Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah.
Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk
beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan
yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2007)
Bunuh diri menurut Gail W. Stuart dalam buku “Keperawatan Jiwa”
dinyatakan sebagai suatu aktivitas yang jika tidak dicegah, dimana aktivitas ini
dapat mengarah pada kematian (Stuart, 2007).
Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri
memiliki 4 pengertian, antara lain:
a. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
b. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
c. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
d. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak
langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang
menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel
kereta api.
Menurut Stuart (2007) mengemukakan rentang harapan putus harapan
merupakan rentang adaptif maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum
berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu
dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan budaya setempat. Respon maladaptif antara lain:
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala menurut Fitria (2009):
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Impulsif
d. Menunjukan perilaku yang mencurigakan
e. Mendekati orang lain dengan ancaman
f. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
g. Latar belakang keluarga
h. Sedih
i. Marah
j. Putus asa
k. Tidak berdaya
l. Memberikan isyarat verbal maupun non verbal
b. Data Objektif:
1. Banyak diam
2. Tidak mau bicara
3. Menyendiri
4. Tidak mau berinteraksi
5. Tampak sedih
6. Ekspresi datar dan dangkal
7. Kontak mata kurang
2.4 Rentang respon gangguan neurobiologist pada isolasi sosial
Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon yang
berhubungan dengan fungsi neurobiologik. Perilaku yang dapat diamati dan
mungkin menunjukkan adanya halusinasi disajikan dalam table berikut (Stuart,
2017)
RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS
a. Respon adaptif
1. Pikiran logis Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal
2. Persepsi akurat Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara
cermat.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman Kemantapan perasaan jiwa sesuai
dengan peristiwa yang pernah dialami.
4. Perilaku sesuai Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan
individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak
bertentangan dengan moral.
5. Hubungan sosial Hubungan seseorang dengan orang lain dalam
pergaulan ditengah-tengah masyarakat.
b. Respon transisi
1. Distorsi pikiran Kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil
kesimpulan
2. Ilusi Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
3. Reaksi emosi berlebihan atau berkurang Emosi yang diekspresikan
dengan sikap yang tidak sesuai.
4. Perilaku aneh dan tidak biasa Perilaku aneh yang tidak enak dipandang,
membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak kenal orang lain.
5. Menarik diri Perilaku menghindar dari orang lain.
c. Respon maladaptif
1. Gangguan pikiran atau delusi Keyakinan yang salah yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan realita sosial.
2. Halusinasi Persepsi yang salah terhadap rangsangan.
3. Sulit berespon emosi Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan
untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan, keakraban dan kedekatan.
4. Perilaku di organisasi Ketidak selarasan antara perilaku dan gerakan
yang ditimbulkan.
5. Isolasi sosial Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.
2.5 Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2007) Individu yang mengalami respon sosial
maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi
ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah
hubungan yang spesifik yaitu sebagai berikut:
1. Proyeksi merupakan Keinginan yang tidak dapat ditoleransi,
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan
sendiri( Rasmun, 2004).
2. Isolasi merupakan perilaku yang menunjukan pengasingan diri
dari lingkungan dan orang lain (Rasmun, 2004).
3. Spiliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam
menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk
(Rasmun, 2001).
Sumber Koping
Menurut Stuart (2007) sumber koping yang berhubungan dengan
respon
sosial maladaptif adalah sebagai berikut :
Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman.
Hubungan dengan hewan peliharaan yaitu dengan mencurahkan
perhatian pada hewan peliharaan.
Penggunaan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal
(misalnya: kesenian, musik, atau tulisan)
Menurut Stuart & Laraia (2005) terkadang ada beberapa
orang yang ketika ada masalah mereka mendapat dukungan
dari keluarga dan teman yang membantunya dalam mencari
jalan keluar, tetapi ada juga sebagian orang yang memiliki
masalah, tetapi menghadapinya dengan menyendiri dan
tidak mau menceritakan kepada siapapun, termasuk
keluarga dan temannya
2.6 Pohon Masalah
Resiko Bunuh diri
Isolasi sosial
Membantu pasien
menyadari perilaku
isolasi sosial.
Tanyakan
pendapat
pasien
tentang
kebiasaan
berinteraksi Pasien
dengan menunjukka
orang lain. n kemajuan
Tanyakan dalam
apa yang berinteraksi
menyebabk dengan
an pasien orang lain
tidak ingin secara
berinteraksi bertahap.
dengan
orang lain.
Diskusikan
keuntungan
bila pasien
memiliki
banyak
teman dan
bergaul
akrab
dengan
mereka.
Diskusikan
kerugian
bila pasien
hanya
Untuk kelurga mengurung
Tujuan umum : diri dan
keluarga tidak
mampu bergaul
merawat dengan
pasien orang lain.
isolasi Jelaskan
sosial di pengaruh
rumah. isolasi
sosial
terhadap
kesehatan
fisik pasien.
Melatih pasien
berinteraksi dengan
orang lain secara
bertahap.
Jelaskan
kepada
Untuk pasien cara
Keluarga berinteraksi Keluarga
Setelah dengan ikut bekerja
tindakan orang lain. sama
keperawata Berikan merawat
n, keluarga contoh cara pasien
mampu berbicara sesuai
merawat dengan anjuran yang
pasien orang lain. Anda
isolasi Beri berikan.
sosial di kesempatan
rumah. pasien
mempraktik
kan cara
berinteraksi
dengan
orang lain
yang
dilakukan di
hadapan
Anda.
Mulailah
bantu
pasien
berinteraksi
dengan satu
orang
teman/angg
ota
keluarga.
Bila pasien
sudah
menunjukka
n kemajuan,
tingkatkan
jumlah
interaksi
dengan dua,
tiga, empat
orang, dan
seterusnya.
Beri pujian
untuk setiap
kemajuan
interaksi
yang telah
dilakukan
oleh pasien.
Siap
mendengark
an ekspresi
perasaan
pasien
setelah
berinteraksi
dengan
orang lain.
Mungkin
pasien akan
mengungka
pkan
keberhasila
n atau
kegagalann
ya. Beri
dorongan
terus-
menerus
agar pasien
tetap
semangat
meningkatk
an
interaksinya
.
Kepada Keluarga
Menjelaskan
tentang hal berikut
Masalah
isolasi
sosial dan
dampaknya
pada pasien.
Penyebab
isolasi
sosial.
Sikap
keluarga
untuk
membantu
pasien
mengatasi
isolasi
sosialnya.
Pengobatan
yang
berkelanjuta
n dan
mencegah
putus obat.
Tempat
rujukan
bertanya
dan fasilitas
kesehatan
yang
tersedia
bagi pasien.
Memperagakan
cara berkomunikasi
dengan pasien.
Memberi
kesempatan kepada
keluarga untuk
mempraktikkan
cara berkomunikasi
dengan pasien.
Pengertian Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salah dipertahankan secara
kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 2011).
f. Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang
sering menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu
yang biasa terdapat
pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan
dengan
kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja,
2011).
6. Karakteristik Waham
Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut.
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya.
c. Sulit berpikir realita.
d. Tidak mampu mengambil keputusan.
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Afek tumpul.
3. Perilaku dan hubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur
7. Klasifikasi Waham
1. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini direktur
sebuah bank swasta lho..” atau “Saya punya beberapa perusahaan
multinasional”.
2. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai
dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya,
“Saya tahu..kalian semua memasukkan racun ke dalam makanan saya”.
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau saya mau masuk
surga saya harus membagikan uang kepada semua orang.”
4. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya sakit
menderita penyakit menular ganas”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia
terserang kanker.
5. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya,
semua yang ada di sini adalah roh-roh”.
Fortinash dalam
Dermawan & Rusdi (2013)
menyatakan bahwa harga
diri
adalah perasaan tentang
nilai, harga atau manfaat
dari diri sendiri yang
berasal
dari kepercayaan positif
atau negatif seorang
individu tentang
kemampunnya dan
menjadi berharga. Aspek
utama harga diri adalah
dicintai, disayangi,
dikasihi
orang lain dan
mendapat penghargaan
dari orang lain
(Sunaryo, 2004 dalam
Damaiyanti & Iskandar,
2012: 37).
Fortinash dalam
Dermawan & Rusdi (2013)
menyatakan bahwa harga
diri
adalah perasaan tentang
nilai, harga atau manfaat
dari diri sendiri yang
berasal
dari kepercayaan positif
atau negatif seorang
individu tentang
kemampunnya dan
menjadi berharga. Aspek
utama harga diri adalah
dicintai, disayangi,
dikasihi
orang lain dan
mendapat penghargaan
dari orang lain
(Sunaryo, 2004 dalam
Damaiyanti & Iskandar,
2012: 37).
Fortinash dalam
Dermawan & Rusdi (2013)
menyatakan bahwa harga
diri
adalah perasaan tentang
nilai, harga atau manfaat
dari diri sendiri yang
berasal
dari kepercayaan positif
atau negatif seorang
individu tentang
kemampunnya dan
menjadi berharga. Aspek
utama harga diri adalah
dicintai, disayangi,
dikasihi
orang lain dan
mendapat penghargaan
dari orang lain
(Sunaryo, 2004 dalam
Damaiyanti & Iskandar,
2012: 37).
Gangguan persepsi sensori halusinasi adalah suatu keadaan dimana
seseorangmengalami perubahan pada pola stimulus yang mendekat (yang
diprakarsai secara internaldan eksternal) disertai dengan suatu pengurangan
berlebih-lebihan atau kelainan beresponsterhadap stimulus (Fitria, 2012).
Gangguan persepsi sensori halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia
dalammembedakan rangsangan internal ( pikiran ) dan rangsangan eksternal
( dunia luar ). Klienmemberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada
objek atau rangsangan yangnyata (Kusumawati & Hartono, 2012).
1.Respon Adaptif
Respon Adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma social
budayayang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapisuatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut , adapun
bagian dari responadaptif meliputi:
d.Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e.Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
b.Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
d.Perilaku tidak biasa adalah sikap atau tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e.Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
3.Respon Maladatif
c.Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
(c)Membuat
jadwal kegiatan
sehari-hari agar
halusinasi tidak
sempatmuncul.
(d)Meminta
keluarga / teman
/ perawat,
menyapa jika
tampak
bicarasendiri.
(4)Bantu klien
memilih dan
melatih cara
memutus
halusinasi secara
bertahap.(5)Beri
kesempatan
untuk
melakukan cara
yang telah
dilatih.
(1)Anjurkan
klien untuk
memberitahu
keluarga jika
mengalami
halusinasi.
(2)Diskusikan
dengan keluarga
(pada saat
keluarga
berkunjung /
pada
saatkunjungan
rumah)
(a)Gejala
halusinasi yang
dialami klien.
(b)Cara yang
dapat dilakukan
klien dan
keluarga untuk
memutushalusin
asi.
(c)Cara merawat
anggota keluarga
yang halusinasi
di rumah :
berikegiatan,
jangan biarkan
sendiri, makan
bersama ,
berpergian
bersama.
(d)Beri
informasi waktu
follow up atau
kapan perlu
mendapat
bantuan :halusin
asi tidak
terkontrol dan
resiko
mencederai
orang lain.
(c)Membuat
jadwal kegiatan
sehari-hari agar
halusinasi tidak
sempatmuncul.
(d)Meminta
keluarga / teman
/ perawat,
menyapa jika
tampak
bicarasendiri.
(4)Bantu klien
memilih dan
melatih cara
memutus
halusinasi secara
bertahap.
(5)Beri
kesempatan
untuk
melakukan cara
yang telah
dilatih.
(1)Anjurkan
klien untuk
memberitahu
keluarga jika
mengalami
halusinasi.
(2)Diskusikan
dengan keluarga
(pada saat
keluarga
berkunjung /
pada
saatkunjungan
rumah)
(a)Gejala
halusinasi yang
dialami klien.
(b)Cara yang
dapat dilakukan
klien dan
keluarga untuk
memutushalusin
asi.
(c)Cara merawat
anggota keluarga
yang halusinasi
di rumah :
berikegiatan,
jangan biarkan
sendiri, makan
bersama ,
berpergian
bersama.
(d)Beri
informasi waktu
follow up atau
kapan perlu
mendapat
bantuan :halusin
asi tidak
terkontrol dan
resiko
mencederai
orang lain.
(1)Diskusikan
dengan klien dan
keluarga tentang
dosis, frekuensi
danmanfaat obat.
(2)Anjurkan
klien minta
sendiri obat pada
perawat dan
merasakanmanfa
atnya.
(3)Jelaskan cara
menggunakan
obat dengan
prinsip 5 benar
(obat,
pasien,cara,
waktu
pemberian, dan
dosis)
1. PROSES TERJADINYA MASALAH
Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap
diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan
diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal
diri (Damaiyanti & Iskandar, 2012).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang
diri/kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang
lama. Jadi harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini
dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun (Azizah, dkk.,
2016).
2. Etiologi
Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya
kurang dihargai, tidak diberikan kesempatan dan tidak diterima. Menjelang
dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan dan pergaualan. Harga diri
rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih
dari kemampuannya (Damaiyanti & Iskandar, 2012).
Menurut Damaiyanti & Iskandar (2012), faktor-faktor yang
mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan
faktor presipitasi sebagai berikut:
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan
orangtua, harapan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
kertergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performasi adalah stereotype peran
gender, tuntuan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagalan atau produktivitas yang menurun (Damaiyanti & Iskandar,
2012).
3. Rentang Respon Konsep Diri
I. A. POHON MASALAH
Resiko perilaku kekerasan Waham (effect)
Tabel 1.2 Rencana Keperawatan Harga Diri Rendah Kronik (Damaiyanti & Iskandar, 2012)
KLIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek 1. Mendiskusikan masalah ynag dirasakan
positif yang dimiliki klien. keluarga dalam merawat klien.
2. Membantu klien menilai kemampuan klien 2. Menjelaskan pengertian, tanda gejala harga
yang masih dapat digunakan. diri rendah yang dialami klien beserta proses
3. Membantu klien memilih kegiatan yang terjadinya.
akan dilatih sesuai dengan kemampuan 3. Menjelaskan cara-cara merawat klien harga
klien. diri rendah.
4. Melatih klien sesuai dengan kemampuan
yang dipilih.
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap
keerhasilan klien.
6. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. 1. Melatih keluarga mempraktikkan cara
2. Melatih kemampuan kedua. merawat klien dengan harga diri rendah.
3. Menganjurkan klien memasukkan kedalam 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
jadwal kegiatan harian. langsung kepada klien harga diri rendah.
SP3K
1. Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
f. Discriminative function
Membedakan seseorang dalam berbagai keadaan alam perasaan, misalnya: gembira,
sedih, jengkel dan sebagainya.
3. Rentang Respon Marah
4. Etiologi
Menurut Damaiyanti & Iskandar (2012), faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
perilaku kekerasan antara lain:
a. Faktor Predisposisi
1) Teori Biologis
a) Neurologic factor
Beragam komponen dari sistem syaraf mempunyai peran mempengaruhi
timbulnya perilaku agresif.
b) Genetic factor
Adanya faktor gen yang dirutunkan melalui orang tua menjadi potensi perilaku
agresif.
c) CycardiN Rhytm
Pada jam-jam sibuk, sekitar jam 9 dan 13, orang lebih mudah terstimulasi untuk
bersikap agresif.
d) Biochemistry faktor
Peningkatan hormone androgen dan norepineprin serta penurunan serotonin dan
GABA pada cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya perilaku agresif.
e) Brain area disorder
Gangguan pada sistem otak dapat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan
tidak kekerasan.
2) Teori Psikologik
a) Teori psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang (life span history). Perilaku agresif merupakan pengungkapan secara
terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
b) Imitation, modeling, and information precossing theory
Perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang mentolelir
kekerasan.
c) Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya.
b. Faktor Presipitasi
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
4) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
Tabel 1.1 Rencana Keperawatan Perilaku Kekerasan (Damaiyanti & Iskandar, 2012)
KLIEN KELUARGA
SP1P SP2K
1. Mengidentifikasi penyebab PK 1. Mendiskusikan masalah yang dirasaka
2. Mengidentifikasi tand gejala PK keluarga dalam merawat klien
3. Mengidentifikasi PK yang dilkukan 2. Menjelaskan pengertian PK, tanda
4. Menidentifikasi akibat PK gejala serta proses tejadinya PK
5. Menyebutkan cara mengontrol PK 3. Menjelaskan cara merawat klien
6. Membantu klien mempraktikkan latihan dengan PK
cara mengontrol PK
7. Mengnjurkan klien memasukkan dalam
kegiatan harian
SP2P SP2K
1. Menevaluasi jadwal kegiatan harian klien 1. Melatih keluarga mempraktikkan cara
2. Melatih klien mengontrol PK dengan cara merawat klien dengan PK
fisik II 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam merawat langsung kepada klien PK
kegiatan harian
SP3P SP3K
1. Menevaluasi jadwal kegiatan harian klien 1. Membantu keluarga membuat jadwal
2. Melatih klien mengontrol PK dengan cara aktivitas di rumah termasuk minum
verbal obat
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam 2. Menjelaskan follow up klien setelah
jadwal kegiatan harian pulang
SP4P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Melatih klien mengontrol PK dengan cara
spiritual
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP5P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan
minum obat
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian