NIM.4006200058
2021
RESIKO BUNUH DIRI
d. Klasifikasi
e. Rentang Respon
Keterangan :
1) Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan, yakin,
dan kesadaran diri meningkat.
2) Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi pada rentang yang
masih normal dialami individu yang mengalami perkembangan perilaku.
3) Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang merusak
kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian, seperti
perilaku merusak, mengebut, berjudi, tindakan kriminal, terlibat dalam rekreasi
yang berisiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku yang menyimpang secara
sosial, dan perilaku yang menimbulkan stres.
4) Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yang
dilakukan dengan sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa
bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh.
Bentuk umum perilaku pencederaan diri termasuk melukai dan membakar kulit,
membenturkan kepala atau anggota tubuh, melukai tubuhnya sedikit demi
sedikit, dan menggigit jari.
5) Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan.
f. Faktor Predisposisi
1) Teori genetik dan biologis
Genetik, riwayat keluarga dengan bunuh diri berpengaruh terhadap
perilaku mencederai diri sendiri. Sedangkan bayi yang dilahirkan
kembar memiliki resiko lebih tinggi melakukan bunuh diri
Hubungan neurokimia, neurotransmitter yang berkaitan dengan perilaku
bunuh diri adalah dopamine, norepinefrin, asetilkolin, asam amino dan
GABA
Diagnosis psikiatri, lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa
yang membuat individu berisiko bunuh diri adalah gangguan mood,
skizofrenia, gangguan kecemasan, dan penyalahgunaan zat.
2) Faktor psikologi
Kebencian terhadap diri sendiri, merupakan hasil bentuk penyerangan
atau kemarahan terhadap orang lain yang tidak diterima yang
dimanifestasikan atau ditujukan pada diri sendiri
Kepribadian yang implusif, mudah depresi dan putus asa
Teori psikodinamik, depresi terjadi karena kehilangan sesuatu yang
sangat dicintai, rasa keputus asaan, kesepian, dan kehilangan harga diri
3) Faktor sosial budaya
Faktor sosial , faktor sosial yang mengarah pada bunuh diri adalah
kemiskinan, pernikahan yang hancur, pengangguran, struktur keluarga,
kontrol sosial yang kurang, kehilangan, kurangnya dukungan sosial,
peristiwa kehidupan yang negatif, dan penyakit kronis
Faktor budaya, yaitu faktor spiritual, nilai yang dianut oleh keluarga,
pandangan terhadap perilaku yang menyebabkan kematian, berdampak
pada angka kejadian bunuh diri
h. Mekanisme Koping
Iskandar (2012) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah
penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
a. Penyangkalan
Penyangkalan menjadi tindakan menolak untuk mengakui adanya stimulus
yang menjadi penyebab terjadinya rasa cemas. Jika individu menolak tentang
kenyataan, maka ia akan beranggapan jika hal tersebut tidak ada atau menolak
pengalaman yang tidak menyenangkan agar bisa melindungi dirinya sendiri
b. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan diri dimana individu akan
berusaha untuk mencari alasan yang baik demi menjelaskan ego dan jenis
emosi yang dimiliki. Rasionalisasi ini nantinya akan membantu individu
tersebut untuk membenarkan tingkah laku spesifik sekaligus melemahkan rasa
kekecewaan yang terjadi
c. Intelektualisasi
Jika seorang individu memakai mekanisme pertahanan diri intelektualisasi,
maka nantinya indivdu tersebut akan menghadapi sebuah situasi yang
semestinya bisa menimbulkan perasaan sangat tertekan dengan cara analitik,
intelektual dan juga agar menjauh dari sebuah persoalan.
Individu akan menghadapi sebuah situasi yang lebih bermasalah sehingga
situasi tersebut akan menjadi pelajaran atau karena individu tersebut ingin
mengetahui apa yang sebenarnya sehingga tidak terlalu terlibat dalam persoalan
tersebut secara emosional.
Dengan mekanisme intelektualisasi tersebut, individu bisa mengurangi
pengaruh tidak menyenangkan untuk dirinya sendiri sebagai cara mengatasi
stres dan depresi dan sekaligus memberikan kesempatan untuk dirinya agar
lebih bisa meninjau masalah lebih obyektif.
d. Regresi
Regresi adalah respon umum untuk individu yang sedang berada dalam frustasi
anak atau juga bisa terjadi jika individu mendapat tekanan yang kembali ke
metode perilaku khas untuk individu yang lebih muda. Nantinya, individu
tersebut akan memberikan respon seperti layaknya individu yang usianya lebih
muda.
V. Analisa Data
Data Masalah
DS : Resiko bunuh diri
Klien mengatakan pernah melakukan
percobaan bunuh diri
DO :
Klien terlihat murung dan lusuh
Diagnose Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Resiko Bunuh Diri Pasien mampu : Setelah ….x pertemuan, SP I SP 1
- Mengidentifikasi pasien dapat menjelaskan - Identifikasi benda-benda
benda-benda yang pentingnya : yang dapat - Mengawasi tindakan pasien agar tidak
dapat - Mengidentifikasi membahayakan pasien melakukan tindakan bunuh diri
membahayakan benda-benda yang - Amankan benda-benda - Agar pasien tidak melakukan
- Mengendalikan dapat yang dapat percobaan bunuh diri
dorongan bunuh diri membahayakan membehayakan pasien - Mengawasi pasien agar teratur dan
- Mengidentifikasi - Mengendalikan - Lakukan kontak tepat minum obat
aspek positif dorongan bunuh diri treatment - Agar pasien bisa mengendalikan
- Menghargai diri - Mengidentifikasi - Ajarkan cara dirinya dari percobaan bunuh diri
sendiri sebagai aspek positif mengendalikan dorongan Agar pasien merasa tidak sendirian dan
individu yang - Menghargai diri bunuh diri terhindar dari peasaan ingin bunuh diri
berharga sendiri sebagai - Latih cara
- Mengidentifikasi individu yang mengendalikan dorongan
koping yang berharga bunuh diri
konstruktif dan - Mengidentifikasi
Resiko Bunuh Diri mampu koping yang SP 2 SP 2
menerapkannya konstruktif dan - Evaluasi SP1 - Agar pasien menggali potensi
- Membuat rencana mampu - Identifikasi aspek positif diri yang positif
masa depan yang menerapkannya pasien - Berfikir positif dapat
realistis dan mampu - Membuat rencana - Dorong pasien untuk membantu klien
melakukan kegiatan masa depan yang berpikir positif terhadap mengidentifikasi,menerima,dan
realistis dan mampu diri sendiri mengawasi perasaannya
melakukan kegiatan - Dorong pasien untuk - Pasien menjadi lebih
menghargai diri sendiri bersemangat dan menghargai dirinya.
sebagai individu yang
berharga
DEPKES RI. 2009. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Depkes
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat A. Budi, Akemat. 2011. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku AJar Kesehatan Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika