• Yang dimaksud dengan penghayatan dalam politik adalah hidup bermoral
orang beriman dalam bidang politik. • Dalam suatu politik ada sebuah kegiatan, yang berkoridor konstitusi, untuk mengupayakan terjadinya kesehjateraan bersama, yang berkeadilan. Kegiatan ini dilakukan baik oleh pemerintah maupun warga negara. Selanjutnya, bagaimana seharusnya peran pemerintah dan warga negara, yang beriman, mewujudkan imannya dalam bidang politik. Bagaimana cara hidup bermoral dalam politik?? 1. Rakyat bersama pemerintah, perlu menyadari bahwa dirinya adalah mahkluk Tuhan yang mempunyai martabat yang sama di hadapan Tuhan. 2. Para fungsionaris negara,mereka diamanahi untuk mengelola suatu negara bersama rakyat, demi cita-cita mencapai kesehjateraan umum.Sikap mental rendah hatiserta sadar akan amanah itu pun perlu ada agar tidak memupuk sikap sombong, serakah serta tamak hati yang muncul dalam sikap sok kuasa dan bertindak sewenang-wenang. 3. Pemerintah dan rakyat harus insyaf bahwa mereka hidup bersama dan saling bergantung. Mereka ada d bawah dan diatur oleh hukum yang sama. Pelaksanaan umum yang adil merupakan prioritas utama. Tindak sewenang-wenang menyelewengkan hukum, memperjualbelikan hukum dengan mental kolusi dan nepotis seharusnya sudah menjadi hal yang memalukan semua pihak. 4. Kegita, dalam era demokratisasi, semua pihak perlu terlibat secara proposional dalam proses pengambilan keputusan kebijakan. Semua ada normanya. Mental primordialis, superioritas kelompok dan pemaksaan oleh kelompok tertentu demi keuntungan kelompok itu,merupakan penyakit hidup demokrasi. Hidup demokrasi seharusnya harus terarah pada tercapainya kesehjateraan umum, bukan kesehjateraan kelompok. 5. Orientasi “mencapai kesehjateraan umum” harus tetap jadi komitmen bersama rakyat dan pemerintah. 6. Pemerintah harus bijak dan tanggap dalam menerima saran dan kritik. Bijak berarti analitis dan mampu memfilter saran dan kritik. Tanggap berarti cepat koreksi diri, mengakui kesalahan dan lekas memperbaikinya. Sebaliknya dari rakyat perlu menyampaikan saran dan kritik secara fair. Hindari kesan brutal dan anarkhis, kesan melempar kecewa da frustasi, sebab sikap ini jauh mencerminkn kalau manusia bermoral, dan tidak membawa efek baik. Norma dan hukum tetap menjadi pegangan bersama. Duduk semeja yang santun dan intelek dalam rangka dialog adalah cara yang lebih etis. 7. Semua orang yang mempunyai hati nurani, dalam keterlibatan di bidang politik peran hati nurani bagi seseorang menjadi penting, sebab dengan hati nurani, kita bebas dan bertanggung jawab, tidak sekedar ikut acara, menentukan para calon fungsionaris negara. Yang terpilih jadi fungsionaris negara pun mengemban beban berat, membawa inspirasi rakyat yang diwakilinya. Mental luruj dan mencari pepulih tidaklah etis menjadi mental fungsionaris negara. 8. Sebagai warga negara yang beriman, kita perlu terlibat dalam upaya menjaga kerukunan dan toleransi, terutama dengan warga se-RT/RW, serta tetap mementingkan kepentingan bersama. Sebagi seorang beriman perlu menyadari panggilannya yang khas dalam hidup bernegara yaitu memberikan keteladanan dalam mengabdikan diri demi kepentingan umum. 9. Dalam memperjuangkan keadilan perlu secara konkrit membantu yang kurang beruntung. Hidup berbagi dan berpola hidup sederhana merupakan bentuk solidaritas dan kepedulian kepada mereka. Perlakuan mengucilkan, diskriminasi, dan tindak sewenang-wenang bertentangan dengan nilai keadilan. 10. Pemecahan masalah melalui dialog kiranya terasa lebih manusiawi. Hal ini dilakukan untuk mencegah pemaksaan kehendak dari pihak-pihak yang merasa diri benar dan berkuasa. Pemecahan masalah dengan menyisakan rasa sakit hati di pihak yang kalah, akan menjadi bom waktu dan dendam kesumat yang akan berakibat lebih jelek. Dialog merupakan bentuk demokrasi, ketika mengalami sebuah masalah. 11. Menyadari bahwa kita memang beda. Tak perlu memasalahkan perbedaan, termasuk beda ras dan keyakinan. Tak perlu mencampuri urusan orang lain. Sikap hegemoni, primodialis dan mau menang sendiri bertentangan dengan nilai-nilai moral. 12. Sikap hati yang iri, kikir, tamak, sombong, dengki dan rakus merupakan akar pemecah kesatuan dan kerukunan. Setiap warga negara perlu menanamkan dalam diri sendiri kemauan berjuang, berusaha keras, belajar dari yang sukses, tidak fatalis dan hedonis dalam mencapai kesehjateraan hidup orang lain. Sikap pesimis dan praduga jelek terhadap orang lain, serta menganggap orang lain musuh semakin memperparah pecahnya kesatuan dan kerukunan, 13. Baik rakyat maupun fungsionaris negara mengubah struktur-struktur yang ada di pemerintahan yang menyebabkan terjadinya ketidakadilan, korupsi dan tidak melanggar hukum lainnya. 14. Berkaitan dengan birokrasi handaknya aturan dibuat jelas dan tidak membingungkan. Pelayanan lancar dan baik, sehingga rakyat terlayani secara manusiawi. Namun rakyat juga jangan memaksa aparat untuk mendapatkan pelayanan yang istimewa, sehingga menumbuhkan bisnis sogok menyogok. 15. Berkaitan dengan solidaritas. Hendaknya fungsionaris negara jangan menggunakan kekuasaannya secara sewenang-wenang hingga merebut sumber nafkah orang kecil. Negara perlu menyediakan sarana untuk mengembangkannya. 16. Keberpihakan kepada yang kecil dan kurang beruntung serta sektor pertanian dan lingkungan hidup merupakan hal paling urgent. 17. Mental cinta dan bangga akan tanah air perlu terus dikembangkan. Sejelek dan sebaik apapun sebuah negara adalah tanah tumpah darah. Sikap mencela dan kecewa akan pemerintah tidak perlu diteruskan. Sikap bangga terhadap bangsa orang lain adalah sikap munafik, sebab orang lain makan, minum dari tanay airnya sendiri. Merupakan pengkhianatan kalau seseorang lahir di tanah air tertentu, ia jadi kaya raya, tetapi bangga dan sombong karena ia beretnis tertentu dan membanggakan negara yang seetnis dengan dirinya. JADI???
IMAN DI BIDANG POLITIK HARUS BERWUJUD KETERLIBATAN SEMUA WARGA
NEGARA, TERMASUK PEMERINTAH DALAM MENGEMBANGKAN DAN MENJAGA KESATUAN DAN PERSATUAN DEMI TERCAPAINYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR BAGI SELURUH RAKYAT DI NEGARA ITU.