Mengidentifikasi aspek a. Melatih keluarga
positif pasien mempraktikkan cara
b. Mendorong pasien merawat pasien
untuk berfikir positif dengan risiko bunuh
terhadap diri diri
c. Mendorong pasien untuk b. Melatih keluarga
nmenghargai diri cara merawat pasien
sebagai individu yang dengan risiko bunuh
berharga diri langsung kepada
pasien itu sendiri
SP III SP III
a. Mengidentifikasipola a. Membantu keluarga
koping yang biasa membuat jadwal
diterapkan pasien aktivitas dirumah
b. Menilai pola koping termasuk minum
yang biasa dilakukan obat (discharge
c. Mengidentifikasi pola planning)
koping yang konstruktif b. Mendiskusikan
d. Mendorong pasien sumber rujukan yang
memilih pola koping bisa dijangkau oleh
yang konstruktif keluarga
e. Membimbing pasie
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP IV
a. Membuat rencana masa
depan yang realistis
bersama pasien
b. Mengidentifikasi cara
mencapai rencanana
masa depan yang
realistis
c. Memberi dorongan
pasien melakukan
kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang
realistis
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

E. EVALUASI
Evaluasi keberasilan tindakan keperawatan yang sudah Anda lakukan
untuk pasien Resiko bunuh diri adalah sebagai berikut :
1. Pasien percaya kepada perawat
2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya merupakan masalah yang
harus diatasi
3. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan hal
berikut
a. Keluarga mampu menjelaskan masalah isolasi sosial yang dialami
oleh pasien
b. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah
c. Kelurga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien
d. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan untuk mengatasi masala
e. Keluarga melaporkan keberhasilannya merawat pasien
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka


Aditama.

Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai