Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

TENTAMEN SUICIDE

Oleh :

I GUSTI AYU PUTU ANGGRENI FEBRIANTI

NIM : 219012789

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2022
LAPORAN PENDAHULUAN
TENTAMEN SUICIDE

A. Definisi Tentamine Suicide


Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara
sengaja (Harold I, Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998). Bunuh diri adalah tindakan
agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan (Budi Anna Kelihat,
1991). Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktifitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah kepada kematian (Gail Wiscara Stuart, dan Sandra, J. Sundeen, 1998). Ide,
isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif sering terjadi
pada remaja ( Harold Kaplan, Sinopsis Psikiatri,1997). Bunuh diri adalah, perbuatan
menghentikan hidup sendiri, yang dilakukan oleh individu itu sendiri. Namun, bunuh
diri ini dapat dilakukan pula oleh tangan orang lain. Misal : bila si korban meminta
seseorang untuk membunuhnya, maka ini sama dengan ia telah menghabisi nyawanya
sendiri. Dimana, Menghilangkan nyawa, menghabisi hidup atau membuat diri menjadi
mati oleh sebab tangan kita atau tangan suruhan, adalah perbuatan-perbuatan yang
termasuk dengan bunuh diri. Singkat kata, Bunuh diri adalah tindakan menghilangkan
nyawa sendiri dengan menggunakan segala macam cara.

B. Rentang respon

Adaptif maladaptive

Peningkatan pertumbuhan perilaku pencedraan bunuh

diri Peningkatan destruktif diri diri diri


Beresiko langsung

C. Etiologi
1. Penyebab bunuh diri pada anak
a. Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
b. Situasi keluarga yang kacau
c. Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik
d. Gagal sekolah
e. Takut atau dihina di sekolah
f. Kehilangan orang yang dicintai
g. Dihukum orang lain
2. Penyebab bunuh diri pada remaja
a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
c. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
d. Perasaan tidak dimengerti orang lain
e. Kehilangan orang yang dicintai
f. Keadaan fisik
g. Masalah orang tua
h. Masalah seksual
i. Depresi
3. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa
a. Self ideal terlalu tinggi
b. Cemas akan tugas akademik yang banyak
c. Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang
tua.
d. Kompetisis untuk sukses
4. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut
a. Perubahan status dari mandiri ke tergantung
b. Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi
c. Perasaan tidak berarti di masyarakat.
d. Kesepian dan isolasi sosial
e. Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan)
f. Sumber hidup berkurang.
5. Pernyataan yang salah tentang bunuh diri (mitos)
Banyak pernyataan yang salah tentang bunuh diri yang harus diketahui perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tingkah laku bunuh diri.

1.      Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian dan tidak perlu
dianggap serius. Semua perilaku bunuh diri harus dianggap serius.
2.      Bunuh diri tidak memberi tanda, delapan dari 10 individu memberi tanda secara
verbal atau perilaku sebelum melakukan percobaan bunuh diri.
3.      Berbahaya membicarakan pikiran bunuh diri pada klien hal yang paling penting
dalam perencanaan keperawatan adalah pengkajian yang akurat tentang rencana
bunuh diri klien.
4.      Kecenderungan bunuh diri adalah keturunan tidak ada data dan hasil riset yang
membantu pendapat ini karena pola perilaku bunuh diri bersifat individual.
SIRS (Suicidal Intention Rating Scale)

Skor 0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang

Skor 1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam
bunuh diri.

Skor 2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.

Skor 3 : Mengancam bunuh diri, misalnya “Tinggalkan saya sendiri atau saya
bunuh diri”.

Skor 4 : Aktif mencoba bunuh diri.

Adapun beberapa faktor lain Penyebab perilaku bunuh diri dapat


dikategorikan sebagai berikut :
a.    Faktor genetik
Ada yang berpikir bahwa bawaan genetik seseorang dapat menjadi faktor
yang tersembunyi dalam banyak tindakan bunuh diri. Memang gen
memainkan peranan dalam menentukan temperamen seseorang, dan
penelitian menyingkapkan bahwa dalam beberapa garis keluarga, terdapat
lebih banyak insiden bunuh diri ketimbang dalam garis keluarga lainnya.
b.    Faktor keperibadian
Salah satu faktor yang turut menentukan apakah seseorang itu punya potensi
untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah faktor kepribadian. Para ahli
mengenai soal bunuh diri telah menggolongkan orang yang cenderung untuk
bunuh diri sebagai orang yang tidak puas dan belum mandiri, yang terus-
menerus meminta, mengeluh, dan mengatur, yang tidak luwes dan kurang
mampu menyesuaikan diri. Mereka adalah orang yang memerlukan kepastian
mengenai harga dirinya, yang akhirnya menganggap dirinya selalu akan
menerima penolakan, dan yang berkepribadian kekanak-kanakan, yang
berharap orang lain membuat keputusan dan melaksanakannya untuknya
(Doman Lum).
Robert Firestone dalam buku Suicide and the Inner Voice menulis
bahwa mereka yang mempunyai kecenderungan kuat untuk bunuh diri,
banyak yang lingkungan terkecilnya tidak memberi rasa aman, lingkungan
keluarganya menolak dan tidak hangat, sehingga anak yang dibesarkan di
dalamnya merasakan kebingungan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
Pengaruh dari latar belakang kehidupan di masa lampau ini disebut faktor
predisposesi (faktor bawaan). Dengan memahami konteks yang demikian,
dapatlah kita katakan bahwa akar masalah dari perilaku bunuh diri
sebenarnya bukanlah seperti masalah-masalah yang telah disebutkan di atas
(ekonomi, putus cinta, penderitaan, dan sebagainya). Sebab masalah-masalah
tersebut hanyalah faktor pencetus/pemicu (faktor precipitasi). Menurut
Widyarto Adi Ps, seorang psikolog, seseorang akan jadi melakukan tindakan
bunuh diri kalau faktor kedua, pemicu (trigger)-nya, memungkinkan. Tidak
mungkin ada tindakan bunuh diri yang muncul tiba-tiba, tanpa ada faktor
predisposisi sama sekali. Akumulasi persoalan fase sebelumnya akan terpicu
oleh suatu peristiwa tertentu.
c.    Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mendorong bunuh diri adalah kurangnya dukungan
sosial dari masyarakat sekitar, kehilangan pekerjaan, kemiskinan, huru-hara
yang menyebabkan trauma psikologis, dan konflik berat yang memaksa
masyarakat mengungsi. Psikologis seseorang sangat menentukan dalam
persepsi akan bunuh diri sebagai jalan akhir/keluar. Dan psikologis
seseorang tersebut juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor tertentu juga.
d.   Faktor ekonomi
Masalah ekonomi merupakan masalah utama yang bisa menjadi faktor
seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Ekonomi sangat berpengaruh
dalam pemikiran dan kelakuan seseorang. Menurut riset, sebagian besar
alasan seseorang ingin mengakhiri hidupnya/ bunuh diri adalah karena
masalah keuangan/ekonomi. Mereka berangggapan bahwa dengan
mengakhiri hidup, mereka tidak harus menghadapi kepahitan akan masalah
ekonomi. Contohnya, ada seorang ibu yang membakar dirinya beserta
ananknya karena tidak memiliki uang untuk makan. Berdasarkan contoh
tersebut, para pelaku ini biasanya lebih memikirkan menghindari
permasalahan duniawi dan mengakhir hidup.
e.    Gangguan mental dan kecanduan
Gangguan mental merupakan penyakit jiwa yang bisa membuat seseorang
melakukan tindakan bunuh diri. Mereka tidak memikirkan akan apa yang
terjadi jika menyakiti dan mengakhiri hidup mereka, karena sistem mental
sudah tidak bisa bekerja dengan baik. Selain itu ada juga gangguan yang
bersifat mencandu, seperti depresi, gangguan bipolar, scizoprenia dan
penyalahgunaan alkohol atau narkoba. Penelitian di Eropa dan Amerika
Serikat memperlihatkan bahwa lebih dari 90 persen bunuh diri yang
dilakukan berkaitan dengan gangguan-gangguan demikian. Bahkan, para
peneliti asal Swedia mendapati bahwa di antara pria-pria yang tidak
didiagnosis menderita gangguan apapun yang sejenis itu, angka bunuh diri
mencapai 8,3 per 100.000 orang, tetapi di antara yang mengalami depresi,
angkanya melonjak menjadi 650 per 100.000 orang. Dan para pakar
mengatakan bahwa faktor-faktor yang mengarah ke bunuh diri ternyata
serupa dengan yang di negeri-negeri timur. Namun, sekalipun ada kombinasi
antara depresi dan peristiwa -peristiwa pemicu, itu bukan berarti bunuh diri
tidak bisa dielakan.

D. Jenis-jenis Tentamen Suicide


a.    Ancaman Bunuh Diri
Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk
bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan
berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara
nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya dan sebagainya. Pesan-
pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir.
Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respon
positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

b.   Upaya bunuh diri


Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat
mengarah kematian jika tidak dicegah.
c.    Bunuh diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.
Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati
mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

E. Penilaian Bunuh Diri


Variabel Resiko Tinggi Resiko Rendah

Sifat Dermografik dan social


Usia Lebih dari 45 Di bawah 45
Jenis kelamin Laki-laki Wanita
Status marital Cerai atau janda Menikah
Pekerjaan Pengangguran Bekerja
Hubungan interpersonal Konflik Stabil
Latar belakang keluarga Kacau atau konflik Stabil

Kesehatan
Fisik, Mental Penyakit kronis Kesehatan baik merasa
hipokondriak sehat
Pemakaian obat yang Penggunaan zat rendah
berlebihan
Depresi ringan
Depresi berat
Kepribadian ringan
Psikosis
Peminum sosial
Gangguan kepribadian berat
Optimisme
Penyalahgunaan zat
Putus asa

Aktivitas bunuh diri Sering, kuat, Jarang, intensitas


Ide bunuh diri berkepanjangan rendah

Usaha bunuh diri Berulang kali Pertama kali


Direncanakan Impulsi
Penyelamatan tidak Penyelamatan tak
mungkin terhindarkan
Keinginan yang tidak ragu- Keinginan utama untuk
ragu untuk mati berubah
Komunikasi Komunikasi
diinternalisasikan diinternaslisasikan
(menyatakan diri sendiri) (kemarahan)
Metode mematikan dan Metode dengan letalitas
tersedia rendah dan tidak
mudah didapat

Sarana Pencapaian buruk Pencapaian baik


Pribadi Tilikan buruk Penuh tilikan
Afek tidak ada atau Afek tersedia dan
terkendali buruk terkendali dengan
semestinya
F. Tanda dan Gejala
Gejala Tak langsung :
a. Merokok
b. Mengebut
c. Berjudi
d. Tindakan kriminal
e. Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi
f. Penyalahgunaan zat
g. Perilaku yang menyimpang secara sosial
h. Perilaku yang menimbulkan stress
i. Gangguan makan
j. Ketidakpatuhan pada tindakan medik
Gejala Langsung:

a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan berat badan berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan.

G. Faktor Resiko
a. Psikososial dan klinik
- Keputusasaan
- Ras kulit putih
- Jenis kelamin laki-laki
- Usia lebih tua
- Hidup sendiri
- Pernah mencoba bunuh diri
- Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri
- Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat
b. Diagnostik
- Penyakit medik umum
- Psikosis
- Penyalahgunaan zat

H. Patofisiologi
Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stressor, respon
individu terhadap stressor, tergantung pada kemampuan menghadapi masalah serta
tingkat stress yang dialami. Dalam menghadapi masalah seseorang dapat menggunakan
respon yang adaptif maupun respon yang maladaptive, respon seseorang yang adaptif
membuat seseorang mempunyai harapan dalam menghadapi masalah, dimana harapan
tersebut menimbulkan rasa yakin, percaya, ketetapan hati dalam menghadapi masalah
dan dapat menimbulkan ispirasi. Respon maladaptive seseorang membuat seseorang
merasa putus harapan dalam menghadapi masalah, menimbulkan rasa tidak percaya diri
dalam menghadapi masalah menyebabkan seseorang merasa rendah diri. Jika seseorang
tidak mampu mengatasi masalah kemungkinan besar seseorang akan menjadi depresi,
mengalami perasaan gagal, putus asa, dan merasa tidak mampu dalam mengatasi
masalah yang menimbulkan koping tidak efektif. Putus harapan juga mengakibatkan
seseorang merasa kehilangan, sehingga menimbulkan perasaan rendah diri, depresi.
Rendah diri dan depresi merupakan salah satu indikasi terjadinya bunuh diri, salah satu
percobaan bunuh diri dilakukan dengan penyalahgunaan obat, dimana obat-obatan yang
dosisnya besar dapat bersifat toksin bagi tubuh terutama lambung. Intoksikasi dapat
memacu atau meningkatkan sekresi asam lambung, dimana asam lambung ini
mengiritasi/ membuat trauma jaringan mukosa lambung, merusak mukosa lambung,
merangsang saraf. Saraf pada lambung membuka gate kontrol menuju rangsang saraf
aferen ke cortex cerebri yang meningkatkan sensitifitas saraf nyeri, kemudian kembali
ke saraf eferen dan menimbulkan rasa nyeri, rasa nyeri ini menstimulasi nervus vagus
dan meningkatkan respon mual dan gangguan rasa nyaman, gangguan saluran makanan
pada lambung, duodenum, usus halus, usus besar, hati, empedu dan salurannya sering
memberikan keluhan di perut atas atau di daerah epigastrium yang sering disebut
dengan istilah nyeri epigastrik.

I. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide sangat
tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri, namun resiko
paling besar dari klien dengan tentamen suicide adalah berhasilnya klien dalam
melakukan tindakan bunuh diri, serta jika gagal akan meningkatkan kemungkingan klien
untuk mengulangi perbuatan tentamen suicide.
Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia atau
intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi- poin, reaksi
cahaya negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi,
koma, blokade jantung akhirnya meninggal.
Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan
menyebabkan syok yang diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan terutama
jaringan otak. Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik yang
jika tidak dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab hemoragik
syok, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.

J. Pemeriksaan Penunjang
Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan terapi
resisitasi dan terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan tentamen suicide.
Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat syok
yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu bia dilakukan jika
dicurigai adanya perubahan jantung dan perdarahan cerebral.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian pasien destruktif diri
Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri. Prestasi kehidupan yang
menghina/menyakitkan. Tindakan persiapan metode yang dibutuhkan, mengatur rencana,
membicarakan tentang bunuh diri, memberikan milik berharga sebagai hadiah, catatan
untuk bunuh diri.
Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih mematikan pemahaman
letalitas dari metode yang dipilih.
Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui.
 Petunjuk gejala
 Keputusasaan
 Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga alam perasaan
depresi.
 Agitasi dan gelisah
 Insomnia yang menetap
 Penurunan berat badan
 Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial
 Penyakit psikratrik
 Upaya bunuh diri sebelumnya
 Kelainan afektif
 Alkoholisme dan/atau penyalahgunaan obat
 Kelainan tindakan dan depresi pada remaja
 Demensia diri dan status kekacauan mental pada lansia
 Kombinasi dari kondisi diatas.
 Riwayat Psikososial
 Baru berpisah bercerai, atau kehilangan
 Hidup sendiri
 Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami stress
kehidupan multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti, masalah
sekolah, ancaman terhadap krisis disiplin).

 Penyakit medik kronik


 Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat
 Faktor-faktor kepribadian
 Impulsif, agresif, rasa bermusuhan
 Kekakuan kognitif dan negatif
 Keputusasaan
 Harga diri rendah
 Batasan atau gangguan kepribadian antisocial
 Riwayat keluarga
 Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri
 Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme atau keduanya.

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


1. Resiko bunuh diri

No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


TUM : Setelah…x interaksi
1 Bina hubungan saling percaya
Klien tidak klien menunjukkan
dengan menggunakan
melakukan tanda- tanda percaya
komunikasi terapeutik :
percobaan bunuh kepada perawat:
1. Sapa klien dengan ramah
diri. - Ekspresi
baik verbal maupun non
wajah
TUK : bersahabat.
verbal.
Klien dapat - Menunjuka
2. Perkenalkan nama, nama
membina hubungan n
panggilandan tujuan perawat
saling percaya. rasasenang
berkenalan.
- Ada kontak mata
3. Tanyakan nama lengkap dan
- Mau berjabat tangan.
nama penggilan yang disukai
- Mau
klien.
menyebutkan
4. Buat kontrak yang jelas.
nama
5. Tunjukan sikap jujur dan
- Mau menjawab menepati janji setiap kali
salam berinteraksi.
Tunjukan sikap empati dan
- Mau duduk
menerima apa adanya.
berdampingan
7. Beri perhatian kepada klien
dengan perawat
dan masalah yang dihadapi
bersedia
klien.
mengungkapkan
8. Dengarkan dengan penuh
- Masalah yang perhatianekspresi perasaan
dihadapi.
klien
TUK: Setelah….x
2 1. Bantu klien
Klien dapat interaksi klien
mengungkapkan
mengenal menceritakan
perasaan yang
penyebab resiko penyebab perilaku
menyebabkan klien
prilaku bunuh diri. bunuh diri yang
mempunyai ide serta
dilakukannya:
melakukan percobaan
-Menceritakan penyebab
bunuhdiri
klien melakukan
2. Motivasi klien untuk
percobaan bunuh diri.
menceritakan penyebab
klien mempunyai ide
bunuh diri
3. Dengarkan tanpa menyela
atau member penilaian setiap
ungkapan perasaan klien.
TUK : Setelah ….x interaksi Bantu klien mengungkapkan
3
Klien dapat klien menceritakan tanda-tanda perilaku bunuh diri
mengidentifikasi
tanda-tanda saat klien yang dialaminya:
tanda- tanda perilaku
berkeinginan untuk bunuh 1. Motivasi klien
bunuh diri.
diri: menceritakan
- Tanda sosial : kondisiemosionalnya.
Klien mengancamkan
Motivasi klien menceritakan
melakukan bunuh diri kondisi sosialnya
dan klien melakukan hal
yang tidak bisa dilakukan
klien.
- Tanda Fisik : Klien
mencederai diri sendiri
seperti menyayat nadi,
minum obat sampai
over dosis, dlsb,
tatapan mata klien
tampak menerawang
seperti memikirkan
sesuatu.
- Tanda Emosional:
Klien menjadi
penyendiri, pemurung,
dan pemarah.

Setelah ….x interaksi


4 TUK : Diskusikan dengan klien
klien menjelaskan:
Klien dapat percobaan bunuh diri yang
mengidentifikasi - Perasaan saat
perilaku percobaan dilakukannya selama ini:
melakukan bunuh
bunuh diri yang 1. Motivasi klien
pernah dilakukan. diri.
menceritakan tindakan
- Efektivitas
tindakan apa saja yang
percobaan yang
sudah pernah dilakukan
dilakukan.
untuk mengakhiri hidup.
- Tindakan akan
2. Motivasi klien menceritakan
yang sudah
akan perasaan setelah
pernah dilakukan
tindakan tersebut.
untuk mengakhiri
3. Diskusikan apakah dengan
hidup.
tindakan tersebut masalah
yang dialami klien teratasi.
TUK : Setelah…. x interaksi Diskusikan dengan klien
5
Klien dapat klien menjelaskan akibat negatif cara yang
mengidentifikasi
akibat tindakannya: dilakukan pada:
akibat tindakan yang
sudah dilakukan untuk - Diri sendiri 1. Diri sendiri
bunuh diri.
- Orang lain 2. Orang lain
Lingkungan 3. Lingkungan

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


 Pasien
SP I
1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
2. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
3. Melakukan kontrak treatment
4. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
SP II p
1. Mengidentifikasi aspek positif pasien
2. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
3. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga
SP III p
1. Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
2. Menilai pola koping yang biasa dilakukan
3. Megidentifikasi pola koping yang konstruktif
4. Menganjurkan pasien memilih pola koping yang konstruktif
5. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping yang konstruktif dalam kegiatan
harian
SP IV p
1. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
2. Mengidentifiksai cara mencapai rencana masa deapan yang realistis
3. Member dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa
depanyang realistis

 Keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko bunuh diri, dan jenis
perilakubunuh diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan resiko bunuh
diri
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien resiko
bunuh diri

SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bias dijangkau oleh keluarga

2. Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan perubahan peran sosial
No Tujuan Kriteria Intervensi
1 TUM: Setelah …x Bina hubungan saling
Klien memiliki konsep
diri yang positif interaksi, klien percaya dengan
menunjukkan : menggunakan prinsip
TUK:
klien dapat membina - Ekspresi wajah komunikasi terapeutik:
hubungan saling bersahabat
1. Sapa klien dengan ramah
percaya dengan - Menunjukkan rasa
baik verbal maupun
perawat senang
nonverbal
- Ada kontak mata
2. Perkenalkan diri
- Mau berjabat tangan
dengan Sopan
- Mau menyebutkan nama
- Mau menjawab salam 3. Tanyakan nama
lengkap dan yang disukai
- Klien mau duduk
klien
berdampingan dengan
4. Jelaskan tujuan
perawat
pertemuan
- Mau
5. Jujur dan menepati janji
mengutarakan masalah
6. Beri perhatian pada klien.
yang dihadapi.

2 TUK :
klien dapat Setelah… x berinteraksi Diskusikan dengan klien tentang
mengidentifikasi klien menyebutkan: :
aspek positif dan - Aspek positifdan 1. Aspek positif yang
- kemampuan yang 2. dimiliki klien,
dimiliki klien. keluarga dan
- Aspek positif keluarga lingkungan.
- Aspek positif 3. Kemampuan yang
lingkungan klien. dimiliki
4. Bersama klien buat daftar
tentang:
5. Aspek positif klien,
keluarga, dan
lingkungan.
6. Kemampuan yang
dimiliki
7. Berikan pujian yang
realistis, hindarkan
memberikan penilaian
negatif.

3 TUK : Setelah… x interaksi klien


Klien dapat menilai menyebutkan kemampuan Diskusikan dengan klien
kemampuan yang yang dapat dilaksanakan. kemampuan yang dapat
dimiliki untuk dilaksanakan.
dilaksanakan.

4 TUK :
Klien dapat Setelah….. x interaksi klien Diskusikan kemampuan yang
merencanakan membuat rencana kegiatan dapat dilanjutkan
kegiatan sesuai harian. pelaksanaannya.
dengan kemampuan
yang dimiliki.

5 TUK :
Klien dapat Setelah…. X interaksi klien Rencanakan bersama klien
melakukan kegiatan melakukan kegiatan sesuai aktivitas yang dapat dilakukan
sesuai rencana yang jadwal yang dibuat. setiap hari sesuai kemampuan
dibuat. klien:
1. Kegiatan mandiri
2. Kegiatan dengan bantuan
3. Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan kondisi klien
4. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat klien
lakukan.
- Anjurkan klien
- untuk melaksanakan
kegiatan yang telah
dilaksanakan
- Pantau kegiatan yang
dilaksanakan klien.
- Beri pujian atas usaha
yang dilakukan klien.

6 TUK :
Klien dapat Setelah… X interaksi klien 1. Diskusikan kemungkinan
memanfaatkan sistem memanfaatkan sistem pelaksanaan kegiatan
pendukung yang pendukung yang ada di setelah pulang.
ada. keluarga. 2. Berikan pendidikan
kesehatan pada kelurga
tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
3. Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien dirawat.
4. Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah.

Strategi pelaksanaan tindakan


keperawatan SP I p
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
pasien
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertaian, tanda dan gejala haega diri rendah yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
2. Melatih keluaraga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri
rendah
SP III k
1. Membantu keluaraga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

C. EVALUASI
Evaluasi pada tingkah laku bunuh diri memerlukan pemantauan yang teliti tentang
tingkah laku klien setiap hari. Perubahan dapat segera terjadi yang memerlukan
modifikasi perencanaan. Peran serta klien pada perencanaan, evaluasi dan modifikasi
rencana sangat membantu pencampuran tujuan asuhan keperawatan. Tujuan utama asuhan
keperawatan adalah melindungi klien sampai klien dapat melindungi diri sendiri. Melalui
intervensi yang aktif dan efektif diharapkan klien dapat mengembangkan alternatif
pemecahan masalah bunuh diri.

DAFTAR PUSTAKA
Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Keliat, Budi Anna. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC:Jakarta
http://meidina.blog.com/2013/03/askep-jiwa-bunuh-diri dan html

Anda mungkin juga menyukai