BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi dalam
berbagai hal. Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun social mampu
mempengaruhi bagaimana persepsi seorang individu dalam menyikapi kehidupan. Hanya
individu dengan pola koping yang baik yang mampu mengendalikan stressor-stressor
tersebut sehingga seorang individu dapat terhindar dari merilaku maladaptive. Selain
faktor pola koping, faktor support system individu sangat memegang peranan vital dalam
menghadapi stressor tersebut.
Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor disebut
individu yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis perilaku
maladaptive yang mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap ringan hingga ke tahap
yang paling berat yaitu Tentamen suicide atau percobaan bunuh diri.
Menurut ahli, Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku
sendiri secara sengaja (Haroid I. Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998). Seorang individu
yang mengalami tentamen suicide biasanya mengalami beberapa tahap sebelum dia
melakukan percobaan bunuh diri secara nyata, Pertama kali biasanya klien memiliki
mindset untuk bunuh diri kemudian biasanya akan disampaikan kepada orang-orang
terdekat. Ancaman tersebut biasanya dianggap angin lalu, dan ini adalah sebuah
kesalahan besar. Selanjutnya klien akan mengalami bargaining dengan pikiran dan
logikanya, tahap akhir dari proses ini biasaya klien menunjukan tindakan percobaan
bunuh diri secara nyata.
Keperawatan kegawatdaruratan dalam kasus tentamen suicide berfokus pada
penanganan klien setelah terjadinya upaya nyata dari klien yang melakukan percobaan
bunuh diri sehingga tidak berfokus pada aspek psikologi dan psikiatri dari klien dengan
tentamen suicide.
B. Rumusan Masalah
Pengertian tentamine suicide ?
Etiologi tentamine suicide ?
Jenis-jenis tentamen suicide?
Klasifikasi atau penilaian bunuh diri atau tentamen suicide?
Tanda dan gejala?
Factor-faktor yang mempengaruhi?
Patofisiologi?
Komplikasi?
Pemeriksaan penunjang?
Asuhan keperawatan tentamen suicide?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung
kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah keperawatan
Neurobehavior II tentang asuhan keperawatan klien dengan tentamin suicide.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa mengetahui
definisi alzheimer, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik dari
alzheimer, penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan klien tentamin suicide.
D. Manfaat
Bagi penulis yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan penampilan penyusunan dan
Sebagai penambah wawasan dan pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan
asuhan pada pasien yang mengalami tentamin suicide.
BAB II
PEMBAHASAN
TENTAMEN SUICIDE
A. Definisi Tentamen Suicide
Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja
(Harold I, Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan (Budi Anna Kelihat, 1991)
Perlaku destruktif diri yaitu setiap aktifitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah
kepada kematian (Gail Wiscara Stuart, dan Sandra, J. Sundeen, 1998).
Ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif sering
terjadi
pada remaja ( Harold Kaplan, Sinopsis Psikiatri,1997).
Bunuh diri adalah, perbuatan menghentikan hidup sendiri, yang dilakukan oleh individu
itu sendiri. Namun, bunuh diri ini dapat dilakukan pula oleh tangan orang lain. Misal :
bila si korban meminta seseorang untuk membunuhnya, maka ini sama dengan ia telah
menghabisi nyawanya sendiri. Dimana, Menghilangkan nyawa, menghabisi hidup atau
membuat diri menjadi mati oleh sebab tangan kita atau tangan suruhan, adalah perbuatanperbuatan yang termasuk dengan bunuh diri. Singkat kata, Bunuh diri adalah tindakan
menghilangkan nyawa sendiri dengan menggunakan segala macam cara.
B. Etiologi
Penyebab bunuh diri pada anak
1) Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
2) Situasi keluarga yang kacau
1.
Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian dan tidak perlu
klien.
Kecenderungan bunuh diri adalah keturunan tidak ada data dan hasil riset yang
membantu pendapat ini karena pola perilaku bunuh diri bersifat individual.
SIRS (Suicidal Intention Rating Scale)
Skor 0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang
Skor 1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri.
Skor 2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
Skor 3 : Mengancam bunuh diri, misalnya Tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh
diri.
Skor 4 : Aktif mencoba bunuh diri.
Adapun beberapa factor lain Penyebab perilaku bunuh diri dapat dikategorikan
sebagai berikut :
a.
Factor genetic
Ada yang berpikir bahwa bawaan genetik seseorang dapat menjadi faktor yang
tersembunyi dalam banyak tindakan bunuh diri. Memang gen memainkan peranan dalam
menentukan temperamen seseorang, dan penelitian menyingkapkan bahwa dalam
beberapa garis keluarga, terdapat lebih banyak insiden bunuh diri ketimbang dalam garis
keluarga lainya
Kondisi kimiawi otak pun dapat menjadi faktor yang mendasar. Dalam otak. miliaran
neuron berkomunikasi secara elektrokimiawi. Di ujung-ujung cabang serat syaraf, ada
celah kecil yang disebut sinapsis yang diseberangi oleh neurotransmiter yang membawa
informasi secara kimiawi. Kadar sebuah neurotransmiter, serotonin, mungkin terlibat
dalam kerentanan biologis seseorang terhadap bunuh diri. Buku Inside the Brain
menjelaskan, Kadar serotonin yang rendah dapat melenyapkan kebahagiaan hidup,
mengurangi minat seseorang pada keberadaanya serta meningkatkan resiko depresi dan
bunuh diri.. Akan tetapi, faktor genetik tidak bisa dijadikan alasan yang mengharuskan
seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri
b. Factor keperibadian
Salah satu faktor yang turut menentukan apakah seseorang itu punya potensi untuk
melakukan tindakan bunuh diri adalah faktor kepribadian. Para ahli mengenai soal bunuh
diri telah menggolongkan orang yang cenderung untuk bunuh diri sebagai orang yang
tidak puas dan belum mandiri, yang terus-menerus meminta, mengeluh, dan mengatur,
yang tidak luwes dan kurang mampu menyesuaikan diri. Mereka adalah orang yang
memerlukan kepastian mengenai harga dirinya, yang akhirnya menganggap dirinya selalu
akan menerima penolakan, dan yang berkepribadian kekanak-kanakan, yang berharap
orang lain membuat keputusan dan melaksanakannya untuknya (Doman Lum).
Robert Firestone dalam buku Suicide and the Inner Voice menulis bahwa mereka
yang mempunyai kecenderungan kuat untuk bunuh diri, banyak yang lingkungan
terkecilnya tidak memberi rasa aman, lingkungan keluarganya menolak dan tidak hangat,
sehingga anak yang dibesarkan di dalamnya merasakan kebingungan dalam menghadapi
kehidupan sehari-hari.
Pengaruh dari latar belakang kehidupan di masa lampau ini disebut faktor predisposesi
(faktor bawaan). Dengan memahami konteks yang demikian, dapatlah kita katakan
bahwa akar masalah dari perilaku bunuh diri sebenarnya bukanlah seperti masalah-
masalah yang telah disebutkan di atas (ekonomi, putus cinta, penderitaan, dan
sebagainya). Sebab masalah-masalah tersebut hanyalah faktor pencetus/pemicu (faktor
precipitasi).
Penyebab
utamanya
adalah
faktor
predisposisi.
Menurut Widyarto Adi Ps, seorang psikolog, seseorang akan jadi melakukan tindakan
bunuh diri kalau faktor kedua, pemicu (trigger)-nya, memungkinkan. Tidak mungkin ada
tindakan bunuh diri yang muncul tiba-tiba, tanpa ada faktor predisposisi sama sekali.
Akumulasi persoalan fase sebelumnya akan terpicu oleh suatu peristiwa tertentu.
c. Factor psikologis
Faktor psikologis yang mendorong bunuh diri adalah kurangnya dukungan sosial dari
masyarakat sekitar, kehilangan pekerjaan, kemiskinan, huru-hara yang menyebabkan
trauma psikologis, dan konflik berat yang memaksa masyarakat mengungsi. Psikologis
seseorang sangat menentukan dalam persepsi akan bunuh diri sebagai jalan akhir/keluar.
Dan psikologis seseorang tersebut juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor tertentu
juga.
d. Factor ekonomi
Masalah ekonomi merupakan masalah utama yang bisa menjadi faktor seseorang
melakukan tindakan bunuh diri. Ekonomi sangat berpengaruh dalam pemikiran dan
kelakuan seseorang. Menurut riset, sebagian besar alasan seseorang ingin mengakhiri
hidupnya/ bunuh diri adalah karena masalah keuangan/ekonomi. Mereka berangggapan
bahwa dengan mengakhiri hidup, mereka tidak harus menghadapi kepahitan akan
masalah ekonomi. Contohnya, ada seorang ibu yang membakar dirinya beserta ananknya
karena tidak memiliki uang untuk makan. Berdasarkan contoh tersebut, para pelaku ini
biasanya lebih memikirkan menghindari permasalahan duniawi dan mengakhir hidup.
e.
itu, angka bunuh diri mencapai 8,3 per 100.000 orang, tetapi di antara yang mengalami
depresi, angkanya melonjak menjadi 650 per 100.000 orang! Dan, para pakar mengatakan
bahwa faktor-faktor yang mengarah ke bunuh diri ternyata serupa dengan yang di negerinegeri timur. Namun, sekalipun ada kombinasi antara depresi dan peristiwa -peristiwa
pemicu, itu bukan berarti bunuh diri tidak bisa dielakan.
C. Jenis-jenis tentamen Suicide
Jenis tentamen suicide antara lain:
a. Ancaman Bunuh Diri
Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh
diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di
sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal
melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya dan sebagainya. Pesan-pesan ini harus
dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman menunjukkan
ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respon positif dapat ditafsirkan
sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
b. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat
mengarah kematian jika tidak dicegah.
c. Bunuh diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang
yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan
mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
D. Klasifikasi/Penilaian Bunuh Diri
Variabel
Sifat Dermografik dan social
Resiko Tinggi
Resiko Rendah
Usia
Lebih dari 45
Di bawah 45
Jenis kelamin
Laki-laki
Wanita
Status marital
Menikah
Pekerjaan
Pengangguran
Bekerja
Hubungan interpersonal
Konflik
Stabil
Kesehatan
Penyakit
Stabil
hipokondriak
Fisik
Pemakaian
sehat
obat
berlebihan
Depresi ringan
Mental
Depresi berat
Kepribadian ringan
Psikosis
Peminum sosial
Optimisme
Penyalahgunaan zat
Putus asa
Sering,
kuat, Jarang,
berkepanjangan
rendah
Berulang kali
Pertama kali
Direncanakan
Impulsi
Penyelamatan
tidak Penyelamatan
mungkin
intensitas
tak
terhindarkan
berubah
Komunikasi
Komunikasi
diinternalisasikan
diinternaslisasikan
(kemarahan)
Metode
mematikan
tersedia
Sarana
Pencapaian buruk
Pencapaian baik
Pribadi
Tilikan buruk
Penuh tilikan
Afek
tidak
ada
atau Afek
terkendali buruk
tersedia
terkendali
dan
dengan
semestinya
Sosial
Support buruk
Support baik
Terisolasi sosial
Terintegrasi
sosial
Keluarga
memperhatikan
secara
yang
G. PATOFISIOLOGI
. Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor, respon individu
terhadap stressor, tergantung pada kemampuan menghadapi masalah serta tingkat stress
yang dialami. Dalam menghadapi masalah seseorang dapat menggunakan respon yang
adaptif maupun respon yang maladaptive, respon seseorang yang adaptif membuat
seseorang mempunyai harapan dalam menghadapi masalah, dimana harapan tersebut
menimbulkan rasa yakin, percaya, ketetapan hati dalam menghadapi masalah dan dapat
menimbulkan ispirasi. Respon maladaptive seseorang membuat seseorang merasa putus
harapan dalam menghadapi masalah, menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam
menghadapi masalah menyebabkan seseorang merasa rendah diri. Jika seseorang tidak
mampu mengatasi masalah kemungkinan besar seseorang akan menjadi depresi,
mengalami perasaan gagal, putus asa, dan merasa tidak mampu dalam mengatasi masalah
yang menimbulkan koping tidak efektif. Putus harapan juga mengakibatkan seseorang
merasa kehilangan, sehingga menimbulkan perasaan rendah diri, depresi. Rendah diri dan
depresi merupakan salah satu indikasi terjadinya bunuh diri, salah satu percobaan bunuh
diri dilakukan dengan penyalahgunaan obat, dimana obat-obatan yang dosisnya besar
dapat bersifat toksin bagi tubuh terutama lambung. Intoksikasi dapat memacu atau
meningkatkan sekresi asam lambung, dimana asam lambung ini mengiritasi/ membuat
trauma jaringan mukosa lambung, merusak mukosa lambung, merangsang saraf. Saraf
pada lambung membuka gate kontrol menuju rangsang saraf aferen ke cortex cerebri
yang meningkatkan sensitifitas saraf nyeri, kemudian kembali ke saraf eferen dan
menimbulkan rasa nyeri, rasa nyeri ini menstimulasi nervus vagus dan meningkatkan
respon mual dan gangguan rasa nyaman, gangguan saluran makanan pada lambung,
duodenum, usus halus, usus besar, hati, empedu dan salurannya sering memberikan
keluhan di perut atas atau di daerah epigastrium yang sering disebut dengan istilah nyeri
epigastrik.
H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide sangat tergantung
pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri, namun resiko paling besar
dari klien dengan tentamen suicide adalah berhasilnya klien dalam melakukan tindakan
bunuh diri, serta jika gagal akan meningkatkan kemungkingan klien untuk mengulangi
perbuatan tentamen suicide.
Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia atau intoksikasi
zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif ,
sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma, blokade
jantung akhirnya meninggal.
Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan menyebabkan syok
yang diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan terutama jaringan otak.
Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik yang jika tidak
dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok,
kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.
I.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan terapi resisitasi dan
terapi
lanjutan
yang
akan
dilakukan
pada
klien
dengan
tentamen
suicide.
Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat syok yang
dialami klien, pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai
adanya perubahan jantung dan perdarahan cerebral.
J.
Pengkajian
lingkungan
upaya
bunuh
diri.
Prestasi
kehidupan
yang
Keputusasaan
Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga alam perasaan depresi.
Agitasi dan gelisah
Insomnia yang menetap
Penurunan berat badan
Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial
Penyakit psikratrik
Riwayat Psikososial
Faktor-faktor kepribadian
Riwayat keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
A. Resiko bunuh diri yang berhubungan dengan putus asa
No
1.
Tujuan
Criteria hasil
Intervensi
TUM :
Setelahx interaksi klien
Klien tidak melakukan
menunjukkan tanda- tanda
percobaan bunuh diri.
percaya kepada perawat:
Bina hubungan
TUK :
a)
Klien dapat membina
b)
c)
hubungan
d)
saling percaya.
e)
f)
g)
prinsip komunikasi
saling percaya
dengan menggunakan
terapeutik:
Sapa klien dengan ramah
baik verbal maupun non
verbal.
Perkenalkan nama, nama
panggilandan tujuan
dihadapi.
perawat berkenalan.
Tanyakan nama lengkap
disukai klien.
Buat kontrak yang jelas.
Tunjukan sikap jujur dan
menepati
janji setiap kali
berinteraksi.
Tunjukan sikap empati
2.
dihadapi klien.
Dengarkan dengan penuh
perhatianekspresi perasaan
TUK:
Klien dapat mengenal
klien
penyebab resiko
Bantu klien
mengungkapkan
perasaan yang
menyebabkan klien
Setelah .x interaksi klien
menceritakan
penyebab
3.
TUK :
Klien dapat
mengidentifikasi
bunuh diri.
klien.
Bantu klien
mengungkapkan tandatanda perilaku bunuh diri
yang dialaminya:
Motivasi klien
menceritakan
4.
klien
TUK :
Klien dapat
mengidentifikasi
bunuh diri:
untuk menceritakan
kondisisosialnya
1. Tanda social :
Klien
mengancamkan
melakukan bunuh diri dan
perilaku percobaan
berkeinginan
5.
TUK :
Klien dapat
mengidentifikasi
akibat tindakan yang
menjelaskan:
menceritakan tindakan
bunuh diri.
Efektivitas percobaan yang
dilakukan.
menceritakan akan
mengakhiri hidup.
tersebut.
Diskusikan apakah dengan
tindakan tersebut masalah
yang dialami klien teratasi.
Diskusikan dengan
klien akibat
negatif cara yang
dilakukan pada:
Setelah.x interaksi klien
menjelaskan akibat
tindakannya:
Diri sendiri
Orang lain
Lingkungan
Diri sendiri
Orang lain
Lingkungan
SP III p
1.
2.
3.
4.
5.
TUM:
Klien
konsep
positif
Criteria hasil
Intervensi
memiliki
diri yang
TUK:
klien dapat membina
hubungan
saling
percY
dengan
perawat
klien
dapat
mengidentifikasi
Diskusikan dengan
klien tentang :
Aspek positif yang
dimiliki klien, keluarga
dan lingkungan.
Kemampuan yang
dimiliki
Bersama klien
daftar tentang:
buat
Diskusikan dengan
klien kemampuan yang
dapat dilaksanakan.
Diskusikan
kemampuan
yang
dapat
dilanjutkan
pelaksanaannya.
Klien
dapat
Setelah kali interaksi klien
merencanakan
kemampuan
kegiatan
sesuai menyebutkan
yang
dapat
dilaksanakan.
dengan
kemampuan yang
dimiliki.
Rencanakan bersama
klien aktivitas yang
dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
klien:
Kegiatan mandiri
Kegiatan dengan
bantuan
Beri
contoh
cara
pelaksanaan kegiatan
yang
dapat
klien
lakukan.
Klien
dapat
melakukan kegiatan
sesuai rencana yang
dibuat.
Klien
dapat
setelah pulang.
memanfaat
kan
system pendukung
- Berikan pendidikan
yang ada.
kesehatan pada kelurga
tentang cara merawat
klien dengan harga diri
rendah.
Bantu
keluarga
Setelah kali interaksi klien
memberikan dukungan
memanfaatkan
system selama klien dirawat.
Bantu
keluarga
pendukung yang ada di
menyiapkan
keluarga.
lingkungan di rumah.
3.
proses terjadinya
Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
2. Melatih keluaraga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah
SP III k
1.
(discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
Evaluasi :
Evaluasi pada tingkah laku bunuh diri memerlukan pemantauan yang teliti tentang
tingkah laku klien setiap hari. Perubahan dapat segera terjadi yang memerlukan
modifikasi perencanaan. Peran serta klien pada perencanaan, evaluasi dan modifikasi
rencana sangat membantu pencampuran tujuan asuhan keperawatan. Tujuan utama
asuhan keperawatan adalah melindungi klien sampai klien dapat melindungi diri sendiri.
Melalui intervensi yang aktif dan efektif diharapkan klien dapat mengembangkan
alternatif pemecahan masalah bunuh diri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tak langsung
Merokok
Mengebut
Berjudi
Perilaku yang menyimpang secara sosial
Perilaku yang menimbulkan stress
b. Langsung
Keputusasaan
Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga
Agitasi dan gelisah
A. Saran
Demikian makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga bermanfaat bagi
kita semua khususnya bagi tim penyusun dan semua mahasiswa dan mahasiswi kesehatan
pada umumnya. Saran kami, lebih banyak membaca untuk meningkatkan pengetahuan.
Kami sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan kemampuan yang
menyebabkan kekurangsempurnaan dalam makalah ini, baik dari segi isi maupun materi,
bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya agar makalah selanjutnya
dapat lebih baik.