Anda di halaman 1dari 21

Asuhan Keperawatan

Gadar pada Pasien


dengan Tentamen
Suicide
KELOMPOK 4
Arisanti Celine Kukus
Fanda Ivana Lolaroh
Dwi C P. Machuri
Arsel J. Arkilang
Bella Sumampow
Mega Teresia Pangurian
Latar Belakang
Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu
mengalami fluktuasi dalam berbagai hal. Berbagai
stressor baik fisik, psikologis maupun social mampu
mempengaruhi bagaimana persepsi seorang individu
dalam menyikapi kehidupan.
Pola koping dan Support system sangat berpengaruh
dalam menghadapi berbagai stressor agar jangan
sampai pada perilaku maladaptif berat seperti
tentamen suicide atau percobaan bunuh diri.
Seorang individu yang mengalami tentamen suicide
biasanya mengalami beberapa tahap sebelum dia
melakukan percobaan bunuh diri secara nyata.

Keperawatan kegawatdaruratan dalam kasus


tentamen suicide berfokus pada penanganan klien
setelah terjadinya upaya nyata dari klien yang
melakukan percobaan bunuh diri sehingga tidak
berfokus pada aspek psikologi dan psikiatri dari
klien dengan tentamen suicide.
1. Pengertian Tentamen Suicide
 Tentamen suicide adalah suatu tindakan untuk
mencoba mengakhiri hidupnya sendiri.
(http:/www.sheppard86.blogspot.com)
 Bunuh diri merupakan tindakan untuk mengambil
hidupnya sendiri. ( Dorland, 2002)
 Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak
diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.
Perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang
disebabkan karena stress yang tinggi dan kegagalan
mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi
masalah (Keliat, 1998).
2. Etiologi
2.1 faktor genetik
GEN memainkan peranan dalam menentukan
temperamen seseorang, dan penelitian menyingkapkan
bahwa dalam beberapa garis keluarga, terdapat lebih
banyak insiden bunuh diri ketimbang dalam garis
keluarga lainya. Namun, “kecenderungan genetik
untuk bunuh diri bukan sama sekali tidak terelakkan.
Kondisi Kimiawi Otak, SEROTONIN, mungkin terlibat
dalam kerentanan biologis seseorang terhadap bunuh
diri. Buku Inside the Brain menjelaskan, “Kadar
serotonin yang rendah… dapat melenyapkan
kebahagiaan hidup, mengurangi minat seseorang pada
keberadaanya serta meningkatkan resiko depresi dan
bunuh diri.”. Akan tetapi, faktor genetik tidak bisa
dijadikan alasan yang mengharuskan seseorang untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
2.2. Faktor Kepribadian
Orang yang tidak puas dan belum mandiri, yang
terus-menerus meminta, mengeluh, dan mengatur,
yang tidak luwes dan kurang mampu menyesuaikan
diri. Mereka adalah orang yang memerlukan
kepastian mengenai harga dirinya, yang akhirnya
menganggap dirinya selalu akan menerima
penolakan, dan yang berkepribadian kekanak-
kanakan, yang berharap orang lain membuat
keputusan dan melaksanakannya untuknya

(Doman Lum).
Robert Firestone dalam buku Suicide and the Inner Voice
menulis bahwa mereka yang mempunyai kecenderungan
kuat untuk bunuh diri, banyak yang lingkungan
terkecilnya tidak memberi rasa aman, lingkungan
keluarganya menolak dan tidak hangat, sehingga anak
yang dibesarkan di dalamnya merasakan kebingungan
dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
Pengaruh dari latar belakang kehidupan di masa lampau
ini disebut faktor predisposesi (faktor bawaan).

Menurut Widyarto Adi Ps, seorang psikolog, seseorang


akan jadi melakukan tindakan bunuh diri kalau faktor
kedua, pemicu (trigger)-nya, memungkinkan. Tidak
mungkin ada tindakan bunuh diri yang muncul tiba-tiba,
tanpa ada faktor predisposisi sama sekali. Akumulasi
persoalan fase sebelumnya akan terpicu oleh suatu
peristiwa tertentu.
2.3. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mendorong bunuh diri adalah
kurangnya dukungan sosial dari masyarakat sekitar
(support System).
kehilangan pekerjaan, kemiskinan, huru-hara yang
menyebabkan trauma psikologis, dan konflik berat yang
memaksa masyarakat mengungsi. Psikologis seseorang
sangat menentukan dalam persepsi akan bunuh diri
sebagai jalan akhir/keluar. Dan psikologis seseorang
tersebut juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
tertentu juga.
2.4. Faktor Ekonomi
Menurut riset, sebagian besar alasan seseorang ingin
mengakhiri hidupnya/ bunuh diri adalah karena
masalah keuangan/ekonomi. Mereka berangggapan
bahwa dengan mengakhiri hidup, mereka tidak
harus menghadapi kepahitan akan masalah
ekonomi.
2.5. Gangguan Mental / kecanduan
Penelitian di Eropa dan Amerika Serikat memperlihatkan
bahwa lebih dari 90 persen bunuh diri yang dilakukan
berkaitan dengan gangguan-gangguan demikian. Bahkan,
para peneliti asal Swedia mendapati bahwa di antara
pria-pria yang tidak didiagnosis menderita gangguan
apapun yang sejenis itu, angka bunuh diri mencapai 8,3
per 100.000 orang, tetapi di antara yang mengalami
depresi, angkanya melonjak menjadi 650 per 100.000
orang. Dan, para pakar mengatakan bahwa faktor-faktor
yang mengarah ke bunuh diri ternyata serupa dengan
yang di negeri-negeri timur. Namun, sekalipun ada
kombinasi antara depresi dan peristiwa -peristiwa
pemicu, itu bukan berarti bunuh diri tidak bisa dielakan.
3. Tanda dan Gejala
 Keputusasaan  Perubahan perilaku secara
 Celaan terhadap diri sendiri mendadak, mudah marah, sifat
tidak menentu.
 Perasaan gagal dan tidak berharga
 Tidak memerdulikan penampilan.
 Alam perasaan depresi
 Agitasi dan gelisah
 Insomnia yang menetap
 Penurunan berat badan
 Berbicara lamban
 Keletihan
 Menarik diri dari lingkungan
social
 Pernah melakukan percobaan
bunuh diri
 Memberikan pernyataan ingin
mati
4. MACAM-MACAM TENTAMEN SUICIDE
4.1 Ancaman Bunuh Diri
Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang
tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia
tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau
mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal
melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya dan
sebagainya. Pesan-pesan ini harus dipertimbangkan
dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman
menunjukkan ambivalensi seseorang tentang
kematian. Kurangnya respon positif dapat ditafsirkan
sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh
diri.
4.2. Upaya bunuuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang
dilakukan oleh individu yang dapat mengarah
kematian jika tidak dicegah.
4.3. Bunuh diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda
peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang
yang melakukan bunuh diri dan yang tidak benar-
benar ingin mati mungkin akan mati jika
tanda-tanda tersebut tidak tepat pada waktunya.
5. Patofisiologi Tentamen Suicide
Self poisoning ( meracuni diri sendiri biasanya
memakai obat serangga/ insektisida)
Ada dua macam insektisida yang paling banyak
digunakan untuk bunuh diri adalah:

1. insektisida hidrokarbo khlorin (IHK =


chlorinated hydrocarbon)
2. insektisida fosfat organic (IFO = organo
phosphate insecticide).
Yang paling sering digunakan adalah IFO yang
pemakaiannya terus menerus meningkat.
Sifat - sifat dari IFO adalah insektisida poten
yang paling banyak digunakan dalam pertanian
dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu
derivatnya adalah Tabun dan Sarin. Bahan ini
menembus kulit yang normal (intact), juga
dapat diserap di paru dan saluran makanan,
namun tidak berakumulasi dalam jaringan
tubuh seperti halnya golongan IHK.
Macam – macam IFO adalah Malathion (Tolly),
Paraathion, Diazinon, Basudin, Paraoxon dan
lain – lain. IFO sebenarnya dibagi 2 macam yaitu
IFO murni dan golongan carbamate. Salah satu
contoh golongan carbamate adalah baygon.
b. Gantung diri
c. Membakar diri
d. Menceburkan diri
e. Menabrakkan diri ke jalan
f. Memotong urat nadi
6. Pemeriksaan Penunjang
Self Poisoning ( meracuni diri sendiri, keracunan)
Pemeriksaan lab :
Analitik darah
Urin
Muntahan
Pemeriksaan .

 Laboratorik.
Pengukuran kadar KhE dalam sel darah merah dan plasma,
penting untuk memastikan diagosis keracunan IFO (Organo
Phospat Inseksitisida) akut maupun kronik (menurun sekian %
dari harga normal).
Keracunan akut : ringan : 40 – 70 %
sedang : 20 – 40 %
berat : < 20 %.
 Patologi Anatomi (PA)
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak
khas. Sering hanya ditemukan edema paru, dilatasi kapiler,
hiperemi paru, otak dan organ – organ lain.
7. Asuhan Keperawatan Gadar pada pasien
dengan Tentamen Suicide
Diagnosa keperawatan Tentamen Suicide
 1. Resiko bunuh diri b.d gangguan pisikologis
 2. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d trauma
 3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d disfungsi
neuromuskuler d.d dipsnea, gelisah, sianosis
 4. resiko cedera b.d perubahan orientasi afektif
 5. konfusi akut b.d deliriuam d.d kurang motivasi
untuk memulai/menyelesaikan perilaku berorientasi
tujuan maupun terarah, salah persepsi, halusinasi
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai