Anda di halaman 1dari 24

Asuhan Keperawatan Tentamen Suicide

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi dalam
berbagai hal. Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun social mampu
mempengaruhi bagaimana persepsi seorang individu dalam menyikapi kehidupan. Hanya
individu dengan pola koping yang baik yang mampu mengendalikan stressor-stressor
tersebut sehingga seorang individu dapat terhindar dari merilaku maladaptive. Selain
faktor pola koping, faktor support system individu sangat memegang peranan vital dalam
menghadapi stressor tersebut.
Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor disebut
individu yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis perilaku
maladaptive yang mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap ringan hingga ke tahap
yang paling berat yaitu Tentamen suicide atau percobaan bunuh diri.
Menurut ahli, Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku
sendiri secara sengaja (Haroid I. Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998). Seorang individu
yang mengalami tentamen suicide biasanya mengalami beberapa tahap sebelum dia
melakukan percobaan bunuh diri secara nyata, Pertama kali biasanya klien memiliki
mindset untuk bunuh diri kemudian biasanya akan disampaikan kepada orang-orang
terdekat. Ancaman tersebut biasanya dianggap angin lalu, dan ini adalah sebuah
kesalahan besar. Selanjutnya klien akan mengalami bargaining dengan pikiran dan
logikanya, tahap akhir dari proses ini biasaya klien menunjukan tindakan percobaan
bunuh diri secara nyata.
Keperawatan kegawatdaruratan dalam kasus tentamen suicide berfokus pada
penanganan klien setelah terjadinya upaya nyata dari klien yang melakukan percobaan
bunuh diri sehingga tidak berfokus pada aspek psikologi dan psikiatri dari klien dengan
tentamen suicide.

B. Rumusan Masalah
Pengertian tentamine suicide ?
Etiologi tentamine suicide ?
Jenis-jenis tentamen suicide?
Klasifikasi atau penilaian bunuh diri atau tentamen suicide?
Tanda dan gejala?
Factor-faktor yang mempengaruhi?
Patofisiologi?
Komplikasi?
Pemeriksaan penunjang?
Asuhan keperawatan tentamen suicide?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung
kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah keperawatan
Neurobehavior II tentang asuhan keperawatan klien dengan tentamin suicide.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa mengetahui
definisi alzheimer, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik dari
alzheimer, penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan klien tentamin suicide.

D. Manfaat
Bagi penulis yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan penampilan penyusunan dan

menerapkan askep terhadap pasien yang mengalami tentamin suicide.


Sebagai bahan masukkan dan pengembangan pengetahuan bagi institusi pendidikan

Sebagai penambah wawasan dan pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan
asuhan pada pasien yang mengalami tentamin suicide.

BAB II
PEMBAHASAN
TENTAMEN SUICIDE
A. Definisi Tentamen Suicide
Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja
(Harold I, Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan (Budi Anna Kelihat, 1991)
Perlaku destruktif diri yaitu setiap aktifitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah
kepada kematian (Gail Wiscara Stuart, dan Sandra, J. Sundeen, 1998).
Ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif sering
terjadi
pada remaja ( Harold Kaplan, Sinopsis Psikiatri,1997).
Bunuh diri adalah, perbuatan menghentikan hidup sendiri, yang dilakukan oleh individu
itu sendiri. Namun, bunuh diri ini dapat dilakukan pula oleh tangan orang lain. Misal :
bila si korban meminta seseorang untuk membunuhnya, maka ini sama dengan ia telah
menghabisi nyawanya sendiri. Dimana, Menghilangkan nyawa, menghabisi hidup atau
membuat diri menjadi mati oleh sebab tangan kita atau tangan suruhan, adalah perbuatanperbuatan yang termasuk dengan bunuh diri. Singkat kata, Bunuh diri adalah tindakan
menghilangkan nyawa sendiri dengan menggunakan segala macam cara.

B. Etiologi
Penyebab bunuh diri pada anak
1) Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
2) Situasi keluarga yang kacau

3) Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik


4) Gagal sekolah
5) Takut atau dihina di sekolah
6) Kehilangan orang yang dicintai
7) Dihukum orang lain

Penyebab bunuh diri pada remaja


1) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
2) Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
3) Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
4) Perasaan tidak dimengerti orang lain
5) Kehilangan orang yang dicintai
6) Keadaan fisik
7) Masalah orang tua
8) Masalah seksual
9) Depresi

Penyebab bunuh diri pada mahasiswa


1) Self ideal terlalu tinggi
2) Cemas akan tugas akademik yang banyak
3) Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua.
4) Kompetisis untuk sukses

Penyebab bunuh diri pada usia lanjut


1) Perubahan status dari mandiri ke tergantung

2) Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi


3) Perasaan tidak berarti di masyarakat.
4) Kesepian dan isolasi sosial
5) Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan)
6) Sumber hidup berkurang.

Pernyataan yang salah tentang bunuh diri (mitos)


Banyak pernyataan yang salah tentang bunuh diri yang harus diketahui perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tingkah laku bunuh diri.

1.

Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian dan tidak perlu

dianggap serius. Semua perilaku bunuh diri harus dianggap serius.


2. Bunuh diri tidak memberi tanda, delapan dari 10 individu memberi tanda secara verbal
atau perilaku sebelum melakukan percobaan bunuh diri.
3. Berbahaya membicarakan pikiran bunuh diri pada klien hal yang paling penting dalam
perencanaan keperawatan adalah pengkajian yang akurat tentang rencana bunuh diri
4.

klien.
Kecenderungan bunuh diri adalah keturunan tidak ada data dan hasil riset yang
membantu pendapat ini karena pola perilaku bunuh diri bersifat individual.
SIRS (Suicidal Intention Rating Scale)
Skor 0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang
Skor 1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri.
Skor 2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
Skor 3 : Mengancam bunuh diri, misalnya Tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh
diri.
Skor 4 : Aktif mencoba bunuh diri.
Adapun beberapa factor lain Penyebab perilaku bunuh diri dapat dikategorikan
sebagai berikut :

a.

Factor genetic
Ada yang berpikir bahwa bawaan genetik seseorang dapat menjadi faktor yang
tersembunyi dalam banyak tindakan bunuh diri. Memang gen memainkan peranan dalam
menentukan temperamen seseorang, dan penelitian menyingkapkan bahwa dalam
beberapa garis keluarga, terdapat lebih banyak insiden bunuh diri ketimbang dalam garis
keluarga lainya
Kondisi kimiawi otak pun dapat menjadi faktor yang mendasar. Dalam otak. miliaran
neuron berkomunikasi secara elektrokimiawi. Di ujung-ujung cabang serat syaraf, ada
celah kecil yang disebut sinapsis yang diseberangi oleh neurotransmiter yang membawa
informasi secara kimiawi. Kadar sebuah neurotransmiter, serotonin, mungkin terlibat
dalam kerentanan biologis seseorang terhadap bunuh diri. Buku Inside the Brain
menjelaskan, Kadar serotonin yang rendah dapat melenyapkan kebahagiaan hidup,
mengurangi minat seseorang pada keberadaanya serta meningkatkan resiko depresi dan
bunuh diri.. Akan tetapi, faktor genetik tidak bisa dijadikan alasan yang mengharuskan
seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri

b. Factor keperibadian
Salah satu faktor yang turut menentukan apakah seseorang itu punya potensi untuk
melakukan tindakan bunuh diri adalah faktor kepribadian. Para ahli mengenai soal bunuh
diri telah menggolongkan orang yang cenderung untuk bunuh diri sebagai orang yang
tidak puas dan belum mandiri, yang terus-menerus meminta, mengeluh, dan mengatur,
yang tidak luwes dan kurang mampu menyesuaikan diri. Mereka adalah orang yang
memerlukan kepastian mengenai harga dirinya, yang akhirnya menganggap dirinya selalu
akan menerima penolakan, dan yang berkepribadian kekanak-kanakan, yang berharap
orang lain membuat keputusan dan melaksanakannya untuknya (Doman Lum).
Robert Firestone dalam buku Suicide and the Inner Voice menulis bahwa mereka
yang mempunyai kecenderungan kuat untuk bunuh diri, banyak yang lingkungan
terkecilnya tidak memberi rasa aman, lingkungan keluarganya menolak dan tidak hangat,
sehingga anak yang dibesarkan di dalamnya merasakan kebingungan dalam menghadapi
kehidupan sehari-hari.
Pengaruh dari latar belakang kehidupan di masa lampau ini disebut faktor predisposesi
(faktor bawaan). Dengan memahami konteks yang demikian, dapatlah kita katakan
bahwa akar masalah dari perilaku bunuh diri sebenarnya bukanlah seperti masalah-

masalah yang telah disebutkan di atas (ekonomi, putus cinta, penderitaan, dan
sebagainya). Sebab masalah-masalah tersebut hanyalah faktor pencetus/pemicu (faktor
precipitasi).

Penyebab

utamanya

adalah

faktor

predisposisi.

Menurut Widyarto Adi Ps, seorang psikolog, seseorang akan jadi melakukan tindakan
bunuh diri kalau faktor kedua, pemicu (trigger)-nya, memungkinkan. Tidak mungkin ada
tindakan bunuh diri yang muncul tiba-tiba, tanpa ada faktor predisposisi sama sekali.
Akumulasi persoalan fase sebelumnya akan terpicu oleh suatu peristiwa tertentu.
c. Factor psikologis
Faktor psikologis yang mendorong bunuh diri adalah kurangnya dukungan sosial dari
masyarakat sekitar, kehilangan pekerjaan, kemiskinan, huru-hara yang menyebabkan
trauma psikologis, dan konflik berat yang memaksa masyarakat mengungsi. Psikologis
seseorang sangat menentukan dalam persepsi akan bunuh diri sebagai jalan akhir/keluar.
Dan psikologis seseorang tersebut juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor tertentu
juga.
d. Factor ekonomi
Masalah ekonomi merupakan masalah utama yang bisa menjadi faktor seseorang
melakukan tindakan bunuh diri. Ekonomi sangat berpengaruh dalam pemikiran dan
kelakuan seseorang. Menurut riset, sebagian besar alasan seseorang ingin mengakhiri
hidupnya/ bunuh diri adalah karena masalah keuangan/ekonomi. Mereka berangggapan
bahwa dengan mengakhiri hidup, mereka tidak harus menghadapi kepahitan akan
masalah ekonomi. Contohnya, ada seorang ibu yang membakar dirinya beserta ananknya
karena tidak memiliki uang untuk makan. Berdasarkan contoh tersebut, para pelaku ini
biasanya lebih memikirkan menghindari permasalahan duniawi dan mengakhir hidup.
e.

Gangguan mental dan kecanduan


Gangguan mental merupakan penyakit jiwa yang bisa membuat seseorang melakukan
tindakan bunuh diri. Mereka tidak memikirkan akan apa yang terjadi jika menyakiti dan
mengakhiri hidup mereka, karena sistem mental sudah tidak bisa bekerja dengan baik.
Selain itu ada juga gangguan yang bersifat mencandu, seperti depresi, gangguan bipolar,
scizoprenia dan penyalahgunaan alkohol atau narkoba. Penelitian di Eropa dan Amerika
Serikat memperlihatkan bahwa lebih dari 90 persen bunuh diri yang dilakukan berkaitan
dengan gangguan-gangguan demikian. Bahkan, para peneliti asal Swedia mendapati
bahwa di antara pria-pria yang tidak didiagnosis menderita gangguan apapun yang sejenis

itu, angka bunuh diri mencapai 8,3 per 100.000 orang, tetapi di antara yang mengalami
depresi, angkanya melonjak menjadi 650 per 100.000 orang! Dan, para pakar mengatakan
bahwa faktor-faktor yang mengarah ke bunuh diri ternyata serupa dengan yang di negerinegeri timur. Namun, sekalipun ada kombinasi antara depresi dan peristiwa -peristiwa
pemicu, itu bukan berarti bunuh diri tidak bisa dielakan.
C. Jenis-jenis tentamen Suicide
Jenis tentamen suicide antara lain:
a. Ancaman Bunuh Diri
Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh
diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di
sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal
melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya dan sebagainya. Pesan-pesan ini harus
dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman menunjukkan
ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respon positif dapat ditafsirkan
sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
b. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat
mengarah kematian jika tidak dicegah.
c. Bunuh diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang
yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan
mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
D. Klasifikasi/Penilaian Bunuh Diri
Variabel
Sifat Dermografik dan social

Resiko Tinggi

Resiko Rendah

Usia

Lebih dari 45

Di bawah 45

Jenis kelamin

Laki-laki

Wanita

Status marital

Cerai atau janda

Menikah

Pekerjaan

Pengangguran

Bekerja

Hubungan interpersonal

Konflik

Stabil

Latar belakang keluarga

Kacau atau konflik

Kesehatan

Penyakit

Stabil

kronis Kesehatan baik merasa

hipokondriak
Fisik

Pemakaian

sehat
obat

yang Penggunaan zat rendah

berlebihan

Depresi ringan

Mental
Depresi berat

Kepribadian ringan

Psikosis

Peminum sosial

Gangguan kepribadian berat

Optimisme

Penyalahgunaan zat
Putus asa

Aktivitas bunuh diri

Sering,

kuat, Jarang,

Ide bunuh diri

berkepanjangan

rendah

Usaha bunuh diri

Berulang kali

Pertama kali

Direncanakan

Impulsi

Penyelamatan

tidak Penyelamatan

mungkin

intensitas

tak

terhindarkan

Keinginan yang tidak ragu- Keinginan utama untuk


ragu untuk mati

berubah

Komunikasi

Komunikasi

diinternalisasikan

diinternaslisasikan

(menyatakan diri sendiri)

(kemarahan)

Metode

mematikan

dan Metode dengan letalitas

tersedia

rendah dan tidak mudah


didapat

Sarana

Pencapaian buruk

Pencapaian baik

Pribadi

Tilikan buruk

Penuh tilikan

Afek

tidak

ada

atau Afek

terkendali buruk

tersedia

terkendali

dan
dengan

semestinya

Sosial

Support buruk

Support baik

Terisolasi sosial

Terintegrasi

Keluarga tidak responsive

sosial
Keluarga
memperhatikan

E. Tanda dan Gejala


1. Tak langsung
a. Merokok
b. Mengebut
c. Berjudi
d. Tindakan kriminal
e. Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi
f. Penyalahgunaan zat
g. Perilaku yang menyimpang secara sosial

secara

yang

h. Perilaku yang menimbulkan stress


i. Gangguan makan
j. Ketidakpatuhan pada tindakan medik
2. Langsung
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan berat badan berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan.
F. Faktor-faktor yang resiko bunuh diri
* Psikososial dan klinik
- Keputusasaan
- Ras kulit putih
- Jenis kelamin laki-laki
- Usia lebih tua
- Hidup sendiri
- Riwayat
- Pernah mencoba bunuh diri
- Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri
- Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat
*Diagnostik
- Penyakit medik umum
- Psikosis
- Penyalahgunaan zat

G. PATOFISIOLOGI
. Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor, respon individu
terhadap stressor, tergantung pada kemampuan menghadapi masalah serta tingkat stress
yang dialami. Dalam menghadapi masalah seseorang dapat menggunakan respon yang
adaptif maupun respon yang maladaptive, respon seseorang yang adaptif membuat
seseorang mempunyai harapan dalam menghadapi masalah, dimana harapan tersebut
menimbulkan rasa yakin, percaya, ketetapan hati dalam menghadapi masalah dan dapat
menimbulkan ispirasi. Respon maladaptive seseorang membuat seseorang merasa putus
harapan dalam menghadapi masalah, menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam
menghadapi masalah menyebabkan seseorang merasa rendah diri. Jika seseorang tidak
mampu mengatasi masalah kemungkinan besar seseorang akan menjadi depresi,
mengalami perasaan gagal, putus asa, dan merasa tidak mampu dalam mengatasi masalah
yang menimbulkan koping tidak efektif. Putus harapan juga mengakibatkan seseorang
merasa kehilangan, sehingga menimbulkan perasaan rendah diri, depresi. Rendah diri dan
depresi merupakan salah satu indikasi terjadinya bunuh diri, salah satu percobaan bunuh
diri dilakukan dengan penyalahgunaan obat, dimana obat-obatan yang dosisnya besar
dapat bersifat toksin bagi tubuh terutama lambung. Intoksikasi dapat memacu atau
meningkatkan sekresi asam lambung, dimana asam lambung ini mengiritasi/ membuat
trauma jaringan mukosa lambung, merusak mukosa lambung, merangsang saraf. Saraf
pada lambung membuka gate kontrol menuju rangsang saraf aferen ke cortex cerebri
yang meningkatkan sensitifitas saraf nyeri, kemudian kembali ke saraf eferen dan
menimbulkan rasa nyeri, rasa nyeri ini menstimulasi nervus vagus dan meningkatkan
respon mual dan gangguan rasa nyaman, gangguan saluran makanan pada lambung,
duodenum, usus halus, usus besar, hati, empedu dan salurannya sering memberikan
keluhan di perut atas atau di daerah epigastrium yang sering disebut dengan istilah nyeri
epigastrik.

H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide sangat tergantung
pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri, namun resiko paling besar
dari klien dengan tentamen suicide adalah berhasilnya klien dalam melakukan tindakan
bunuh diri, serta jika gagal akan meningkatkan kemungkingan klien untuk mengulangi
perbuatan tentamen suicide.
Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia atau intoksikasi
zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif ,
sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma, blokade
jantung akhirnya meninggal.
Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan menyebabkan syok
yang diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan terutama jaringan otak.
Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik yang jika tidak
dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok,
kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.
I.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan terapi resisitasi dan
terapi

lanjutan

yang

akan

dilakukan

pada

klien

dengan

tentamen

suicide.

Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat syok yang
dialami klien, pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai
adanya perubahan jantung dan perdarahan cerebral.

J.

ASUHAN KEPERAWATAN TENTAMEN SUICIDE

1. Pengkajian pasien destruktif diri

Pengkajian

lingkungan

upaya

bunuh

diri.

Prestasi

kehidupan

yang

menghina/menyakitkan. Tindakan persiapan metode yang dibutuhkan, mengatur rencana,


membicarakan tentang bunuh diri, memberikan milik berharga sebagai hadiah, catatan
untuk bunuh diri.
Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih mematikan pemahaman letalitas
dari metode yang dipilih.
Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui.
Petunjuk gejala

Keputusasaan
Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga alam perasaan depresi.
Agitasi dan gelisah
Insomnia yang menetap
Penurunan berat badan
Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial

Penyakit psikratrik

Upaya bunuh diri sebelumnya


Kelainan afektif
Alkoholisme dan/atau penyalahgunaan obat
Kelainan tindakan dan depresi pada remaja
Demensia diri dan status kekacauan mental pada lansia
Kombinasi dari kondisi diatas.

Riwayat Psikososial

Baru berpisah bercerai, atau kehilangan


Hidup sendiri
Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami stress kehidupan
multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti, masalah sekolah, ancaman

terhadap krisis disiplin).


Penyakit medik kronik
Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat

Faktor-faktor kepribadian

Impulsif, agresif, rasa bermusuhan


Kekakuan kognitif dan negatif
Keputusasaan
Harga diri rendah
Batasan atau gangguan kepribadian antisocial

Riwayat keluarga

Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri


Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme atau keduanya.

2. Diagnosa Keperawatan
A. Resiko bunuh diri yang berhubungan dengan putus asa
No
1.

Tujuan

Criteria hasil

Intervensi

TUM :
Setelahx interaksi klien
Klien tidak melakukan
menunjukkan tanda- tanda
percobaan bunuh diri.
percaya kepada perawat:

Bina hubungan

TUK :
a)
Klien dapat membina
b)
c)
hubungan
d)
saling percaya.
e)
f)
g)

prinsip komunikasi

saling percaya
dengan menggunakan

Ekspresi wajah bersahabat.


Menunjukan rasasenang
Ada kontak mata
Mau berjabat tangan.
Maumenyebutkannama
Mau menjawab salam
Mau duduk berdampingan

dengan perawat bersedia

terapeutik:
Sapa klien dengan ramah
baik verbal maupun non
verbal.
Perkenalkan nama, nama

mengungkapkan masalah yang

panggilandan tujuan

dihadapi.

perawat berkenalan.
Tanyakan nama lengkap

dan nama penggilan yang

disukai klien.
Buat kontrak yang jelas.
Tunjukan sikap jujur dan
menepati
janji setiap kali

berinteraksi.
Tunjukan sikap empati

dan menerima apa adanya.


Beri perhatian kepada
klien dan masalah yang

2.

dihadapi klien.
Dengarkan dengan penuh
perhatianekspresi perasaan

TUK:
Klien dapat mengenal

klien

penyebab resiko
Bantu klien

prilaku bunuh diri.

mengungkapkan
perasaan yang
menyebabkan klien
Setelah .x interaksi klien
menceritakan

penyebab

perilaku bunuh diri yang


dilakukannya:

3.
TUK :
Klien dapat

Menceritakan penyebab klien


melakukan percobaan bunuh
diri.

mempunyai ide serta


melakukan percobaan
bunuhdiri :
Motivasi klien untuk
menceritakan penyebab
klien mempunyai ide
bunuh diri
Dengarkan tanpa menyela

mengidentifikasi

atau member penilaian

tanda- tanda perilaku

setiap ungkapan perasaan

bunuh diri.

klien.

Bantu klien
mengungkapkan tandatanda perilaku bunuh diri
yang dialaminya:

Motivasi klien
menceritakan

Setelah .x interaksi klien kondisiemosionalnya.


Motivasi klien
menceritakan tanda-tanda saat

4.

klien
TUK :
Klien dapat
mengidentifikasi

bunuh diri:

untuk menceritakan
kondisisosialnya

1. Tanda social :
Klien
mengancamkan
melakukan bunuh diri dan

perilaku percobaan

klien melakukan hal yang tidak

bunuh diri yang


pernah dilakukan.

berkeinginan

bisa dilakukan klien.


2. Tanda Fisik :
Klien mencederai diri sendiri
seperti menyayat nadi, minum
obat sampai over dosis, dlsb,
tatapan mata klien tampak
menerawang eperti
memikirkan sesuatu.
3. Tanda Emosional:
Klien menjadi penyendiri,

5.

pemurung, dan pemarah.

percobaan bunuh diri yang


dilakukannya selama ini:

TUK :
Klien dapat

Setelah .x interaksi klien Motivasi klien

mengidentifikasi
akibat tindakan yang

sudah dilakukan untuk


bunuh diri.

Diskusikan dengan klien

menjelaskan:

menceritakan tindakan

Perasaan saat melakukan

tindakan apa saja yang

bunuh diri.
Efektivitas percobaan yang

sudah pernah dilakukan

dilakukan.

untuk mengakhiri hidup.


Motivasi klien

Tindakan akan yang sudah

menceritakan akan

pernah dilakukan untuk

perasaan setelah tindakan

mengakhiri hidup.

tersebut.
Diskusikan apakah dengan
tindakan tersebut masalah
yang dialami klien teratasi.

Diskusikan dengan
klien akibat
negatif cara yang
dilakukan pada:
Setelah.x interaksi klien

menjelaskan akibat

tindakannya:

Diri sendiri
Orang lain
Lingkungan

Diri sendiri
Orang lain
Lingkungan

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Pasien
SP I
1.
2.
3.
4.
5.

Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien


Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
Melakukan kontrak treatment
Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
SP II p

1. Mengidentifikasi aspek positif pasien


2. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
3. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga

SP III p
1.
2.
3.
4.
5.

Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien


Menilai pola koping yang biasa dilakukan
Megidentifikasi pola koping yang konstruktif
Menganjurkan pasien memilih pola koping yang konstruktif
Menganjurkan pasien menerapkan pola koping yang konstruktif dalam kegiatan harian
SP IV p

1. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien


2. Mengidentifiksai cara mencapai rencana masa deapan yang realistis
3. Member dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang
realistis
Keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko bunuh diri, dan jenis perilaku bunuh diri
yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien resiko bunuh diri
SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bias dijangkau oleh keluarga
B. Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan perubahan peran social
No Tujuan
Dx
2.

TUM:
Klien
konsep
positif

Criteria hasil

Intervensi

Setelah kali interaksi, klien

menunjukkan ekspresi wajah


bersahabat, menunjukkan rasa
senang, ada kontak mata, mau
berjabat
tangan,
mau
menyebutkan nama, mau
menjawab salam, klien mau

Bina hubungan saling


percaya
dengan
menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik:
Sapa klien dengan
ramah baik verbal

memiliki
diri yang

TUK:
klien dapat membina
hubungan
saling
percY
dengan
perawat

duduk berdampingan dengan maupun nonverbal


perawat, mau mengutarakan
Perkenalkan
diri
masalah yang dihadapi.
dengan sopan
Tanyakan
nama
lengkap dan yang
disukai klien
Jelaskan
tujuan
pertemuan
Jujur dan menepati
janji
Beri perhatian pada
klien.

klien
dapat
mengidentifikasi

aspek positif dan


kemampuan yang
Setelah kali berinteraksi
dimiliki.
klien menyebutka:
Aspek
positifdan
kemampuan yang dimiliki
klien
Aspek positif keluarga
Aspek positif lingkungan
klien.

Diskusikan dengan
klien tentang :
Aspek positif yang
dimiliki klien, keluarga
dan lingkungan.
Kemampuan yang
dimiliki
Bersama klien
daftar tentang:

buat

Aspek positif klien,


keluarga,
dan
lingkungan.
Kemampuan yang
dimiliki.
Berikan pujian yang
realistis,
hindarkan
memberikan penilaian
negative.

Klien dapat menilai


kemampuan yang
dimiliki
untuk
dilaksanakan.

Diskusikan dengan
klien kemampuan yang
dapat dilaksanakan.
Diskusikan
kemampuan
yang
dapat
dilanjutkan
pelaksanaannya.

Klien
dapat
Setelah kali interaksi klien

merencanakan
kemampuan
kegiatan
sesuai menyebutkan
yang
dapat
dilaksanakan.
dengan
kemampuan yang
dimiliki.

Rencanakan bersama
klien aktivitas yang
dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
klien:
Kegiatan mandiri
Kegiatan dengan
bantuan

Setelah.. kali interaksi klien


kegiatan
membuat rencana kegiatan Tingkatkan
sesuai dengan kondisi
harian.
klien

Beri
contoh
cara
pelaksanaan kegiatan
yang
dapat
klien
lakukan.

Klien
dapat
melakukan kegiatan
sesuai rencana yang
dibuat.

- Anjurkan klien untuk


melaksanakan kegiatan
yang
telah
dilaksanakan
Pantau kegiatan yang
dilaksanakan klien.
Setelah kali interaksi klien Beri pujian atas usaha
melakukan kegiatan sesuai yang dilakukan klien.
jadwal yang dibuat.
Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan kegiatan

Klien
dapat
setelah pulang.
memanfaat
kan
system pendukung
- Berikan pendidikan
yang ada.
kesehatan pada kelurga
tentang cara merawat
klien dengan harga diri
rendah.
Bantu
keluarga
Setelah kali interaksi klien
memberikan dukungan
memanfaatkan
system selama klien dirawat.
Bantu
keluarga
pendukung yang ada di
menyiapkan
keluarga.
lingkungan di rumah.

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


SP I p
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien


Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II p

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP I k
1.
2.

Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien


Menjelaskan pengertaian, tanda dan gejala haega diri rendah yang dialami pasien beserta

3.

proses terjadinya
Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah
SP II k

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
2. Melatih keluaraga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah
SP III k
1.

Membantu keluaraga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat

(discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

Evaluasi :
Evaluasi pada tingkah laku bunuh diri memerlukan pemantauan yang teliti tentang
tingkah laku klien setiap hari. Perubahan dapat segera terjadi yang memerlukan
modifikasi perencanaan. Peran serta klien pada perencanaan, evaluasi dan modifikasi
rencana sangat membantu pencampuran tujuan asuhan keperawatan. Tujuan utama
asuhan keperawatan adalah melindungi klien sampai klien dapat melindungi diri sendiri.
Melalui intervensi yang aktif dan efektif diharapkan klien dapat mengembangkan
alternatif pemecahan masalah bunuh diri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Tentamin suicide merupakan perilaku menciderai diri yg dapat menimbulkan kematian


baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penyebab tentamin suicide ada 3 faktor :


1. Faktor genetic dan teori biologi
2. Teori sosiologi
3. Teori psikologi

Ada 3 (tiga) jenis tentamin suicide yang bisa diidentifikasi, yakni:


1. Tentamin suicide anomik
2. Tentamin suicide altrustik
3. Tentamin suicide egoistic
Tanda dan gejalah tentamin suicide di bagi enjadi 2 (dua), yaitu :
a.

Tak langsung

Merokok
Mengebut
Berjudi
Perilaku yang menyimpang secara sosial
Perilaku yang menimbulkan stress

b. Langsung
Keputusasaan
Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga
Agitasi dan gelisah

A. Saran
Demikian makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga bermanfaat bagi
kita semua khususnya bagi tim penyusun dan semua mahasiswa dan mahasiswi kesehatan
pada umumnya. Saran kami, lebih banyak membaca untuk meningkatkan pengetahuan.
Kami sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan kemampuan yang
menyebabkan kekurangsempurnaan dalam makalah ini, baik dari segi isi maupun materi,
bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya agar makalah selanjutnya
dapat lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai