Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN JIWA

KONSEP RESIKO BUNUH DIRI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5:
1.PUJI RAHAYU
2.RIA KARTINI PANJAITAN
3.RIZKA VELIA
4.RIZKI VELIA
5.SAUM INDAYANA
6.TRY ARMA AYU
7.YULIANA DEWI

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. ERVAN, M.Kep, Sp.Kep.J

Here is where
POLITEKNIK your presentation
KEMENTERIAN begins
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI SARJANA TERAPAN TINGKAT III JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. PENGERTIAN
● Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.  (Budi Anna Kelihat, 2000).

● Bunuh diri menurut Gail W. Stuart dalam buku “Keperawatan Jiwa” dinyatakan sebagai
suatu aktivitas yang jika tidak dicegah, dimana aktivitas ini dapat mengarah pada kematian
(2007).
● Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam
kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku
untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang
tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping
yang digunakan dalam mengatasi masalah
Menurut Shives (2008) mengemukakan rentang harapan putus harapan merupakan rentang adaptif
maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan budaya setempat. Respon maladaptif antara lain:

 Ketidakberdayaan, Keputusasaan, Apatis.

 Kehilangan,

 Ragu-Ragu

Kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa,
rendah diri yang semuanya dapat berakhir dengan bunuh diri :

a. Depresi

 Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan kesedihan dan rendah
diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar dari keadaan depresi berat.
• Bunuh Diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengkahiri
kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Laraia, 2005).
Respon
Respon Adaptif
Mal-adaptif

Self Growth Indirect Self Self Suicide


Enchancement Promoting Destructive Injury
Risk Taking Behavior
B. KLASIFIKASI
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri, meliputi:

1. Bunuh Diri Anomik

Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor lingkungan yang
penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri.

2. Bunuh Diri Altruistik

Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan seseorang ketika
gagal dalam melaksanakan tugasnya.

3. Bunuh Diri Egoistik

Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri seseorang seperti
putus cinta atau putus harapan.
C. MANIFESTASI KLINIS
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri

b. Mengungkapkan keinginan untuk mati

c. Impulsif

d. Menunjukan perilaku yang mencurigakan

e. Mendekati orang lain dengan ancaman

f. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan

g. Latar belakang keluarga


D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
a. Faktor Mood Dan Biokimiawi Otak
● Ghansyam pandey menemukan bahwa aktivitas enzim di dalam manusia bisa mempengaruhi mood yang memicu
keinginan mengakhiri nyawa sendiri.

b. Faktor Riwayat Gangguan Mental

● Dalam otak kita gterdapat berbagai jaringan, termasuk pembuluh darah. Di dalamnya juga terdapat serotonin,
adrenalin, dan dopamin. Ketiga cairan dalam otak itu bisa menjadi petunjuk dalam
neurotransmiter(gelombang/gerakan dalam otak) kejiwaan manusia. Karena itu, kita harus waspadai bila terjadi
peningkatan kadar ketiga cairan itu di dalam otak. Biasanya, bila kita lihat dari hasil otopsi para korban kasus bunuh
diri, cairan otak ini tinggi, terutama serotonin.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
c. Faktor Meniru, Imitasi, Dan Pembelajaran
● Dalam kasus bunuh diri, dikatakan ada Proses Pembelajaran. Para korban memiliki pengalaman dari salah satu
keluarganya yang pernah melakukan percobaan bunuh diri atau meninggal karena bunuh diri. Tidak hanya itu, bisa
juga terjadi pembelajaran dari pengetahuan lainnya. Proses pembelajran di sini merupakan asupan yang masuk ke
dalam memori seseorang

d. Faktor Isolasi Sosial Dan Human Relations


● Secara umum, stress muncul karena kegagalan beradaptasi. Ini dapat terjadi di lingkungan pekerjaan, keluarga,
sekolah, pergaulan dalam masyarakat, dan sebagainya. Demikian pula bila seseorang merasa terisolasi, kehilangan
hubungan atau terputusnya hubungan dengan orang lain yang disayangi. Padahal hubungan interpersonal merupakan
sifat alami manusia.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
e. Faktor Hilangnya Perasaan Aman Dan Ancaman Kebutuhan Dasar
● Penyebab bunuh diri yang lain adalah rasa tidak aman. Rasa tidak aman merupakan penyebab terjadinyabanyak kasus bunuh
diri di Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini.
● faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko bunuh diri meliputi:

1. Diagnosis Psikiatri

Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan
skizofrenia.

2. Sifat Kepribadian

Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.

3. Lingkungan Psikososial

Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
4. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko untuk
perilaku resiko bunuh diri

5. Faktor Biokimia

Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan perilaku
resiko bunuh diri.
E. Penilaian Stressor
Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada setiap tindakan. Oleh karena itu, perawat harus mengkaji faktor
resiko bunuh diri pada pasien.

F.Sumber Koping
Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-
diri. Sering kali pasien secara sadar memilih untuk bunuh diri.

G. Mekanisme Koping
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif-diri
tidak langsung adalah penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
I. GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS
Dalam mengenali pasien yang cenderung bunuh diri merupakan satu tugas
yang penting namun sulit dilaksanakan. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa resiko bunuh diri yang berhasil akan meningkat pada jenis pria, berkulit
putih, umur lanjut, dan isolasi sosial. Pasien dengan riwayat keluarga percobaan
bunuh diri atau bunuh diri yang berhasil membuat resiko makin tinggi juga,
demikian pula pasien dengan nyeri kronik, pembedahan yang baru terjadi, atau
mengidap penyakit fisik kronik
J. PEDOMAN WAWANCARA DAN
PSIKOTERAPI
Awali pembicaraan dengan bertanya pada pasien apakah ia pernah merasa ingin menyerah saja terhadapa hidup ini?
atau mereka merasa lebih baik mati. Pendekatan seperti ini membewa stigma kecil saja dan dapa diterima oleh kebanyakan
orang. Lalu bicaralah soal tepatnya apa yang dipikirkan oleh pasien? Dan catatlah semua pikiran itu.

Ajukan pertanyaan seperti :

● berapa sering pikiran bunuh diri anda?

● Apakah pikiran bunuh diri anda makin meningkat?

● Apakah anda hanya punya pikiran yang kurang baik saja atau pernahkah anda merencanakan cara bunuh dirinya?

● Apakah pikiran bunuh diri anda hanya sepintas saja atau benar-benar serius?

● Pertimbangkan umur pasien dan kecanggihan serta keinginan dan cara bunuh dirinya
K. POHON MASALAH
Thank You !

Anda mungkin juga menyukai